3 minute read

Love for Imperfect Things : Nasihat Masa Kini Penangkis Anxiety

Next Article
DANYANG

DANYANG

oleh Maria Ulfa

Love for Imperfect Things: How to Accept Yourself in a World Striving for Perfection

Advertisement

Penulis : Haenim Sunim

Penerbit : Penguin Books

Tahun terbit : 2018

Generasi masa kini memang sudah akrab dengan kata anxiety yang dalam bahasa Indonesia berarti kecemasan. Terlebih, mudahnya akses media sosial yang acapkali membuat penggunanya membandingkan diri dengan orang lain. Terlalu banyak membanding-bandingkan diri akan mempersulit diri kita menerima dan mencintai diri sendiri. Pokok permasalahan yang seringkali memberatkan hati terjadi karena kita terlalu mencemaskan masa depan atau tidak bisa melepaskan masa lalu, sehingga tidak bisa fokus pada masa masa sekarang. Melalui buku setebal 259 halaman ini, Haenim mengajak kita untuk legowo dan neriman atas segala ketidaksempurnaan diri dan dunia ini.

Buku yang telah diterjemahkan lebih dari 15 bahasa ini memiliki delapan bab yang masing-masing mempunyai dua subbab dengan topik yang saling berkaitan. Topik yang dibahas di antaranya self-care, keluarga, empati, hubungan, keberanian, healing, enlightenment, dan penerimaan. Pada setiap bab Haenim menuturkan pengalamannya atau pengalaman orang lain yang berkaitan dengan topik bab tersebut. Dilanjutkan dengan beberapa halaman yang berisi nasihat yang tidak terasa menggurui dan ngena di hati. Menyelami kata demi kata yang tertulis terasa seperti pulang ke rumah dan diberi pelukan hangat.

Dalam bab self-care, pembaca diajak untuk berbaik hati pada diri sendiri terlebih dulu, kemudian baru pada orang lain. Mengapa begitu? Haenim menjelaskan bahwa seringkali orang terjebak hidup berdasarkan apa yang orang lain minta, lalu mengabaikan hasrat dan kebutuhan diri sendiri. Padahal banyak masalah psikologis terjadi karena emosi yang seharusnya dirasakan malah justru diabaikan dan dipendam. Merepresi emosi itu layaknya sebuah kolam yang airnya stagnan, lama kelamaan air tersebut menjadi keruh dan bau.

We are worthy of being loved not because of what we do well, but because we are precious living beings. Even if you don’t achieve the perfection the world demands, your existence already has value and is worthy love. (hlm.18)

Ada hal yang menarik perhatian saya, Haenim menyebut novel Please Look After Mom (diterbitkan dalam bahasa Indonesia berjudul Ibu Tercinta, 2018) dalam bab Keluarga. Dia menceritakan pengalamannya ketika memimpin meditasi dan mengarahkan audiens untuk memikirkan orang yang mereka cintai dan mendoakan mereka. Namun, seringkali kita tidak mengekspresikan perasaan tersebut karena berasumsi mereka telah mengetahuinya. Dalam novel karangan Kyung Shook-shin tadi, tokoh utama kehilangan ibunya dan mulai menyadari betapa ia mencintai ibunya. Dalam bab ini berisi nasihat yang tidak hanya ditujukan pada anak, namun juga untuk orang tua. Contohnya saat dia menuturkan agar orang tua tidak terlalu khawatir saat sang anak bebal dan bersikeras melakukan sesuatu dengan caranya sendiri. Hal itu karena mereka ingin belajar mandiri. Hubungan anak dengan ayah pun turut dijelaskan dalam bab ini. Disusul pembahasan tentang empati yang membahas tentang bagaimana sebuah pelukan dan menjadi pendengar yang baik dapat menguatkan hati.

Buku ini adalah buku yang mengajak kita merefleksikan hal yang terjadi dalam hidup, misal kegagalan, kecemasan, dan kekecewaan. Siapa yang menyangka rahib seperti Haenim pernah depresi dan tidak bahagia ketika SMA? Jika kesedihan menghampiri, menangislah saja seperti langit yang sedang hujan.

“We all experience feelings of depression at some point in our lives. When you do, notice that the fuel for depressed feelings is negative thoughts. If we keep feeding the feeling with those thoughts, the feeling grows stronger and stays longer. Rather than being trapped in negative thoughts, shift your attention to your body and breathe deeply. As the mind clears, so will the feeling” – (hlm.186)

Berkolaborasi dengan ilustrator Lisk Feng, Love for Imperfect Things tampil menyegarkan dan memanjakan mata. Ada lebih dari 25 ilustrasi ciamik di sela-sela pembahasan topik dan kutipan nasehat. Saya rasa buku ini bukanlah model buku yang habis sekali baca, melainkan pickme-up book. Membacanya bisa kapan saja saat Anda merasa butuh nasihat. Penulis adalah mahasiswa Jurusan

Pendidikan Bahasa Inggris dan Juara 1 Kompetisi Penulisan Pustaka majalah Komunikasi

This article is from: