6 minute read

EVI ELIYANAH, ILMUWAN MUDA BERVISI MULIA

Pribadi dok. Nama : Evi Eliyanah, Ss. S., M.A., Ph.D. Bidang ilmu : Gender Studies, Cultural Studies, Asian Studies Email : evi.eliyanah.fs@um.ac.id/evierozi@gmail.com Hobi : Membaca, menonton film, memasak, dan travelling

“Menjadi ilmuwan itu tentang menjadi rendah hati dan berintegritas, selain tentang kerja keras dan mimpi.”

Advertisement

Riwayat Pendidikan:

2019 PhD (Asian Studies), The Australian National University, Australia 2008 Master of Arts (Gender and Development), The University of Melbourne, Australia 2006 Graduate Certificate in Arts (Gender Studies), The University of Melbourne, Australia 2002 Sarjana Sastra (Bachelor of Arts in English Language and Literature), Universitas Negeri Malang, Indonesia Penghargaan

2006-2008 Australian Development Scholarships (Graduate Certificate and Master’s Degree Program, University of Melbourne, Australia) 2013-2017 Australian Awards Scholarships (PhD Program, Australian National University, Australia) 2015 Australian Group of Eight–DAAD Joint Research Scheme Pribadii Scholarships (Research Exchange, University of Freiburg, dok. Germany) 2016 Australian National University Vice Chancellor’s Travel

Grants

2020 Ann Bates Postgraduate Prize on Indonesian Studies 2019 (The Australian National University, Australia)

Apa kabar sobat Komunikan? Pandemi bukan alasan untuk berhenti merangkai mimpi dan bangkit membangun negeri, setuju? Berbicara tentang mimpi, pernahkah terbesit di benak kalian untuk menjadi seorang ilmuwan? Mungkin iya dan juga tidak. Namun, tentu kita sepakat bahwa menjadi ilmuwan itu keren! Eitss.. tunggu dulu, ilmuwan seperti apa yang dimaksud? Alhamdulillah, kita berkesempatan untuk berbincang dengan ilmuwan muda yang pertama dan satu-satunya dari Universitas Negeri Malang (UM). Dosen Jurusan Sastra Inggris ini tidak hanya handal di bidang ilmu pengetahuan, kemampuannya berbicara di depan umum juga tidak perlu diragukan. Yuk, simak wawancara lengkapnya!

Apa saja kesibukan Anda saat ini?

Saat ini kesibukan saya di antaranya mengajar, meneliti, mengelola kerja sama internasional UM, dan melakukan pengabdian kepada masyarakat. Saya juga terlibat dalam kegiatan-kegiatan di asosiasi profesi, paling aktif di KAFEIN (Asosiasi Pengkaji Film Indonesia) dan asosiasi keilmuan, paling aktif di ALMI (Akademi Ilmuwan Muda Indonesia).

Sebagai dosen UM pertama yang tergabung di ALMI, apa visi Anda?

Visi saya di ALMI adalah memasyarakatkan Budaya Ilmiah (scientific culture) unggul dan Perangai Keilmuan (scientific temper) yang baik di berbagai jenjang pendidikan Indonesia. Kedua hal ini yang akan menjadi tulang punggung kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia sehingga dapat memajukan Indonesia.

Bagaimana definisi dari budaya ilmiah (scientific culture) dan perangai ilmiah (scientific temper) tersebut?

Budaya Ilmiah–bisa dikatakan sebagai a set of good behaviour in science (seperangkat perilaku ilmiah yang baik)–terdiri dari rigorous scrutiny (penelaahan dan pengkajian yang mendalam), honesty, integrity, and objectivity (kejujuran, integritas, dan objektifitas), credit where credit is due (merujuk dan memberikan apresiasi berupa sitasi pada karya sebelumnya), serta adherence to ethical guidelines (mematuhi kode etik penelitian), sedangkan Perangai Ilmiah bisa dikatakan sebagai sikap ilmiah yang mengutamakan penerapan logika berpikir. Dalam menumbuhkan Perangai Ilmiah

yang baik, kita perlu mendorong munculnya diskusi, perdebatan, dan analisa ilmiah yang dilandasi logika keilmuan.

Saat ini, posisi Anda di ALMI adalah sebagai anggota Bidang Ilmu Budaya, apakah bidang ini sesuai dengan keinginan Anda?

Sesuai. Bidang keahlian saya yang utama adalah studi gender. Dalam praktiknya, studi gender ini adalah bidang yang transdisipliner dan sangat dekat dengan studi budaya. Bahkan, penelitian-penelitian saya lebih banyak menggali representasi gender dalam produk-produk budaya, khususnya budaya pop seperti film.

Apa yang bisa dilakukan/dipersiapkan oleh mahasiswa jika kelak ingin menjadi bagian dari ALMI?

Berkarya dalam memajukan ilmu pengetahuan. Tidak harus jadi dosen, bisa juga menjadi peneliti di lembaga riset. Selama ini, anggota ALMI dan AIPI umumnya adalah peneliti, baik di perguruan tinggi, lembaga riset atau lembaga di mana penelitian menjadi unsur utama. Anggota ALMI terdiri dari berbagai bidang keahlian. Saat ini, ada Kedokteran, Ilmu Rekayasa, Ilmu Sosial, Ilmu Pengetahuan Dasar, dan Ilmu Budaya. Anggota ALMI dipilih melalui proses seleksi yang cukup ketat, dilihat dari berbagai sisi. Misalnya dari riwayat pendidikan, penelitian, publikasi, dan network.

Selain menjadi ilmuwan, Anda juga dikenal sebagai public speaker yang baik. Apakah Anda memang senang berbicara di depan publik?

Bukan senang, mungkin seperti hobi, tapi lebih karena pekerjaan. Untuk bisa menyampaikan materi dengan baik ketika mengajar, kita perlu kemampuan berbicara yang baik di depan publik. Begitu pula ketika harus menyampaikan hasil penelitian di konferensi atau seminar. Ketika menghadapi mitra UM dalam konteks bernegosiasi terkait kerja sama, keterampilan diplomasi dan public speaking juga diperlukan. Jadi, mungkin ala bisa karena biasa.

Menurut Anda, kapan pengalaman menjadi public speaker yang paling berkesan?

Saya paling senang ketika berbicara di forum ilmiah, mendiseminasikan dan mendiskusikan hasil penelitian, meminta feedback, berdebat ilmiah, dll. Tentunya dalam bidang yang saya tekuni seperti politik gender, film, dan budaya pop. Salah satu yang paling berkesan mungkin ketika mempresentasikan hasil penelitian saya tentang representasi sinematik Muslim Arab dan Muslim Indonesia di sebuah forum ilmiah kecil yang isinya adalah peneliti yang mengkaji topik Pop Islam. Forum ilmiah kecil berskala internasional yang memang digagas untuk “menelurkan” sebuah publikasi seperti ini, seperti siraman rohani keilmuan bagi saya karena ada interaksi yang sangat intens tentang satu topik khusus dan dilihat dari berbagai dimensi oleh orang-orang yang memiliki latar belakang keilmuan yang berbeda. Sangat energizing.

Apakah Anda pernah mengalami kendala saat berbicara di depan umum?

Tentu. Ketika hanya memiliki sedikit waktu untuk menyiapkan bahan atau siaran live saya sering grogi.

Apa tips dan trik dari Anda agar dapat tampil dan berbicara di depan umum dengan baik dan percaya diri?

Kita harus paham betul materi yang akan disampaikan, kepada siapa materi tersebut disampaikan, kapan, dan untuk tujuan apa.

Dari segudang prestasi dan pencapaian yang Anda miliki di usia yang masih muda ini, prestasi/pencapaian apa yang paling berkesan menurut Anda?

Ada dua hal yaitu kesempatan menempuh pendidikan di Australia (Master dan PhD) dan mendapatkan penghargaan Ann Bates Postgraduate Awards 2019 untuk disertasi tentang Indonesia, terbaik di The Australian National University.

Kesempatan menempuh pendidikan di luar negeri tidak hanya membuka wawasan keilmuan dan pengalaman hidup yang berbeda, tapi juga memberikan kita comparative outlook ketika kembali ke Indonesia. Pengalaman berada dan belajar di luar negeri juga merupakan humbling experience yang membuat saya sadar bahwa saya hanya a speck of dust in the galaxy. Bahwa dunia ilmu pengetahuan ini sangat luas dan saya hanya bisa berkontribusi secuil saja dalam bidang yang saya tekuni.

Apakah Anda memang sudah menduga akan menerima penghargaan tersebut?

Tidak, mendapatkan penghargaan untuk disertasi terbaik itu di luar perkiraan saya. Sama sekali tidak menargetkan atau menyangka akan mendapatkannya. Hal ini memberikan pelajaran kepada saya bahwa tugas kita adalah berusaha sebaik mungkin dan ikhlas, rekognisi atas karya kita akan mengikuti.

Siapa yang selama ini paling berpengaruh dalam kesuksesan Anda?

Banyak. Keluarga pastinya yang pertama. Suami saya adalah supporter utama saya untuk saat ini. Dia selalu mendukung pilihanpilihan saya, termasuk mendampingi saya ketika studi di Australia, baik untuk S2 (2006-2008) maupun S3. Kalau dalam masyarakat yang masih patriarkis seperti di Indonesia, tentunya lebih mudah jika keadaannya terbalik yaitu ketika yang sekolah adalah suami dan istri mengikuti. Meskipun harusnya tidak perlu dipandang kaku begitu tentang peran gender dalam rumah tangga, apa yang dilakukan suami saya untuk mendukung pendidikan dan karier saya, tentu memiliki konsekuensi sosial yang cukup besar. Untuk itu, saya memberi apresiasi yang sangat besar kepada beliau. Berikutnya tentu keluarga besar, orang tua, mertua, saudara, dan ipar yang selalu percaya dan mendukung saya.

Siapa orang yang paling berpengaruh dalam kesuksesan Anda dalam bidang akademis?

Dalam bidang akademis, sosok yang sangat berpengaruh bagi saya adalah Prof. Ariel Heryanto. Beliau adalah pembimbing dan mentor saya dalam bidang akademik dan karier. Beliau adalah pembimbing utama saya ketika S2 (The University of Melbourne) dan S3 (The Australian National University). Pemikiran beliau tentang politik budaya sangat mempengaruhi karya-karya saya.

Apa pesan Anda untuk seluruh Mahasiswa UM?

Go confidently in the direction of your dreams. Live the life you’ve imagined – Henry David Thoreau. Mahasiswa harus berani bermimpi besar dan membangun fondasi agar mimpi-mimpi besarnya bisa dicapai. Jadilah generasi muda yang visioner dan pekerja keras. Sebagai ilmuwan, saya selalu menekankan bahwa ilmuwan bukanlah sebuah entitas yang berdiri sendiri. We are standing on the shoulder of a giant. Kita bukan yang pertama, utama atau satu-satunya dalam dunia keilmuan. Untuk itu, kita harus membuka wawasan keilmuan kita lebar-lebar dan memberikan rekognisi kepada karya-karya terdahulu di mana karya kita berpijak. Menjadi ilmuwan itu tentang menjadi rendah hati dan berintegritas, selain tentang kerja keras dan mimpi. Nilam

This article is from: