3 minute read
PUSTAKA
Pernahkah kamu berjanji? Apa yang akan kamu lakukan setelah mengikrarkan janji? Berusaha menepatinya ataukah hanya menganggap sebagai jalan pintas untuk berusaha keluar dari masalah? Melalui novel setebal 486 ini, Tere Liye ingin mengajak pembaca untuk mengingat kembali hakikat dari apa itu janji. Tidak peduli siapa kamu, dari mana asal dirimu, apa latar belakang atau masa lalumu. Sekali mengikrarkan janji, apapun tantangan ke depannya, berapapun harga yang harus dibayar, janji tetaplah janji yang harus ditepati
Berangkat dari kisah 3 sekawan (Hasan, Baso, dan Kaharuddin) yang suka mencari masalah dengan tujuan ingin keluar dari sekolah agama. Mereka banyak sekali membuat ulah dan puncak dari segala kejahilan mereka adalah membuat onar suatu acara kunjungan tamu agung di sekolah agama mereka. Dari masalah fatal tersebut, membuat Buya menghukum mereka dengan memberikan tugas mencari Bahar, seorang murid nakal yang pernah belajar di sekolah agama tersebut 40 tahun yang lalu. Bahar adalah seorang pemabuk, suka menyabung ayam, berkelahi, membuat gaduh kampung, membakar sekolah hingga membuat salah satu santri menjadi korban dan membuat Buya (ayah Buya sekarang) terpaksa mengeluarkan ia dari sekolah agama. Tidak ada hal baik lagi yang tersisa dari seorang Bahar. Namun, terlepas dari perbuatan onarnya tersebut malah bisa membuat seorang Buya mencarinya. Apa yang membuatnya begitu spesial?.
Advertisement
Di sinilah Tere Liye, dengan bahasa khasnya yang mengalir dan mudah dipahami ingin mengajak pembaca menemani 3 sekawan mencari jawaban tersebut dengan berpetualang, menapaktilasi rekam jejak Bahar. Bertemu dari informan satu ke informan lainnya, berpindah dari satu daerah ke daerah lainnya. Hingga pembaca bisa melihat sepak terjang kehidupan Bahar yang penuh likaliku, bertabur asam garam kehidupan selepas ia keluar
Janji: Meniti Jejak Sang Pengembara
oleh Nurul Imaniyah
Judul buku : Janji Cetakan : Juli 2021 Penulis : Tere Liye Penerbit : Sabak Grip
dari sekolah agama. Proses perjalanan yang tidak hanya digambarkan mulus, tetapi banyak pula menemukan “kerikil” yang secara tidak langsung membuat 3 sekawan pun juga belajar berdamai dengan masalah kehidupan mereka masing-masing.
Bahar yang suka membuat onar, mabuk-mabukan, tetapi juga tidak segan untuk menolong orang lain merupakan salah satu hal yang menarik dari novel Janji. Tere Liye seperti ingin menyampaikan pesan yang sebagian besar dari kita pasti pernah mendengarnya, yaitu “don’t judge book by the cover”. Boleh jadi apa yang kita lihat buruk sesungguhnya tidak benarbenar buruk dan sebaliknya, apa yang kita lihat baik sesungguhnya tidak benar-benar baik. Bahar yang benci kepada Tuhan sejak kepergian istrinya karena suatu tragedi memilih kabur dan menghabiskan 8 tahun hidupnya berprasangka buruk pada Tuhan. Sampai pada suatu waktu dia “terkubur” dalam perut bumi dan membuatnya paham akan satu hal: “Kita selalu bisa memilih, bersabar atau marah. Bersyukur atau ingkar. Bahkan saat situasi itu memang menyakitkan, boleh jadi tetap ada kebaikan di sana. Dan orang-orang yang sabar dan bersyukur akan memilih mengingat hal-hal baik dibandingkan yang menyakitkan.” – (hlm.428).
Membaca novelnya bisa membuat perasaan pembaca campur aduk, emosi yang naik turun seperti menaiki wahana roller coaster. Terkadang sedih hingga bisa membuat pembaca menitikkan air mata lantas dengan cepat bisa membuat tertawa pada halaman berikutnya. Dalam novel ini pun, pembaca dapat menemukan banyak sekali pelajaran kehidupan, nasihat-nasihat yang bisa menyentuh nurani. Novel yang sangat “berdaging”, seakan tiap lembarnya ada saja hal yang bisa dipetik, membuat jiwa damai dan “kenyang”. Dinarasikan dengan baik dan tidak terkesan menggurui. Bahan bacaan yang cocok untuk segala umur.
Hal lain yang juga membuat novel ini menarik adalah karena vibes yang disajikan merupakan perpaduan antara 3 novel best seller Tere Liye lainnya, yaitu Tentang Kamu, Rembulan Tenggelam di Wajahmu, dan Rindu. Hal ini pun dikonfirmasi sendiri oleh Tere Liye di akun instagramnya.
Alasan mengapa Bahar yang kacau balau, sering membuat keonaran, mabuk-mabukan, tapi tak pernah sekalipun segan dan selalu teguh untuk membela yang lemah, menolong orang dan perbuatan baik lainnya, alasan mengapa novel ini diberi judul Janji akan terkuak semua tepat hanya pada 2 lembar terakhir dari novel ini. Janji antara seorang guru dan santrinya. Janji terhadap 5 pusaka yang diikrarkan dan diperjuangkan. Terakhir, mengutip sepenggal blurb di novel Janji, “Inilah kisah tentang Janji. Kita semua adalah pengembara di dunia ini. Dari hari ke hari. Dari satu tempat ke tempat lain. Dari satu kejadian ke kejadian lain. Terus mengembara. Dan kita pasti akan menggenapkan janji yang satu ini:mati.”.