Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
BAB
5 RENCANA PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH
Langkah awal untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya kawasan permukiman kumuh dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sebagaimana disyaratkan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, perlu disusun rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh. 5.1.
Rencana Pencegahan Permukiman Kumuh Baru
A.
Pengawasan dan pengendalian pembangunan permukiman
a.
Arahan Pengendalian Pelaksanaan Langkah penting dalam pengendalian pelaksanaan pembangunan di lokasi
pencegahan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Salero adalah menyusun strategi dan
mekanisme
pelaksanaan
pembangunan,
sehingga
setiap
kegiatan
yang
direncanakan sesuai dengan yang diharapkan. Strategi dan mekanisme pelaksanaan pembangunan ini menyangkut beberapa aspek antara lain: 1) Aspek Koordinasi Pembangunan Sistem organisasi dan pengelolaan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan RPLP harus memadai. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:  pembagian fungsi yang lebih jelas pada masing-masing instansi untuk menghindari adanya fungsi yang bercampur.
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-1
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero meningkatkan peran BAPPEDA yang mampu mengkoordinasikan berbagai instansi sektoral baik di dalam Pemerintahan Kota Ternate guna membantu dan memonitoring pembangunan yang sesuai dengan rencana. memperjelas arah di dalam merencanakan dan pengawasan maupun pengendalian penggunaan lahan, sehingga dapat dicapai suatu perencanaan yang terpadu. Hal itu dapat dilakukan dengan meletakkan/ memasang patok batas jalan sebagai dasar bagi para pelaku pembangunan agar sesuai dengan yang direncanakan. 2) Aspek Hukum Pelaksanaan Rencana Rencana teknis sebagai sarana untuk penataan dan pengendalian tata bangunan dan lingkungan selayaknya diikuti oleh kekuatan hukum yang lebih mendasar untuk mengatur wilayah perencanaan. Untuk mempercepat perencanaan yang efektif dan tepat guna maka diperlukan adanya peningkatan dari aspek hukum, antara lain: peningkatan kewenangan hukum dalam pengaturan bangunan dan lingkungan; menyusun peraturan-peraturan rencana pengaturan bangunan dan lingkungan sesuai dengan hukum yang berlaku; menyusun mekanisme pengendalian dengan memperhatikan pemberian ijin bangunan yang disertai pula dengan peraturan pajak atau pungutan tertentu yang pada dasarnya merupakan suatu mekanisme pengendalian; melakukan intervensi hukum secara positif dan lebih efektif di dalam usaha penyediaan lahan, pengaturan kembali petak lahan, pembebasan lahan dan pengembangan lahan. Menjalankan Aturan yang sudah ada dan melibatkan semua sektor untuk melakukakan pemantauan/sosialisasi. b.
Arahan Pengawasan Arahan pengawasan pembangunan dalam mengatasi tumbuhnya kawasan
permukiman kumuh baru yaitu : 1) Kewenangan Pemerintah Pemerintah dalam hal ini berwenang sebagai berikut: memberikan ijin sepanjang persyaratan teknis dan administratif sesuai dengan ketentuan yang berlaku; menetapkan kebijaksanaan terhadap lingkungan khusus atau lingkungan yang dikhususkan dari ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah yang sudah dikeluarkan dengan mempertimbangkan keserasian lingkungan dan atau keamanan;
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-2
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero menetapkan bangunan tertentu untuk menampilkan arsitektur yang berjati diri sesuai suku yang ada di Provinsi Maluku Utara dan memiliki ciri khas serta karakter adat istiadat yang ada di provinsi Maluku utara. menetapkan prosedur dan persyaratan serta kriteria teknis tentang penampilan bangunan; menetapkan sebagian bidang pekarangan atau bangunan untuk penempatan, pemasangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana lingkungan kota demi kepentingan umum. 2) Mekanisme Perijinan Mekanisme perijnan diperlukan untuk memberikan paduan yang jelas secara hukum bagaimana tahapan pihak masyarakat atau swasta dalam mendirikan bangunan baru atau pun mengurus bangunan lama. Dengan adanya mekanisme perijinan yang jelas diharapkan setiap kegiatan membangun tersebut sepengetahuan dan seijin pihak pemerintah. setiap kegiatan membangun dan atau menggunakan bangunan dalam wilayah perencanaan Kelurahan Salero harus memiliki ijin; selain harus memiliki ijin, harus dipenuhi pula ketentuan lain yang berkaitan dengan kegiatan mendirikan bangunan; IMB dan atau IPB diberikan sepanjang pelaksanaan bangunan sesuai dengan rencana dan program RPLP.
B. Pemberdayaan masyarakat Kesadaran masyarakat mengenai masalah lingkungan sudah mulai tumbuh. Tetapi tingkat kesadaran yang ada belum cukup tinggi untuk mempengaruhi perilaku mereka ataupun untuk menjadai motivasi yang kuat yang dapat melahirkan tindakan yang nyata dalam usaha swadaya perbaikan lingkungan hidup. Gerakan swadaya masyarakat diharapakan dapat mencegah tumbuhnya kawasan permukiman kumuh, dengan berbagai kegiatan, misalnya : a.
Melalui pendidikan lingkungan di harapkan timbulnya kesadaran masyarakat akan tanggung jawab manusia terhadap lingkungan akan semakin meningkat. Pendidikan lingkungan ini bertujuan untuk menarik perhatian terhadap pemikiran baru tentang masalah lingkungan yang sedang kita hadapi, dan mencari alternatif pemecahannya sehingga kita dapat menentukan tujuan dan arah bagi masa depan.
b.
Memberikan kesadaran tentang arti penting lingkungan yang bersih kepada masyarakat, terutama pada anak-anak agar kesadaran tersebut bisa tumbuh sejak usia dini..
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-3
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero c.
Membuat jadwal rutin untuk melakuan aktivitas pembersihan lingkungan secara terjadwal. Melalui jadwal, maka kita akan membiasakan diri disiplin menjaga kebersihan lingkungan. Dan hal ini seharusnya dijadikan sebagai sebuah kebiasaan hidup. Bukan lagi sebagai hal yang hanya dilakukan sesekali namun haruslah dijadwal atau diagendakan secara rutin.
d.
diperlukan adanya penyuluhan kepada masyarakat tentang arti pentingnya kebersihan serta pemasangan papan informasi disetiap sudut-sudut wilayah.
e.
Dalam hal peningkatan sumber daya manusia ditempuh dengan memantapkan pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan dan pendidikan, terutama pendidikan kejuruan dan keterampilan,
perlu
diadakan
pelatihan
keterampilan
(kursus),
pemberian
pembelajaran paket B dan C bagi masyarakat yang putus sekolah atau anak yang tidak mampu, f.
Pemberian pelatihan kepada masyarakat mengenai daur ulang sampah
C. Membangun jejaring kemitraan Membangun jaringan kemitraan dalam program pencegahan dan peningkatan kulaitas permukiman kumuh menjadi sangat penting baik secara individu atau organisasi. Kemitraan tersebut digalang dengan maksud untuk memfasilitasi atau membuka akses masyarakat kepada sumber informasi, teknologi dan sumber daya lainnya yang dibutuhkan. a. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pemanfaat Salah satu tujuan membangun jaringan kemitraan adalah membangun kesadaran masyarakat pelaku utama dalam pencegahan dan Peningkatan kualitas permukiman kumuh. Dalam jangka panjang, kemitraan yang terjalin antara Pemerintah
dengan masyarakat pemanfaat memiliki nilai strategis
dalam
Menumbuhkan minat dan meningkatkan partisipasi masyarakat. b. Mensinergikan Program Program Pencegahan dan peningkatan kulaitas permukiman kumuh disinergikan Melalui Pemerintah dengan melibatkan pihak swasta, perguruan tinggi dan kelompok peduli lainnya untuk terlibat dalam setiap proses dan mengambil bagian sesuai dengan program dan perang masing-masing.
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-4
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero 5.2. Rencana Pola Ruang (Kawasan Lindung & Budidaya) Sesuai dengan arahan RDTR Kota Ternate Rencana Pola Pemanfaatan ruang diarahkan untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam proses alokasi pemanfaatan ruang untuk memperoleh manfaat optimal bagi pengembangan wilayah Kota Ternate dengan tetap memperhatikan kepentingan masa depan Pemanfaatan ruang di satu wilayah harus dilakukan berdasarkan fungsinya, yaitu fungsi lindung dan fungsi budidaya. Pada dasarnya kedua kawasan ini tidak terpisahkan satu dengan yang lain, karena penetapan satu kawasan untuk berfungsi lindung didasarkan pada pertimbangan untuk menjaga agar kawasan budidaya tetap dapat berfungsi menyediakan peluang bagi pemenuhan kebutuhan manusia, baik secara langsung, maupun secara tidak langsung. Rencana Pola ruang sesuai blok RDTR kota ternate dapat dilihat di table berikut : Tabel 5. 1 Rencana Pola Ruang sesuai Blok RDTR Kelurahan dirinci Berdasarkan BWK Kota Ternate Tahun 2011-2031 Blok
Kelurahan
Pemanfaatan Ruang
Blok 1-4
Salero
Cagar Budaya
1,86
2,05
Dermaga
0,07
0,08
Genangan
0,53
14,00
Jasa
1,62
1,78
Pendidikan
0,75
4,00
Perkebunan
46,87
51,58
Permukiman
37,83
41,64
1,33
1,46
90,86
100,00
Ruang Terbuka Hijau Luas
Luas (Ha)
Persentase
Sesuai dengan Kondidi eksisting tahun 2016, pola ruang Kelurahan Salero terdiri dari kawasan budidaya antara lain kawasan permukiman, fasilitas pemerintahan, fasilitas peribadatan, fasilitas pendidikan dan pemakaman. Tujuan kebijakan pengembangan pola ruang adalah untuk mewujudkan pola penggunaan ruang yang seimbang dengan kapasitas produksi dan pemanfaatan kawasan budidaya secara asri, dan lestari. Zona budidaya dan permukiman yaitu zona yang dilihat dari kondisi fisik dan potensi sumberdaya alamnya dapat dan perlu dimanfaatkan guna kepentingan produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia dan pembangunan. Kawasan budidaya dalam Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero diarahkan untuk: 
Memberikan arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara optimal dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan;

Memberikan arahan dalam menentukan prioritas pemanfaatan ruang antara kegiatan budidaya yang berlainan; dan
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-5
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang dari jenis kegiatan budidaya tertentu ke jenis lainnya.
Adapun pembagian zona di kawasan budidaya yaitu : 1.
Zona Perumahan Zona perumahan merupakan zona lingkungan binaan yang berfungsi utama
sebagai lingkungan perumahan, yang dilengkapi berbagai sarana dan prasarana perkotaan. Untuk pengembangan zona perumahan di Kelurahan Salero maka rencana pengembangan harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
Tidak terganggu oleh polusi (air, udara, suara);
Dapat disediakan air bersih (air minum);
Memberikan kemungkinan untuk perkembangan pembangunannya;
Mudah dan aman mencapai tempat kerja;
Mempunyai kemiringan rata-rata 0-8%
Tipe perumahan yang dikembangkan di Kelurahan Salero diantaranya mencakup Rumah tunggal dengan peruntukan lahan rumah renggang ditujukan untuk pemanfaatan ruang unit-unit perumahan tunggal dengan mengakomodasi berbagai ukuran perpetakan serta mengupayakan peningkatan kualitas lingkungan hunian
2.
Zona Campuran Zona Campuran di Kelurahan Salero adalah kelompok kegiatan yang berupa
sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, sarana sosial, sarana olahraga dan rekreasi, sarana pelayanan umum dengan skala pelayanan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang kawasan. Tujuan Zona Campuran di Kelurahan Salero adalah:
Menyediakan lahan untuk pengembangan sarana sosial dan umum sesuai dengan kebutuhan dan daya dukung untuk menjamin pelayanan pada masyarakat;
Mengakomodasi bermacam tipe fasilitas sosial dan umum untuk mendorong penyediaan pelayanan bagi semua lapisan masyarakat; dan
Merefleksikan pola-pola pengembangan yang diingini masyarakat pada lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan datang.
Zona campuran di Kelurahan Salero rencananya akan di kembangkan dengan luas lahan perencanaan 13.26 ha.
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-6
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero 5.3.
Rencana Sistem Sarana dan Prasarana
A.
Rencana penataan bangunan
a. Pengembangan Permukiman Berdasarkan permasalahan yang ada pada permukiman di Kelurahan Salero yang memiliki banyak rumah yang tidak teratur, rumah tidak layak huni serta banyaknya rumah masyarakat yang melanggar garis sempadan kali mati dan garis sempadan pantai, sehingga diperlukan adanya arahan dalam penataan permukiman kedepannya, seperti: Untuk pembangunan permukiman kedepannya, diharapkan membangun rumah yang sesuai dengan peraturan garis sempadan sungai dan garis sempadan pantai Pengembangan permukiman kedepannya diarahkan pembangunan secara vertikal, hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan dan sesuai dengan RTRW diperuntukkan untuk kepadatan tinggi yang terdapat di Kelurahan Salero
b. Penataan dan Peningkatan Kualitas Bangunan Berdasarkan kondisi eksisting di Kelurahan Salero ada beberapa unit bangunan yang tidak teratur dan tidak sesuai dengan standar teknis sehingga diperlukan : Menata bangunan hunian yang tidak teratur sehingga sesuai dengan standar ketentuan pembangunan rumah Perbaikan kondisi lantai, dinding,atap dan tiang rumah sehingga mewujudkan bangunan hunian yang layak huni Rehabilitasi bangunan yang tidak teratur atau melanggar garis sempadan sungai dan berada di atas sungai Penanaman tanaman atau RTH Privat di bangunan hunian ataupun di pekarangan rumah
c. Arahan Pengelolaan Garis Sempadan Sungai Pengelolaan sempadan sungai diarahkan untuk melindungi sungai dari kegiatan yang dapat menggangu dan merusak kualitas air sungai dan kondisi fisik tepi maupun dasar sungai. Diharapkan dalam pembagunan rumah tinggal atau bangunan mengikuti aturan mengenai garis sempadan sungai di kiri kanannya diukur dari tepi sungai sesuai dengan aturan sempadan sungai (Permen PU No. 63/PRT/1993). Arahan sempadan yang diberlakukan pada kali mati/barangka lebih ditujukan untuk pemeliharaan fungsi saluran drainase primer dan memberi perlindungan terhadap permukiman disekitar kali mati/barangka. Kelurahan Salero termasuk dalam tipologi kali mati/barangka tidak bertanggul dengan lebar 2-5 lebar sempadan yaitu 3 m dengan difungsikan sebagai jalur hijau.
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-7
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero Tabel 5.2 Sempadan Kali mati /Barangkan Berdasarkan Tipologi No
Tipologi Kali Mati/Barangka
1 Bertanggul dengan lebar 2 – 5 m 2 Bertanggul dengan Lebar > 5 m 3 Tidak bertanggul dengan lebar 2 – 5 m 4 Tidak bertanggul dengan lebar > 5 m Sumber: RTRW Kota Ternate tahun 2012-2032
Lebar Sempadan 1,5 m 3m 3m 5m
Keterangan Jalan Setapak dan Jalur Hijau Jalan inspeksi dan Jalur Hijau Jalur Hijau Jalur Hijau
Gambar 5.1 Skema peruntukan sempadan sungai/ kali mati/ barangka
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-8
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
B. Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-9
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero C. Rencana sistem jaringan jalan dan jembatan Prasarana jalan merupakan prasarana transportasi yang berarti fasilitas bagi pergerakan orang, barang dan jasa. Berkaitan dengan hal tersebut hal yang perlu diperhatikan adalah pola-pola pertambahan penduduk dan distribusi permukiman sebagai area bangkitan perjalanan yang menyebabkan bangkitannya transportasi. Perencanan jaringan jalan untuk lima tahun ke depan di fokuskan pada pembangunan, peningkatan dan perbaikan jalan, seperti peningkatan jalan tanah ke jalan beton, paving blok, peningkatan jalan papan ke jalan beton di permukiman atas air dan peningkatan kondisi jalan aspal dengan mempertimbangkan beberapa aspek kebutuhan dan fungsi peningkatan. Kebutuhan akan jalan beton, paving, aspal yang berlubang dan rusak apalagi pada saat musim penghujan dan kebutuhan sirkulasi jalan tersebut sangat tinggi maka segera diprioritaskan untuk ditingkatkan dalam jangka waktu lima tahun ke depan. Untuk Rencana Jaringan jalan yang ada di Kelurahan menitik beratkan pada perawatan, perbaikan/rehabilitasi, pembangunan dan peningkatan kualitas jalan. Untuk rencana jaringan jalan yang direncanakan meliputi ;
Perbaikan jalan dengan tingkat kerusakan berat dapat dilakukan pada tahun pertama dan perawatan secara berkala setiap tahun;
Perbaikan jalan dengan tingkat kerusakan ringan dan sedang dapat dilakukan perawatan jalan pada
tahun pertama dan kedua, kemudian dilakukan
peningkatan jalan pada tahun keempat dan kelima;
Peningkatan jalan tanah ke paving, peningkatan jalan papan ke jalan beton pada tahun pertama dan kedua
Pembangunan jalan inspeksi sepanjang Kali mati (Barangka) serta infrastruktur penunjang dilakukan pada tahun pertama.
Untuk menyusun rencana perbaikan dan pembangunan jalan di Kelurahan Salero diperlukan standar ukuran jalan berdasarkan hirarki jalan perumahan. Hal ini bertujuan untuk membangun dan menyediakan jalan yang mampu mewadahi setiap aktifitas masyarakat dengan baik.
Tabel 5.3 Standar klasifikasi jalan di lingkungan perumahan Dimensi dari Elemen-elemen Jalan Hirarki Jalan Perumahan
Lokal Sekunder I Lokal Sekunder II Lokal Sekunder III
Perker asan
Bahu Jalan
Pedest rian
Trot oar
Damaja (Daerah Manfaat jalan)
Damija (Daerah Milik jalan)
Dawasja (Daerah Pengawas an jalan)
GSB (Garis Sempa dan Bangu ngan
3.0
1.5
1.5
0.5
10
13
4
10.5
3.0
1
1.5
0.5
10
12
4
10
3.0
0.5
1.2
0.5
8
12
3
7
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Dimensi Pada Daerah Jalan
V-10
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero Dimensi dari Elemen-elemen Jalan
GSB (Garis Hirarki Jalan Sempa Damaja Damija Dawasja Perumahan dan Perker Bahu Pedest Trot (Daerah (Daerah (Daerah asan Jalan rian oar Manfaat Milik Pengawas Bangu ngan jalan) jalan) an jalan) Lingkungan I 1.5 0.5 0.5 3.5 4 2 4 Lingkungan II 1.5 0.5 0.5 3.2 4 2 4 Sumber : Acuan diambil dari Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan, Dirjen Cipta Karya, 1998 Dimensi Pada Daerah Jalan
Untuk jembatan sesuai dengan kondisi eksisting di Kelurahan Salero adalah Rencana Peningkatan jembatan, meliputi; normalisasi jembatan.
Gambar 5.2 Skema jaringan jalan perumahan di perkotaan
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-11
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-12
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero D. Rencana sistem jaringan drainase Lingkungan perumahan/permukiman harus dilengkapi jaringan drainase sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan/ perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan jaringan umum drainase lingkungan perumahan di perkotaan. Jaringan drainase adalah parsarana yang berfungsi mengalirkan air ke permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan yang harus disediakan pada lingkungan perumahan/permukiman perkotaan. Bagian dari jaringan drainase adalah: Tabel 5.4 Bagian dari Jaringan Drainase Sarana
Prasarana Sumber air di permukaan tanah (laut, sungai, danau) Badan Penerima Air Sumber air di bawah permukaan tanah (air tanah akifer) Gorong-gorong Pertemuan saluran Bangunan Terjunan Bangunan Pelengkap Jembatan Street inlet Pompa Pintu air Sumber : SNI 02-2406-1991, Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Sesuai dengan kondisi eksisting dan hasil analisis untuk Jaringan drainase untuk lima tahun ke depan di Kelurahan Salero ini akan banyak mengalami perkembangan, karena direncanakan akan dilakukan perbaikan dan pembangunan jaringan drainase yang masih berkonstruksi semi permanen dan non permanen. Rencana jaringan drainase di Kelurahan Salero sebagai berikut: a. Rencana perawatan, perbaikan dan rehabilitasi saluran yang mengalami kerusakan; b. Pembuatan saluran drainase baru yang disesuaikan kebutuhan kawasan; c. Normalisasi Kali Mati (Barangka) d. Pembuatan plat decker dan gorong-gorong e. Normalisasi saluran drainase tersier, sekunder dan primer f. Penutupan saluran drainase g. Pembuatan talud sungai yang bermuara di laut h. Arahan pengembangan ekodrainase Untuk jaringan drainase skala kelurahan (berdasarkan RDTR Kota Ternate) arah pembuangan air hujan sebagai berikut : Pengembangan saluran drainase di kawasan perencanaan pada masa yang akan datang harus memperhatikan beberapa hal, yaitu: (1) kondisi topografi lahan, (2) daerah genangan air, dan (3) hirarki jaringan drainase. Ini dilakukan untuk syarat optimal fungsi drainase. Sistem drainase nantinya diarahkan pengembangannya terkonsentrasi di Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-13
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero kawasan permukiman, fasilitas pemerintahan dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi, sehingga kualitas lingkungan permukiman tetap terjamin. Arahan pengembangan yang dimaksud adalah peningkatan kualitas konstruksi jaringan drainase, dan pembangunan/ perluasan jaringan drainase dengan konstruksi beton. Rencana pengambangan drainase dimaksudkan untuk menghindari luapan air hujan, sehingga resiko genangan dapat dihindari dan kerusakan jaringan jalan tidak terjadi. Sesuai dengan kebijakan RTRW Kota Ternate untuk rencana sistem drainase yaitu “Ekodrainase�. Konsep ekodrainase yaitu suatu konsep pengembangan sistem drainase berkelanjutan yang ramah lingkungan. Konsep dasarnya adalah memanfaatkan jumlah curah hujan semaksimal mungkin untuk mengisi kebutuhan cadangan air dalam tanah, dan mengalirkan kelebihan air yang tidak digunakan dan tidak merusak permukaan tanah.
Untuk lebih jelasnya, sebagaimana pada skema rencana jaringan
drainase di Kelurahan Salero.
Gambar 5.3 Skema rencana ekodrainase
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-14
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
E. Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-15
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero F.
Rencana sistem jaringan air limbah Sistem pengolahan air limbah terdiri dari dua yaitu pengolahan sistem di tempat
(on site) dan pengolahan sistem terpusat (off site). Pengolahan sistem di tempat (on site) merupakan pengolahan air limbah yang dilakukan di tempat yang melayani sumber dari satu unit rumah dengan tangki septik yang ditempatkan pada kapling rumah itu sendiri. Sistem tersebut pada Kelurahan Salero terdapat pada permukiman yang berada di daratan. Sedangkan pengelolahan sistem terpusat (off site) yaitu pengolahan air limbah yang terpusat dari beberapa sumber/unit bangunan. Sistem off site juga sudah diterapkan pada kawasan permukiman yang berada di atas, namun masih perlu adanya penambahan septic tank komunal agar dapat melayani secara keseluruhan. Pemilihan teknologi yang tepat untuk diterapkan pada kawasan perencanaan didasarkan pada parameter:  Teknologi sederhana yang bisa dimengerti oleh semua orang  Tidak memerlukan lahan yang luas  Biaya pembangunan yang murah  Masa pakai yang lama tanpa operasional yang rumit Sistem jaringan air limbah berdasarkan analisis ketersediaan eksisting tahun 2016 dan skenario pembangunan sistem sanitasi dimana direncanakan dibangun dengan menggunakan sistem komunal. Sistem komunal dimaksud dengan asumsi 1 (satu) unit septictenk melayani 2 unit rumah yang dikondisikan dengan ketersediaan lahan untuk pembangunan septictank biofill. Sistem perpipaan dari rumah ke septictank. Dengan asumsi tersebut di atas maka direncakan jumlah septictank komunal sekitar 16 unit untuk melayani
32 unit rumah yang belum memiliki septctank. Sistem penyebaran titik
septictank adalah di permukiman warga yang didesain dengan konsep ramah lingkungan tanpa menimbulkan efek negatif baru. Berikut merupakan skema sistem jaringan air limbah di Kelurahan Salero:
Gambar 5.4 Skema jaringan air limbah Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-16
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-17
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero G. Rencana sistem jaringan persampahan Sistem jaringan persampahan berdasarkan hasil analisis dan skenario sistem persambahan yang dirumuskan maka rencana sistem jaringan persampahan pada Kelurahan Salero meliputi;
Pembuatan tempat sampah komunal di area permukiman dengan sistem terpisah antara sampah organik dan non organik
Pengadaan gerobak sampah yang melayani di area permukiman dengan sistem terpisah
Pengadaan wadah tempat pembungan sementara (TPS) berupa kontainer yang sudah terpilah antara sampah organik dan non organik
Pengadaan mobil pengangkut sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA) Berikut merupakan skema rencana jaringan persampahan di Kelurahan Salero
agar dapat mewujudkan keberlanjutan masyarakat:
Gambar 5.5 Skema Pengelolaan Sampah
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-18
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-19
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero H. Rencana sistem jaringan air bersih/air minum Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi
Sesuai
Persyaratan umum perencanaan jaringan air bersih SNI 03-1733-2004 adalah:  Penyediaan kebutuhan air bersih 1) Lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan air minum atau sumber lain dengan ketentuan yang berlaku dan; 2) Apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau penyediaan air besih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau sambungan halaman  Penyediaan kran umum 1)
Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa;
2)
Radius pelayanan maksimum 100 meter;
3)
Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari dan; Sesuai kondisi eksisting dan hasil analisis, kebutuhan air bersih/air minum di
Kelurahan Salero adalah: a. Kebutuhan Air Bersih Untuk Perumahan Estimasi kebutuhan air bersih di Kelurahan Salero ditentukan oleh jumlah penduduk yang telah diproyeksikan. Apabila dirinci menurut lingkungan Kelurahan Salero, dengan jumlah kebutuhan air bersih untuk fasilitas perumahan yang cukup tinggi, pada tahun 2021 dibutuhkan sebanyak 198600 liter/hari untuk keseluruhan unit rumah yang terdapat di Kelurahan Salero b. Kebutuhan Air Bersih Untuk Fasilitas Umum Ketersediaan air bersih untuk fasilitas umum merupakan hal yang sangat dibutuhkan. Sehingga estimasi kebutuhan hingga tahun 2021 dibutuhkan air bersih sebanyak 39000 liter/hari sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. Dari uraian kebutuhan akan air bersih (air minum) di atas maka direncanakan pembangunan jaringan air bersih untuk melayani kebutuhan penduduk pada kelurahan. Adapun rencana sistem jaringan air bersih dimaksud dapat dilihat pada skema rencana jaringan air bersih.
Gambar 5.6 Skema jaringan air bersih Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-20
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-21
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero I.
Rencana sistem jaringan listrik Sesuai dengan kondisi eksisting Kelurahan Salero dan hasil analisis. Jenis
elemen perencanaan pada jaringan listrik lingkungan perumahan/permukiman di perkotaan disesuaikan dengan kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi. Untuk persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam sistem jaringan listrik adalah : a)
Penyediaan kebutuhan daya listrik 1. setiap lingkungan perumahan harus mendapat daya listrik dari PLN atau dari sumber lain; dan 2. setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 900 VA dan untuk sarana lingkungan atau Penerangan Jalan Umum (PJU) sebesar 40% dari total kebutuhan rumah tangga. Namun, direncanakan untuk penambahan jaringan Penerangan Jalan Umum menggunakan sistem energi alternatif dengan lampu panel surya.
Gambar 5.7 Sistem energi alternatif lampu panel surya
b)
Penyediaan jaringan listrik 1. disediakan jaringan listrik lingkungan dengan mengikuti hirarki pelayanan, dimana besar pasokannya telah diprediksikan berdasarkan jumlah unit hunian yang mengisi blok siap banguan; 2. disediakan tiang listrik sebagai penerangan jalan yang ditempatkan pada area damija (daerah milik jalan) pada sisi jalur hijau yang tidak menghalangi sirkulasi; 3. disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum;
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-22
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero 4. adapun penerangan jalan dengan memiliki kuat penerangan 500 lux dengan tinggi > 5 meter dari muka tanah; 5. sedangkan
untuk daerah di bawah tegangan
tinggi sebaiknya
tidak
dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau kegiatan lain yang bersifat permanen karena akan membahayakan keselamatan.
Berdasarkan hasil observasi dan analisis dapat disimpulkan bahwa di Kelurahan Salero pelayanan jaringan listrik sudah terpenuhi. Berikut merupakan skema penyediaan listrik di perumahan:
Gambar 5.8 Skema sistem jaringan distribusi listrik
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-23
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
J. Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-24
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero K. Rencana jaringan transportasi Pengembangan sistem jaringan jalan, pergerakan di Kelurahan Salero dilakukan dengan memperhatikan jaringan jalan secara keseluruhan, yaitu sistem pergerakan antar permukiman di Kelurahan Salero. Sistem pergerakan antar kelurahan pada kondisi eksisting terdapat jalan penghubung yang menghubungkan antar kelurahan. Jalan penghubung tersebut menghubungkan kegiatan regional seperti aliran barang dan orang. Untuk jaringan transportasi di Kelurahan Salero cukup terpenuhi. Rencana sirkulasi kendaraan di Kelurahan Salero dibagi sesuai dengan jenis kendaraan yang digunakan. Pada jalan yang berhirarki kolektor sekunder dan lokal yaitu dapat dilalui oleh kendaraan umum dan kendaraan pribadi dengan dilengkapi titik-titik pemberhentian atau pergantian moda. Akses kendaraan pada kawasan permukiman karena jaringan jalan berhirarki jalan lingkungan II maka seharusnya direncanakan untuk pejalan kaki.
L.
Rencana ruang terbuka publik Penataan sistem ruang terbuka dan tata hijau didasarkan pada prinsip penataan
sebagai berikut: 1. Pendistribusian jenis RTH disesuaikan dengan kebutuhan kawasan, fungsi kawasan, dan sirkulasi. 2. Integrasi sosial secara keruangan tercipta pada ruang terbuka. 3. Ruang terbuka dan RTH memberikan rasa nyaman, aman, sehat, dan menarik. 4. RTH berfungsi ekologis dan meminimalkan dampak lingkungan. 5. RTH menciptakan keseimbangan ruang terbangun dan ruang tak terbangun. Berdasarkan prinsip tersebut, maka perencanaan ruang terbuka dan tata hijau pada Kelurahan Salero yaitu: 1. Rencana Ruang Terbuka Publik a. Penataan RTH di fasilitas umum atau fasilitas pemerintah b. Penataan RTH di ruang publik yang berfungsi sebagai area interaksi sosial, bermain, dan olahraga. 2. Rencana Ruang Terbuka Privat a. Penataan RTH privat yaitu ruang terbuka yang berada di dalam kavling-kavling permukiman penduduk atau biasa disebut pekarangan rumah.
Untuk
mewujudkan RTH privat melalui penanaman dengan menggunakan media yaitu pot atau media tanam lainnya.
Perencanaan tersebut dapat mewujudkan
kawasan permukiman yang hijau dan asri.
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-25
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero b. Ruang terbuka privat pada Kelurahan Salero berupa halaman/pekarangan masing-masing bangunan rumah warga dengan penataan pagar yang direncanakan demi terwujudnya citra kualitas lingkungan. 3. Rencana Area Konservasi Jalur Hijau Sungai a. Melestarikan jalur hijau di sepanjang Barangka. b. Jalur hijau merupakan bentuk penataan pepohonan pada sepanjang jalur hijau sempadan sungai yang telah diarahkan berdasark RTRW Kota Ternate sebagai area konservasi 4. Rencana Jalur Jaringan Jalan di lingkungan permukiman: ruang yang disediakan bagi pejalan kaki pada kiri-kanan jalan atau di dalam taman. RTH yang direncanakan harus memenuhi tingkat kenyamanan berupa orientasi tanda visual dan kemudahan dalam aksesibilitas. RTH untuk jalur pejalan kaki di Kelurahan Salero terdapat pada seluruh kawasan perencanaan. Sedangkan pada jalan di kawasan permukiman yang hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki dan pengguna sepeda direncanakan untuk menerapkan teknik urban farming. Teknik tersebut antara lain,: a) Penanaman menggunakan media kantung plastik/polybag b) Rangka kayu/besi sebagai kanopi yang ditempatkan di atas jalan c) Hanging garden, media yang digunakan dari botol plastik bekas, paralon, talang d) Hidroponik, tanaman tanpa menggunakan tanah. Media yang digunakan air
Gambar 5.9 Skema teknik urban farming untuk pehijauan lingkungan perumahan
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-26
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
5.4. Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-27
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero 5.5.
Rencana Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan
A.
Rencana pengembangan pelayanan pendidikan Salah satu strategi dalam mengembangkan potensi sumberdaya manusia yaitu
dengan menggalakkan kegiatan pendidikan. Kegiatan pendidikan dapat berjalan lancar apabila didukung oleh berbagai sarana dan prasarana pendidikan itu sendiri. Dalam menyikapi hal tersebut, maka pada suatu kawasan perkotaan perlu ditetapkan adanya kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pendidikan dan kesehatan, dimana alokasi pengembangannya dapat ditetapkan berdasarkan analisis kelayakan, dimana didukung oleh lahan pengembangan yang cukup memadai serta aksesibilitas menuju kawasan tersebut yang sangat lancar. Jenis fasilitas pendidikan
yang umumnya dapat
dikembangkan terdiri dari, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pariwisata, Sekolah Menengah Umum (SMU), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Dengan demikian ketersediaan akan air bersih, listrik, serta telekomunikasi sangat dibutuhkan di kawasan tersebut dalam mendukung kegiatan pendidikan di kawasan perkotaan. Khususnya di Kelurahan Salero jenis fasilitas yang perlu dikembangkan adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau taman kanak-kanak (TK) berjumlah 1 unit, dan Tempat pendidika Al-Qur’an (TPA) dengan dibangunya fasilitas pendidikan dimaksud, maka tingkat pendidikan bisa lebih meningkat. Skema desain rencana TK sebagai berikut:
Gambar 5.10 Skema desain rencana TK
B. Rencana pengembangan pelayanan kesehatan Konsep pengembangan kesehatan di kawasan Kelurahan Salero melihat seluruh aspek yaitu sosial, ekonomi maupun sosial. Karena ketiga hal itu merupakan dasar dari masyarakat dalam mengembangankan kesehatan individu maupun lingkungan. Untuk konsep pengembangan kesehatan 5 tahun mendatang di Kelurahan Salero yaitu sebagai berikut : a. Pembuangan sampah pada tempatnya sehingga mengurangi munculnya wabah penyakit seperti munculnya jentik-jentik nyamuk pada tempat-tempat yang dipenuhi sampah.
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-28
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero b. Sistem BAB masyarakat tidak lagi dilakukan di jamban, pesisir pantai ataupun disungai untuk mengurangi dampak pencemaran
lingkungan dan
dapat
berpengaruh pada kesehatan c. Kualitas air sumur yang buruk menyebabkan terjadinya efek samping pada fisik tubuh masyarakat seperti gatal bahkan diare. Oleh karena itu masyarakat harus menggunakan sumber air bersih PDAM atau alternatif sumber air bersih lainya yang berkualitas terjamin walaupun memliki biaya lebih mahal dari air sumur. C. Rencana pengembangan budaya dan kearifan lokal Budaya adalah karakter hidup yang melekat pada diri masyarakat pada suatu daerah. Pada Kelurahan Salero sesuai kondisi eksisting menunjukan kondisi sosial yang pada umumnya heterogen (bervariasi) dan khusunya budaya ternate. Hal ini disebabkan karena banyak penduduk kawasan prioritas merupakan pendatang yang menetap dari berbagai daerah baik di Provinsi Maluku Utara maupun dari provinsi lainnya. Penduduk yang ada di Provinsi Maluku Utara dimaksud meliputi semua suku yang ada di 7 (tujuh) kabupatan dan 2 (dua) kota, sementara yang berasal dari luar Provinsi Maluku Utara ada suku jawa, bugis, buton, sumaterah, dan gorontalo. Sehingga Adat istiadat yang ada pada Kelurahan Salero tentu selalu mengikut pada corak adat istiadat dari masingmasing daearah berdasarkan asal daerahnya baik penduduk yang berasal dari Provinsi Maluku Utara sendiri mapun berasal dari luar Provinsi Maluku Utara. Kearifan lokal pada kelurahan belum nampak dan hampir dikatakan tidak ada. Hal ini di pengaruhi budaya yang berfariasi dan budaya hidup heterogen yang sangat tinggi sehingga masyarakat di tahun 2016 kesehariannya masih disibukan dengan kesibukan pribadi masing-masing sehingga di tahun 2021 diharapkan ada kearifan lokal yang menunjang perkembangan kawasan prioritas yang berkembang lebih baik. Adapun rencana pengembangan budaya lokal di Kelurahan Salero meliputi : 1. Pembinaan untuk kelompk pemuda dalam pengembangan budaya lokal 2. Mendorong lembaga karang taruna untuk mensosialisasikan budaya lokal yang ada di Kota Ternate. 3. Mendorong pemerintah kota untuk tetap menjaga, kelestarian budaya lokal yang ada di Kota Ternate. D. Rencana pengembangan kelembagaan Pada Kelurahan Salero terdapat lembaga yang mendukung kegiatan Kolaborasi baik lembaga masyarakat maupun lembaga pemerintah setemapat. Adapaun lembaga masyarakat yang dimaksud adalah LKM, PKK, Karang Taruna, LPM, Majelis Taklim dengan struktur organisasi yang lengkap sesuai yang diharapkan. Lembaga pendukung
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-29
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero dari pemerintah setempat adalah lembaga kelurahan yang hadir sebagai representatif dari Pemerintah Kota Ternate. Skenario pengembangan kelembagaan yang ingin dilakukan adalah diperkuatnya lembaga kemasyarakatan dengan memberikan pembinaan baik ditingkat pemerintah maupun masyarakat denga melibatkan pemuda, tokoh masyarakat, dan perempuan. Disamping penguatan yang dilakukan, upayah lain yang penting dilakukan juga adalah sinerjitas pemikiran antara pemerintah dan masyarakat. Sehingga pembangunan khususnya kegiatan realisasi RPLP dapat berjalan dengan baik. E. Rencana Pengembangan Ekonomi Rumah Tangga Berdasarkan hasil analisis dan skenario pengembangan mata pencaharian pada Kelurahan Salero dengan tingkat partisipasi angkatan kerja, maka akan direncanakan hal-hal sebagai berikut; 1.
Membuka lahan pekerjaan baru berupa kawasan ekonomi kreatif disepanjang jalan utama serta di kawasan wisata cagar budaya. Hal ini diharapkan menjadi lahan
baru
untuk
masyarakat
khusnya
di
Kelurahan
Salero
dapat
mengembangkan mata pencaharian yang dimiliki. 2.
Memberikan bantuan pada masyarakat yang diprioritaskan terutama yang memiliki usaha kecil/ menengah (UKM) pada Kelurahan Salero untuk pengembangan usahanya.
3.
Memberikan ketrampilan ataupun pembinaan terhadap KSM yang terhambat dan tidak mampu mengembangkan usaha mandiri sehingga diharapkan mampu membantu perkembangan dan peningkatan perekonomian masyarakat
4.
Menjalin kerjasama dengan pihak lain untuk pengembangan KSM yang produktif
Hal ini dimungkinkan dapat dilakukan karena khususnya di Kelurahan Salero dapat dikembangkan sebagai kawasan yang berbasis pada kegiatan perdagangan dan pariwisata. Dengan demikian, konsep pembangunan kawasan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan harus dikedepankan dalam pembangunan kelurahan kedepan. F.
Rencana Pengembangan Ekonomi Lokal kawasan 
Sebagaimana hasil analisis dan skenario pengembangan ekonomi kawasan diketahui IKH (Indeks Kualitas Hidup) masyarakat Kelurahan Salero berada pada level taraf hidup sedang. Berdasarkan tingkat pendapatan masyarakat dari tahunketahun terjadi pergeseran. Sampai akhir tahun perencanaan dapat diasumsikan bahwa terjadi peningkatan pendapatan penduduk berjalan seiring dengan
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-30
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat, keterampilan dan dampak dari perkembangan ekonomi secara global. 
Pada Kelurahan Salero sangat memungkinkan untuk mengembangkan ekonomi kawasan. Namun dengan kondisi yang ada membutuhkan waktu yang panjang untuk bisa dikembangkan. Rencana pengembangan ekonomi kawasan pada Kelurahan Salero dimasukan pada rencana investasi ditahun yang akan datang. Adapun rencana pengembangan ekonomi kawasan sebagai rencana investasi dimaksud adalah sistem uasaha yang sudah ada dimasyarakat Kelurahan Salero
5.6. Rencana Penanganan Resiko Bencana A. Mitigasi bencana Kebakaran Sesuai dengan kondisi eksisting dan hasil analisis di Kelurahan Salero diperlukan sistem penanggulangan bencana kebakaran karena tingkat kepadatan bangunan di beberapa wilayah di Kelurahan Salero cukup tinggi terutama pada RT 01/ RW 03 dan RT 02/ RW 03 dan kondisi akses jalan yang sempit sehingga diperlukan beberapa cara yaitu; 1. Perencanaan jalur akses Menyediakan jalur yang dapat dilalui oleh mobil pemadam kebakaran, sehingga memberikan kemudahan petugas kebakaran dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu, perlu adanya pengaturan bangunan tentang jarak bangunan yang aman terhadap bahaya kebakaran yaitu untuk bangunan dengan tinggi sampai 8 meter mempunyai jarak minimum 3 meter satu sama lainnya. 2. Penyediaan hidran Setiap lingkungan harus memiliki hidran halaman yang melayani suatu daerah tertentu, sehingga akan sangat membantu petugas kebakaran saat kebakaran berlangsung. Peraturan terkait penyediaan hidran kebakaran di lingkungan perumahan antara lain: a.
untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter;
b.
untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter;
c.
jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter;
d.
apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-sumur kebakaran; dan
Hidran ditempatkan pada tempat tertentu sehingga setiap sudut bangunan berada dalam batas jangkauan semburan air dari selang dengan panjang maksimum selang adalah 30 m. 3. Ruang evakuasi terhadap korban bencana alam direncanakan dengan sistem koordinasi aparat setempat, yang berarti ruang evakuasi diarahkan pada masing-
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-31
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero masing ruang dengan skala pelayanannya terbagi atas 2 ruang evakuasi, yakni sebagai berikut: 
Ruang Evakuasi Lokal setempat; ruang evakuasi ini dilakukan pada masing-masing ruang terbuka dalam lingkup administrasi kelurahan, dimana
kewenangan
penanganan secara
langsung
berada
dalam
koordinasi aparat kelurahan. Ruang evakuasi ini dapat berupa balai pertemuan di tingkat kelurahan dan ruang terbuka berupa lapangan maupun sekolah (fasilitas pendidikan) yang dimiliki oleh kelurahan. 
Ruang Evakuasi Lingkup Bagian Wilayah Kota; ruang evakuasi ini dilakukan
pada
ruang
terbuka
yang
kepemilikannya
oleh
tingkat
kecamatan, dimana kewenangannya dalam koordinasi aparat kecamatan. Ruang evakuasi ini berupa ruang terbuka berupa lapangan ataupun balai kecamatan yang dapat menampung jumlah evakuasi korban yang jumlah lebih besar dibandingkan dengan ruang evakuasi lokal setempat atau sarana pendidikan yang ada di sekitar lokasi bencana. Ruang ini dilokasikan pada lokasi yang kemungkinannya tidak terkena oleh bencana alam yang terjadi. B. Mitigasi bencana banjir Bencana banjir merupakan fenomena alam, yang terjadi karena dipicu oleh proses alamiah dan aktivitas manusia yang tidak terkendali dalam mengeksploitasi alam. Proses alamiah sangat tergantung pada kondisi curah hujan, tata air tanah (geohidrologi), struktur geologi, jenis batuan, geomorfologi, dan topografi lahan. Sedangkan aktivitas manusia terkait dengan perilaku dalam mengeksploitasi alam untuk kesejahteraan manusia, sehingga akan cenderung merusak lingkungan, apabila dilakukan dengan intensitas tinggi dan kurang terkendali. Kelurahan Salero khususnya dengan kondisi topografi datar hingga berbukit serta merupakan wilayah pesisir pantai, dimana merupakan bentuk permukaan yang rentan terhadap potensi banjir, baik banjir yang disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi ataupun dengan gelombang pasang. Dengan demikian, mitigasi banjir yang dapat dilakukan adalah dengan Rekayasa Teknis. Rekayasa teknis adalah upaya-upaya secara teknis yang dilakukan manusia untuk melindungi, memperbaiki serta menggunakan sumber daya alam menurut prinsipprinsip ekonomi maupun sosial yang dapat memberikan keuntungan yang maksimum dan lestari. Dalam kaitannya dengan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan bencana banjir, rekayasa teknis yang dimaksud lebih diarahkan pada upaya-upaya memasukkan air permukaan ke dalam tanah dengan cara mempercepat aliran air permukaan hingga dapat meresap ke dalam tanah yang memiliki kelulusan air yang palimg optimal. Pada
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-32
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero umumnya Rekayasa meresapkan air untuk air tanah dangkal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : Metode Konservasi Vegetatif Metode Konservasi Non Vegetatif Metode konservasi vegetatif dilakukan dengan cara memanfaatkan media tanaman dan lubang-lubang cacing sebagai upaya untuk meresapkan air tanah, sedangkan Metode konservasi non vegetatif dilakukan dengan cara mengatur aliran air permukaan sehingga tidak terjadi perusakan tanah pada musim basah dan terdapat cukup air pada musim kering. Terdapat dua cara non vegetatif, yaitu dengan cara mekanis dan cara kimiawi. Cara kimiawi tidak dianjurkan karena bahan kimia yang dipakai mahal dan kemungkinan menambah polusi. Sedangkan cara mekanis dianggap lebih cocok untuk konservasi air tanah dangkal. Prinsip dasar cara mekanis adalah : 1. Menampung dan menyalurkan air permukaan ke dalam lapisan pembawa air melalui bangunan tertentu. 2. Menghambat aliran air permukaan tanah ke dalam tanah dengan membuat bangunan penghambat. 3. Mengatur penggunaan air tanah secara optimal. Dengan demikian, terdapat bentuk-bentuk rekayasa teknik kawasan rawan banjir. Untuk lebih jelasnya, sebagaimana pada tabel 5.5 berikut; Tabel 5.5 Bentuk Rekayasa Teknik Kawasan Rawan Banjir di Kelurahan Salero Tahun 2016-2021 Tata Guna Lahan Permukiman
Penyebab Banjir Pengolahan Sampah yang kurang baik Tingkat disiplin masyarakat dalam pembuangan sampah masih rendah Curah hujan yang tinggi System drainase yang kurang baik Pemeliharaan system drainase yang kurang baik Permukiman terletak pada daerah dataran rendah (cekungan)
Alternatif Penanganan Perbaikan manajemen pengolahan sampah Penyediaan TPS disekitar lingkungan Normalisasi saluran dan sungai Pengerukan saluran dan sungai Penertiban permukiman di bantaran sungai Pembuatan sumur resapan System polder dan jaringan drainase, dilengkapi dengan system pengendali System saluran pengelak banjir Flood Proofing
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Bentuk Kegiatan Pembuatan TPA Penyediaan TPS disekitar lingkungan Sosialisasi pengelolaan sampah Sosialisai/penyadar an dan relokasi Penataan saluran dan system drainase
Pembuatan tanggul Pembuatan saluran pengelak banjir Meningkatkan elevasi muka tanah, bangunan Menggunakan
V-33
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero Tata Guna Lahan
Penyebab Banjir
Alternatif Penanganan Penataan saluran drainase
Komersial
Pengelolaan sampah yang kurang baik Tingkat disiplin masyarakat dalam pembuangan sampah masih rendah Penyempitan badan sungai/saluran Kurangnya daerah resapan air
Perbaikan manajemen pengelolaan persampahan Penyediaan TPS disekitar lingkungan
System drainase yang kurang optimal
Penataan system drainase
Normalisasi saluran sungai dan drainase Pengerukan saluran sungai dan drainase
Bentuk Kegiatan bahan bangunan tahan air
Pembuatan TPS Penyediaan TPS disekitar lingkungan Sosialisasi pengelolaan sampah Normalisasi saluran sungai dan drainase Pengerukan saluran sungai dan drainase Penataan system drainase dan sarana pendukung
5.6 Sinkronisasi Rencana Sinkronisasi rencana merupakan penyesuaian rencana yang terdapat di dokumen perencanaan skala kota dengan rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman di Kelurahan Salero. Sinkronisasi bertujuan agar rencana yang dilakukan untuk penanganan kumuh di Kelurahan Salero dapat terintegrasi dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Berikut merupakan Tabel Sinkronisasi Rencana:
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
V-34
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
Tabel 5.6 Sinkronisasi Rencana di Kelurahan Salero No. 1.
Dokumen Perencanaan RTRW Kota Ternate
Kebijakan Rencana Struktur Ruang Sistem dan Fungsi Perwilayahan: Permukiman; Pelabuhan; Pariwisata; Militer; Jasa; Perdagangan; Pendidikan; Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Air Minum Penerapan teknologi alternative yang dapat merubah air laut menjadi air tawar atau jaringan pipa air bersih bawah laut ke Pulau Hiri dengan terlebih dahulu melakukan pengkajian teknis, sosial dan ekonomi yang mendalam. Penyediaan Hidran Kebakaran pada kawasan kepadatan bangunan tinggi di pusat kota, kawasan komersial dan bangunan publik;
Rencana Pengelolaan Limbah Untuk kawasan berkepadatan tinggi menggunakan septic tank komunal dengan sistem Biodigester sehingga limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai biogas, dan pengelolaannya dilakukan secara berkelompok (Community Based Sanitation).terutama pada permukiman pasang surut
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Rencana Penanganan Kawasan Kumuh Rencana pola ruang Kelurahan Salero terdiri dari kawasan budidaya antara lain kawasan permukiman, fasilitas pemerintahan, fasilitas peribadatan, fasilitas pendidikan dan pemakaman. Rencana Sistem Jaringan Air Bersih/Air Minum di Kelurahan Salero antara lain: Rencana Perbaikan sistem penyediaan air bersih di perusahaan penyedia air bersih serta konservasi wilayah sumber air baku Sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya menggunakan sumber air bersih dari sumur yang berjarak dekat dengan septictank Rencana Pengembangan teknologi Reserve Osmosis (RO) sebagai sumber air bersih alternatif di Kelurahan Salero agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Rencana pengadaan kran umum ataupun penyediaan hidran kebakaran Rencana pengelolaan limbah di Salero antara lain: a. Pengolahan limbah menggunakan septik tank dengan sistem ditempat (on site) dan bersifat komunal (off site) menggunakan teknologi biofill yaitu pengolahan air limbah yang dilakukan ditempat yang melayani sumber dari beberapa unit rumah dengan sistem pipa atau tangki septik yang ditempatkan pada kapling yang disesuaikan dengan memperhatikan lingkungan. b. Peran masyarakat dalam mengolah septik komunal dari segi kebersihan hingga pada pengelolaan dan pemeliharaan septictank komunal tersebut.
V-35
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
No.
Dokumen Perencanaan
Kebijakan Rencana Persampahan Pengelolaan sampah berbasis masyarakat, yaitu sistim pengelolaan yang melibatkan masyarakat secara langsung dalam pengumpulan sampah khususnya pada kawasan permukiman berkepadatan tinggi Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang jumlahnya sesuai kebutuhan yaitu tong sampah pemilihan, TPS/TPST, gerobak sampah, dump truck, amroll, container sampah dan peralatan berat TPA. Peningkatan sistem manajemen persampahan; Sosialisasi dan penerapan pengolahan sampah sistim 3R di masyarakat Rencana Drainase Normalisasi saluran berupa penggolontoran/pembersihan, mengembalikan saluran dimensi dan rehabilitasi Penertiban bangunan yang mengecilkan dimensi dan yang berada di atas saluran Pembangunan talud pada saluran kali mati/barangka yang bermuara atau melintas kawasan dalam kota Penerapan sempadan disepanjang kalimati/barangka Pengembangan sistem drainase Kota Ternate sudah harus menggunakan paradigma baru yaitu “Ekodrainase”.
Rencana Kawasan Lindung: 1. Kawasan Perlindungan Sempadan Pantai Pemanfaatan sempadan pantai permukiman perkotaan diarahkan untuk menjadi ruang transisi dan interkoneksi antara ruang darat dengan ruang laut. Ruang sempadan pantai menjadi ruang publik yang meberi peluang bagi publik untuk memanfaatkannya sebagai tempat rekreasi, olahraga dan kegiatan lainnya yang ramah lingkungan
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Rencana Penanganan Kawasan Kumuh Rencana sistem persampahan terpadu pada kawasan perencanaan antara lain: a. Pola pemilahan sampah dari rumah hingga ke TPS b. Pola pendaur ulangan sampah c. Metode pengangkutan sampah menggunakan gerobak motor sampah, dibantu oleh pihak pemerintah dan Lembaga masyarakat yang bersedia untuk mengelola sampah d. Pemberian sanksi kepada masyarakat yang masih membuang sampah di laut e. Pengomposan sampah organik oleh masyarakat f. Penerapan konsep 3R pada Bank Sampah yang dikelola oleh lembaga kelurahan Rencana jaringan drainase di Kelurahan Salero sebagai berikut: a. Rencana perawatan, perbaikan dan rehabilitasi saluran yang mengalami kerusakan; b. Pembuatan saluran drainase baru yang disesuaikan kebutuhan kawasan; c. Normalisasi Kali Mati (Barangka) d. Pembuatan plat decker dan gorong-gorong e. Normalisasi saluran drainase tersier, sekunder dan primer f. Penutupan saluran drainase g. Pembuatan talud sungai yang bermuara di laut h. Arahan pengembangan ekodrainase Arahan sempadan yang diberlakukan pada kali mati/barangka lebih ditujukan untuk pemeliharaan fungsi saluran drainase primer dan memberi perlindungan terhadap permukiman disekitar kali mati/barangka. Kelurahan Salero termasuk dalam tipologi kali mati/barangka tidak bertanggul dengan lebar 2-5 lebar sempadan yaitu 3 m dengan difungsikan sebagai jalur hijau.
V-36
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
No.
2.
Dokumen Perencanaan
RPJM Kota Ternate
Kebijakan 2. Kawasan Perlindungan Sempadan Kali Mati Arahan sempadan yang diberlakukan pada kali mati/barangka lebih ditujukan untuk pemeliharaan fungsi saluran drainase primer dan memberi perlindungan terhadap permukiman disekitar kali mati/barangka Rencana Kawasan Budidaya Perumahan dan permukiman berkepadatan tinggi lainnya yang cenderung kumuh dan minim fasilitas umum. Kawasan ini tersebar khususnya pada bagian pesisir pantai Salero. Kepadatan pada kawsan-kawsan ini berkisar antara 60-143 unit rumah/Ha. a. Program Peningkatan dan pemerataan infrastruktur perkotaan, pengendalian tata ruang berbasis lingkungan serta penataan kawasan rawan bencana b. Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-Gorong c. Program Pembangunan Turap/Talud/Bronjong d. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan e. Program Pengelolaan Sumber Daya Air f. Program Pengendalian Banjir g. Program Penanganan Pemukiman Kumuh Perkotaan h. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang i. Program Penataan Bangunan dan Lingkungan j. Program Pengendalian Pencemaran dan Pengrusakan Lingkungan Hidup k. Program Pengelolaan dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Laut
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Rencana Penanganan Kawasan Kumuh
Pengembangan permukiman kedepannya diarahkan pembangunan secara vertikal, hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan dan sesuai dengan RTRW diperuntukkan untuk kepadatan tinggi yang terdapat di Kelurahan Salero.
Pola penanganan dan penataan kawasan kumuh yang akan diterapkan di Lokasi prioritas Kelurahan Salero yaitu pola “renewal� atau peremahaan kualitas permukiman kumuh. Peremajaan ini mencakup aspek sosial, ekonomi, lingkungan serta peningkatan pelayanan sarana dan prasarana. Pola peremajaan terdapat beberapa hal yang menjadi prinsip dasar dalam penataan kawasan kumuh diantaranya sebagai berikut. 1. Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana antara lain jaringan air bersih, jaringan listrik, sistem persampahan, MCK, SPAL, jaringan jalan, drainase dan penerangan jalan 2. Penyediaan dan perbaikan fasilitas umum seperti Ruang Terbuka Hijau dan pelayanan kesehatan 3. Legalisasi status kepemilikan lahan perumahan yang ada pada pesisir pantai terutama pada permukiman yang berada di atas air 4. Perbaikan dan penataan lingkungan fisik rumah seperti rumah pada sempadan barangka/kalimati dan rumah tak layak huni pada bagian pantai 5. Peningkatan kehidupan MBR sehingga dapat mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan 6. Pengembangan ekonomi kawasan dengan
V-37
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
No.
3.
Dokumen Perencanaan
RDTR Kota Ternate
Kebijakan
Rencana Kepadatan Penduduk di Kelurahan Salero yaitu kategori sedang 101-150 jiwa/ha
Rencana Pola Ruang di Kelurahan Salero yaitu cagar budaya, dermaga, genangan, jasa, pendidikan, perkebunan, permukiman dan RTH 4.
5.
Aspek Fisik 1. Pengamanan ancaman kebakaran kawasan permukiman kumuh yang terintegrasi dengan sistem infrastruktur Kota 2. Pengendalian ancaman banjir yang diikuti dengan penataan sistem drainase kawasan permukiman Kota Ternate 3. Peningkatan kualitas infrastruktur permukiman kumuh Kota Ternate 4. Penyehatan lingkungan permukiman secara komprehensif Aspek Non Fisik 1. Optimalisasi SDM dalam penanganan kawasan permukiman kumuh Kota Ternate 2. Penguatan kesadaraan masyarakat terhadap pemeliharaan infrastruktur berbasis pemberdayaan masyarakat 3. Pengembangan ekonomi masyarakat
RKPKP Kota Ternate
Strategi Ternate
Sanitasi
Kota
Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik 1. Melaksanakan sosialisasi teknis pembuatan tangki septik yang tidak mencemari lingkungan. 2. Memberikan pemahaman kepada masyarakat akan bahaya nya dampak pencemaran akibat tangki septik yang tidak aman. 3. meningkatkan Profesionalitas SDM supaya mampu bersaing dengan teknologi yang ada dalam mengefektifkan
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Rencana Penanganan Kawasan Kumuh menyediakan suatu kawasan yang diperuntukan untuk masyarakat agar dapat menjual hasil produk rumah tangganya Pengembangan permukiman kedepannya diarahkan pembangunan secara vertikal, hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan dan diperuntukkan untuk kepadatan tinggi yang terdapat di Kelurahan Salero. Rencana pola ruang Kelurahan Salero terdiri dari kawasan budidaya antara lain kawasan permukiman, fasilitas pemerintahan, fasilitas peribadatan, fasilitas pendidikan dan pemakaman. 1. Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana antara lain jaringan air bersih, jaringan listrik, sistem persampahan, MCK, SPAL, jaringan jalan, drainase dan penerangan jalan 2. Penyediaan dan perbaikan fasilitas umum seperti Ruang Terbuka Hijau dan pelayanan kesehatan
1. Peningkatan kehidupan MBR sehingga dapat mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan 2. Pengembangan ekonomi kawasan dengan menyediakan suatu kawasan yang diperuntukan untuk masyarakat agar dapat menjual hasil produk rumah tangganya Rencana pengelolaan limbah di Salero antara lain: a. Pengolahan limbah menggunakan septik tank dengan sistem ditempat (on site) dan bersifat komunal (off site) menggunakan teknologi biofill yaitu pengolahan air limbah yang dilakukan ditempat yang melayani sumber dari beberapa unit rumah dengan sistem pipa atau tangki septik yang ditempatkan pada kapling yang disesuaikan dengan
V-38
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
No.
Dokumen Perencanaan
Kebijakan kinerja dalam pengelolaan air limbah yang tepat guna.
Strategi Pengembangan Persampahan 1. Meningkatkan sarana angkut dari sumber sampah sampai ke TPA 2. Meningkatkan akses layanan sarana penunjang pengelolaan persampahan 3R dari sumber sampah di Kota Ternate 3. Sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan
Strategi Pengembangan Drainase Perkotaan 1. mengoptimalkan kegiatan pemeliharaan untuk drainase yang terbangun 2. Melaksanakan sosialisasi melalui media lokal maupun langsung ke masyarakat akan pentingnya drainase 3. melakukan pendataan terhadap drainase yang terbangun untuk mengetahui kondisi eksisting dalam memudahkan pemeliharaan 4. Penyusun perencanaan teknis drainase untuk mengatasi genangan
6.
Buku Putih Sanitasi Kota Ternate
Salero merupakan kawasan prioritas penanganan dalam jangka menengah terkait kondisi drainase dan air limbah domestik yang berisiko tinggi.
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Rencana Penanganan Kawasan Kumuh memperhatikan lingkungan. b. Peran masyarakat dalam mengolah septik komunal dari segi kebersihan hingga pada pengelolaan dan pemeliharaan septictank komunal tersebut Rencana sistem persampahan terpadu pada kawasan perencanaan antara lain: a. Pola pemilahan sampah dari rumah hingga ke TPS b. Pola pendaur ulangan sampah c. Metode pengangkutan sampah menggunakan gerobak motor sampah, dibantu oleh pihak pemerintah dan Lembaga masyarakat yang bersedia untuk mengelola sampah d. Pemberian sanksi kepada masyarakat yang masih membuang sampah di laut e. Pengomposan sampah organik oleh masyarakat f. Penerapan konsep 3R pada Bank Sampah yang dikelola oleh lembaga kelurahan Rencana jaringan drainase di Kelurahan Salero sebagai berikut: a. Rencana perawatan, perbaikan dan rehabilitasi saluran yang mengalami kerusakan; b. Pembuatan saluran drainase baru yang disesuaikan kebutuhan kawasan; c. Normalisasi Kali Mati (Barangka) d. Pembuatan plat decker dan gorong-gorong e. Normalisasi saluran drainase tersier, sekunder dan primer f. Penutupan saluran drainase g. Pembuatan talud sungai yang bermuara di laut h. Arahan pengembangan ekodrainase Rencana pola penanganan dan penataan kawasan kumuh yang akan diterapkan di Lokasi prioritas Kelurahan Salero yaitu pola “renewal� atau peremahaan kualitas permukiman kumuh. Pola tersebut diterapkan karena kondisi kumuh pada lokasi prioritas berdasarkan dari hasil penilaian indikator
V-39
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
No.
Dokumen Perencanaan
Bab 5- Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Kebijakan
Rencana Penanganan Kawasan Kumuh kawasan kumuh tergolong dalam kumuh sedang dan harus dilakukan perbaikan maupun peremajaan untuk mendukung kualitas permukiman yang baik. Peremajaan ini mencakup aspek sosial, ekonomi, lingkungan serta peningkatan pelayanan sarana dan prasarana termasuk rencana jaringan drainase dan air limbah domestik
V-40