4 minute read
Hadapi Fitnah dengan Tawakal pada Mahakuasa
Kholisin saat berwisata di kebun melon
Pandemi Covid-19 masih menyelimuti dunia. Makhluk kecil ini telah memengaruhi berbagai sektor kehidupan. Bahkan, tak terhitung jumlah keluarga yang harus mengikhlaskan anggota keluarganya. Di sisi lain, pasien positif yang sembuh juga menggembirakan dan harus disyukuri, salah satunya adalah Dr. H. Kholisin M.Hum.. Dosen Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang (UM) yang pernah dinyatakan positif Covid-19 kini telah dinyatakan sembuh dan telah beraktivitas normal. Kabar bahwa Kholisin positif Covid-19 sempat menjadi sorotan di berbagai media Malang Raya, bahkan ada beberapa kabar hoaks tentang dirinya.
Advertisement
Menelusuri memori beberapa bulan lalu, Kholisin bercerita pada kru Komunikasi. Bermula pada bulan Rabu siang (18/3), Kholisin pulang dari Asrama Haji Sukolilo Surabaya setelah mengikuti pembekalan terintegrasi calon petugas haji 2020 selama sepuluh hari. Saat itu keadaannya sehat. Namun, Minggu sore (22/3), dirinya merasa demam dan berobat ke klinik. Di sana dia diperiksa, diambil sampel darah, dan rekam jantung untuk diuji laboratorium. Hasilnya tidak ada masalah, dia hanya diberi obat dan diperbolehkan pulang.
“Dua hari berikutnya karena masih belum sembuh total, saya berobat lagi. Saya ditanya tentang riwayat bepergian. Saya jawab apa adanya dan akhirnya identitas saya didata,” terangnya. Kemudian, Kholisin dites rapid di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kepanjen pada (29/3) dan hasilnya negatif. Meskipun telah dinyatakan negatif, Kholisin tetap dites swab beserta delapan orang peserta pelatihan dari Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) pada (3/4). Sebelum hasil tes swab keluar, istrinya juga jatuh sakit. Menurut dokter yang memeriksa, sang istri sakit tifus dan akhirnya dirawat di Rumah Sakit dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang pada (6/4).
Selasa sore (7/4) muncul berita menghebohkan yang menyatakan Wakil Katib Syuriah Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Malang tersebut positif Covid-19. Saat itu kondisi bapak tiga anak ini sehat dan sedang menjaga istri di rumah sakit bersama anaknya. Namun, dosen yang berdomisili di Bululawang ini tetap menjaga istrinya dengan mematuhi protokol Covid-19 karena sudah masuk kategori orang dalam pemantauan (ODP). Tidak lama setelah itu, dia didatangi dua orang yang menggunakan alat pelindung diri (APD) dan mengabarkan bahwa berdasarkan hasil swab, Kholisin dinyatakan positif. “Kaget. Karena waktu itu orang positif Covid itu masih jarang, apalagi di Malang. Di Malang selatan, saya termasuk yang generasi pertama,” tuturnya bercerita. Meskipun petugas tidak membawa surat maupun bukti secara fisik, dia mengikuti semua proses tanpa perlawanan. Kholisin kemudian diisolasi sendirian, sedangkan istrinya yang kala itu hasil swab-nya belum keluar digabung bersama empat orang dalam satu ruangan.
Menjemput mahasiswa FS PPL di Thailand
Sejak Kholisin dinyatakan positif, berita tentang kondisi dosen Jurusan Sastra Arab UM ini terus berseliweran dan rata-rata tidak diketahui sumbernya. Menurut Kholisin, banyak kabar hoaks tentang dirinya yang tersebar luas. Kabar hoaks tersebut antara lain tentang dirinya yang baru pulang dari
Singapura, anaknya bersembunyi karena takut diperiksa, dan tentang dirinya yang menolak diperiksa. Kholisin juga disebut-sebut tidak mematuhi aturan atau imbauan terkait Covid-19. “Faktanya, kami mengikuti semua proses yang diminta dari puskesmas atau dinkes. Semua laporan itu banyak bohongnya karena tidak pernah konfirmasi ke saya langsung. Seperti itulah yang kemudian menjadi bola liar di ranah publik. Jadilah berita-berita negatif yang menyudutkan saya dan keluarga,” jelasnya. Jangankan berita yang tidak jelas sumbernya, laporan resmi tentang Kholisin tertanggal 7 April juga banyak ngawurnya. “Ejaan tulisan nama saya salah, usia salah, kronologi tanggal saya pulang dari Surabaya salah. Katanya, saat itu saya dirawat di RS Kanjuruhan, itu juga bohong karena saat itu saya berada di RSSA mendampingi istri,” sanggahnya.
Kholisin menegaskan, tidak satu pun dari pihak media yang menghubungi dirinya maupun keluarganya. Menanggapi berita bohong yang beredar, Kholisin mengaku dirinya biasa saja. “Itu namanya fitnah, fitnah tidak usah dituruti,” ucapnya. Untuk mengimbangi berita, Kholisin kemudian menceritakan kisah yang dialami pada rekan media Malang Post dan Kumparan agar fitnah yang dilayangkan sedikit ternetralisir. “Saya diisolasi di rumah sakit ya tenang-tenang saja cuman secara psikologis yaitu terganggu sekali,” terang dosen Fakultas Sastra ini.
Selain dampak secara psikologis, Kholisin menceritakan bahwa dampak dari Covid-19 yang menimpa tidak hanya dirasakan oleh dirinya dan keluarga, tetapi juga dirasakan oleh warga desa. “Pokoknya ada orang keluar desa, mau beli apa ke desa lain itu tidak akan diterima waktu itu. Uangnya nggak berani pegang. Kerja di luar juga tidak boleh. Biasanya orang kerja tukang batu, tukang bikin rumah gitu langsung diberhentikan saat itu ketika dengar saya kena Covid,” kenangnya menceritakan kondisi saat itu.
Setelah tujuh hari menjalani isolasi di RS dr. Saiful Anwar, Kholisin dan istri menjalani isolasi lagi selama 18 hari di Safe House Kepanjen sejak (13/4). Dia menyibukkan diri dengan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan beribadah dan membaca AlQur’an. Sebagai seorang dosen, dia juga mengisi waktu dengan kuliah daring. Bapak tiga anak ini menganggap hal tersebut adalah sebuah ujian baginya. “Ada konsep sabar dan tawakal. ‘Kamu tiap hari ngajar sabar tawakkal, sekarang kamu saya coba seperti itu saya kasih ujian seperti ini kamu sabar apa enggak, kamu tawakkal apa enggak.’ Dalam pikiran saya seperti itu,” jelasnya.
Menurut Kholisin, berita hoaks adalah penyakit masa kini. Kholisin yang juga Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini kemudian menghubungkan dengan ayat dalam Surah al-Hujurat. “Wahai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian prasangka itu adalah dosa… Jangan kalian mencari-mencari kesalahan orang lain dan janganlah kalian menggunjing...” lanjutnya. Dia menuturkan, sebagai orang bijak, sudah seharusnya memfilter segala hal yang dikonsumsi dari media.
Setelah menjalani karantina, tepat pada (30/4) Kholisin dan istrinya diperbolehkan pulang. Dari pandemi Covid-19 yang pernah menimpanya, dia melakukan refleksi atas kekurangannya dan keluarga dalam hubungan dengan Tuhan maupun dengan sesama manusia. Kholisin juga telah menyusun makalah berjudul “Tetaplah Positif Walau Pandemi Telah Usai”. Melalui makalah tersebut, dia mengajak masyarakat untuk saling memahami bahwa Covid-19 bukanlah aib. Menurut Kholisin, sakit yang disebabkan oleh Covid-19 hanya 10%, tetapi 90% dampaknya lebih menyakitkan, mulai dampak sosial, psikologi, hingga ekonomi. “Jaga kesehatan jangan sampai terpapar Covid-19, dan ikuti semua dengan baik dan cerdas tidak perlu lebay, tapi juga tidak sembrono,” tutupnya mengakhiri wawancara.Diah