1 minute read

Memorabilia Sebuah Ledakan: Beirut, Lebanon

oleh Yohan Fikri

Konon, Tuhan sendirilah yang menanam pohon-pohon cedar sepanjang pegunungan libani.

Advertisement

Pohon yang dipercayai, daunnya senantiasa hijau, walau terus dipapar panas matahari.

Seseorang entah siapa mengambilnya sebatang, dan lalu menjadikannya perlambang.

Waktu demi waktu, negeri itu terus menggeliat, melata, dan menyusuri abad abad.

Hingga,

sebuah ledakan mengguntur di angkasa dan membakar hangus hutan-hutan cedar yang menghijau di bola mata penduduk ibukota.

Mengubah nasib sewarna kulit batangnya yang hitam keabu-abuan —galur-galur luka membopeng di tubuh mereka.

Kiamat meletus dari gudang zat eksplosif yang menimbulkan sedentur ledakan masif.

Nasib buruk jatuh bagai sauh raksasa yang dilempar seorang kelasi agar maut menambatkan diri.

Darah tumpah dari tubuh penduduk, dan memoles warna terakota pada langit Beirut yang redum.

Jubah gemerlapan yang ia kenakan telah terbakar, tubuhnya penuh luka-luka nanar

Beirut berlutut, pesakitan yang mengaduh digilas maut. Tak ada lagi harum mur yang manis tercium dari jauh hutan-hutan aras yang magis. Hanya tersisa amis darah, tangis pasrah, bergetah di tubuh-tubuh rebah.

Malang, 2020

Penulis adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Juara 1 Kompetisi Penulisan Puisi majalah Komunikasi

This article is from: