1 minute read
Tata Boga UM : Olah Makanan Diet bagi Anak Autis Penderita Alergi
Senyum bahagia peserta saat pelatihan pengolahan makanan
Jurusan Tata Boga Universitas Negeri Malang (UM) bekerja sama dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) Autis Laboratorium UM menggelar pelatihan pengolahan makanan diet GFCF berbasis tepung komposit daun kelor dan kentang tengger. Kegiatan ini berlangsung di Laboratorium Tata Boga Teknologi Industri Fakultas Teknik UM, Selasa (13/10). Pelatihan ini diikuti oleh semua guru SLB Autis Laboratorium UM. Tujuan dari pelatihan tersebut agar para guru bisa menerapkan diet bebas gluten atau gluten free dan bebas kasein atau casein free (GFCF) kepada anak autis yang menderita alergi. Alergi utama pada anak autis dapat dipicu oleh penggunaan bahan utama atau tambahan gluten (protein alami dari kelompok jenis gandum, seperti tepung, terigu, oat, barley) dan casein (protein alami dalam susu dan olahannya, seperti keju dan yogurt). Luthansyah Nur Iswara, Kepala Sekolah SLB Autis Laboratorium UM mengatakan bahwa pelatihan ini berawal dari ide Jurusan Tata Boga UM yang memiliki produk makanan untuk menunjang anak autis. “Kebetulan sekolah kami mempunyai kelas vokasi memasak. Jadi, tercapailah pelatihannya. Walaupun pelatihan ini pesertanya hanya guru, tapi nanti kami implementasikan ke siswa-siswi,” ujarnya.
Advertisement
Acara tersebut berlangsung sejak pukul 11.00 hingga 14.15. Diawali dengan sambutan ketua pelaksana, disusul sambutan Kepala Sekolah SLB Autis Laboratorium UM, serta penyampaian materi pengenalan bahan GFCF berbasis tepung kelor dan kentang tengger. Pemateri dalam pelatihan ini yaitu Dr. Titi Mutiara Kiranawati, M.P. Peserta pelatihan sangat antusias mendengarkan penyampaian pemateri. Usai penjelasan dari pemateri, peserta dibagi menjadi tiga kelompok dan setiap kelompok membuat salah satu dari tiga jenis jajanan, seperti Blondies Kelor Kukus dari tepung kentang dan tepung kelor, Pumpkin Velve (velve labu kuning), Dragon Fruit Velva (velva buah naga), Velva Lasike, dan Kue Kering daun Kelor. Pada saat praktik membuat jajan, peserta sangat mencermati hingga proses menghias jajan.
Dewi, salah satu guru SLB Autis Laboratorium UM mengatakan bahwa pelatihan tersebut sangat menarik. “Kami belum pernah mengadakan pelatihan pengolahan makanan diet dengan bahan daun kelor yang pesertannya guru secara langsung,” ungkapnya. Diceritakannya seusai kegiatan berlangsung bahwa dirinya ingin mengikuti pelatihan seperti itu lagi. Kegiatan tersebut diakhiri dengan evaluasi dan doa. “Pelatihan ini diharapkan dapat membuat hubungan berkesinambungan antara sekolah kami dengan UM. Tentunnya, anak-anak dapat membuka peluang kerja di masa yang datang dengan menu diet semacam itu,” pungkas Kepala Sekolah SLB Autis Laboratorium UM.Izam