Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
BAB
6 RENCANA TEKNIS PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PRIORITAS
6.1 Rencana Teknis Kawasan Prioritas Rencana Teknis pengembangan dan penataan kawasan permukiman Kumuh pada dasarnya dilakukan dengan 3 (tiga) pola penanganan, diantaranya dilakukan dengan pendekatan metode pemugaran (upgrading), pendekatan metode peremajaan (renewal), dan pendekatan metode relokasi/resettlement. Ketiga pendekatan ini masingmasing memiliki kriteria dan pendekatan pada unsur yang berbeda-beda. Pola penanganan dan penataan kawasan kumuh yang akan diterapkan di Lokasi prioritas Kelurahan Salero yaitu pola “renewal� atau peremahaan kualitas permukiman kumuh. Pola tersebut diterapkan karena kondisi kumuh pada lokasi prioritas berdasarkan dari hasil penilaian indikator kawasan kumuh tergolong dalam kumuh sedang dan harus dilakukan perbaikan maupun peremajaan untuk mendukung kualitas permukiman yang baik. Peremajaan ini mencakup aspek sosial, ekonomi, lingkungan serta peningkatan pelayanan sarana dan prasarana. Pola peremajaan terdapat beberapa hal yang menjadi prinsip dasar dalam penataan kawasan kumuh diantaranya sebagai berikut. 1. Peningkatan pelayanan
sarana dan prasarana antara lain jaringan air bersih,
jaringan listrik, sistem persampahan, MCK, SPAL, jaringan jalan, drainase dan penerangan jalan 2. Penyediaan dan perbaikan fasilitas umum seperti Ruang Terbuka Hijau dan pelayanan kesehatan
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-1
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero 3. Legalisasi status kepemilikan lahan perumahan yang ada pada pesisir pantai terutama pada permukiman yang berada di atas air 4. Perbaikan dan penataan lingkungan fisik rumah seperti rumah pada sempadan barangka/kalimati dan rumah tak layak huni pada bagian pantai 5. Peningkatan kehidupan MBR sehingga dapat mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan 6. Pengembangan ekonomi kawasan dengan menyediakan suatu kawasan yang diperuntukan untuk masyarakat agar dapat menjual hasil produk rumah tangganya
Gambar 6.1 Indikator Peremajaan Kawasan Permukiman Kumuh Sumber: Volume 1, Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh, DIRJEN Cipta Karya
Kawasan permukiman kumuh prioritas di Kelurahan Salero terdiri dari lima RT antara lain RT 1/RW 3, RT 2/RW 3, RT 1/RW 4, RT 2/RW 4 dan RT 3/ RW 4. Lebih jelasnya disajikan pada Peta Delineasi Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas di Kelurahan Salero:
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-2
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-3
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-4
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero 6.2 Rencana Teknis Penataan Kepadatan dan Keteraturan Bangunan Penataan Kepadatan dan Keteraturan Bangunan dengan tujuan yang akan dihasilkan, adalah menciptakan lingkungan perumahan yang sehat dan layak huni, serta mengurangi resiko pada rumah rawan bencana. Rencana tersebut dibuat dengan melihat kondisi eksisting dengan berbagai pertimbangan, yaitu faktor yang mendukung, kendala yang akan dihadapi, dan perhitungan yang matang. Memperbaiki kondisi rumah eksisting
Orientasi dan tujuan dihasilkannya
Pertambahan kebutuhan rumah pada masa yang akan datang
rencana
Mengidentifikasi permasalahan:  Rumah tidak sehat tidak layak huni  Rumah rawan bencana
Memperhatikan:  Tigkat kepadatan rumah yang tinggi  Proyeksi kebutuhan rumah untuk 5
Mengidentifikasi penyebab munculnya permasalahan
Menganalisis keadaan yang ada, berupa ketersediaan lahan
Menganalisis keadaan eksisting dari permasalahan yang ada
Mengupayakan penanganan dan alternatifnya
Mempertimbangkan kondisi eksisting, potensi yang mendukung, dan kendala yang akan dihadapi
Mengimplementasikan dalam sebuah rencana
Pada diagram di atas terdapat beberapa orientasi dan tujuan dihasilkannya sebuah rencana, yaitu rencana dengan orientasi dan tujuan memperbaiki kondisi rumah eksisting (rencana perbaikan), dan rencana dengan orientasi dan tujuan menghadapi tuntutan pertambahan kebutuhan rumah pada masa yang akan datang (rencana pemenuhan kebutuhan mendatang), arahan pengelolaan garis sempadan sungai, dan arahan ketinggian bangunan. 6.2.1
Rencana Perbaikan Rencana perbaikan berdasarkan observasi kondisi perumahan pada Pemetaan
Swadaya. Kondisi perumahan tersebut dinilai masih belum mencapai kondisi yang sesuai seperti perencanaan dan masih terdapat beberapa permasalahan. Secara umum permasalahan-permasalahan antara lain:
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-5
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
Rumah tidak sehat tidak layak huni, karena masih terdapat KK MBR di lokasi prioritas penanganan
Rumah yang melanggar garis sempadan pantai dan sempadan sungai yang cukup riskan terhadap terjadinya erosi pada musim penghujan serta rumah yang berada di sempadan pantai yang berisiko terjadinya bencana
Rumah semi permanen dan non permanen. Rumah semi permanen dan non permanen di Kelurahan Salero sebagian besar terdapat di kawasan permukiman yang berada di atas air karena konstruksinya yang terbuat dari kayu
Rumah semi permanen dan non permanen memiliki konstruksi bangunan yang tidak kokoh, sehingga perlu diadakan perbaikan kondisi fisik rumah. Kondisi rumah tersebut dapat berpotensi terjadinya kebakaran
Jumlah rumah tidak layak huni di lokasi prioritas Kelurahan Salero sebanyak 6 unit rumah, adapun rencana penyelesaian masalah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6.1 Rencana Penyelasaian Masalah Perumahan Lokasi Prioritas Kelurahan Salero No.
Permasalahan
Rencana Perbaikan
Kegiatan yang Dilakukan
Pembangunan Rumah Pembangunan rumah baru mulai dari Baru pola pondasi sampai atap dengan sewadaya/partisipasi mengoptimalkan partisipasi masyarakt dan lembaga yang ada di Kelurahan dan Kota Perbaikan konstruksi Ternate seperti LKM dan LPM dasar rumah. Perbaikan kondisi lantai, dinding, dan atap Perbaikan kualitas pada rumah non permanen dan semi kesehatan rumah. permanen Pembangunan rumah dengan konsep bangunan Pelibatan Pihak swasta dalam peningkatan permukiman kumuh ramah lingkungan Penimbunan bagi rumah yang terjadi genangan dengan pola partisipasi dari masyarakat 4. Rumah Penataan kembali rumah Penegakan Aturan garis sempadan sesuai melanggar yang melanggar RTRW garis sempadan Pelibatan Pihak swasta dan organisasi Sempadan kedaerahaan Mendorong pemerintah kota untuk membuat regulasi terkait penataan rumah yang berada di sempadan pantai sehingga dapat menjadi kawasan yang mempunyai khas sebagai permukiman nelayan 5. Rumah non Perbaikan konstruksi Mengganti dinding kayu yang rusak permanen dan rumah secara bertahap Menutup lantai dengan perkerasan plester semi atau keramik permanen Mengganti atap yang bocor 6. Rumah non Perbaikan konstruksi Mengganti dinding kayu yang rusak permanen dan rumah secara bertahap. Menutup lantai dengan perkerasan plester semi atau keramik. permanen Mengganti atap yang bocor. Sumber: Hasil perencanaan, tahun 2016 1.
Rumah tidak sehat tidak layak huni
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-6
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero 6.2.2
Rencana Pembangunan Rumah Rencana pembangunan rumah dihasilkan berdasarkan proyeksi pertambahan
jumlah penduduk pada lima tahun mendatang. Berdasarkan pertimbangan kondisi, potensi, dan kendala yang dihadapi, maka dihasilkan sebuah rencana sebagai berikut:
Tabel 6.2 Rencana Kebutuhan Rumah Baru di Kawasan Prioritas Kelurahan Salero Tahun 2016 Kelurahan
Jumlah Rumah Tahun 2016
Salero
107
Jumlah Pertambahan Kebutuhan Rumah Tahun 2021 (unit) Besar Sedang Kecil Jumlah 0
0
5
129
Luas LahanYang dibutuhkan Untuk Pertambahan Rumah Tahun 2021 (m2) Besar Sedang Kecil Jumlah 0
0
100
12900
Sumber: Hasil Analisis dan Perhitungan, 2016
Berdasarkan tabel diatas maka diperlukan penambahan rumah pada tahun 2021 sebanyak 129 rumah. Namun permasalahan yang ada di kawasan prioritas Kelurahan Salero sudah terdapat kepadatan bangunan yang tinggi sehingga tidak ada lagi lahan kososng yang dapat dijadikan sebagai lahan pengembangan perumahan. Sehingga diharapkan pembangunan perumahan secara vertikal dengan asumsi 1 rumah dihuni oleh 2 kepala keluarga. Skema pembangunan perumahan secara vertikal di kawasan prioritas Kelurahan Salero sebagai berikut:
Gambar 6.2 Skema pengembangan rumah secara vertikal
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-7
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero 6.2.3
Pembuatan Tipekal Rumah Penataan permukiman di kawasan prioritas terutama yang melanggar garis
sempadan, perlu adanya pengaturan bangunan yang disesuaikan dengan luas lahan yang ada. Penataan perumahan yang berada dipinggir pantai, kali mati dengan bentuk rumah deret dengan yang berorientasi menghadap ke kali mati, pantai. Jumlah rumah yang akan dibangun sebanyak 10 unit. Rencana tersebut disesuaikan dengan kondisi di kawasan prioritas Kelurahan Salero yang terdapat hunian yang berorientasi di pantai dan sempadan sungai. Tipekal rumah di kawasan prioritas Kelurahan Salero dilihat pada gambar berikut:
Gambar 6.3 Tipekal rumah di sempadan sungai di kawasan prioritas Kelurahan Salero
6.2.4
Arahan Koefisien Dasar Bangunan Koefisien
Dasar
Bangunan
(KDB)
merupakan
persentase
berdasarkan
perbandingan antara luas lantai dasar bangunan terhadap luas persil atau tapak perencanaan yang dikuasai sesuai dengan rencana kota. Penetapan nilai KDB di wilayah perencanaan ditetapkan berdasarkan peruntukkannya, yaitu : kawasan permukiman, dan fasilitas umum. Namun pada kawasan prioritas diarahkan sebagai kawasan permukiman dengan kepadatan tinggi sesuai dengan RTRW Kota Ternate dan RDTR Kota Ternate. Nilai kepadatan bangunan ditetapkan untuk membentuk pemanfaatan ruang yang efektif dan menghindari permasalahan kota akibat terlalu padatnya bangunan di suatu kawasan, seperti penurunan kualitas lingkungan hingga suatu kawasan/lingkungan dan dapat menimbulkan terjadinya permukiman kumuh baru di kawasan prioritas Kelurahan Salero. Tujuan penetapan nilai KDB di kawasan perencanaan adalah: Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-8
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero Efisiensi dalam pemanfaatan ruang. Hal ini berkaitan dengan nilai lahan dan lokasi. Semakin tinggi nilai lahan, maka semakin tinggi intensitas pemanfaatan ruang yang diinginkan. Demikian pula dengan lokasi makin strategis, maka semakin tinggi pula intensitas pemanfaatan ruang tersebut, seperti bangunan yang terletak di tepi jalan Menciptakan kenyamanan dengan mendapatkan sirkulasi udara dan penyinaran matahari Menciptakan keseimbangan antara lahan terbangun dengan lahan tak terbangun Mengurangi kemungkinan terjadinya genangan/banjir dengan memberi ruang resapan air sehingga diperlukan adanya ruang untuk RTH Privat di kawasan permukiman Mengarahkan pengembangan kota dengan menyesuaikan nilai KDB dengan rencana struktur tata ruang dan pendistribusian atau rencana kepadatan penduduk. KDB ditetapkan sebagai nilai maksimum yang diijinkan pada blok peruntukan berdasarkan fungsi lahan. Pertimbangan dalam menetapkan nilai KDB berdasarkan pada kebijakan dalam RDTR Kota Ternate 2016-2031 yang disesuaikan dengan hirarki jalan dan kondisi fisik lingkungan. Arahan Koefisien dasar bangunan pada wilayah kawasan prioritas Kelurahan Salero 3 klasifikasi untuk kawasan permukiman sebagai berikut, yaitu:
Tabel 6.3 Rencana KDB Berdasarkan Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Ternate Tahun 2016-2031 Tingkat Kepadatan KDB Minimum Penduduk 1 Kepadatan Rendah 12,5 % 2 Kepadatan Sedang 16,67 % 3 Kepadatan tinggi 25,83 % Sumber: RDTR Kota Ternate tahun 2011-2031
No
6.2.5
KDB Maksimum 22,22 % 33,33 % 44,44 %
Arahan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Ketinggian bangunan juga dapat diidentifikasikan dengan Koefisien Lantai
Bangunan (KLB). Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah persentase berdasarkan perbandingan
jumlah
seluruh
luas
lantai
bangunan
terhadap
luas
tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana. Koefisien Lantai Bangunan yang direncanakan di wilayah perencanaan untuk fungsi guna lahan perumahan terbesar adalah 1,3 dengan jumlah lantai maksimal adalah 2 lantai, sarana peribadatan maksimal 1,5 dengan jumlah lantai maksimal 2 lantai; Rencana penetapan KLB Kawasan Perencanaan dilihat pada tabel berikut:
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-9
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero Tabel 6.4 Rencana Koefisien Lantai Bangunan di Lokasi Kawasan Kelurahan Salero Lokasi Kawasan Prioritas Kelurahan Salero
Fungsi Bangunan
Rencana Tinggi Bangunan
Perumahan Peribadatan Fasum
1-2 lantai 1-2 lantai 1 lantai
KLB
Permukiman 1,3 Sarana Peribadatan 1,5 Fasilitas Umum 1,3
Sumber : Hasil Analisis, 2016
6.2.6
Arahan Pengelolaan Garis Sempadan Sungai Pengelolaan sempadan sungai diarahkan untuk melindungi sungai dari kegiatan
yang dapat menggangu dan merusak kualitas air sungai dan kondisi fisik tepi dan dasar sungai. Diharapkan dalam pembagunan rumah tinggal atau bangunan mengikuti aturan mengenai garis sempadan sungai 3 meter di kiri kanannya diukur dari tepi sungai (Permen PU No. 63/PRT/1993) bila kedalaman sungai tidak lebih dari 2-5 meter. Untuk arahan pengelolaan garus sempadan sungai/ kalimati/ barangka di kawasan prioritas Kelurahan Salero disesuaikan dengan ketentuan dari RTRW Kota Ternate tahun 20122032 sebagai berikut: Tabel 6.5 Sempadan Kali mati /Barangka Berdasarkan Tipologi No
Tipologi Kali Mati/Barangka
1 Bertanggul dengan lebar 2 – 5 m 2 Bertanggul dengan Lebar > 5 m 3 Tidak bertanggul dengan lebar 2 – 5 m 4 Tidak bertanggul dengan lebar > 5 m Sumber: RTRW Kota Ternate tahun 2012-2032
Lebar Sempadan 1,5 m 3m 3m 5m
Keterangan Jalan Setapak dan Jalur Hijau Jalan inspeksi dan Jalur Hijau Jalur Hijau Jalur Hijau
Berdasarkan Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sempadan kali mati/ barangka di kawasan prioritas Kelurahan Salero termasuk dalam tipologi kali mati/ barangka yang tidak bertanggul dengan lebar 2-5 m sehingga lebar sempadan yang direncanakan yaitu 3 meter dengan fungsi sempadan yaitu sebagai jalur hijau. 6.2.7
Rencana GSB (Garis Sempadan Bangunan) Garis sempadan bangunan merupakan “Street line set back” yang berarti jarak
bangunan terhadap jalan, dimana garis ini sangat penting dalam mengatur tingkat keteraturan kedudukan masa bangunan pada jalan-jalan di perkotaan. Di samping itu, kedudukan ini juga melindungi kepentingan pemakai jalan agar mempunyai pandangan yang luas sewaktu mengendarai kendaraan bermotor. Rencana sempadan bangunan di kawasan perencanaan ditekankan pada sempadan bangunan terhadap jalan. Sempadan bangunan yang terletak pada jalan lokal
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-10
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero adalah 3-7 meter diukur dari tepi jalan. Adapun rencana penetapan Garis Sempadan Muka Bangunan di kawasan perencanaan dapat dilihat lebih jelas pada tabel berikut. Tabel 6.6 Rencana Penetapan Garis Sempadan Bangunan di kawasan prioritas Kelurahan Salero No.
Jenis Penggunaan Lahan
1. Perumahan 2. Peribadatan Sumber: Hasil Analisis ,2016
Sempadan Muka (m) 2-6 4-20
Sempadan Belakang (m) 1,5-3 2-4
Sempadan Samping (m) 1-4 4-6
Penetapan garis sempadan muka bangunan setiap jenis penggunaan lahan berbeda. GSM untuk perumahan 2-6 m, peribadatan 4-20 m dan garis sempadan muka bangunan tepi sungai 5 m. Hal ini ditujukan untuk memberikan ruang yang lebih bagi pengguna jalan serta menambah ruang bagi resapan air hujan. Secara keseluruhan berdasarkan hasil perencanaan intensitas bangunan di kawasan prioritas Kelurahan Salero yang disesuaikan dengan tipologi permukiman kumuh dapat disajikan pada tabel berikut: Tabel 6.7 Rencana Penataan Intersitas Bangunan di Kawasan Prioritas Kelurahan Salero No.
Peruntukan Letak pada Lahan hirarki jalan 1. Permukiman Jalan daratan lingkungan 2. Permukiman Jalan setapak atas air atas air 3. Sarana Jalan Lokal Peribadatan Sekunder Sumber: Hasil perencanaan, tahun 2016
KDB Min Maks 16,67 % 33,33 %
KLB
Ketinggian
1,3
1-2 lantai
25,83 %
44,44 %
1,3
1-2 laintai
16,67 %
33,33 %
1,5
1-2 lantai
Gambar 6.4 Skema Rencana Penataan dan Intensitas Bangunan di Kawasan Prioritas Kelurahan Salero
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-11
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
Gambar 6.5 Rencana pembangunan rumah tidak layak huni di permukiman atas air
6.3 Rencana Teknis Peningkatan Pelayanan Sarana dan Prasarana 6.3.1 Rencana Jaringan Jalan Jaringan jalan di kawasan prioritas terdapat dua jenis yaitu jalan lingkungan dan setapak dengan kondisi jalan aspal, rabat beton, paving blok dan tanah. Pada kondisi eksisting beberapa jalan mengalami kerusakan ringan akibat pengikisan maupun intensitas tinggi kendaraan yang melalui jalan tersebut. Selain itu, terdapat genangan air pada saat musim hujan yang dapat menurunkan kualitas fungsi jaringan jalan, serta kualitas jalan yang tidak sesuai standar kelayakan jaringan jalan serta kemiringan jalan yang tidak dapat mengalirkan air hujan. Dari kondisi permasalahan diatas maka perlu segera diselesaikan adapun rencana teknis peningkatan jaringan jalan di kawasan prioritas Kelurahan Salero sebagai berikut:
1.
Peningkatan Kualitas jalan Beberapa jalan yang terdapat di kawasan prioritas Kelurahan Salero khususnya di
jalan lingkungan dan setapak yang kondisinya sudah rusak dan sempit atau tidak sesuai standar teknis. Untuk mengatasi masalah ini rencana yang dapat di lakukan adalah dengan mengadakan peningkatan kualitas jalan, yaitu dengan mengadakan hal-hal sebagai berikut:  Perbaikan perkerasan jalan, yaitu dengan mengadakan perbaikan perkerasan jalan yang memiliki konstruksi atau kekuatan penahan lebih kuat atau lebih baik seperi perbaikan perkerasan jalan tanah ke jalan paving dan perkerasan papan ke jalan beton di permukiman atas air  Pelebaran jalan yang kurang dari 1,5 m jika masih ada lahan untuk memudahkan aksesibilitas masyarakat
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-12
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero Pelebaran jalan yang kurang dari 1,5 meter dengan memanfaatkan drainase kiri dan dan kanang dengan jalan melakukan penutupan drainase sehingga menjadi satu kesatuan dengan jalan Pembangunan jalan inspeksi di sepanjang jalur hijau di sempadan sungai/ kali mati/ barangka
Tabel 6.8 Rencana Peningkatan Kualitas Jalan Kawasan prioritas Kelurahan Salero Hirarki Jalan
Jalan Lingkungan
Jalan Setapak
Kondisi Jalan
Akibat yang ditimbulkan
Rencana
Perkerasannya yaitu paving/rabat beton namun masih terdapat perkerasan yang rusak Jalan lingkungan yang berada di kawasan permukiman atas atas tidak ada pengaman Belum dilengkapi dengan penerangan jalan Jalan belum dilengkapi saluran drainase Jalan setapak dengan lebar 1 meter belum sesuai dengan standar jalan lingkungan yang minimal 1.5 meter Jalan tidak dilengkapi dengan pengaman terutama di permukiman atas air Beberapa jalan masih tanah dan papan, kondisi tersebut belum sesuai dengan standar Perkerasan rabat beton dan paving yang sebagian besar kondisinya masih rusak
Mengahambat aktivitas masyarakat yang berada di kawasan permukiman Berpotensi terjadi kecelakaan terutama pada jalan permukiman di atas air karena tidak ada penerangan jalan maupun pengaman jalan Berpotensi terjadi genangan yang akan mengurangi kualitas jalan.
Perlu diadakan pembangunan rabat beton/paving blok untuk peningkatan kualitas jalan menjadi baik. Penambahan fasilitas pelengkap jalan berupa penerangan jalan umum Penambahan pagar pengaman jalan pada permukiman atas air
Mengahambat aktivitas masyarakat yang berada di kawasan permukiman terutama pada jalan yang masih papan maupun tanah serta dengan lebar yang belum sesuai dengan standar karena tidak bisa dilalui kendaraan Berpotensi terjadi kecelakaan terutama pada jalan permukiman di atas air karena tidak ada penerangan jalan maupun pengaman jalan
Perlu diadakan pembangunan rabat beton bagi permukiman di atas air Peningkatan kualitas jalan ke paving blok untuk jalan setapak di daratan Penambahan fasilitas pelengkap jalan berupa penerangan jalan umum Penambahan pagar pengaman jalan pada permukiman atas air
Sumber: Hasil perencanaan, tahun 2016
Berikut merupakan penampang melintang jaringan jalan di kawasan prioritas Kelurahan Salero yang disesuaikan dengan standar kelayakan teknis jalan lingkungan dan jalan setapak sebagai berikut: Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-13
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
Gambar 6.6 Penampang jaringan jalan lingkungan
Gambar 6.7 Penampang jaringan jalan setapak di lingkungan permukiman atas air 2. Rencana Penambahan Fasilitas Pelengkap Jalan Penambahan fasilitas pelengkap jalan berupa : Penambahan lampu jalan dan pengaman batas jalan di permukiman atas air. Penambahan fasilitas penerangan jalan umum menggunakan lampu panel surya. Penambahan penerangan jalan direncanakan pada jalan lingkungan di kawasan prioritas Kelurahan Salero. Lampu panel surya merupakan energi alternatif yang digunakan sehingga dapat mencapai Green Energy pada lingkungan di kawasan prioritas Kelurahan Salero.
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-14
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
Gambar 6.8 Lampu penerangan panel surya
Pengaman batas jalan berupa pagar pengaman direncanakan pada jaringan jalan setapak yang berada di permukiman atas air. Pengadaaan pengamanan batas jalan bertujuan untuk menahan laju kendaraan yang hilang kendali sehingga tidak terjadi kecelakaan yang lebih parah. Pengaman jalan ini berdasarkan PERMEN PU No. 19/PRT/M/2011 berfungsi melindungi daerah yang membahayakan seperti jurang atau pelatar dengan kedalaman lebih dari 5 meter.
Gambar 6.9 Pagar pengaman di jalan setapak atas air
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-15
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
Gambar 6.10 Rencana pembangunan jalan di permukiman atas air
6.3.2 Rencana Jaringan Drainase Sistem jaringan drainase dibangun dengan tujuan utuk menjadi aliran air dengan voleme debit air yang besar pada saat terjadi hujan atau musim hujan. Dimana pada umumnya pembuangan air hujan di kawasan perkotaan dan khususnya di kawasan prioritas teridentifikasi menunjukkan penyatuan sistem pemusatan dengan buangan limbah rumah tangga. Berdasarkan kondisi tersebut maka konsep yang akan diterapkan pada sistem jaringan drainase sebagai berikut: 1. Normalisasi Saluran Drainase Normalisasi saluran dilakukan pada beberapa saluran yang telah mengalami penurunan fungsi yang disebabkan oleh adanya endapan yang mengurangi kedalaman saluran, tersumbatnya saluran oleh sampah, tumbuhnya vegetasi di dalam saluran, dan juga rusaknya penampang saluran. Untuk menormalisasikan fungsi saluran perlu diadakan perbaikan saluran yang biasanya terdapat pada saluran yang tidak memenuhi secara perhitungan. Normalisasi saluran drainase dilakukan pada saluran primer, sekunder dan tersier pada seluruh kawasan permukiman prioritas Kelurahan Salero.
2. Perbaikan Saluran Drainase Perbaikan saluran akan dilakukan pada saluran yang mengalami pengikisan pada fisik saluran untuk melancarkan pengaliran air hujan maupun limbah rumah tangga. Perbaikan saluran drainase di kawasan prioritas Kelurahan Salero dilakukan pada saluran primer yang mengalami kerusakan yang cukup parah yaitu pada RT 3/ RW 4 yang merupakan saluran pembuangan langsung ke laut.
3. Penambahan Dimensi Saluran Drainase Perencanaan penambahan dimensi saluran ini diterapkan pada saluran yang tidak mampu menampung debit limpasan air hujan karena dimensi salurannya yang terlalu kecil, juga pada saluran yang terdapat di daerah yang sering terjadi genangan. Perencanaan dapat dilakukan dengan menambah dimensi saluran, yaitu lebar, tinggi, Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-16
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero panjang saluran, serta penambahan kemiringan dinding serta permukaan dasar saluran. Rencana penambahan dimensi saluran dilakukan di kawasan prioritas Kelurahan Salero agar permasalahan genangan/ banjir akibat luapan saluran drainase tidak terjadi lagi terutama pada RT 1/ RW 4, RT 2/ RW 4 Ddan RT 3/RW 4. Selain itu penambahan dimensi saluran untuk saluran primer yang langsung menuju ke laut dengan pembuatan talud sehingga sampah yang berasal dari saluran tidak mengapung di area permukiman di atas air. 4. Pembangunan Saluran Darainase Baru Penambahan/ pembangunan saluran dimungkinkan pada daerah yang belum mempunyai saluran drainase permanen, baik pada saluran tersier ataupun sekunder, serta pada daerah yang rawan terjadi sumbatan dan genangan. Rencana pembangunan saluran di kawasan prioritas Kelurahan Salero dilakukan dengan membangun jaringan drainase di tiap jalan terutama pada jaringan jalan yang tidak mempunyai saluran drainase. 5. Penutupan Drainase Sistem drainase yang ada di kawasan prioritas sebagian besar menggunakan sistem drainase saluran terbuka sehingga masyarakat membuang sampah di saluran dan menimbulkan bau busuk. Untuk mengurangi pembuangan sampah dalam saluran maka akan dirubah menjadi sistem drainase menggunakan penutup saluran. Sistem drainase ini yang akan dibangun yaitu yang dapat diangkat sehingga masyarakat dapat melakukan pembersihan didalam saluran. Sistem drainase ini bertujuan untuk mengurangi pembuangan sampah di saluran drainase dan bau saluran akibat pembuangan air limbah juga dapat dikurangi. Selain itu penutupan saluran menggunakan plat beton juga dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai akses jalan sehingga dapat memudahkan untuk melakukan pergerakan.
Gambar 6.11 Penutupan Saluran Drainase
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-17
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero Tabel 6.9 Arahan Rencana Jaringan Drainase Kawasan prioritas Kelurahan Salero Saluran Drainase Jaringan Drainase Primer
Jaringan Drainase Sekunder
Jaringan Drainase Tersier
Permasalahan Jenis Rencana Kondisi saluran yang Normalisasi masih banyak sampah Saluran Drainase Masyarakat masih membuat sampah di Perbaikan sungai/kalimati Saluran Drainase Di atas sungai/kali mati masih terdapat bangunan Penutupan Drainase Kondisi saluran yang tidak terawat dan rusak Dikarenakan terdapat saluran primer maka ancaman yang diperoleh yaitu adanya sampah kiriman
Saluran masih dipenuhi Normalisasi sampah Saluran Drainase Adanya endapan karena erosi yang terbawa Perbaikan dengan air hujan Saluran Drainase Saluran dipenuhi tumbuhan karena Penambahan kurangnya pemeliharaan dimensi saluran Dimensi saluran yang drainase belum memadai sehingga menyebabkan meluapnya air limpasan ketika hujan Saluran drainase sekunder yang berada di jalan kolektor belum terkoneksi dengan saluran drainase di kelurahan yang berbeda administrasi Dimensi saluran belum bisa menampung air buangan Saluran masih dipenuhi sampah dan sedimentasi Sebagian besar saluran tidak tekoneksi dengan saluran sekunder Masih banyak jaringan jalan yang tidak ada saluran drainase
Normalisasi Saluran Drainase Perbaikan Saluran Drainase Penambahan dimensi saluran drainase Pembangunan Saluran Darainase Baru
Implementasi Rencana Pengangkatan material sampah dan sedimentasi Perbaikan lantai saluran drainase yang mengarah ke laut Penambahan panjang sungai/ kali mati dengan pembuatan talud sungai hingga ke laut Pembuatan plat decker untuk penutupan drainase agar air tidak meluap Pemugaran bangunan yang berada di atas saluran primer Pengangkatan material sampah dan sedimentasi Pembersihan saluran yang terdapat tumbuhan Penambahan dimensi saluran drainase yang tidak dapat menampung air limpasan Mengkoneksikan saluran drainase dengan skala kota
Pengangkatan material sampah dan sedimentasi Penambahan dimensi saluran drainase di jaringan jalan lingkungan dan setapak Mengkoneksikan saluran drainase sesuai dengan hirarki Pembangunan jaringan drainase baru yang dapat memenuhi air limpasan agar tidak terjadi genangan pada saat musim hujan
Sumber: Hasil Perencanaan, 2016
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-18
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
Gambar 6.12 Rencana pembangunan drainase tersier
Gambar 6.13 Rencana pembangunan drainase sekunder dengan penutup plat
Gambar 6.14 Penambahan plat penutup drainase yang juga berfungsi sebagai jalan 6.3.3 Rencana Pengelolaan Air Limbah Sistem pengolahan limbah yang tidak tertangani secara baik berpotensi mencemari lingkungan terutama pada permukiman yang berada di atas air laut. Oleh karena itu untuk mencapai ketersediaan jaringan sanitasi bagi masyarakat maka konsep penataan untuk 5 tahun mendatang pada jaringan sanitasi diantaranya sebagai berikut. a. Pengolahan limbah menggunakan septik tank dengan sistem ditempat (on site) dan bersifat komunal (off site) menggunakan teknologi biofill yaitu pengolahan air Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-19
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero limbah yang dilakukan ditempat yang melayani sumber dari beberapa unit rumah dengan sistem pipa atau tangki septik yang ditempatkan pada kapling yang disesuaikan dengan memperhatikan lingkungan. b. Peran masyarakat dalam mengolah septik komunal dari segi kebersihan hingga pada pengelolaan dan pemeliharaan septictank komunal tersebut.
Berikut merupakan kondisi eksisting dan konsep rencana pengolahan air limbah di kawasan prioritas Kelurahan Salero: Tabel 6.10 Arahan Rencana Pengolahan Air Limbah di kawasan prioritas Kondisi Eksisting
Konsep
Rencana
Masyarakat masih membuang Pengadaan air limbah padat di laut karena septictank komunal tidak terdapat septictank di untuk limbah padat lingkungan permukiman atas Pengembangan air IPAL di kawasan Sistem pembuangan air prioritas limbah yang berasal dari dapur langsung bercampur dengan saluran drainase
Rencana pembangunan septictank komunal yang melayani rumah tangga yang berada di permukiman atas laut sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan Rencana sistem pembuangan air limbah terpusat maupun komunal dengan teknologi sederhana sehingga air yang dibuang tidak mencemari lingkungan
Sumber: Hasil perencanaan, 2016
1. Rencana Pembangunan Septicktank Komunal Pada
kawasan
prioritas
Kelurahan
Salero
secara
keselurahan
sudah
menggunakan jamban sendiri namun masih terdapat beberapa rumah tangga yang belum terhubung dengan sistem septictank. Sistem pengolahan air limbah padat di lingkungan pemukiman bisa mempengaruhi kesehatan yang dikarenakan bau yang ditimbulkan maupun lingkungan terutama pada kawasan permukiman di atas air. Rumah tangga yang tidak memiliki septictank di kawasan prioritas Kelurahan Salero sebanyak 24 unit rumah tangga di RT 2/ RW 3 dan 8 unit rumah di RT 1/ RW 4. Tipologi dari kawasan tersebut yang berada di atas air laut yang menjadi alasan masyarakat membuang air limbah langsung ke laut tanpa mempertimbangkan dampak yang akan ditimbulkan.
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-20
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
Gambar 6.15 Sistem biofill untuk septictank komunal
2. Rencana Pembangunan IPAL Instalasi Pembunagan Air Limbah (IPAL) merupakan alternatif terbaik yang dapat diajukan untuk dapat mengatasi masalah sanitasi yang terjadi di Lokasi prioritas Kegiatan IPAL diwujudkan dalam pembangunan pipa-pipa yang terbagi dalam 2 (dua) jenis yaitu pipa primer dan sekunder. Pipa sekunder merupakan pipa-pipa yang berasal dari rumahrumah penduduk yang kemudian dialirkan menuju pipa primer yang berbentuk lurus dan memanjang. Peletakan pipa primer maupun sekunder berada didalam tanah dan dapat melintasi jalan bahkan rumah penduduk sehingga dalam pembangunannya akan dibutuhkan pembongkaran jalan dan rumah penduduk. Pipa-pipa ini akan bermuara pada beberapa titik berupa tempat pengolahan limbah yang berbentuk mirip septictank komunal dimana diharapkan setelah melaui proses pengolahan di tempat yang telah ditentukan maka limbah yang keluar menuju saluran telah benar-benar bersih dan bebas pencemaran. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa pembangunan IPAL membutuhkan beberapa syarat salah satunya untuk kepentingan pembangunan bak pengontrol harus berada di topogarafi yang cenderung lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Sistem IPAL terbagi menjadi dua yaitu IPAL dengan sistem air limbah pribadi dan komunal. Skema sistem IPAL dapat dilihat sebagai berikut:
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-21
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
Gambar 6.16 Skema Sistem IPAL pribadi
Gambar 6.17 Skema Sistem IPAL komunal
6.3.4 Rencana Pengelolaan Persampahan Permasalahan utama di kawasan prioritas Kelurahan Salero, masih terdapat banyak sampah di dalam laut di kawasan permukiman atas air. Kondisi tersebut disebabkan karena kebiasaan masyarakat dan tingkat pengetahuan yang masih minim tentang sanitasi dan kebersihan lingkungan sehingga masih membuang sampah dan limbah padat langsung ke laut. Sistem persampahan yang terpadu dapat mendukung tercapainya kondisi lingkungan yang bersih dan sehat. Rencana persampahan di kawasan prioritas Kelurahan Salero mengacu pada Standar Teknik Operasional Pengolahan Sampah Perkotaan (SNI 19-2454-2002) yaitu tiap rumah diperlukan adanya Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-22
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero tong sampah dan sistem pengangkutan sampah menuju TPS. Rencana sistem persampahan terpadu pada kawasan perencanaan antara lain:
Pola pemilahan sampah dari rumah hingga ke TPS
Pola pendaur ulangan sampah
Metode pengangkutan sampah menggunakan gerobak motor sampah, dibantu oleh pihak pemerintah dan Lembaga masyarakat yang bersedia untuk mengelola sampah
Pemberian sanksi kepada masyarakat yang masih membuang sampah di laut
Pengomposan sampah organik oleh masyarakat
Penerapan konsep 3R pada Bank Sampah yang dikelola oleh lembaga kelurahan Tabel 6.11 Arahan Rencana Pengelolaan Persampahan di Kawasan Prioritas
Kondisi Eksisting
Konsep
Rencana
Masyarakat masih Sosialisasi tentang membuang sampah di kesadaran sungai maupuan di laut masyarakat tentang perilaku membuang Sebagian masyarakat sampah tidak memiliki tempat Pengadaan sarana sampah dan prasarana Tidak ada gerobak pengelolaan sampah pengangkut sampah yang melayani gang Sistem 3R (reuse, kecil atau di lingkungan reduce, recycle) permukiman padat Tidak ada manajemen pengelolaan sampah
Rencana pengadaan tong sampah terpilah di kawasan permukiman Diharapkan gerobak pengangkut sampah dapat melayani sampah masyarakat di lingkungan permukiman padat dan gang kecil dan gerobak sudah terpilah Sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya membuang sampah dan memilah sampah di setiap unit rumah Menumbuhkan kembali rasa gotong royong masyarakat Kerjasama dengan lembaga di kelurahan seperti LKM untuk mewujudkan Bank Sampah di Kelurahan Salero Media larangan untuk membuang sampah di sepanjang sungai/kali mati
Sumber : Hasil perencanaan, 2016
1. Pengelolaan Persampahan Untuk mengatasi permasalahan persampahan di sebagian wilayah pemukiman warga Lokasi prioritas khususnya yang tidak terjangkau oleh pelayanan petugas kebersihan
dikarenakan
kondisi
jalan
yang
sempit,
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan sistem door to door dan komunal. Sistem pengelolaan door to door yaitu pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan dengan cara mendatangi tiap-tiap rumah tangga. Sistem door to door diarahkan pada wilayah yang tidak dapat dilalui mobil pengangkut sampah. Sedangkan sistem pengelolaan komunal yaitu pengumpulan sampah dilakukan sendiri oleh masing-masing rumah tangga ke tempat-tempat yang telah disediakan, yang nantinya petugas kebersihan mengambilnya kemudian diangkut ke
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-23
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero tempat pembuangan akhir (TPA). Sistem ini diarahkan pada rumah-rumah penduduk yang terlayani oleh mobil sampah. Pengelolaan sampah di rumah tangga dilengkapi dengan tong sampah terpilah seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 6.18 Tempah sampah terpilah di kawasan permukiman
2. Penambahan Jumlah Gerobak Motor Sampah Bertambahnya jumlah petugas kebersihan secara otomatis akan mengakibatkan keperluan terhadap gerobak sampah menjadi bertambah. Penambahan jumlah personil perlu memperhatikan kebutuhan gerobak sampah yang akan digunakan, kinerja petugas kebersihan sangat ditentukan oleh optimalnya penggunaan gerobak yang ada. Jika dilihat dari volume sampah yang terus bertambah maka diperlukan penambahan jumlah gerobak sebanyak 4 unit pada kawasan permukiman padat. 3. Mengoptimalkan Pengangkutan Sampah Dalam mengatasi persoalan sampah diperlukan penambahan atau pengoptimalan pengangkutan sampah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Ternate, dengan menerapkan sistem pengangkutan 3x1 minggu di setiap wilayah kawasan prioritas Kelurahan Salero sehingga sampah-sampah yang dihasilkan masyarakat dapat diangkut dengan cepat.
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-24
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
Gambar 6.19 Skema Pembuangan Sampah
4. Kesadaran Masyarakat Pengelolaan
sistem
persampahan
membutuhkan
kesadaran
masyarakat
bersama. Perilaku membuang sampah sembarangan perlu dirubah sehingga masyarakat menyadari pentingnya membuang sampah ditempat sampah serta dampak yang ditimbulkan akibat membuang sampah di sembarangan tempat. Kesadaran ini akan mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga lingkungan kawasan prioritas menjadi lebih indah dan sehat. Skema yang akan dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap sampah sebagai berikut:
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-25
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
Gambar 6.20 Skema Peduli terhadap Sampah
5. Pengembangan Bank Sampah Bank sampah merupakan salah satu alternatif untuk mengajak masyarakat peduli dengan sampah. Bank sampah merupakan perubahan sistem pengelolaan sampah berbasis rumah tangga, dengan memberikan ganjaran berupa uang tunai atau kupon gratis kepada masyarakat yang berhasil memilah dan menyetorkan sejumlah sampah ke Bank Sampah. Bank sampah dibuat berdasarkan UU No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah menggunakan prinsip reduce, reuse dan recycle yang artinya mengurangi, menggunakan kembali dan mengolah. Bank sampah dalam pelaksanaannya Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-26
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero dapat mengurangi tingginya angka sampah di masyarakat dan di TPA (Tempat Pembuangan Akhir Sampah). Skema Bank sampah yang direncanakan di kawasan prioritas Kelurahan Salero yaitu sebagai berikut:
Gambar 6.21 Skema Pengembangan Bank Sampah
6.3.5 Rencana Jaringan Air Bersih dan Air Minum Perencanaan pemenuhan kebutuhan air bersih untuk kurun waktu 5 tahun di kawasan prioritas Kelurahan Salero diarahkan untuk peningkatan kualitas pelayanan dan optimalisasi jaringan PDAM. Pengembangan jaringan air bersih untuk lima tahun yang akan datang tidak memungkinkan karena beberapa faktor terutama karena hal tersebut membutuhkan biaya yang besar. Perencanaan peningkatan pelayanan air bersih dari PDAM untuk kawasan prioritas Kelurahan Salero tidak terlepas dari wilayah lainnya karena sistem jaringan air bersih yang ada di Kota Ternate merupakan satu kesatuan yang saling terkait. Usaha-usaha yang akan dilakukan meliputi:
Tabel 6.12 Arahan Rencana Jaringan Air Bersih/Air Minum di Kawasan Prioritas Kondisi Eksisting Masyarakat sebagian besar telah menggunakan air yang bersumber dari PDAM namun kualitas air bersih belum sesuai dengan standar kelayakan karena masih berbau dan berasa Sumber air bersih dari sumur masih berjarak <10 meter dengan septictank sehingga
Konsep
Rencana
Pemeliharaan jaringan air bersih Pengadaan kran umum Pengembangan teknologi alternatif sumber air
Rencana Perbaikan sistem penyediaan air bersih di perusahaan penyedia air bersih serta konservasi wilayah sumber air baku Sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya menggunakan sumber air bersih dari sumur yang berjarak dekat dengan
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-27
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero Kondisi Eksisting
Konsep
terindikasi adanya pengaruh pencemaran terhadap kualitas air bersih ď&#x201A;ˇ Tidak adanya sumber alternatif air bersih yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kelurahan Salero
Rencana septictank ď&#x201A;ˇ Rencana Pengembangan teknologi Reserve Osmosis (RO) sebagai sumber air bersih alternatif di Kelurahan Salero agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. ď&#x201A;ˇ Rencana pengadaan kran umum untuk sumber air bersih bagi masyarakat MBR
1. Pengembangan alternatif sumber air bersih Alternatif sumber air bersih dengan teknologi sederhana pengelolahan air payau menggunakan sistem osmosis balik (reverse osmosis). Reverse osmosis merupakan proses destilasi memanfaatkan energi panas untuk menguapkan air asin, uap air tersebut selanjutnya didinginkan menjadi titik-titik air dan hasilnya ditampung sebagai air bersih yang tawar. Pemanfaatan teknologi tersebut akan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan air bersih yang diperoleh dari pengelolahan air payau seperti pada kawasan prioritas Kelurahan Salero. Skema proses sistem Reserve Osmosis sebagai berikut:
Gambar 6.22 Skema Pengolahan Reverse Osmosis Sumber: Direktorat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,1999
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-28
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero 2. Pengadaan kran umum Pemerataan pemenuhan air bersih bagi masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan prioritas Kelurahan Salero. Dengan adanya kran umum maka biaya pemenuhan air bersih yang berasal dari PDAM bisa relatif menjadi lebih murah karena biaya ditanggung bersama sehingga dapat terjangkau oleh masyarakat. Selain itu mengenai kualitas air bersih untuk keperluan minum lebih terjamin kesehatannya, mengingat kualitas air sumur dan sumber air untuk keperluan air minum kurang terjamin kesehatannya. Standar pengadaan kran umum yaitu : satu kran umum melayani 100 jiwa atau 20 KK. Adapun rencana kebutuhan kran umum yang dianggap sangat efektif ,dapat dilihat pada tabel. Tabel 6.13 Rencana Pengadaan Kran Umum Lokasi prioritas Kelurahan Salero RT
RW
Jumlah Penduduk
RT 001 135 RW 3 RT 002 376 RT 001 190 RT 002 RW 4 167 RT 003 99 Sumber : Hasil perencanaan, 2016
Jumlah KK 42 100 44 40 22
Jumlah Kebutuhan Kran Umum 2 5 2 2 1
Rencana pengadaan kran umum tersebut ditempatkan di lokasi prioritas Kelurahan Salero masing-masing dengan letak kran umum di daerah-daerah yang dekat dengan pengguna sumber air selain PDAM yang jumlahnya masih sangat minim. Diharapkan pengadaan kran umum dapat digunakan oleh masyarakat berpenghasilan rendah sehingga pemenuhan kebutuhan air bersih dapat disediakan oleh PDAM. Berikut merupakan skema pengelolaan air bersih yang akan diterapkan pada pengadaan kran umum di kawasan prioritas:
Gambar 6.23 Skema Pengelolaan Air Bersih Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-29
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero 6.3.6 Rencana Jaringan Listrik Jaringan listrik menjadi salah satu kebutuhan mendasar dalam aktivitas masyarakat untuk kondisi eksisting belum memadai. Berdasar pada kondisi terbut maka konsep yang di terapkan yaitu masyarakat yang belum memiliki instalasi jaringan listrik pribadi perlu adanya pembaharuan sehingga tidak perlu lagi adanya menumpang listrik pada rumah-rumah masyarakat. Jaringan listrik yang disediakan pemerintah harus dimanfaatkan masyarakat sehingga penggunaan menjadi optimal. Penyediaan kebutuhan daya listrik setiap lingkungan perumahan harus mendapat daya listrik dari PLN atau dari sumber lain. Pada kondisi eksisting di kawasan prioritas sudah terlayani jaringan listrik dengan baik namun penyediaan jaringan listrik dibutuhkan jika terdapat penambahan unit rumah. Sedangkan untuk daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau kegiatan lain yang bersifat permanen karena akan membahayakan keselamatan.
Gambar 6.24 Skema Sistem Distribusi Jaringan Listrik
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-30
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero 6.3.7 Rencana Jaringan Transportasi Sarana transportasi umum yang melayani lokasi prioritas Kelurahan Salero secara keseluruhan hanyalah ojek. Namun dilihat dari lokasi kawasan prioritas masyarakat hanya berjalan 100 m sudah dapat menggunakan mobil angkutan umum untuk melakukan aktivitas diluar kawasan prioritas. Berdasarkan kondisi tersebut maka konsep penataan sistem sarana transportasi umum yaitu peningkatan moda transportasi umum sehingga memudahkan masyarakat beraktivitas dan untuk memperlancar sistem transportasi kawasan maka lebih difokuskan kepada perbaikan jalan rusak sehingga aksesibilitas menjadi lebih mudah untuk dijangkau.
5.3.8 Rencana Penataan Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan ruang-ruang dalam kota atau wilayah lebih luas, baik dalam bentuk mengelompok/membulat/persegi ataupun memanjang/jalur, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka dan didominasi oleh tumbuhan untuk fungsi sarana kota atau lingkungan, pengaman jaringan prasarana, perlindungan kawasan/kota, perlindungan habitat tertentu, dan budidaya pertanian. Ruang terbuka hijau mempunyai banyak manfaat penting bagi kelangsungan kehidupan perkotaan. Manfaat yang dirasakan secara langsung oleh masyarakat adalah terciptanya kenyamanan, kesehatan dan keamanan untuk beraktivitas di kota. Selain itu, upaya peningkatan kualitas lingkungan dan pelestarian alam dapat tercapai sehingga kelestarian ilingkungan, sumber air, kesegaran udara, dan keindahan dapat terjaga dan terlindungi. Demikian banyak fungsi RTH, sehingga perlu dilakukan upaya peningkatan kualitas dan mempertahankan kuantitasnya. 1. Penghijauan Jalur Jalan Penghijauan untuk jalur lingkungan dilakukan dengan penanaman tanaman yang menggunakan media pot maupun teknik urban farming yang juga berfungsi untuk menyerap kebisingan dan polusi udara. Teknik urban farming dilakukan pada lokasi permukiman yang padat. 2. Penghijaun Halaman/ RTH Privat Penghijauan halaman dapat dilakukan dengan menanam tanaman hias dan tanaman produktif minimal terdapat satu jenis tanaman. Vegetasi dapat digunakan terdiri dari jenis pohon perdu, semak, dan penutup tanah (rumput). 3. Ruang Terbuka Hijau Sempadan Sungai RTH sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di bagian kiri dan kanan sungai yang memiliki fungsi utama untuk melindungi sungai tersebut dari berbagai gangguan yang dapat merusak kondisi sungai dan kelestariannya. Pada lokasi prioritas RTH Sempadan Sungai dilakukan sepanjang sempadan sungai terletak pada RT 1/RW 4
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-31
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero dan RT 2/ RW 4. Selain itu, fungsi RTH sempadan sungai dapat menambah luasan lahan tak terbangun di kawasan prioritas Kelurahan Salero.
Gambar 6.25 Penataan Ruang Terbuka di kawasan permukiman prioritas
5.3.9 Rencana Fasilitas Umum 1. Sarana Pendidikan Pelayanan sarana pendidikan di kawasan prioritas Kelurahan Salero saat ini dapat dikatakan sudah memenuhi kebutuhan masyarakat. Akan tetapi diperlukan pemeliharaan bangunan agar dapat kondisi bangunan dapat digunakan dengan waktu yang lama. 2. Sarana Kesehatan Fasilitas kesehatan diperuntukan sebagai sarana pelayanan masyarakat dalam hal kesehatan, sehingga keberadaan sarana ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam suatu daerah. Fasilitas kesehatan yang ada saat ini pada wilayah lokasi prioritas berupa posyandu. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebutuhan akan fasilitas kesehatan ini pada kawasan perencanaan adalah telah memenuhi. Akan tetapi kondisi sarana kurang layak yang berada menumpang difasilitas umum seperti kantor lurah, rumah RT. sehingga kedepan dibutuhkan pembangunan sarana posyandu
5.3.10 Proteksi Kebakaran Rencana
proteksi
kebakaran
dengan
sistem
yang
digunakan
dalam
penanggulangan bencana kebakaran antara lain: 1. Perencanaan jalur akses Menyediakan jalur yang dapat dilalui oleh mobil pemadam kebakaran, sehingga memberikan kemudahan petugas kebakaran dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu, perlu adanya pengaturan bangunan tentang jarak bangunan yang aman terhadap bahaya kebakaran yaitu untuk bangunan dengan tinggi sampai 8 meter mempunyai jarak
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-32
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero minimum 3 meter satu sama lainnya. Berikut merupakan skema ketinggian bangunan dan jarak minimum agar dapat meminimalisir dampak kebakaran:
Gambar 6.26 Jarak bebas bangunan untuk proteksi kebakaran
2. Penyediaan hidran Sesuai dengan standar SNI 03-1733-2004 tata cara Perencanaan lingkungan permukiman di perkotaan : a. Untuk perumahan jarak antara kran maksimum 200 m b. Jarak dengan tepi jalan minimum 3 meter c. Apabila tidak dimungkinkan untuk membuat kran maka diharuskan membuat sumur-sumur kebakaran. Setiap RT pada kawasan prioritas di Kelurahan Salero harus memiliki hidran halaman, hal disebabkan karena Kelurahan Salero merupakan daerah padat dan jauh dari pos pemadam kebakaran sehingga akan sangat membantu petugas kebakaran saat kebakaran berlangsung. Hidran ditempatkan pada tempat tertentu sehingga setiap sudut bangunan berada dalam batas jangkauan semburan air dari selang. Untuk kawasan permukiman dengan jarak 200 m/kran. Pembangunan kran kebakaran perlu dilengkapi dengan sumur pengadaan air. Jumlah hidran yang dibutuhkan di Kelurahan Salero yaitu masing-masing satu RT 1 unit.
Gambar 6.27 Skema instalasi hidran di kawasan permukiman prioritas
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-33
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Salero
Bab 6- Rencana Teknis Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prioritas
VI-34