5 minute read

WISATA

Next Article
LAPORAN UTAMA

LAPORAN UTAMA

Foto grup di Hierapolis, Pamukkale Denizli, Turkey

TURKI, NEGARA EURASIA TEMPAT PERJUMPAAN KEBUDAYAAN DAN PERADABAN TIMUR DAN BARAT

Advertisement

Seminggu lebih (tepatnya selama delapan hari), kami dan rombongan departemen Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang (UM) menjelajahi kota-kota di barat dan selatan Turki, mulai dari Istanbul, Bursa, Kusadasi, Izmir, Pamukkale, Cappadocia, Ankara, hingga berakhir di Istanbul lagi, dalam rangkaian tour de Turkey di musim panas tahun 2022 ini. Turki dikenal sebagai negara Eurasia (Eropa dan Asia), karena sebagian wilayahnya terletak di Istanbul Eropa, meski bagian terbesarnya berlokasi di Asia Kecil. Negeri ini begitu kaya dengan situs dan artefak bersejarah peninggalan era Romawi kuno, Romawi Kristen, Dinasti Turki Saljuk, Turki Utsmaniyah (Ottoman) sampai Turki modern-sekuler saat ini.

Tulisan ini akan mengisahkan pengembaraan kami di Turki, meski karena keterbatasan ruang liputan akan melewatkan banyak fragmen perjalanan yang menarik.

Konstantinopel, Kota Taklukan yang Dijanjikan Nabi

Kami merasa sangat beruntung dalam tour de Turkey ini berkesempatan untuk mengunjungi Masjid Aya Sofia dan istana Topkapi yang lokasinya bersebelahan. Kami juga sempat memotret teks hadis prediktif Nabi perihal kejatuhan Konstantinopel, dokumen wakaf Sultan Muhammad II (Mehmet, dalam pengucapan orang Turki) di pilar masjid, dan jejak relief Kekristenan di dinding Hagia Sophia.

Sedikit memberikan perspektif sejarah, di awal April 1453 Masehi, Sultan Muhammad al-Fatih (pemimpin Turki Utsmaniyah kala itu) menyerang Konstantinopel (ibukota Byzantium/Romawi Timur) melalui Selat Bosphorus dan Teluk Tanduk Emas (Golden Horn), dan mengepungnya selama 53 hari, sampai akhirnya Konstantinopel jatuh pada 29 Mei 1453 M. Peristiwa historis tersebut menjadi pembenar pernyataan prediktif Nabi Muhammad SAW delapan abad sebelumnya: “Kota Konstantinopel kelak ditaklukkan (oleh umat Islam). Sebaikbaik pemimpin adalah pemimpin penaklukan itu. Dan, sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang melakukan penaklukan tersebut” (H.R. Ahmad & al-Hakim).

Mengiringi penaklukan Konstantinopel pada tahun 1453 M tersebut, Sultan al-Fatih mengubah nama kota menjadi Istanbul, sekaligus menjadikannya sebagai ibukota Utsmaniyah yang baru (sebelumnya di Bursa). Sultan al-Fatih juga mengalihfungsikan Hagia Sophia (Gereja Katedral Ortodok yang dibangun pada tahun 537 M) menjadi Masjid Jami Aya Sofia dan menyerahkannya kepada umat Islam sebagai wakaf.

Seiring dengan runtuhnya Turki Utsmaniyah pada tahun 1924 di tangan nasionalis Turki, Mustafa Kemal Ataturk (yang mengubah Turki Utsmaniyah menjadi Republik Turki sekuler), Masjid Jami Aya Sofia diubah fungsi menjadi museum. Namun pada 10 Juli 2020 (95 tahun berselang), Presiden Turki saat ini Recep Tayyib Erdogan secara heroik mengembalikan fungsinya menjadi masjid dan menyatakannya terbuka untuk ibadah umat Islam. Argumentasinya, Masjid Aya Sofia adalah wakaf dari Sultan Mehmet al-Fatih untuk peruntukan masjid, bukan museum.

Seiring dengan runtuhnya Turki Utsmaniyah pada tahun 1924 di tangan nasionalis Turki, Mustafa Kemal Ataturk (yang mengubah Turki Utsmaniyah menjadi Republik Turki sekuler), Masjid Jami Aya Sofia diubah fungsi menjadi museum. Namun pada 10 Juli 2020 (95 tahun berselang), Presiden Turki saat ini Recep Tayyib Erdogan secara heroik mengembalikan fungsinya menjadi masjid

dan menyatakannya terbuka untuk ibadah umat Islam. Argumentasinya, Masjid Aya Sofia adalah wakaf dari Sultan Mehmet al-Fatih untuk peruntukan masjid, bukan museum.

Memahat dan Menatah Gunung-gunung Cappadocia Menjadi Tempat Tinggal

Sejak lama, kami selalu kesulitan memahami dan mendapatkan ilustrasi yang jelas perihal informasi yang terkandung dalam Q.S. asy-Syu’ara’: 149 berikut: “Mereka memahat dan menatah gunung-gunung menjadi rumah tempat tinggal, dengan kemahiran dan keterampilan yang luar biasa.”

Ilustrasi visual perihal penjelasan ayat di atas saya dapatkan ketika melakukan city tour di Kota Cappadocia (Kapadokia) Turki. Di daerah Goreme, Cappadocia, kami mendapati ribuan rumah dan tempat ibadah peninggalan abad I hingga abad III Masehi yang berada di bukit-bukit batu, hasil pahatan dan tatahan para pengikut Nabi Isa AS yang lari dari Jerusalem Palestina (seusai peristiwa penyaliban), guna menghindari penangkapan pasukan Romawi. Kala itu, para pengikut Isa AS hanya keluar dari rumah-rumah batu itu, jika situasi benar-benar aman. Untuk bertahan hidup, mereka mengkonsumsi burung-burung merpati yang banyak hidup di celah-celah bukit dan gunung berbatu itu.

Saking eksotis dan tingginya nilai sejarah yang disimpan kota Cappadocia, para pengunjung ditawari penjelajahan kota tua tersebut dengan naik air balloon (balon udara) dan Jeep safari tour dengan biaya tambahan sebesar $ 260 dan $ 120 US Dollars.

Foto di depan rumah yang terpahat di gunung baru.

Ephesus dan Hierapolis, the Ancient City Peninggalan Romawi yang Mempesona

Mengamalkan perintah Allah SWT: “Katakanlah: berjalanlah di muka bumi …” (Q.S. an-Naml: 69), kami menelusuri jejak kejayaan Romawi di Asia Kecil, dengan mengunjungi Ephesus di Izmir dan Hierapolis di Pamukkale Denizli, Turki.

Ephesus dibangun pada sekitar abad ke10 Sebelum Masehi oleh koloni Attic dan Yunani Ionia. Awalnya, Ephesus merupakan kota Yunani Kuno, yang kemudian direbut dan dikuasai Romawi. Kota ini memiliki sejarah yang panjang, dan hingga kini para peneliti belum dapat mengungkap semua peninggalan dan kebudayaan dari Ephesus. Dikabarkan, Siti Maryam (Bunda Maria), ibu dari Nabi Isa AS (Jesus Kristus), melarikan diri ke kota Ephesus bersama kaum Hawariyun (pengikut setia Isa AS) setelah peristiwa penyaliban. Di Ephesus, kami menemukan sisa reruntuhan bangunan peninggalan peradaban kota Ephesus, seperti Kuil Artemis, Perpustakaan Celsus, dan Grand Theater of Celsus.

Di Pamukkale, kami mengunjungi Hierapolis, situs menawan yang dipenuhi berbagai reruntuhan arkeologi, serta sisa keindahan arsitektur Hellanistic dan Romawi. Hierapolis sering disebut dengan istana kapas (cotton castle), karena tampak putih dari kejauhan. Sebenarnya, itu hanya sebutan untuk sebuah tempat sumber air panas, dimana di tempat tersebut terjadi endapan batuan alami yang mengandung kalsium karbonat dan membentuk kolam bertingkat-tingkat (traveltines) yang unik. Beberapa situs paling penting di Hierapolis, antara lain: Kuil Apollo, kolam pemandian Cleopatra, panggung teater yang didirikan pada masa kaisar Titus Flavius yang tribunnya mampu menampung 10 ribu pengunjung, dan museum Hierapolis.

Situs Ephesus di Izmir, Turkey Perlintasan Silk Road

Jalur Sutera yang Legendaris

Di bagian akhir tulisan ini, saya tidak ingin melewatkan informasi tentang peninggalan monumental dari Dinasti Seljuk di daerah Giris Bileti Aksaray Turki, yakni Sultanhani Kervansaray yang dibangun antara tahun 1228-1229 M. Sultanhani Kervansaray adalah tempat transit para pedagang dalam perlintasan jalur sutera (silk road). Tempat tersebut di masanya bisa dikunjungi hingga 500 ribu orang pedagang mancanegara dalam setahun yang menginap di dalamnya, guna menghindari terik panas matahari dan cuaca dingin yang ekstrem. Menariknya, yang ditampung dalam tempat transit tersebut tidak hanya pedagangnya saja, namun juga barang dagangan berikut binatang kendaraannya. Sumber- sumber sejarah kredibel menuturkan, penginapan di Sultanhani Kervansaray diberikan secara gratis oleh penguasa Seljuk, berikut konsumsi makan minumnya, meski dibatasi maksimal tiga hari saja.

Melihat Turki modern saat ini (sebuah negara sekuler dengan penduduk mayoritas Muslim), namun di dalamnya kita dapat menemukan jejak peradaban Hellenistic, Romawi, Kristen, Saljuk, dan Ottoman, kita dapat simpulkan bahwa Turki merupakan negeri perjumpaan kebudayaan dan peradaban Timur-Barat, dan PoliteismeKristen-Islam.Wallahu a’lam bis shawab.

Penulis adalah Prof. Dr. Yusuf Hanafi, S.Ag., M.Fil.I., dosen FS UM dan anggota penyunting Majalah Komunikasi

This article is from: