4 minute read

Rintis Studio Animasi Usai Tamat SMK

Hafid menerima kenang-kenangan usai mengisi seminar animasi oleh Imago di Lecture Hall Universitas Multimedia Nusantara (UMN).

Pribadi dok.

Keinginannya masuk kampus seni padam. Hafidz Azroi dinyatakan tidak lolos seleksi masuk Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Pelik memang, tapi bukan akhir. Ajakan datang dari tiga temannya. Baru tamat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Hafidz dan rekan-rekannya merintis studio animasi Allie Animation. Bukan awal mudah bagi mereka berempat. Pasalnya, modal berasal dari patungan seadanya. Tempat masih di rumah teman. Hafidz mengaku sulit agar studio animasinya dikenal orang. Hingga akhirnya ketiga temannya perlahan mundur. “Waktu itu tempatnya masih di rumah teman, alat-alat juga hasil patungan seadanya, satu komputer dan laptop pribadi, cuma yang bertahan sampai sekarang saya,” kata Hafidz.

Advertisement

Hafidz mengisi workshop ilustrasi digital di Artsybition Seni dan Desain UM.

Pribadi dok.

Bidang kreatif bukan hal baru bagi Hafidz. Saat usia Sekolah Menengah Pertama (SMP), dia coba menjual kaos dengan desainnya sendiri. Sayangnya, usaha tersebut tak berlanjut. “Dulu pernah waktu SMP coba bikin brand distro jual kaos yang aku desain sendiri, sebelum akhirnya vakum karena beberapa alasan,” ungkap Hafidz. Baginya, coba-coba tanpa ilmu cukup jadi pengalaman. Pengetahuannya bertambah saat dia putuskan masuk Pribadi SMK. Hafidz menjelma sebagai dok. siswa Jurusan Animasi. Dari sana dia mendapat arahan di bidang kreatif. Bersinar, terbukti Hafidz menjadi wakil sekolahnya pada Lomba Kompetensi Siswa (LKS). Hafidz tamat SMK tahun 2016. Sejak saat itu laki-laki domisili Karangploso ini mulai fokus di industri kreatif.

Bukan dari keluarga pelaku seni, tak berarti nihil dukungan. Orang tua Hafidz selalu memotivasi putranya. Ibunya seorang penjual kue. Tangan terampilnya mahir menghias hasil adonan tersebut. Hafidz menyebut bakat menggambarnya turunan sang ibu. “Yang pasti keluarga ngedukung banget, apalagi ortu ya, cuman ya ada beberapa yang julid sedikit karena ga ngerti apa itu industri kreatif,” ungkap Hafidz. Agar asap dapurnya tetap mengepul, koneksi dari tempat magang saat SMK jadi andalan. Namun adakalanya ketika jalan tak selalu mulus. Bekerja tanpa

Hafidz (atas) dan rekan di studio Allie Animation.

Pribadi dok.

Pribadi mendapat upah misalnya. “Pernah dulu dok. awal-awal, ya memang karena belum pakai MoU dan juga kliennya bukan Menjemput mahasiswa FS PPL di Thailand orang baik aja, bukan rezeki,” kenangnya. Hafidz memaknai pengalaman sebagai guru terbaik. Dia sadar masih banyak yang perlu dibenahi. Hal baru dia dapat saat bergabung dengan Forum Animasi Malang (FAM). Demi memperdalam lagi ilmunya, kini Hafidz menempuh pendidikan di Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Negeri Malang (UM).

Hafidz mengambil hikmah dari setiap pasang-surut industri kreatif. Menurutnya, profesi di bidang kreatif punya kemungkinan kecil digantikan oleh Artificial Intelegence (AI). Meskipun sudah ada ruang yang diisi AI, tetapi esensi asli ide kreatif tetap berasal dari jiwa seni manusia. “Apalagi saya berfokus ke animasi dua dimensi dimana kita sangat bergantung ke SDM berupa tenaga kerja manusia ya bukan robot kayak di pabrik,” tutur Hafidz. “Meski software berkembang pesat tapi tetap animasi 2D itu berpegang pada skill orangnya dalam hal handrawing dan nilai seninya,” imbuhnya. Pandemi turut berimbas pada studio animasinya. Founder dan Director ini mengatakan banyak project yang batal dan dana yang minim karena alasan pandemi. Hafidz mengaku cukup jadi tantangan usahanya tetap bisa beroperasi, apalagi di tengah pandemi saat ini.

Selalu akan ada pelangi setelah hujan badai yang lebat. Gemilang prestasi mengukir perjalanan Allie Animation. Beragam penghargaan bergengsi diraih seperti Juara 1 Animasi Pendek Terbaik dalam Anifest Surabaya, Juara 1 Animasi Terbaik dalam Police Movie Festival 4, Special Mention by Jury Best Animation Short Film dalam Hellofest 12th, tiga award sekaligus (Best Animated Short Film, Audience Selection, dan Special Mention) dalam CRAFT International Animation Festival, dan Nominee Best Short Animated Film dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2017. Meskipun sekadar nominasi di FFI 2017, Hafidz mengaku pengalaman tersebut paling berkesan. Senyum semringah raut wajahnya menghias fotonya bersama Joko Anwar, sutradara, dan produser ternama. “Film-film kami juga pernah ditayangkan di festival mancanegara seperti O!PLA–Polandia, Asean–Korean Cultural Night,” kata Hafidz. Selain itu, terjalin banyak kerja sama dengan seniman ibu kota. Kolaborasi lainnya bahkan dari luar negeri seperti USA, Prancis, Russia, Singapore, dll. Pencapaiannya tak lepas dari sosok idola. Tokoh seperti Hayao Miyazaki, Katsuhiro Otomo, Zack Snyder, dan Chris Nolan menjadi panutan Hafidz dalam berkarya. Keinginannya bukan menjadi seperti mereka, melainkan jadi diri sendiri pada level yang sama. Konsisten, komitmen, dan progresif menjadi pegangan erat Hafidz. Portofolio karyanya kerap mengangkat perpaduan budaya lokal dan modern. Hafidz mengungkapkan itu sebagai ciri khasnya. “Sebagai watermark yang subliminal, sekalian juga mau nunjukin budaya lokal itu bisa loh dipadukan sama unsur modern bahkan futuris,” ungkapnya. Adakalanya artblock, kondisi sukar akan inspirasi atau ide. Rehat sejenak menjadi alternatif baginya. “Ya stop dulu saja, istirahat, jalan-jalan, socialize, nonton film dsb.,” kata Hafidz yang esoknya harus terbang ke Bandung. Saat ditanya soal karya pertamanya, Hafidz menjawab cukup puas, meski bukan karya pamungkas. “Ya ambil contoh saja Studio Ghibli, walaupun salah satu filmnya sudah dibilang masterpiece, tapi tetap mereka akan bikin sesuatu yang baru lagi, terus sampai akhir hayat,” tutur laki-laki kelahiran 1997.

Kini Allie Animation berkantor di Jalan Gembrung, Karangploso. Perlengkapan mulai memadai dan cukup untuk tujuh sampai sepuluh orang. Selain tim inti lima orang, studio animasi dihuni tim internship juga lima orang. Dari kacamatanya, Hafidz menyebut industri animasi tanah air masih baru. Perlu banyak perbaikan dari pemerintah maupun pelakunya. Laki-laki dengan gaya rambut cepak ini optimis, industri kreatif akan andil besar dalam perekonomian negara. Harapan tinggi harus diimbangi dengan perbaikan kualitas produk industri kreatif. Industri kreatif akan membaik jika produk juga baik. “Disipilin dalam menghasilkan karya yang berkualitas itu penting, nanti industri yang ideal akan bertumbuh sendirinya,” tutup Hafidz. Irkhamin

This article is from: