10 minute read
CURHAT
Ilustrasi oleh : Alfan Khoirul Huda
Advertisement
Assalamualaikum Wr. Wb.
Sebelumnya, terima kasih karena telah menerima pertanyaan saya. Menjadi mahasiswa dengan banyak kesibukan, membuat saya menyadari bahwa kestabilan ekspresi dan mood agak sulit dijaga. Apalagi jika dalam satu hari, mahasiswa tersebut harus berpindah dari satu kesibukan ke kesibukan lain (misalnya siang di organisasi A lalu malamnya ke organisasi B).
Pertanyaan saya, bagaimana cara menjaga ekspresi dan mood tetap stabil dalam berbagai kesibukan, terlebih jika merupakan seorang yang introvert tetapi dituntut untuk aktif bersosialisasi?
Mohon berkenan untuk menjawab pertanyaan saya. Atas balasan dari pihak terkait, saya ucapkan terima kasih.
SYS Sastra Indonesia
Waalaikumsalam wr. wb.
Mahasiswa adalah segelintir elit yang beruntung –atau sering disebut the happy selected few, meminjam istilah almarhum Soe Hok Gie. Mengapa demikian? Karena mereka mendapatkan keistimewaan untuk mengenyam pendidikan tinggi beserta beragam fasilitas belajar dan akses ilmu pengetahuan yang lebih luas dibandingkan orang-orang yang tidak dapat menempuh pendidikan tinggi karena berbagai alasan. Namun demikian, di balik –dan dengan- keistimewaan tersebut, mereka diharapkan dapat berperan sebagai calon pemimpin bangsa di masa depan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai jabatan maupun profesi yang mereka geluti. Oleh karena itu, dalam menjalani proses belajar di perguruan tinggi, mahasiswa perlu mengasah diri tidak hanya secara akademik sesuai program studinya. Mereka juga perlu belajar mengembangkan diri dalam berbagai keterampilan non-akademik yang akan menunjang tugasnya sebagai calon pemimpin maupun kaum profesional di masa depan. Berbagai keterampilan nonakademik tersebut sering disebut dengan istilah softskill, yang diperoleh melalui berbagai aktivitas di luar perkuliahan, seperti organisasi kemahasiswaan di dalam kampus (Badan Eksekutif Mahasiswa/BEM, Dewan Perwakilan Mahasiswa/DPM, atau Unit Kegiatan Mahasiswa/UKM) maupun organisasi di luar kampus (Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM, organisasi sosial, atau komunitas tertentu).
Namun demikian, menjalani tugastugas akademik dan non-akademik secara bersamaan bukanlah hal mudah. Banyak mahasiswa gagal dalam menyeimbangkan kedua aktivitas tersebut secara proporsional. Apalagi ketika seorang mahasiswa mengikuti lebih dari 1 organisasi, hal tersebut tentunya menimbulkan tantangan yang lebih berat. Situasi menantang ini terkait dengan keharusan mengelola berbagai kegiatan dan “kewajiban” yang ada agar dapat dijalani dengan baik dan mendapatkan hasil yang optimal.
Untuk dapat mengatasi tantangan di atas, mahasiswa perlu mengembangkan beberapa hal. Pertama, regulasi diri. Regulasi diri adalah kemampuan untuk mengatur diri sendiri secara aktif dalam mencapai suatu tujuan tanpa menunggu perintah atau paksaan dari luar dirinya. Dalam hal ini mahasiswa harus belajar mengelola waktu dengan baik, termasuk kapan harus mengambil jeda untuk “mengistirahatkan diri” secara fisik dan psikologis.
Kedua, penentuan skala prioritas. Hal ini sebenarnya masih terkait dengan regulasi diri, dimana berbagai aktivitas akademik maupun non-akademik yang diikuti harus dikelola dengan baik. Mahasiswa harus belajar membuat daftar kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan urgensinya. Mahasiswa bahkan juga perlu belajar menentukan mana kegiatan yang seharusnya ditunda atau tidak dilakukan ketika hal itu menghambat atau berbenturan dengan kegiatan lain yang lebih urgen. Hal ini dikarenakan kemampuan fisik dan psikologis setiap individu ada batasnya, sehingga ia harus belajar memahami dan menyadari batasan dirinya. Orang yang hebat bukanlah orang yang mampu meraih segalanya, tetapi orang yang mampu menentukan apa yang harus dan tidak harus diraihnya.
Ketiga, asertivitas. Sebagian mahasiswa dengan kepribadian introvert merasa bahwa keterlibatan dalam berbagai organisasi sangatlah penting untuk mengembangkan keterampilan sosialnya dalam berinteraksi dengan banyak orang. Namun demikian, keterlibatan tersebut justru dapat menjadi bumerang ketika mereka terlibat dalam banyak organisasi dan kegiatan, sehingga menguras energi mereka dan membuat mereka lelah secara fisik dan psikologis. Oleh karena itu, selain kedua strategi di atas, mahasiswa juga harus belajar mengemukakan apa yang menjadi pikirannya, termasuk kesulitan yang dirasakannya, kepada orang lain. Inilah yang disebut dengan asertivitas. Dalam hal ini, mahasiswa perlu mengkomunikasikan secara terbuka kepada teman-temannya di organisasinya mengenai kesulitan dan keinginannya terkait beban akademik maupun non-akademiknya. Dengan demikian, solusi terbaik akan ditemukan tanpa harus merugikan dirinya dan orang lain.
Semoga bermanfaat.
Mochammad Said, S.Psi., M.Si. Dosen FPPsi UM dan anggota penyunting Majalah Komunikasi
Seputar Kampus
History of The Archipelago: Wujud Kreativitas Mahasiswa dalam Merepresentasikan Keragaman Nusantara
Kegiatan "History of The Archipelago" yang Diunggah Melalui Kanal Youtube D'Semut Organizer
Tidak dapat dipungkiri, Indonesia kaya akan keberagaman seni dan budaya. Seni dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, tak terkecuali mahasiswa. Untuk melestarikan kedua hal tersebut, banyak cara yang dapat dilakukan, salah satunya dengan menggelar pentas seni. Tak hanya untuk melestarikan seni dan kebudayaan, melalui pergelaran seni, mahasiswa mampu merepresentasikan sesuatu yang menjadi tujuan mereka. Hal inilah yang dilakukan oleh program studi Pendidikan Seni, Tari, dan Musik UM pada kegiatan kali ini.
Kegiatan yang mengusung tema “Cakrawala Mandala Dwipantara” ini merupakan sebuah pergelaran seni yang diselenggarakan oleh program studi Pendidikan Seni, Tari, dan Musik pada tanggal 25 April 2022. Kegiatan kali ini merupakan pergelaran seni kolaborasi antara dua angkatan. Kedua angkatan itu ialah angkatan 2019 dan angkatan 2020 yang terdapat pada program studi Departemen Seni dan Desain UM. Dalam kesempatan ini, mahasiswa angkatan 2019 berperan sebagai penampil atau repertoar. Sementara itu, mahasiswa angkatan 2020 berperan sebagai penyelenggara pertunjukan.
Tujuan diselenggarakannya acara kali ini adalah sebagai ujian akhir angkatan 2019 pada mata kuliah Penyajian Pertunjukan dan angkatan 2020 pada mata kuliah Manajemen Produksi dan Pergelaran Seni Pertunjukan. Selain untuk melaksanakan ujian akhir, kegiatan ini dilakukan sebagai upaya promosi dan memperkenalkan program studi Pendidikan Seni, Tari, dan Musik (PSTM) UM kepada dunia luar. Tema “Cakrawala Mandala Dwipantara” secara garis besar bermakna seluruh kepulauan di Indonesia. Tema tersebut dilatarbelakangi oleh kesesuaian konsep yang dirancang pada kegiatan kali ini. Sementara itu, tajuk acara “History of The Archipelago” memiliki makna kisah tentang nusantara. Tajuk tersebut ditentukan karena pertunjukan ini menampilkan ragam kesenian dari enam daerah di Indonesia, yaitu Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Kalimantan atau Indonesia bagian timur. Pada kegiatan kali ini, enam kelompok yang dibagi atas enam wilayah tersebut menampilkan sebuah pertunjukan tari dan musik. Terselenggaranya kegiatan kali ini tentunya tidak luput dari kontribusi banyak pihak. Total sebanyak 188 mahasiswa dan tenaga pengajar program studi PSTM berperan aktif pada terselenggaranya kegiatan kali ini. Selain peran aktif dari mahasiswa angkatan 2019 dan 2020 serta dosen, masih banyak pihak lain yang turut berperan aktif demi terwujudnya kelancaran kegiatan ini, seperti mahasiswa angkatan 2021 prodi PSTM, para peraga terkait, media partner, dan juga pihak sponsor. Proses dari kegiatan kali ini dilakukan dengan dua tahapan, yaitu tahap syuting dan publikasi. Tahap syuting diselenggarakan di Graha Cakrawala UM pada tanggal 25 April 2022. Sementara itu, tahap penyajian atau publikasi dilakukan melalui kanal YouTube. Persembahkan daring tersebut diunggah perdana pada kanal YouTube D’semut Organizer pada tanggal 6 Juni 2022. Rayhan
asasas Kurangnya pemahaman terhadap undang-undang dapat berdampak pada kehidupan seharihari, salah satunya adalah kehidupan di lingkungan perguruan tinggi. Maraknya kasus kekerasan seksual di lingkungan perguruan tinggi merupakan hal yang harus mendapatkan perhatian lebih lagi. Oleh sebab itu, BEM UM bergerak untuk mengadakan diskusi publik mengenai bedah undang-undang keperempuanan. Diskusi publik yang mengangkat tema “Membedah Permendikbud No. 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi” tersebut telah diadakan pada 27 April 2022.
Pelaksanaan Festka IPRI UM secara Daring
UKM IPRI Gandeng Radio Komersial pada Festival Retorika Vol. IX 2022
Festival Retorika atau yang sering disebut Festka merupakan acara nasional tahunan yang diadakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Ikatan Pecinta Retorika Indonesia (UKM IPRI) UM. Tahun ini, Festival Retorika Vol. IX tak segan untuk menggandeng salah satu radio komersial anak muda nomor 1 di Malang, yakni Radio MFM. Kehadiran radio komersial pada Festival Retorika Vol. IX ini merupakan wujud kolaborasi antara UKM IPRI dengan Radio MFM. Dengan kolaborasi itu, perwakilan penyiar profesional dari Radio MFM pun melakukan penjurian secara langsung untuk jenis lomba Announcer Competition pada Festival Retorika Vol. IX tahun ini.
Karena penjurian dilakukan langsung oleh penyiar radio profesional, maka tidak perlu diragukan lagi betapa asyiknya perlombaan Announcer Competition kali ini. Hal tersebut dapat terlihat dari besarnya antusiasme para peserta yang mengikuti acara ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tidak hanya itu, kompetisi nasional ini juga menghadirkan momen seru nan mendebarkan bagi tiap pesertanya.
Setelah melalui berbagai tahapan dan proses yang panjang, Festival Retorika Vol. IX 2022 Announcer Competition mengumumkan peserta terbaik sebagai pemenangnya, yakni juara 1 oleh Syabina Andina dari Universitas Diponegoro, juara 2 oleh Evaf Alfayani dari IAIN Ponorogo, dan juara 3 oleh Faza Salsabila dari Universitas Negeri Malang. “Dengan diadakannya Festival Retorika Vol. IX 2022, kami selaku panitia berharap dapat memberikan dampak positif yakni menggali potensi mahasiswa dan masyarakat umum untuk menjadi announcer dan debater yang baik dan andal. Serta yang tidak kalah penting, dapat menjadi wadah dalam mengeluarkan kemampuan mereka untuk beretorika,” ujar Wulan Fitria, selaku ketua pelaksana Festival Retorika Vol. IX 2022.
Retorika atau seni berbicara untuk sekarang ini merupakan hal yang dianggap penting, khususnya bagi mahasiswa. Berkaca pada kondisi tersebut serta status Universitas Negeri Malang (UM) sebagai kampus pendidikan, Unit Kegiatan Mahasiswa Ikatan Pecinta Retorika Indonesia (UKM IPRI) UM yang mewadahi minat mahasiswa dalam bidang retorika tergerak untuk mengadakan kegiatan Festival Retorika 2022 Kompetisi tersebut dilangsungkan secara daring serta dapat diikuti oleh mahasiswa dan umum yang bukan announcer profesional. Singkatnya, pengadaan Festival Retorika dilatarbelakangi oleh urgensi untuk melihat suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang dengan logika berpikir yang sistematis dan kemampuan beretorika yang baik. Refiana
Pelaksanaan Festka IPRI UM secara Daring
Tampilan Laman TeknoTEP IDE
TeknoTEP IDE: Proyek Urun Daya Terbuka, Inovasi Digital Mahasiswa
TeknoTEP ID merupakan sebuah proyek urun daya sumber terbuka yang digagas oleh mahasiswa Teknologi Pendidikan. Proyek ini berfokus pada pengembangan dan riset asset, layanan, dan aplikasi digital pendidikan. Dibentuk oleh segelintir mahasiswa yang memiliki kompetensi di bidang engineering, data analytics, graphic design, hingga business, TeknoTEP menjadi sebuah wadah laboratorium eksperimen untuk menemukan solusi-solusi kecil yang dapat diimplementasikan di institusi pendidikan.
Inovasi dan kolaborasi di masa digital menjadi salah satu prinsip utama yang dipegang oleh banyak engineer digital saat ini. Prinsip tersebut juga menjadi salah satu poin utama yang dipegang teguh oleh tim TeknoTEP ID. Tim ini memiliki hasrat untuk mengembangkan karya inovasi digital melalui proses kolaborasi dan riset dari berbagai disiplin ilmu. Demi mendukung prinsip tersebut, seluruh proyek pengembangan dan hasil riset dipublikasikan secara open-source melalui platform digital seperti GitHub, Kaggle, Google Dataset, hingga data.go.id.
Melalui domain https://teknologipendidikan.or.id/, TeknoTEP telah merilis beberapa pilot-project yang sedang dalam tahap uji coba, salah satunya adalah Big Five Research dan SIBI Dataset. Big Five Research ialah sebuah model Kecerdasan Buatan untuk menduga atau memperkirakan perilaku sekelompok manusia berdasarkan hasil tes kepribadian Big Five. Sementara itu, SIBI Dataset adalah dataset gambar yang berisi bermacam-macam isyarat Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI). Saat ini, proyek tersebut dikelola oleh Rengga sebagai Principal Engineer. “Alasan sederhana dari kedua proyek ini dikembangkan hanyalah karena seru rasanya jika semua orang bisa mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dan berkompetisi, sesederhana itu,” ucap Rengga.
Selain proyek yang berbau teknologi, terdapat pula sebuah proyek yang bernama LOFI. Proyek ini sangatlah sederhana dengan tujuan utama yaitu “Informatif & Mengisi Waktu Luang”. Disadur dari https://lofi.teknologipendidikan.or.id/, LOFI merupakan sebuah koran yang digarap oleh segelintir mahasiswa TEP yang senang dalam bidang kepenulisan. Koran LOFI ini membahas seputar keseharian dan lingkungan mahasiswa Teknologi Pendidikan. Di dalamnya terdapat beberapa rubrik nyentrik. Salah satu rubrik di dalamnya adalah Gopoh, yakni berisi artikel yang dibuat secara tergesa-gesa agar informasi dengan cepat tersampaikan, tetapi dengan proses validasi informasi yang ketat. Proyek LOFI saat ini dikelola secara langsung oleh Chandrina Damayanti Setiasih sebagai tim Editorial LOFI.
Dalam pengelolaannya, Principal Engineer proyek ini berharap agar kolaborasi di dalamnya semakin berkualitas. “Besar harapan agar proyek ini memiliki kualitas kolaborasi yang tinggi, tidak hanya dari sivitas Teknologi Pendidikan, melainkan juga kolaborasi lintas disiplin ilmu yang berbeda dari praktisi, atau akademisi di luar sana,” harapnya. Rengga
Tampilan Laman TeknoTEP IDE