2 minute read
Raih Kemenangan Meski Dihadapkan Banyak Rintangan
Fitri Ariska, Si Pantang Menyerah pemenang Essay Challenging
Advertisement
"Sesungguhnya di balik kesulitan ada kemudahan” kutipan tersebut nampaknya sesuai untuk mendeskripsikan pengalaman Fitri Ariska ketika mengikuti ajang Essay Challenging yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia Universitas Internasional Semen Indonesia (HIMATEKK UISI) selama kurang lebih Saya juga mengutarakan niat untuk berhenti berjuang kepada ibu saya, tetapi ibu justru mendukung saya dan berpesan bahwa bagaimanapun hasil videonya, saya harus berusaha semaksimal mungkin,” tuturnya. Video pun berhasil dibuat dibantu oleh sang ibu, tetapi kendala yang dihadapi Fitri tidak berhenti sampai dua bulan (23/05-09/07). Perjalanannya dalam meraih posisi pertama dalam kompetisi tersebut penuh dengan lika-liku. Ketika mendapat informasi mengenai lomba dari salah seorang teman. Fitri belum mempunyai ide mengenai apa yang akan ia tuangkan pada esai. Seiring waktu berlalu, ia masih memikirkan gagasan yang akan ia angkat nantinya. Lambat laun, ia justru lupa akan kompetisi ini karena ia juga tengah disibukkan oleh pembuatan karya tulis lainnya. Ia baru mulai mengerjakan esainya enam hari sebelum tanggal pengumpulan.
Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial (FIS) ini tidak berharap lebih akan hasilnya karena ia berniat menambah pengalaman serta mencari ilmu setiap kali mengikuti perlombaan. Pada waktu diumumkannya finalis, pihak panitia mengabarkan bahwa Fitri lolos, sehingga ia perlu membuat video presentasi untuk melaju ke babak final. “Saya merasa begitu bersyukur, tetapi rasa senang tersebut sirna mengingat kaki saya saat itu sedang infeksi. Digunakan untuk berdiri saja tidak bisa, bagaimana saya akan membuat video?” kenang Fitri ketika diwawancara Kru Komunikasi. Masalah kesehatan yang dialami Fitri membuat mahasiswi tersebut ragu untuk melanjutkan perjuangannya, tetapi dukungan dari orang-orang terdekat berhasil memantik kembali api semangat dalam dirinya. “Awalnya saya tidak ingin melanjutkan ke tahap selanjutnya. Saya sempat sharing mengenai lomba ini kepada kakak tingkat yang membimbing saya di UKMP (Unit Kegiatan Mahasiswa Penulis) dan beliau mengirimkan contoh video presentasi yang bisa saya pelajari. Namun kaki saya masih menjadi kendala untuk membuat video. di titik tersebut. “Pada hari pengumpulan video, sinyal di daerah tempat tinggal saya sangat buruk, sehingga ibu sampai membelikan saya simcard baru. Video saya berhasil terkirim, tetapi begitu melakukan konfirmasi, panitia berkata video saya belum ada. Saya sangat panik karena saat itu merupakan menit-menit terakhir deadline pengumpulan. Saudara saya menyarankan untuk mengirim ulang video tersebut, dan Alhamdulillah video saya akhirnya sampai ke pihak panitia,” tutur mahasiswi jurusan Hukum dan Kewarganegaraan tersebut.
E-voting video ialah tahap terakhir sebelum ditentukannya pemenang lomba. Fitri mengajak temantemannya untuk memberikan like serta komentar di postingan videonya. Perjuangan Fitri-pun terbayar ketika esai buatannya diumumkan sebagai pemenang pertama kompetisi tersebut. Karya Fitri terinspirasi dari banyaknya mayarakat yang melanggar protokol kesehatan dengan tidak menjaga jarak. “Saya mengangkat suatu gagasan yaitu Automatic Distance Detection atau Pendeteksi Penataan Jarak Kumpul di Tempat Umum sebagai upaya mitigasi penyebaran COVID-19. Diharapkan teknologi ini dapat membantu masyarakat menjaga jarak sambil tetap menjalankan aktivitas,” jelasnya.
Motivasi Fitri yang besar untuk menulis salah satunya datang dari kutipan Pramoedya Anata Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Dengan pengalaman yang telah ia peroleh, Fitri-pun semakin bersemangat untuk mengikuti kompetisi lain dan bertekad untuk tidak mudah menyerah dengan segala rintangan yang ada di depannya kelak. Zahirah