8 minute read
UM Siap Sambut Pembelajaran Daring
ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah
Advertisement
Serba online, itulah yang menggambarkan situasi selama pandemi Covid-19 terjadi. Para pekerja dan pelajar adalah golongan yang tak luput merasakan dampat Covid-19. Bekerja dari rumah dan belajar dari rumah jadi alternatif yang dinilai paling aman selama pandemi tersebut belum mereda. Universitas Negeri Malang (UM) sebagai salah satu kampus di Indonesia sejak merebaknya pandemi pada bulan April lalu telah menerapkan sistem pembelajaran dalam jaringan (daring). Sistem pembelajaran daring tersebut akan kembali diterapkan pada tahun ajaran baru semester gasal 2020/2021. Berbagai penunjang pembelajaran sedang dan sudah disiapkan UM agar proses perkualiahan tetap berjalan efektif. Berikut ulasan lengkapnya.
Kuliah Daring Semester Gasal 2020/2021
Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3) UM memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran di kampus. Saat ini LP3 sedang menyiapkan segala kebutuhan pembelajaran yang akan dilaksanakan secara daring, khususnya untuk para dosen. LP3 berperan melatih para dosen pelopor untuk mengembangkan konten pembelajaran daring. Dalam proses pengembangannya, LP3 menggelar workshop pengembangan konten dan tata cara pelaksanaan pembelajaran daring.
Sesuai Surat Keterangan (SK) 4 Menteri, pembelajaran dilaksanakan secara daring bagi wilayah yang masih berada di zona merah, termasuk di Kota Malang. “Kalau misalnya sampai di bulan Oktober Malang sudah masuk zona hijau, berarti bulan selanjutnya (Oktober sampai Desember, red.) pembelajaran akan dilaksanakan tatap muka. Tapi, kalau Malang sampai bulan Desember masih zona merah, pembelajaran akan kita laksanakan secara daring penuh,” ungkap Drs. I Wayan Dasna, M.Si, M.Ed., Ph.D., Ketua LP3 UM.
Atas nama Rektor UM, Wakil Rektor UM telah mengeluarkan surat pengantar pada (6/8). Salah satu poin menyatakan, perkuliahan semester gasal seluruhnya dilakukan secara daring. Untuk mata kuliah praktikum akan dikomunikasikan lebih lanjut oleh koordinator program studi (korprodi) dan dosen pengampu mata kuliah. Kegiatan praktikum yang tidak dapat dilaksanakan secara daring akan dilakukan secara tatap muka dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. “Kalau praktikum harus bertatap muka langsung, misalnya diterapkan di suatu kelas yang mahasiswanya sebanyak 30 orang, mungkin dalam satu minggu dapat bergantian yang masuk sebanyak 10 orang. Kalau teori lebih gampang, karena bisa dilakukan semua secara daring, namun kalau praktikum harus bertatap muka langsung selama proses pembelajaran,” tambah Wayan.
Lebih lanjut, Wayan menyatakan kekhawatirannya apabila pembalajaran tetap dilakukan secara luring akan bisa menimbulkan risiko yang lebih besar. “Jika salah satu orang, baik mahasiswa, dosen, ataupun tenaga kependidikan (tendik) yang terjangkit virus, dampaknya bisa menyebar ke seluruh bagian di dalam kampus. Hal inilah yang perlu kita pikirkan. Kita tidak mengambil risiko yang dapat merugikan banyak orang,” jelas Wayan. Namun, Wayan berharap pandemi ini segera berakhir dan pembelajaran secara tatap muka dapat kembali digelar. “Tidak efektif untuk melakukan pembelajaran daring secara terus-menerus,” ujar ketua LP3 ini.
Persiapan UM Menyambut Pembelajaran Daring Semester Gasal 2020/2021
Ada dua hal yang disiapkan LP3 UM dalam menyambut perkuliahan daring di semester gasal 2020/2021. Pertama, LP3 memperbaiki dan melengkapi hardware dengan menambahkan server, memori, dan menyiapkan tutorialtutorial penggunaan Sistem Pengelolaan Pembelajaran (Sipejar). “Pengalaman kita pada pertengahan Maret kemarin terhadap Sipejar yang diterapkan masih lemot. Nah, itu kita atasi dengan perbaikan kelengkapan hardware. Dulu kita belum menyiapkan secara baik tata cara dosen melaksanakan pembelajaran daring, sehingga ada yang mengajar dengan waktu 50 menit dan menghabiskan kuota bagi mahasiswa,” jelas Wayan. Menyiasati efektivitas waktu dalam pembelajaran daring, dosen dapat mengirimkan Power Point yang berisi teks dan video kepada mahasiswa, sehingga pada saat kelas virtual tidak memakan banyak waktu.
LP3 membentuk dosen pelopor yang dilatih berjumlah 123 orang. Dosen pelopor ini adalah dosen muda yang sudah menyiapkan materi dengan berbagai variasi. Mereka akan melatih dosen di tingkat prodi atau jurusan sehingga semua dosen dapat menambah wawasan tata cara mengajar secara daring dan menyiapkan kontennya. “Dari kebijakan rektor, satu dosen minimal harus mempunyai perangkat pembelajaran lengkap satu mata kuliah. Ini yang sudah kita siapkan, untuk dosen pembimbing juga kita siapkan secara khusus,” terang pria berkacamata ini.
Pelatihan untuk para dosen pelopor tersebut saat ini sudah selesai. Sekarang seluruh fakultas sedang menyiapkan pelatihan di tingkat fakultas. Fakultas yang sudah benar-benar siap ialah Fakultas Sastra, MIPA, FIP, dan Ekonomi. Sementara, Fakultas Ilmu Sosial (FIS) dan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) tengah melakukan persiapan. “Sekitar 80% sudah siap, kalau untuk server kita sudah siap. Untuk mengajar dosen pelopor kemarin juga sudah menggunakan server yang baru,” ujar Wayan saat diwawancara.
Penambahan server Sipejar juga telah dilakukan supaya bisa mengakomodasi mahasiswa dan dapat mengakses Sipejar secara bersamaan. LP3 juga telah menyiapkan berbagai tutorial untuk mahasiswa baru yang belum mengenal Sipejar. Nantinya, sosialisasi mengenai Sipejar akan dilaksanakan pada saat Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa baru (PKKMB). Sementara, Wayan berharap mahasiswa yang lebih senior diharapkan bisa mengakses Sipejar dengan baik. Saat ini LP3 sedang mengejar waktu untuk menyiapkan tutorial Sipejar, Sistem Informasi Akademik (Siakad), dan perangkat lain yang berhubungan dengan pembelajaran daring. Ditargetkan, pada Agustus akhir nanti semuanya sudah siap.
LP3 Memonitor Pembelajaran Daring Setiap Minggu
LP3 hanya membantu menyiapkan pembelajaran daring setiap minggunya dan memantau para dosen yang mengunggah bahan ajar tersebut, terutama dosen pelopor. Apabila ada dosen yang belum mengunggah atau menyiapkan konten akan dilaporkan kepada rektor. Nantinya, rektor akan memberikan imbauan kepada dekan di fakultas dan harus ditindaklanjuti. “Nah, itu LP3 yang memonitor setiap minggunya,” tutur pria paruh baya ini.
Tanggapan Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Daring
Ayu Saraswati, mahasiswi Jurusan Sastra Inggris bercerita pengalaman kuliah daring di paruh akhir semester genap sebelumnya. Dia mengaku tidak nyaman dengan perkuliahan daring karena belum terbiasa dan akses internet yang kurang memadai. Karena susah mendapatkan koneksi yang baik, dia kerap tiba-tiba keluar sendiri dari kelas. Selain itu, pemahaman materi saat kelas daring menjadi kurang. “Aku nggak paham, ada yang cuma ngasih tugas tanpa penjelasan, jadi kita disuruh cari sendiri belajar sendiri,” kata Ayu. Tak ada pembahasan lebih lanjut. “Terus hasil tugasnya nggak dibalikin, jadi nggak tahu mana salah mana benar,” imbuhnya. Agar tak salah paham, dara kelahiran Batam ini pun memperjelas ucapannya. “Nggak semua dosen begitu sih, cuma satu atau dua saja,” jelasnya. Saat ditanya persiapan kuliah daring mendatang, Ayu mengaku tak ada persiapan khusus. Dia berharap pandemi Covid-19 segera berlalu. Kuliah daring nantinya diharapkan lebih baik dari sebelumnya. Menurut Ayu, tidak ada keharusan menggunakan Sipejar. Kendati demikian, dia berharap layanan tersebut tidak error terus.
Di sisi lain, sebagai mahasiswi FMIPA Jurusan Matematika, Wafiq Azizah berpikir tentang praktik perkuliahan. Semeter gasal nanti dia akan menempuh salah satu mata kuliah yang praktiknya di laboratorium komputer. “Di jurusan sudah tersedia aplikasi khusus untuk praktiknya, jadinya nanti belum tahu besok pakai aplikasi yang bagaimana,” kata Wafiq. Sehati dengan Ayu, kurang stabilnya koneksi internet juga menjadi momok bagi Wafiq. “Di desa sering mati lampu, terus susah sinyal juga,” tuturnya. Dari sekian dampak negatif tersebut, ada pula dampak positif yang didapatnya. “Sisi positifnya, nggak ketemu sama dosen-dosen killer dan persfeksionis FMIPA,” candanya.
Kuliah daring memang kerap berujung pada keharusan mahasiswa untuk bisa belajar lebih mandiri. Sayangnya, tidak semua mahasiswa mampu melakukannya. Tak jarang timbul kesalapahaman karena tidak menatap ekspresi wajah dan gesture lawan bicara. “Kalau belajar sendiri itu sulit memahami, kalaupun tanya di grup terus dosen menjelaskan dengan teks, nggak paham sama sekali,” keluh Wafiq. Dia mengatakan lebih enak kuliah tatap muka. Kasus yang serupa juga dialami Ayu. Dia beranggapan kurang terbiasanya menjelaskan dengan teks singkat kerap menimbulkan kesalahpahaman. “Akhirnya banyak yang salah tangkap, terus buat ngelurusinnya butuh waktu juga,” kata Ayu.
Wafiq dengan terus terang mengatakan ada persiapan khusus sebelum kuliah daring semester gasal 2020/2021 dimulai. Dia berencana memasang jaringan internet Wi-Fi dengan berinduk pada perangkat tetangganya. “Tapi kan di instagram UM ada pengumuman juga kalau semester depan dapat kuota gratis 10 GB, ya alhamdulillah juga kalau gitu,” ucap Wafiq dengan riang. Sebagai salah seorang pengguna Sipejar, dia berharap sistem tersebut bisa lebih baik lagi. Ia mengaku produk UM tersebut sangat efektif bagi mahasiswa. “Sebenarnya Sipejar sangat efektif digunakan bagi mahasiswa UM karena fitur-fiturnya juga lengkap menurutku,” ulas gadis berkacamata ini. Merespons ulasan tersebut, UPT PTIK UM berupaya seoptimal mungkin agar Sipejar lebih baik lagi.
Aplikasi yang Disiapkan UM Selama Pembelajaran Daring
Aplikasi utama yang disiapkan UM adalah Sipejar yang merupakan kombinasi dari Siakad dengan Learning Management System (LMS) yang sudah lebih dikembangkan. UM menggunakan Sipejar agar proses pembelajaran dan nilai bisa terekam, serta data tidak bisa digunakan oleh pihak lain. Namun, tidak menutup kemungkinan pembelajaran juga memanfaatkan aplikasi lain seperti What’sApp (WA), Google Meet, Zoom, dan lain-lain. Hanya saja, pembelajaran dengan menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut prosesnya tidak terekam seperti di Sipejar. LP3 menyarankan kepada para dosen untuk tidak memindahkan proses pembelajaran konvensional ke pembelajaran daring karena bisa memakan waktu dan biaya. “Sekarang dosen sudah diperbolehkan memberikan materi kepada mahasiswa secara tatap muka saat proses pembelajaran daring dengan durasi waktu 30 menit. Selama 16 kali pertemuan kuliah dalam satu semester, proses tatap muka secara daring dilakukan maksimal sebanyak dua kali, yang lebih banyak nanti yaitu asinkronus. “Artinya, dosen memberikan tugas kepada mahasiswa dan mahasiswa mengerjakan tugas tersebut, kemudian dibahas melalui teknologi yang ada,” tambahnya.
Menyiasati mahasiswa yang belum mempunyai smartphone ataulaptop, nantinya UM akan menyediakan modul atau strategi khusus yang harus disiapkan oleh dosen. Sebab, sebelum perkuliahan belum mulai dosen dituntut harus punya variasi dan inovasi. Hal itu untuk menyiapkan segala kemungkinan yang terjadi selama pembelajaran daring, sehingga semua mahasiswa mendapatkan pelayanan yang sama dari dosennya. Kemungkinan lain, akan ada gadget yang dapat dipinjamkan kepada mahasiswa untuk bisa mengakses bahan ajar yang diberikan dosen.
Harapan dan Pesan Menyambut Pembelajaran Daring
“Harapannya, pembelajaran dapat berjalan secara efektif, artinya kalaupun pembelajaran dilaksanakan secara daring kualitas pembelajarannya tetap mencapai target kurikulum. Sehingga semua pihak dapat outcome pelayanan yang memuaskan. Proses dapat berjalan maksimal,” harap Wayan, pria yang murah senyum itu. Karena semua proses pembelajaran akan dilaksanakan daring dan UM telah menyiapkan Sipejar, Wayah berharap mahasiswa dan dosen bisa lebih akrab dengan Sipejar dan bisa menggunakan secara optimal. “Kalau ada hambatan segera informasikan kepada LP3, sehingga kami bisa membantu,” tutupnya mengakhiri wawancara.
Peran Sipejar UM dalam Rencana Perkuliahan Daring Semester Gasal 2020/2021
Sipejar dapat terintegrasi dengan Sistem Pembelajaran Daring (Spada) Indonesia. Spada Indonesia adalah salah satu produk dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk meningkatkan pemerataan akses terhadap pembelajaran yang bermutu di perguruan tinggi. Fitur Sipejar saat ini sudah sangat lengkap. Ada video conference, chatting, fitur materi dalam bentuk video maupun multimedia, koneksi ke sumber belajar online lainnya, dan masih banyak lagi. Sipejar juga bisa dikoneksikan dengan platform pembelajaran daring lain seperti Zoom, WA, Google Meet, Classroom, dan sebagainya. “Sedangkan untuk persiapan teknis Sipejar, setiap semester selalu ada penambahan server khusus,” ungkap Mahmudin Yunus, S.Kom., M.Cs., Kepala UPT PTIK UM.
Selain optimalisasi pemakaian Sipejar, pada semester gasal nanti UM akan memberikan bantuan kuota paket data internet untuk mahasiswa mulai September—Desember. Besaran kuota tersebut hingga 10 giga byte (GB) per bulan untuk masingmasing mahasiswa. Irkhamin/Tanzilla