![](https://assets.isu.pub/document-structure/210226132335-0df5b9327c306b5e94b63b563bdde5dd/v1/d840b5328f9dbfa94046d5a75124af36.jpg?width=720&quality=85%2C50)
1 minute read
Jimat Sakti Pancasila: Gerakan Anti Radikalisme, Hidupkan Indonesia!
Pusat Pengkajian Pancasila Universitas Negeri Malang (UM) telah menyelenggarakan webinar pada (21/1) lalu melalui platform Zoom. Webinar dengan tema Meredam Radikalisme dengan Harmoni Pancasila tersebut, bertujuan untuk meredam radikalisme yang akhir-akhir ini sering terjadi di masyarakat. Peserta berasal dari kalangan dosen dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, serta masyarakat umum. Gerakan anti radikalisme terus digalakan untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) karena saat ini penyebaran paham radikalisme tidak hanya terjadi di antara masyarakat umum, melainkan telah masuk ke dalam lingkup dunia pendidikan seperti di lingkungan kampus.
Dr. Yusuf Hanafi, S.Ag, M.Fil.I selaku Wakil Dekan III Fakultas Sastra (FS) UM yang menjadi salah satu pembicara dalam webinar, mengungkapkan bahwa pemuda yang berperan sebagai generasi emas bangsa, seringkali masih mencari jati dirinya sehingga menjadi ‘lahan subur’ untuk disusupi paham radikalisme. Hal tersebut perlu diatasi dengan ajaran agama yang bukan hanya secara tekstual, tetapi juga menggunakan disiplin ilmu yang mendukung seperti ilmu alam dan sosial. Selain itu, Yusuf juga menyoroti adanya paham radikalisme yang terdapat di lingkungan kampus, tempat berkumpulnya kaum intelektual serta diisi oleh banyak generasi muda. “Radikalisme yang ada di kampus dengan yang ada di masyarakat sama saja, tetapi paham radikalisme yang ada di kampus akan lebih mengarah pada ideologi dan pemahaman agama secara tekstual, dengan pandangan lewat bingkai historis, seperti pada waktu kepemimpinan khalifah yang pernah berjaya dan agung pada masanya,” papar Yusuf.
Advertisement
Sejatinya, paham radikalisme tidak dapat dihilangkan dari masa ke masa dan akan terus ada. Radikalisme yang berkembang jika tidak diekspresikan, tidak bisa ditindaklanjuti, begitulah yang sedang menerpa kampus. Sebuah paham dapat dikatakan sebagai bentuk radikalisme jika paham tersebut anti terhadap Pancasila, anti NKRI, cenderung menyalahkan seperti membid’ahkan dan memvonis banyak hal sebagai sesuatu yang sesat dan melenceng. Gerakan antiradikalisme harus terus ditegakkan karena merupakan suatu hal yang bersifat urgent. Oleh sebab itu, kita harus memupuk dan menumbuhkan jiwa toleransi, diiringi dengan perkembangan karakter yang moderat karena kita hidup dengan berbagai suku, agama, ras, dan pandangan yang berbeda-beda. Toleransi akan memudahkan kita untuk mencegah adanya radikalisme yang menyusup ke dalam jiwa kita maupun sekeliling kita.
Di akhir wawancara, Yusuf memberikan pencerahan bahwa Pancasila berperan sebagai jimat sakti yang telah menaungi toleransi. Lihat Pancasila dari sisi dunia, bukan agama saja. Isi dan makna Pancasila dapat kita lihat sebagai sebuah kesatuan, tidak ada perpecahan di dalamnya. Berlian