2 minute read

UP TO DATE

Next Article
0PINI

0PINI

Waspadai Kartel Lomba Internasional Abal-Abal

Hendra Susanto, Ph.D., Direktur Kemahasiswaan dan Alumni UM

Advertisement

Keberadaan kartel lomba internasional abal-abal telah dideteksi sejak tahun 2019, semenjak Bapak Hendra selaku narasumber bergabung dengan kemahasiswaan dan menemukan beberapa kecurigaan. Kartel merupakan organisasi yang menyelenggarakan perlombaan internasional, tetapi tidak berkualifikasi, mulai dari proses review, presentasi, hingga seleksinya. Bahkan, lomba yang disebut-sebut bertaraf internasional ini tidak sesulit seleksi lomba-lomba nasional, seperti PKM yang diadakan Kemendikbud. Pada kartel lomba internasional abal-abal ini terdapat beberapa indikasi. Indikasi yang paling terlihat adalah melalui rekening pembayarannya, contohnya perlombaan internasional tetapi menggunakan metode pembayaran melalui rekening Bank Mandiri.

Pelaku kartel lomba internasional abal-abal ini masih belum diketahui dengan pasti. Kemungkinan besar pelakunya adalah oknum-oknum pelajar Indonesia, baik internasional maupun nasional yang memanfaatkan antusiasme pelajar dalam mengikuti perlombaan, terutama yang bertaraf internasional. Hal itu terjadi karena bagi pelaku, penyelenggaraan lomba internasional yang tidak berkualitas ini dipandang menguntungkan dan juga dapat digunakan sebagai ladang bisnis. Selain itu, saat terjadi pandemi Covid-19, lomba internasional abal-abal ini semakin menjamur dibandingkan dengan sebelumnya mengingat segala sesuatu dilaksanakan secara online, sehingga membuat kewaspadaan pun cenderung berkurang.

Dampak kartel lomba abal-abal telah banyak dirasakan berbagai kalangan dalam dunia pendidikan, mulai dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi. Bagi perguruan tinggi, kartel lomba abal-abal ini sangat merugikan karena pemberian reward atas perlombaan yang telah diraih mahasiswanya dirasa tidak sepadan dengan kualitas kejuaraan tersebut. Dampak ini telah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir, sehingga perlu adanya tindak lanjut agar tidak semakin merugikan. Selain itu, para pelajar juga tentunya dirugikan dengan adanya kartel perlombaan internasional abal-abal ini karena kualitas prestasi mereka tidak sebanding dengan yang dibayangkan dan dapat berdampak di kemudian hari. Oleh karena itu, Bapak Hendra menjelaskan bahwa beliau telah melaporkan hal tersebut kepada pihak Belmawa untuk menindaklanjuti dan mewaspadai agar hal ini tidak merugikan pelajar dan juga Lembaga Pendidikan lagi. Forum pimpinan mahasiswa nasional juga sudah melaporkan ke Belmawa agar kejadian serupa tidak terulang. Salah satu upaya untuk mengatasi kartel lomba internasional abal-abal yang semakin menjamur di UM ini adalah dengan meniadakan pembiayaan untuk perlombaan internasional maupun nasional yang kurang jelas asalnya. Selain itu, reward untuk perlombaan-perlombaan juga ditiadakan, kalaupun diberi reward maka akan dibayar sebanyak biaya pendaftarannya atau setara dengan lomba nasional. Sosialisasi juga diberikan oleh WD III bagi pihak internal UM secara persuasif. Saat ini, telah ada beberapa peraturan yang diubah, seperti pemberian reward yang harus double layer, sehingga lebih ketat. Sementara itu, bagi pelajar sekolah menengah yang menggunakan sertifikat perlombaan abal-abal ini untuk kepentingan pendaftaran di UM jelas tidak akan diloloskan.

Perkembangan kartel lomba internasional abal-abal ini semakin meningkat, sehingga berbagai pihak harus lebih waspada dalam mengantisipasinya. Untuk mahasiswa, disarankan untuk lebih baik mengikuti kompetisi nasional dibandingkan dengan perlombaan internasional yang belum dapat dipastikan kredibilitasnya. Mahasiswa juga perlu waspada karena secara tidak langsung mengikuti lomba internasional yang abal-abal ini akan merugikan diri sendiri di masa depan. Intinya, mahasiswa harus benar-benar selektif untuk tidak mudah tertipu atas embel-embel internasional.

Nuriyatul

This article is from: