Majalah Sinergia Edisi Februari - Maret 2016

Page 1



Ringan dan Kritis

SINERGIA

Salam Redaksi Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh Salam hangat dari Redaksi Sinergia, Alhamdulillahirobbil alamin atas berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan berkat kerja keras dari Sinergi crew dan juga tidak terlepas dukungan dari alumni yang selalu memberikan semangat agar penerbitan majalah bisa selesai dengan Ringan dan Kritis, akhirnya pada awal tahun 2016 ini majalah SINERGIA kita bisa terbit lagi walaupun prosesnya lama! Sinergi craw minta maaf apabila majalah kita baru bisa terbit, karena banyak kendala yang menghambat kinerja craw dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu, namun tentu saja itu bukan alasan craw untuk mengerjakan tugas yang mulia ini. Karena itu kami mempersembahkan rubrik-rubrik baru tentunya beda dengan majalah-majalah sebelumnya. Selain itu juga berusaha menyiapkan naskah naskah terbaik untuk ditampilkan dalam majalah sinergia edisi VOL: XX I No.01 Desember-januari 2016 supaya tidak mengecewakan bagi para sinergias. Sinegia yang baik, di awal tahun ini, majalah kami juga mempersembahkan edisi yang menarik tentunya, dalam edisi ini akan diisi dengan tulisan-tulisan yang kami rangkum dan kami sepakati bersama untuk mengangkat tema “BURUH GENDONG”. Kenapa tema buruh gendong ini yang kami angkat? karena menurut hasil kesepakatan bersama tema memang cocok untuk mengangkat kinerja atau usaha dari sebagian orang yang kurang beruntung dengan pekerjaanya bila dilihat dari rasa sebagian orang, namun bagi mereka pekerjaan itu sangat layak dan patut di syukuri. Tema ini kami angkat untuk mengisahkan sebagian golongan pekerjaan yang tiap harinya bekerja sebagai “buruh gendong” yang mengendong barang belanjaan para pengunjung pasar dan upahnya tidak sesuai dengan berat barang yang di bawanya. Sinergi craw mengangkat tema ini agar sinergias dapat mengetahui hiruk pikuk sebuah perjuangan para buruh gendong yang kebanyakan dari kalangan wanita dan usianya + 35-60 tahun. hasil wawancara yang kami peroleh dari seorang ibu yang bernama Rukinem yang bekerja sebagai buruh gendong yang serba manis pahit menjalani kehidupan untuk mencukupi kebutuhan sehari harinya walaupun usianya yang cukup tua dan upahnya tidak seberapa. Namun tetap harus mensyukuri. “Ungkapnya” Tiada gading yang tak retak, langit tidak selalu biru di siang hari, dan warna pelangi akan muncul dan indah di akhir cerita. Menurut parapepata. Begitu juga dengan hidup kita Jangan terlalu mengeluh akan tetapi bersyukurlah karena semua pasti indah pada waktunya. seperti di akhir kata, redaksi majalah Sinergia pada edisi kali ini memberi sedikit lisan jeritan dari kehidupan sebagian orang yang di rangkum dalam tulisan. Kami Sinergia craw minta maaf apabila nantinya ada hal hal yang kurang berkenan di hati para sinergias. Sinergia Crew mengharapkan adanya kritik dan saran dari sinergias. Ringan dan kritis di setiap rubik, untuk itu jangan lewatkan di setiap kata Wassalam... . Salam Redaksi

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016


DAFTAR ISI ASPIRASI

5

INSPIRATIF

23

Syafiq,BELAJAR BERPRESTASI KUNCINYA MENJEMPUT BOLA

KARIKATUR

6

EDITORIAL

7

Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki beragam predikat, diantaranya sebagai kota pendidikan, wisata dan budaya. Dengan label berhati nyaman, tidak jarang semua orang yang pernah singgah di kota gudeg itu kepincut ingin bertahan lama meski hanya sekedar liburan... ........

SELASAR

P

S

8

13

14

- Menghakimi Seorang Hakim - Otoritarianisme Media dalam Ujaran Kebencian

KOLOM

P

BIOGRAFI CAK NUR

4

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

26

LABIRIN

27

HIJAU HITAM HMI cabang yogyakarta tengah mengalami kriris.... ...

28

Ketua Umum Kohati, farihatin mempunyai target berbeda... .

18

rogram Lingkungan Hidup PBB (UNEP) dalam 2 publikasinya: ”Blue Carbon: The Role of Healthy Oceans in Binding Carbon” dan “A Blue Carbon Fund: ... ... .

E-JURNAL

SERAMBI

Rizal kasim salah satu pengusaha muda sukses dengan berbagai perhargaan yang diperoleh ... ..

aat tergelincirnya matahari, aroma panas menyerimuti keringat pekerja Pasar Bringharjo...............

OPINI

25

KAMI BUAKAN PREMAN

ersoalan kemiskinan selalu menjadi momok yang menakutkan. Tak terkecuali di Yogyakarta, untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup ada yang rela menjadi buruh angkut barang atau dikenal dengan buruh gendong.... ...

WAWANCARA

POJOK JOGJA

19

SASTRA

30

RESENSI

32

HALAMAN AKHIR

34

MEMBACA BERSAMA TUHAN


ASPIRASI Perbaiki Penulisan Bahasa Salam teman-teman majalah SINERGIA, saya cukup kagum karena sampai saat ini sinergi masih eksis dalam menebitkan majalah. Dalam konten isu-isu yang diangkat sangat menarik untuk dijadikan bahan diskusi, tapi untuk dari segi penulisan bahasanya masih ada yang salah sehingga kami kadang kurang mengerti. Terima kasih….Top untuk sinergi. Sri Jarwati (kader HMI Salatiga) Jawaban: salam juga dari kami Mbak sri, persoalan penulisan bahasa kadang kami kurang teliti, terima kasih atas masukannya, kita akan selalu perbaiki terus dalam setiap penerbitan majalah SINERGIA

SINERGIA Ringan dan Kritis

Vol.XX| No.01 | Februari - Maret 2016

Tema Majalah SINERGIA Kok Tidak Fokus Tentang HMI Majalah SINERGIA selama ini telah banyak memberikan inspirasi bagi pemuda, terutama bagI kader-kader himpunan yang ada diseluruh nusantara ini. Tapi sayangnya, kenapa media yang ada di bawah nauangan HMI ini (SINERGI) beritanya kok tidak fokus membahas tentang HMI. Salam….Suskses selalu buat SINERGI……Qodri Syahnaidi (Dirut Lapmi Tarbiyah UIN Jogja) Jawaban : Sukses juga Mas Qodri, majalah SINERGIA tetap mengangkat isu tentang HMI pada bagian rubrik Hijau Hitam. sebagai media profesional, SINERGI juga perlu mengangkat isu di luar HMI…Semangat!!! Dsain Foto Majala Pecah Saya sudah lama Membaca Majalah SINERGIA, dari segi isi memang sudah tidak perlu dipertanyakan lagi,sangat bagus, tapi yang saya heran dalam setiap edisi foto yang ada di majalah SINERGI kebanyakan pecah…..salut sama SINERGI terus berkarya. Misbahul Ulum ILyas (kader HMI STAIN Pamekasan) Jawaban: terima kasih mas Misbahul, kami akan perbaiki terus dsain foto majalah SINERGI….. Redaksi menerima tulisan baik berupa artikel, opini, kolom, resensi, cerpen, puisi, karikatur dsb. Tulisan maksimal 6000 karakter nonspasi. Redaksi berhak mengedit sepanjang tidak merubah esensi tulisan.

Terbit setiap tiga bulan sekali sejak 9 September 1996. Beredar di seluruh Indonesia

KRU SINERGI Diterbitkan Oleh: Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) SINERGI HMI Cab. Yogyakarta Dewan Redaksi Laode Arham, Mukhlas Nahrawi, Khaerullah, M Shibuddin, Sudjarwo, Aswandi As’an, Iswandi Syahputra, Zulkanaen Ishak, Zulkfli, Chamad Hojin, Surgana, M. Sukri, Eva Rohilah, Fatoni Katamin, Apoy Purwadi, Mukhlis Tsarmangun, Islahuddin, Aminullah Yunus, Aisyah. Redaktur Senior Muslimin, Zamahsari A Ramzah, Ade Fakih Kurniawan, Dedi Jubaedi, Muslimin, Eroby Jawi Fahmi, Rumzah, Amin Rauf, Ilyas Rahman, Andi Setiawan, Hurry Rauf, Chaerul Arif, Leo Setiawan. Abd. Basyid Alaba’du, Husni Mubarok.Basyar Dikuraisyin Pimpinan Umum Umarul Faruq (Arul) Pimpinan Redaksi Achmad Muazim Pimpinan Perusahaan Romi Novrizal Kasim Sekretaris Umum Budiarsih Bendahara Umum Fendy Afifur Rahman Sekretaris Redaksi Mirza Syauqi Futaqi Redaktur Pelaksana Muhammad Afraval Saiphedra Editor Subaidi Reporter Samsuddin,Fahmi Fotografi Nurhaidah Litbang Hengki Afrinata, Atik,Baim,wira Layout Mano Sasha Saleh Cover Arul Distribusi & Periklanan Khairul Qalbi, Yaumil, Laila Nakhroh Kantor Redaksi Graha SINERGI, Sapen GK I/513, Gondokusuman, Demangan, Yogyakarta Website: www.sinergianews.com Twitter : Sinergianews FB : Majalah Sinergia E-mail : Redaksi@sinergianews.com No.Rek : BCA-0373329620 (umarul faruq) contac Redaksi : 082242022587 Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

5


KARIKATUR

KARIKATUR HENGKY AFRINATA

6

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016


EDITORIAL “PERNAK PERNIK� KEHIDUPAN BURUH GENDONG YOGYAKARTA Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki beragam predikat, diantaranya sebagai kota pendidikan, wisata dan budaya. Dengan label berhati nyaman, tidak jarang semua orang yang pernah singgah di kota gudeg itu kepincut ingin bertahan lama meski hanya sekedar liburan.

S

ebagai kota pendidikan, di Yogyakarta terdapat banyak perguruan tinggi yang menjadi tujuan pendidikan, sehingga Yogyakarta dikenal sebagai kota yang diwarnai oleh dinamika pelajar dan banyak mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah yang membawa kulturnya masing-masing. Oleh karena itu, Yogyakarta dapat dikatakan sebagai miniatur Indonesia. Selain itu, Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang menjadi tujuan wisata, diantaranya yaitu sebagai wisata budaya, religi, sejarah, kuliner serta belanja. Adapun dari kegiatan perekonomian, masyarakat Yogyakarta juga memiliki banyak keanekaragaman. Dari berbagai kegiatan ekonomi seperti produksi, konsumsi dan distribusi, terdapat kekhasan pada setiap aspeknya. Yogyakarta sebagai sebuah kota tujuan wisata belanja memiliki berbagai jenis tempat perbelanjaan yang menawarkan berbagai jenis kebutuhan. Sentuhan glamoritas sebuah kota besar dengan ikonnya berupa berbagai mal dan plaza yang menjamur di wilayah Yogyakarta, menjadi salah satu tempat yang dijadikan alternatif bagi masyarakat untuk berbelanja. Satu hal yang menarik dalam kegiatan perekonomian di Yogyakarta, pasar tradisional, dalam hal ini Beringharjo, dan Pasar giwangan, tetap menjadi tujuan belanja yang bernuansa tradisional. Pasar Beringharjo sebagai salah satu bagian dari kawasan Malioboro yang menarik untuk dikunjungi baik oleh wisatawan domestik maupun luar negeri. Selain itu, pasar ini telah menjadi pusat kegiatan ekonomi selama ratusan tahun. Pasar yang telah mengalami beberapa kali pemugaran ini melambangkan satu kehidupan manusia yang masih berkutat dengan pemenuhan kebutuhan ekonominya. Selain itu, Pasar Beringharjo juga merupakan salah satu pilar ‘catur tunggal’ (terdiri dari kraton, alun-alun utara kraton dan pasar) yang melambangkan fungsi ekonomi. Barang-barang yang ditawarkan pun beraneka ragam mulai dari makanan khas Yogyakarta, barang-barang hasil kerajinan, berbagai pakaian jadi, serta berbagai barang pemuas kebutuhan masyarakat lainnya. Berdasarkan observasi di lapangan, aktivitas Pasar Beringharjo dimulai pada waktu dini hari sebelum ramai oleh kegiatan jual beli barang dagangan. Yang terlihat hanyalah kesibukan dari para buruh pengangkut barang yang sedang berlalu lalang mengangkut barang dagangan dari mobil pengangkut. Ada juga buruh yang berada di sekitar Pasar Beringharjo untuk menawarkan jasanya, kepada pembeli dan pedagang yang sudah menjadi langganan. Secara sosiologis, buruh juga mempunyai peranan penting dalam mobilitas aktivitas perdagangan di Pasar Beringharjo. Para buruh yang terdiri dari laki-laki dan perempuan ini bekerja

mengangkut barang dagangan dari mobil angkutan barang untuk dibawa ke tempat yang telah ditentukan sebelumnya. Tidak ada pembeda antara buruh laki-laki dan perempuan. Mereka sama-sama tangguh dan kuat menggendong sejumlah barang dagangan yang telah menjadi langganannya. Sebagai gambaran, dapat dilihat gambar di bawah ini. Satu hal yang menarik adalah apabila mengkaji kehidupan buruh gendong perempuan yang setiap hari beraktivitas di Pasar Beringharjo. Sebagian besar dari mereka merupakan perempuan usia lanjut dengan umur berkisar 50 samapi dengan 70 tahun. Bahkan, beberapa diantaranya sudah berusia 80 tahun. Fenomena ini menjadi bagian pemandangan yang menarik dalam lingkup sosiologis. Hal ini menyangkut mobilitas mereka dalam perubahan sosial di lingkungan pasar. Secara ekonomi, mereka sudah tidak lagi produktif, tetapi eksis dalam percaturan pasar yang penuh dinamika dan tantangan. Sementara itu, dalam moblitas sosial, mereka tetap mengalami subordinasi dan marginalisasi. Fenomena inilah yang menyebabkan kedudukan mereka tidak banyak dikaji, baik dalam lingkup mikro yakni kajian masyarakat Yogyakarta, maupun secara makro dalam ilmu pengetahuan sosial. Atas dasar pemikiran inilah, penulisan ini akan mencoba meneliti mengenai eksistensi buruh gendong perempuan di Pasar Beringharjo Yogyakarta.

GATAL Aziz : semua kader HMI cabang yogyakarta Harus LK2. Saking obsesinya sampe-sampe nggak sadar kalau pengurusnya sendiri ada yang belum LK2 Periode ini mencoba fokus dalam penertiban administrasi aduuh .... .. kasur cabang pada kemana tuuu ???

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

7


SELASAR DUA METER YANG KUSAM

8

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

Mulai Berubah Dari Paguyuban Dari kehidupan buruh gendong yang tak menentu, akhirnya mereka terdorong untuk membuat inisiatif dengan membentuk adanya paguyuban. Memang pada awalnya mereka belum paham dan mengerti bagaiamana mengubah buruh gendong yang lebih. Dari hasil pantauan kru sinergi, sejak tahun 2007 buruh gendong yang ada pasar Giwangan mulai menata diri dengan membuat sebuah aturan buruh gendong, kegiatan dll. Mereka tergabung dalam paguyuban yang disebut Yayasan Annisa Swasti (YASANTI). Sumiati sebagai ketua yayasan tersebut mengatakan adanya yayasan ini mendorong agar buruh gendong itu tidak dianggap sebelah semata oleh pemerintah maupun masayarakat. “kita membuat buruh gendong itu lebih tertib dalam bekerja. Dulu tidak ada kepastian mengenai tarif, kita rundingkan dengan

tema-teman. Misalnya lagi supaya tidak rebutan pelanggan kita siapkan kartu supaya mereka giliran sehingga mereka dapat semua pelanggan.” Ujarnya yang setiap harinya berada di pasar Giwangan. Sumiati cukup beruntung dari buruh gendong lainnya. Selain sebagai buruh gendong ia juga membuka ruko kecil untuk jualan sembako di pasar Giwangan. Menurutnya, dengan jumlah buruh gendong 130 yang ada di pasa Giwangan, yayasan yang dipimpinya selalu aktif dalam memberikan bantuan sosial. Di luar, mereka selalu menjaga hubungan antar sesama buruh gendong suapaya rasa kekeluargaan di antara mereka terjalin dengan erat. “kita biasanya melakukan kerja sama dengan organisasi masyarakat lainnya, kadang ada yang memberikan pelayanan kesehatan gratis. Tapi kita juga ada simpan wajib bagi

Dok : Istimewah

P

ersoalan kemiskinan selalu menjadi momok yang menakutkan. Tak terkecuali di Yogyakarta, untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup ada yang rela menjadi buruh angkut barang atau dikenal dengan buruh gendong. Buruh dari kalangan perempuan ini sampai saat ini belum jelas terkait peningkatan taraf kehidupannya. Bak jamur di musim hujan, kegiatan buruh gendong tetap berlangsung walaupun hasilnya tidak seberapa. Sulasmati (58), buruh gendong pasar Giwangan ini mengadu nasib sejak tahun 1982. Di usianya yang senja, ibu yang mempunyai tiga cucu ini tidak pernah mengeluh dengan pekerjaanya yang sekarang. Ia memulai menjadi buruh lantaran dari keluarganya yang memang sejak dulu berprofesi sebagai buruh gendong. Kehidupan kecilnya tidak banyak dihabiskan dengan bermain, setiap harinya menemani ibunya membantu mengankut barang. “sekarang saya disini negkos, paling cuman dua bulan sekali saya mudik.”ungkapnya. Ketika ditanya kehidupan buruh gendong yang dulu, ibu yang mendapatkan penghasilan per hari 25-40ribu ini mengatakan dulu penuh dengan kesusahan. Disamping tarif sewa jasa mereka yang rendah, mereka harus mengantar barang sampai ke rumah pembeli. “Ngangkut barangnya berat begitu, kita juga harus mengantar ke rumah pembeli yang lumayan jauh. Dulu itu nasib buruh gendong sengsara sekali mas.” Ujarnya. “Belum lagi dulu itu harus rebutan dengan buruh gendong lainnya untuk mendapatkan pelanggan, kadang kita juga harus lari nyari pelanggan untuk nyewa jasa kita, pas pembeli turun dari angkot kita langsung lempar selendang, kalau pembeli tangkap berarti dia mawu nyewa jasa kita.” Tambahnya. Sari (56), juga mengalami betapa susahnya buruh gendong saat itu. Ia harus rela mengalami dua kali keguguran lantaran ia harus lari untuk mendapatkan pelanggan. Pengalaman ini membuatnya tidak henti menjadi buruh gendong. “Dulu hidup pas-pasan, mau tidak mau harus kerja. Mau mengandalkan hasil kerja suami tidak cukup”ujarnya.


Dok : Istimewah

SELASAR

mereka tiap bulan sebesar 2 ribu, uang komsumsi 3 ribu dan 5 ribu untuk kas. Takutnya nanti mereka butuh duit kita kasih pinjam, dan kalau ada keluarga mereka sakit kami juga jenguk” Uajrnya. Ketika ditanya soal sistem perekrutan buruh, ibu yang masih berumuh 45 tahun ini menjelaskan tidak sembarang buruh gendong bisa menjadi buruh gendong. Dengan jumlah yang belum jelas setiap tahunnya, maka sejak adanya yayasan ini maka buruh gendong mulai didata dengan mengkuti prosedur yang ada, mengisi formulir anggota dan membayar administrasi sebesar 500 ribu. ”kalau sekarang tidak semua orang bisa masuk, harus ada dari anggota yang mau pensiun mungkin karena udah tua baru bisa daftar. Sistemnya ganti pemain gitu mas. Kadang yang ganti itu dari kelurga anggota sendiri.” ungkapnya. Sementara untuk memperdayakan skill buruh gendong, paguyuban ini juga rutin mengadakan kegiatatan belajar membaca alquran. Kegiatan ini dibentuk karena rata-rata buruh gendong diusia yang senja ini masih belum bisa membaca alqura. Disamping itu juga paguyuban ini rutin setiap bulan sekali megadakan acara pengajian.

“kita datangkan orang untuk mengajari kita, walaupun terkadang untuk mendatangkan mereka kita harus bayar dengan uang kas, kadang juga ada yang merelakan diri tanpa dibayar. Mereka biasanya dari organisasi tertentu yang ingin memberikan pelatihan misalnya tentang keluarga berencana, itu semua diberikan ke kita ”ujarnya Bagi Sumiati, keberadaan buruh gendong saat ini perlu dikelola dengan baik. Buruh gendong juga perlu diperhatikan mengingat usia mereka yang kebanyak sudah lanjut usia. Pagubayan ini kedepannya akan lebih fokus bagaimana buruh gendong tidak selalu berpikir bahwa mereka akan selalu menjadi buruh gendong. Selain melatih skill, buruh gendong harus mempunyai keterampilan untuk membangun sebuah sebuah usaha yang lebih layak “Kita berikan modal untuk mereka membangun usaha. Kemarin ada buruh gendong dengan modal yang kita kasih bisa mendirikan usahasemacam toko meskipun tidak besar, paling tidak ada kesadaran bahwa mereka tidak harus menjadi buruh gendong sampai usia tua kayak sekarang. Tapi tidak semua buruh gendong kita kasih karena dana dari kita

juga terbatas”ungkapnya Kebiasaan belajar ini mendapat respon positif dari buruh gendong. Setiap kali mereka mau menghadiri kegiatan tersebut, sulasmati mejadi garda terdepan menyemangati teman buruh gendong lainnya. “perlahan-perlahan saya mulai bisa membaca alquran, kadang ikut kegiatan lain, makegiatanya banyak di sana mas. Biasanya sore jam 16.00 wib kita kumpul, kan waktu seperti sudah senggang mas. ” ujar sulasmati. yang sejak kecil belum pernah belajar membaca. Buruh gendong memang tidak selalu bernasib sial, tetapi kehidupan yang didapatkan mereka setiap harinya selalu berada dititik kemalaratan. Walaupun seperti itu, adanya buruh gendong selalu menjadi persoalan serius karena belum terciptnya lapangan pekerjaan yang memadai. penghasilan hanya cukup untuk makan, mereka berani menerima resiko apa pun meski hal itu terlalu berat mereka hadapi. Reporter : Asih,Nur,Afra By : Yaumil

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

9


SELASAR

SEBELAI KEHIDUPAN DARI SELENDANG

T

epatnya jam 07.00 wib, menyenggol barang dagangannya. li yang menyewa jasanya kadang ikut pedagang Pasar Bring“Sering mas, tidak hanya terjadi pada memarahi bu puligem. Kejadinya cukharjo sedikit demi sedikit saya, temen-temen saya juga ada yang diup berbeda, karena alasan beban yang mulai berdatangan. Ada omelin sama mereka. Lah gimana wong dipikul cukup berat sehingga pembeli yang baru membuka ruko barang yang kita angkut berat gitu jadi marah lantaran puligem kerjanya lamdaganganya dan sebagian rukonya makita kadang nggak kuat makanya kadang bat. Puligem tidak banyak memberikan sih digembok. Dengan jumlah pedanyenggol.”ujarnya kepada kru sinergi komentar, yang hanya dalam pikiranya gang 5000 orang, Pasar yang berada di saat ditemui ditempat peristirahatan bubekerja untuk mendapatkan uang untuk malioboro ini cukup ramai dengan penruh gendong di pasar Bringharjo. keluarga. gunjung. Tak terkecuali dengan adanya Ibu yang berasal dari Kolonprogo ini “Pas nyampek di parkiran saya diburuh gendong, di mana ada pasar cukmengaku sempat shok dengan pedamarahin, saya diam saja kan takut juga up besar disitulah mas. Nan“Kita anggap itu sebagai resiko mas, menjaga buruh gendong ti mereka banyak ditemui. hubungan dengan pedagang disini harus, kita juga nggak mau Dari arah barat lagi nyewa pintu masuk pas- butuh mereka. Teman-teman habiskan waktu hanya jasa saya. ar, terdapat banKalau mernungggu pembeli menyewa jasa kami itu saja.” yak penjual baju eka marah khas Yogyakarta, di sana pengunjung gang yang sering memarahinya. Padananti kita juga yang repot, kan tiap buakan mendapatkan pelbagai macam hal menurutnya pedagang cukup diunruh gendong punya langganan sendiri to varian batik. Berjalan sedikit ke arah tungkan dengan adanya buruh gendong. mas.”ungkapnya. timur berjarak 100-200 meter, suasana Setiap pembeli yang ingin menyewa “Sempat tu saking banyak barang pedaganya mulai beda. Lokasi itu digujasanya pasti meminta refrensi ketika yang diangkut selendang yang dibuat nakan pedagang untuk menjul bahan mau membeli sesuatu menanyakan lomengikat barangnya lepas, akhirnya makanan; sayur-sayuran, buah-buahan kasi pedagang dengan kualitas tertentu. pembeli marah gara-gara barang yang dll. Di sanalah tempat kebanyakan buApalagi ada pendatang baru, buruh gendibawa saya sebagian jatuh.. Terus saya ruh gendong menyewakan jasa. dong kadang memberikan petunjuk loambil lagi, kemudian pembeli bilang Puligem namanya, buruh gendong kasi tempat atau barang yang diinginkan karena barang jatuh jadi ongkos jasa yang berada di pasar Bringharjo maliobpembeli meskipun ia tidak ingin menyesaya dipotong gitu mas. Saya nggak beoro ini harus memikul barang 40 samwa jasa buruh gendong. rani protes karena saya akui saya salah pai 50 Kg setiap kali ada pembeli yang “Kita anggap itu sebagai resiko mas, mas, maklum udah tua gini.”ujarnya ingin menyewa jasanya. Sekali angkut, menjaga hubungan dengan pedagang dengan nada sedih. biasanya bu puligem harus berjalan disini harus, kita juga butuh mereka. Di Pasar Bringharjo, tarif untuk melewati tangga menuju lokasi di mana Teman-teman habiskan waktu hanya menyewa jasa buruh gendong sekali pembeli memarkir mobil pengangkut nungggu pembeli menyewa jasa kami itu angkut kisaran 5-10 ribu. Itu pun kalau barang. Karena Jaraknya lumayan jauh, saja.” Ungkapnya ibu berusia 55 tahun pembeli tidak banyak protes. Di luar ia sering dimarahi pedagang karena baini. itu, tidak ada tarif yang pasti menyewa rang yang dipikul puligem tamerkadang Tidak hanya oleh pedagang, pembejasa buruh gendong, kadang ada yang

10

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016


SELASAR

Terkait pengalamanya, bu Ijah tidak selalu beruntung dengan teman-temanya. Karena usia yang sekarang sudah 60 tahun, tak banyak pembeli menyewa jasanya. Bu ijah juga sama dengan puligem, bekerja dengan lambat. Tetapi, bu Ijah tidak mendapatkan perlakukan seperti puligem, pembeli hanya sebatas tahu kalau bu ijah memunyai fisik yang tidak mumpuni sehingga jarang ada yang menyewa jasanya. “Tidak mesti kalau nyewa jasa saya mas, yang kenal-kenala lama saja yang mau menyewa jasa saya. Setiap hari paling ada 3 sampai 4 orang.” Ujarnya.

dak ada hal yang mengikat yang menjadikan buruh gendong harus diberlakukan seperti buruh yang bekerja di pabrik, perusahaan dll. “ Mentoknya mereka mendapat bantuan dari organisasi kemasayarakatan atau yang lainnya. Tapi perlindungan terhadap mereka tetap kami kawal.” Ujar Kasie Pengkajian, dan Pengembangan Pasar, Ir. Supartama Meski usia sudah lansia, memikul barang yang cukup berat bukanlah hal yang rumit bagi buruh gendong. Hanya ketabahan dan keberanian mencari pencaharian menjadi pegangan untuk

satu sama lainnya. Ia juga berasal dari kolonprogo. Ia pulang ke rumah seminggu sekali. Sekali pulang ia habisakan waktu sampai 4 hari. Berada di pasar Giwangan sebagai buruh gendong cuman 3 hari. Alasanya, dengan usia rata-rata buruh gendong 50 ke atas, fisiknya cukup lelah menahan beban berat barang yang dipikul saat pembeli menyewa jasanya. “Di rumah masih ngurus cucu juga mas, kalau nggak pulang-pulang saya nggak kuat, badan ini perlu istirahat juga mas. Meskipun 3 hari bekerja tapi rasanya badan ini sakit perlu dipijat juga di rumah.” Katanya kepada kru sinergi.

Di pasar Giwangan tarif untuk sewa buruh gendong lebih murah dari pada di pasar Bringharjo. Di Pasar Giwangan rata-rata hanya 2000-3000 ribu saja. Perbedaan tarif membuat buruh gendong pasar Giwangan banyak yang mengeluh karena tidak ada yang pasti. Di luar, pendapatan yang diterima dari suami yang profesianya juga sebagai buruh tidak lantaran mencukupi kebutuhan hidup sehari-harinya. Pemerintah melalui Dinas Pasar Kota Yogyakarta menganggap bahwa buruh gendong tidak menjadi kewenagan pemerintah menentukan tarif, karena ti-

memnuhi kehidupan sehari-harinya. Ia mulai bekerja sebagai buruh gendong lantaran tekanan ekonomi yang mengharuskan bekerja sebagai buruh. Entah penilaian orang seperti apa, hanya niat dalam batinya untuk mecari nafkah buat keluarga.

Dok : Istimewah

dibawah tarif yang ditentukan buruh gendong. Seperti yang dialami bu Ijah yang berada di pasar Giwangan. Ia menjadi buruh gendong sejak uisa 7 tahun. Kehidupan kecilnya sudah dibiasakan dengan mengangkut barang. Cuman, saat itu ia masih ikut orang tuanya. Jadi, hanya sekedar membantu atkala barang yang dibawa ibunya cukup berat. Bu Ijah menghabiskan waktu duduk di antara teras pasar dengan teman buruh gendong lainnya ketika pembeli sepi. Biasanya ia gunakan untuk sekedar cerita-cerita sambil saling pijat antara teman

REPORTER : Ubay,Udin By : Fendy

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

11


SELASAR

ASA KU TENGELAM DI PASAR “saya nggak punya cita-cita mas, asal anak dan keluarga saya bisa hidup layak saja sudah senang, wong cilik ndak punya cita-cita mas”

S

ebuah pasar selalu mempunyai cerita menarik untuk diulas. Manusia-manusia yang tiap harinya berada disana selalu nampak unik. Caranya bertahan hidup juga kebiasaan mereka sehari-harinya. Buruh gendong salah satunya. Di pasar tradisional seperti pasar buah Giwangan, tidak begitu susah kita menemukan buruh gendong. Ada belasan bahkan puluhan buruh gendong tersebar di pasar buah Giwangan yang sebagian besar merupakan perempuan yang umurnya berkisar antara 40 hingga usia senja sekitar 60tahun. Hari itu tidak begitu terik, bahkan mendung sepertinya sudah mulai tebal dan bergerak menuju selatan. Beberapa buruh gendong duduk menepi di depan kios buah. Badan mereka masih sama halnya dengan badan ibu-ibu seusianya, namun tak pernah menyangka jika tiap harinya mereka selalu menggendong beban dengan berat hingga 60Kg banhkan lebih. Sebagian dari mereka sudah berusia senja dengan rambut hampir semuanya memutih. Sebuah selendang batik dipundaknya sembari menjinjing keranjang. Mata mereka tak pernah lepas mengamati orang yang hilir mudik di pasar. Sembari mencermati calon pembeli buah yang nantinya mereka bisa menawarkan jasa gendongnya. Seperti diungkapkan oleh ibu Musiyem (60) salah satu buruh gendong di pasar Giwangan “kalo sekarang memang lagi sepi mas musim hujan, kan jarang yang belanja” katanya. Memang tidak mesti tiap hari mereka mendapatkan pelanggan. Rupanya musiyem hafal betul dengan pasar ini. Bagaimana tidak, ibu musiyem sudah menjadi buruh gendong disini sudah puluhan tahun. “dari anak saya umur 8 bulan sampai sekarang umur 25 tahun” ujarnya. Dengan upah sekitar Rp.3000,- setiap satu kali jalan, ibu Musiyem bisa mengumpulkan hingga 50 sampai 100 rb setiap harinya, tergantung sepi dan rameny pelanggan. Dengan upah yang sangat pas-pasan ibu musiyem pun harus menyisihkan untuk makan sehari-hari dan keperluan anaknya.”alhamdulilah sekarang anak saya sudah nikah, jadi upahnya untuk kebutuhan sendiri, ujar perempuan itu.

Ibu Musiyem berasal dari Sedayu Bantul ta jauh dari Giwangan. Sebelumya Ia naik bis dari rumahnya sampai ke pasar Giwangan sampai akhirnya Ia memutuskan unutk menyewa kamar kos di dekat Giwangan. Meskipun begitu tak jarang ibu Musiyem terpaksa harus menginap di pasar, “hari ini ya nginep mas, bapak ndak bisa jemput” ujarnya. Sama halnya dengan ibu Musiyem, ibu Triani (54) juga menggantungkan hidupnya menjadi buruh gendong di pasar Giwangan. Ibu Triani menuturkan enjadi buruh gendong sekarang lebih mudah ketimbang dulu.” Sekarang gampang mas cari pelanggan, bisa gantian, kalau dulu harus rebutan dulu” ujarnya sembari merapikan buah-buahan di keranjang gendongnya. Dari kejauhan terlihat beberapa perempuan berjalan dengan buah-buahan memenuhi keranjang gendong yang Ia taruh di punggung. Mereka berjalan dengan membungkuk, meintasi tanah pasar yang becek dan penuh dengan sisa-sisa sayur dan buah-buahan. Keberadaan buruh gendong memang sangat membantu. Ibu Mutinah (55) seorang penjual buah dan sayur di pasar Giwangan menuturkan bahwa adanya buruh gendong sangat membantu untuk mengangkut barang belanjaan ke pembelinya. Tak ayal ada banyak sekali buurh gendong di pasar Giwangan ini, sekitar 500an buruh gendong yang tiap harinya bisa mengangkat beban puluhan hingga ratusan. Memang tak butuh mencari cara untuk menyambung hidup. Menjadi perempuan pun bukan berarti hambatan untuk menghasilkan uang. Ketekunan buruh gendong tiap harinya, hingga semangat yang selalu terpancar dari matanya untuk meerubah hidupnya lebih baik selalu terlihat. Berkumpul dengan banyak kawan, berkelakar ketika terik siang mulai memaksa mereka untuk beristirahat bahkan mampu menghilang letihnya, memar dan ngilu dipundak yang tiap harinya digunakannya untuk mengangkut gendongan. ujar Musiyem dengan gendongan berisi buah di punggungnya, sembari melontarkan senyum lebar kemudian berlalu menuju sebuah pick up milik pembeli buah.

REPORTER : Arul,Ode,Fendy By : Hengky

12

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016


WAWANCARA

“BURUH

S

GENDONG TAK SEMUANYA PEMERINTAH YANG NGATUR�

aat tergelincirnya matahari, aroma panas menyerimuti keringat pekerja Pasar Bringharjo. Dengan sejenak mereka luangkan waktu hanya sekedar istrihat, sebagian berbegegas menghirup nafas menjalankan ibadah salat zduhur. Tak disangka, Perlahan langkah kru sinergi menemui pejabat dinas pasar terhenti tatkala melihat buruh gendong memberikan obat kepada temanya yang lagi sakit. Saat itu juga kru sinergi bergegas menemui Kasie Pengkajian, dan Pengembangan Pasar, Ir. Supartama. Menurutnya, pemerintah melalaui Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta tidak mempunyai kewengan lebih jauh terkait pemberdayaan buruh gendong. Laporan (Hengky afrinata dan Waode Yaumil shaleh) Peran pemerintah terutama dinas terkait adanya buruh gendong? Buruh gendong yangg ada di pasar- pasar tradisional kita wadahi dalam bentuk komunitas buruh gendong. Hanya sajs tidak semuanya dapat tertampung karena jumlah yang selalu bertambah, terutama bagi masyarakat yang ingin menambah penghasilannya ketika dikampung sedang tidak musim pekerjaan. Dengan demikian kami kedepankan dan kita berikan penyuluhan, pembinaan dan informasi. Bentuk penyuluhan dan pembinaannya? Kita undangkan dokter spesialis dari RS. Wirosaban untuk memberikan penyuluhan, yang pertama terkait dengan cidera punggung, kanker, dll. Setiap ada kegiatan sep-

erti itu buruh gendong banyak yang datang. Kami mencoba upayakan buruh gendong memliki akses kesahatan yang memadai walaupun mereka mendapatkan kartu pelayanan gratis di tempat tinggal mereka seperti yang dari kolonprogo dan bantul. Karena mereka disini kan bekerja dengan barang yang dibawa cukup berat, jadi kita melihatnya sebagai keharusan peduli kepada mereka dengan cara memberikan sosialiasi atau pun memberikan pelayanan kesehatan gratis. Di sini juga kami sediakan tempat peristirahatan bagi buruh gendong mungkin ada yang sakit bisa istirahat. Bagaimana rekrutment Buruh gendong ? Buruh gendong bukan kendali kami, melainkan di bawah kendali komunitas atau pun paguyuban buruh gendong, karena jika dibawah kendali kami ditakutkan ada yang tidak pas. Jadi. Mereka punya aturan sendiri yang tidak bisa kami mendahuluinya. Komunikasi antara Dinas Pasar dan Paguyuban buruh gendong? Setiap ada sosialisasi atau acara kami undang lewat ketua paguyuban, terkadang seperti orang memberiksan CSR nya berbentuk sembako misalnya, jumlahnya banyak terkadang yang diberikan hanya 30 – 50 paket, kami kesusahan karena jika ada yang tidak dapat kami diprotes. Misalnya kita bagikan kartu sembako supaya hanya yang mendapat kartu yang bisa menerima bantuan, tapi kan buruh gendong disini banyak, sekali satu orang atau beberapa orang mendapat bantuan mereka datang semua, akhirnya repot di kita juga.

Bagaimana nasib buruh gendong yang hanya di upah dengan 3000/5000 ribu? Itu semua tidak dapat di atur karena seperti halnya jual beli sistem tawar menawar dan juga tergantung dengan beban yang akan di gendong, Pemerintah tidak mengatur yang sifatnya sekecil itu. Hal itu sangat berbeda dengan tenaga kerja yang ada di perusahaan misalnya itu bisa kami atur. Tapi kalau buruh gendong kami tidak mempunyai kewenangan yang lebih jauh. Bagaimana dengan adanya isu jika ingin menjadi buruh gendong harus mendaftar kepada paguyuban? Kami kalo masalah itu tidak tahu, toh meskipun kami tahu hal itu bukan kewenangan kami, karena paguyuban buruh gendong juga bukan tanggung jawab kami selaku dinas pasar, lebih banyak kepada LSM, kami minta datanya kesana. Kalo kami ikut campur dalam hal demikian, itu tidakan yang salah. Harapan dinas pasar kepada buruh gendong? Kami harapkan buruh gendong mengusulkan kepada pemerintah tapi bukan kepada dinas karena bukan domine nya dinas agar mereka dapat layanan BPJS kesehatan. Karena sangat penting ketika mereka bekerja terus tiba-tiba sakit uang untuk berobat kan tidak mencukupi karena penghasilanya pas-pasan. Mereka berobat ala kadarnya mungkin meminta tolong pada tememnya minta dikerokin. Tapi kan tidak maksimal Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

13


OPINI

MENGHAKIMI SEORAN

K

ira-kira begitulah bunyikutipan yang tercantum pada gambar memeyang persis di sampingnya nampak seorang hakimbertampang sangar dengan setelan jubah merah hitam dan sorot mata yang tajam. Gambar tersebut berseliweran dimedia konvensional, dan menjadi tren di media sosial belakangan ini. Ya, Parlas Nababan namanya, seorang hakim yang lahir di Rura Julu, Tapanuli Utara, Sumatera Selatan ini menjadi bahan olok-olokan netizen lantaran menyebut pembakaran hutan tak menjadi ihwal karena masih bisa ditanami

14

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

kembali. Namun, alangkah baiknya sejenak kita mengesampingkan terlebih dahulu soal nyinyiran pengguna media daring dengan meminjam salah satu ungkapan percakapan dalam film pendek Spanyol yang berjudul The Story of a Sign, disebutkan:apalah arti sebuah pernyataan? Jika nantinya ia akan hilang? Dalam konteks yuridis, kasus ini tentu yang menjadikannya runyam adalah soal vonis kontroversial beliau, yang jelas berdampak pada hajat orang banyak –terutama penduduk di sekitar lahan yang diperkarakan-. Dalam perkara tersebut, beliau menolak gugatan perdata senilai Rp7,9 triliun dalam kasus ke-

bakaran hutan dan lahan di konsesi PT Bumi Mekar Hijau (BMH), anak perusahaan salah satu perusahaan kertas terbesar di dunia, Asia Pulp and Paper (APP) (BBC.com 10/1/2016). Pertanyaannya adalah, jika menyangkut putusan yang ke depan dapat memen-


OPINI

NG HAKIM

DOK : ISTIMEWAH

garuhi hajat hidup banyak orang, mengapa seorang hakim dapat berkata dan memutus suatu perkara dengan nuansa psikologis yang cenderungless sympathy. Minim simpatik? Bukankah –meskipun terdengar klise- hakim dan jaksa juga harus menekankan dan memperhitungkan pentingnya norma kemanusiaan? Jauh sebelumnya, sekitarempat bulan lalu, di mana hutan Kalimantan dan Sumatera dibabat dan dilalap habis karena ulah manusia. Nampaknya

fenomena tersebut tak menjadi pelajaran bagi penegak hukum yang mengadili kasus terkait. Dampak yang ditimbulkan akibat pembakaran lahan dan hutan sangatlah kompleks, salah dua di antaranya adalah menyangkut dampak kesehatan dan dampak ekologis. Ingatan kita tentu masih segar ketika lebih dari 20 ribu orang di Kalimantan, Sumatera dan Riau yang terjangkit penyakit pernapasan akibat paparan asap. Selain itu, tentu juga kita masih ingat dengan 14 primata orang utan yang mati akibat kebakaran hutan (Tempo. co 10/1/2016). Masih banyak dampak negatif akibat kebakaran hutan atau lahan yang bisa saja ke depannya terjadi kembali lantaran ketukan palu seorang pengadil yang putusannya berkebalikan dengan identitasnya. Kejahatan tidak hanya dilakukan oleh seorang individu atau kelompok, tetapi bisa saja diperbuat oleh suatu badan yang memiliki kewenangan sah: negara. Netizen dan Kecenderungan Baru Tak etis kiranya jika penulis menggunakan media sosial sebagai salah satu variabel pendukung dan penguat dari artikel ini, namun menisbikan dan secara terang-terangan mengesampingkan partisipasi netizen dalam kasus yang menyeruak ini. Tanpanya, penulis tidak akan mengangkat tema demikian, atau bahkan bisa saja tidak mengetahuinya sama sekali. Selama kurang lebih 4 hari dalam rentang waktu seminggu yang lalu, posisi kicauan yang menggunakan tagar Hakim Parlas cenderung fluktuatif di peringkat trending topics. Pada dua hari pertama, naik ke peringkat teratas dan hari setelahnya cenderung menurun dan seterusnya menjadi tidak stabil. Tak hanya tweet yang berisi cemoohan, dan penggunaan tagar dengan kasus terkait, para pengguna Twitter juga menyertakan gambar meme persis seperti yang saya deskripsikan di atas. Tak sedikit pula yang membandingkan putusan Hakim Parlas yang dianggap tidak adil tersebut dengan putusan terhadap

kasus sempalan terhadap rakyat kecil, namun tak sebanding dengan hukuman yang diberikan. Semuanya bermuara pada kekecewaan terhadap pelaksanaan hukum yang tidak berporos pada keadilan. Namun, di balik itu semua ada kecenderungan baru dalam budaya bermedia sosial kita, setidaknya dari pengguna Twitter yang didominasi oleh anak muda.Ada semacam hukuman yang sebelumnya tidak disepakati, namun nampaknya atas dorongan nurani, atau hanya sekadar mencara eksistensi atau apapun itu, khususnya terhadap seseorang yang memiliki wewenang namun tidak menjalankannya sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, dampaknya akan menerima semacam moral punishment. Hukuman moral. Dipermalukan di media sosial. Fenomena ini jauh sebelumnya sudah dibaca oleh Katz dan Gurevitch dalam bukunya yang berjudul Blumer terbitan tahun 1974, mereka menyebutnya dengan istilah Teori Uses & Gratifications; Teori Komunikasi yang ditentukan oleh individu dalam memilih pesan dari media dan didasari oleh motif yang dibutuhkan masing-masing individu. Seperti yang saya ungkapkan di atas, motif suatu pengguna media sosial dalam konteks penyebaran viral pada kasus ini, yang melibatkan seorang penegak hukum dan menyandera etika kolektif, motifnya sungguh amat raya, beragam. Namun, kita dapat memahami betul pesan tersebut, baik itu tersurat maupun tersirat dari netizen yang geram: jika anda penegak hukum jangan selewengkan amanah tersebut, atau siap-siap kami bully!

Mano S Mahasiswa Stimik AKAkom Jurusan Technology Information

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

15


OPINI Otoritarianisme Media dalam Ujaran Kebencian

S

uara sumbang tersebut mungkin saja tidak akan terdengar jika eksekutif dan legislatif di tingkat nasional tidak terpolarisasi menjadi dua kubu yang saling berlawanan. Pasca Pemilu 2014, kegaduhan politik memanas. Suhu politik Ini

sentasikan oleh DPR. Di ruang informasi, kejadian, kegaduhan sangat jamak terasa. Intensitas perseteruan politik sangat kental diwakili oleh dua raksasa media televisi Indonesia, Tv One dan Metro tv. Keduanya merupakan perwakilan, corong komunikasi dua kubu politik yang berbeda visi serta ga-

yang kemudian menyebabkan kedua kubu tersebut selalu mencari antitesis dari setiap argumentasi yang dikeluarkan pihak lawan, yang dalam kasus ini adalah Surat Edaran Ujaran Kebencian. Alasannya beragam, namun yang paling dominan adalah persoalan politis. Surat edaran tersebut memang tidak ada korelasinya dengan lembaga eksekutif dalam konteks wewenang kekuasaan administratifnya. Namun perlu diingat, proses pergantian tampuk kepemimpinan Kepolisian merupakan hak prerogatif eksekutif untuk memilih, yang dalam hal ini adalah Presiden Jokowi. Jika memang terbukti benar Kepolisian RI dan eksekutif “bermain mata� dalam surat edaran tersebut, maka sikap defensif pemerintah melalui surat edaran tersebut merupakan skenario terstruktur dan sistematis dalam mengungkung kebebasan masyarakat untuk bersuara. Gaduh Politik Media Kegaduhan tidak hanya terjadi pada ruang publik yang dalam kasus ini direpre-

gasan di ruang publik. Media di Indonesia umumnya dimiliki oleh kalangan politisi yang memiliki kepentingan terselubung, di samping keuntungan secara materiel. Sebagai contoh, Metro Tv yang dimiliki oleh Surya Paloh dan Tv One yang dimiliki Aburizal Bakrie. Kedua pemberitaan media ini tentunya searah dan sejalan dengan sikap politik pemiliknya. Dalam kasus surat edaran ujaran kebencian misalnya, Metro Tv yang dimiliki oleh Surya Paloh dan notabenenya satu koalisi dengan Jokowi berusaha keras meyakinkan publik bahwasanya kebijakan tersebut merupakan hal yang biasa saja. Tidak ada keistimewaan tertentu yang membuat publik mesti was-was dengan ancaman kebebasan berpendapat. Dapat dilihat dari Headline pemberitaannya yang berjudul: Edaran Kapolri merupakan Hal Biasa. Jika kita amati secara seksama, baik dari pengangkatan judul, pemilihan narasumber, narasi reporter serta konten pemberitaannya. Tidak terlihat

Wira Prakasa Nurdia

Anggota Litbang Sinergi

Kebijakan Kapolri tentang Surat Edaran ujaran kebencian banyak menuai pro dan kontra di tengah masyarakat. Sebagian akademisi dan politisi “kubu sebelah� menyatakan bahwa kebijakan tersebut lahir sebagai perwujudan sikapketakutan yang berlebih terhadap kepemimpinan Jokowi-JK yang menurut mereka lamban dan kurang efektif. Lebih lanjut, mereka lantang mengucapkan bahwa kebebasan berekspresi sebagai buah dari perjuangan lapisan masyarakat dan semestinyadinikmati pulasecara kolektif oleh masyarakat telah diberangus secara perlahan.

16

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016


OPINI

Doc : Istimewa

manuver kritikan khusus dalam menyikapi kebijakan tersebut. Judul pemberitaan cenderung normatif jauh dari istilah menggemparkan layaknya media pada umumnya. Yang justru menarik adalah kontennya, Metro Tv secara terang-terangan mendukung kebijakan tersebut dengan alasan menindak tegas para penghasut kebencian. Dengan dramatisasipity yang meyakinkan, Metro Tv mencoba membawa emosi pemirsa dengan narasi yang tegas serta tak lupa menginformasikan dampak fatal yang diakibatkan jika surat edaran ini tidak segera direalisasikan. Semua pemberitaan Metro Tv bermuara pada satu asumsi dasar: tidak ada yang mesti diributkan mengenai surat edaran tersebut. Tidak ada yang istimewa tentang kebijakan tersebut sehingga masyarakat tidak perlu khawatir dan takut. Berbeda dengan Metro Tv, dalam pemberitaannya, headline redaksi Tv one begitu reaktif dalam menanggapi kebijakan tersebut. Tv One membungkus pemberitaan tersebut dengan judul: Kontroversi Surat Edaran Ujaran Kebencian. Judul pemberitaan ini, hampir lima hari terkahir “dimasak” oleh Tv One di berbagai program acara berita. Kritikan tajam diberikan kepada pemerintahan Jokowi yang dinilai telah membunuh nilai demokrasi. Contohnya,di salah satu acara program talkshow dua hari yang lalu, Tv One

mengundang politisi dari fraksi Golkar, Bambang Soesatyo. Dalam perbincangannya, ia menilai kebijakan tersebut bisa membangun rasa takut kepada pemerintah. Ia menuturkan, kebijakan tersebut dapat berimbas pada pola komunikasi rakyat dan pemerintah menjadi tidak efektif. Gap antara pemerintah dan rakyat justru makin nyata. Bukan hubungan dialektis-harmonis yang terbangun, tetapi justru perasaan was-was dan ketakutan. Dari kedua analisis pemberitaan di atas, sesungguhnya dua media tersebut mempunyai pola komunikasi, cara dan tujuan yang sama, yakni menggiring dan membentuk opini publik. Fenomena ini ditangkap secara cerdas oleh Peter L. Berger (Eryanto, 2000: 15), ia menyebutnya dengan istilah framing pemberitaan, yang definisi sederhananya wartawan “menceburkan” diri dalam memaknai suatu realitas. Hasil dari berita adalah produk dan proses interaksi yang bersifat dialektikal. Asumsi Peter Berger benar adanya, nilai suatu berita tidak bersifat independen. Pemberitaan dalam khazanah media Indonesia pasca Orde Baru, selalu penuh intrik dan kental intervensi. Intervensi siapa? Intervensi pemilik media yang memiliki kepentingan tertentu. Maka kritis terhadap pemberitaan, melek media sangat dituntut di era saat ini,jangan sampai diperdaya media!

kami seluruh kru SINERGI mengucapkan

selamat menempuh hidup baru kepada: HERMAN WAHYUDI (PIMRED SINERGI 2010-2011) dan NING SUHAIMI (BENDUM SINERGI 2011-2012) SEMOGA MENJADI KELUARGA YANG SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

17


KOLOM Menjual Ibu Laut Bak keledai jatuh berulang-ulang di lobang yang sama, sindikasi lembaga-lembaga di bawah Persatuan Bangsa-bangsa terus-menerus mempromosikan solusi salah menangani pemanasan suhu bumi dan perubahan iklim. Selayaknya proyek REDD (Reduced Emissions from Deforestation and Degradation) di hutan, kini didorong mekanisme tukar-guling antara emisi dan serapan karbon dari ekosistem pesisir dan laut melalui skema Pembiayaan Karbon Biru (Blue Carbon Fund).

P

rogram Lingkungan Hidup PBB (UNEP) dalam 2 publikasinya: ”Blue Carbon: The Role of Healthy Oceans in Binding Carbon” dan “A Blue Carbon Fund: The ocean equivalent of REDD for carbon sequestration in coastal states” menjabarkan dua komoditas Karbon Biru. Pertama, komoditas perairan laut. Dalam hal ini perairan laut diasumsikan sebagai media strategis yang mampu menyerap karbon (carbon sink). Kedua, komoditas ekosistem utama pesisir, diantaranya: padang lamun dan hutan mangrove. Karenanya, sejak penyelenggaraan World Ocean Conference 2009 di Manado, Global Ministerial Environment Forum 2010 di Bali hingga KTT Perubahan Iklim baru-baru ini di Paris, Perancis, skema Pembiayaan Karbon Biru terus didorong ke sejumlah Negara, termasuk Indonesia. Berkedok iklim Komodifikasi terhadap komoditas perairan laut dan ekosistem pesisir ke dalam skema offset adalah lompatan berpikir yang dapat membelokkan upaya global mengatasi akar soal krisis ekologis di wilayah pesisir dan laut. Di Indonesia misalnya, proyek berkedok mitigasi dan adaptasi perubahan iklim justru memperparah kerusakan lingkungan dan kehidupan nelayan. Sebagai contoh, ancaman naiknya muka air laut yang kerap diasosiasikan sebagai dampak perubahan iklim justru digunakan (sebagai pembenaran) memperluas pembangunan kota-kota pantai melalui reklamasi. Di Teluk Jakarta, proyek reklamasi dengan membangun 17 pulau baru membutuhkan lebih dari 3,3 miliar meter kubik material pasir yang diambil dari daerah lain. Sekitar 16 ribu nelayan berpotensi terganggu penghidupannya, ekosistem pesisir hancur, bahkan persoalan utama terkait penghen-

18

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

tian pencemaran di Teluk Jakarta nyaris tidak (lagi) menjadi perhatian. Proyek reklamasi serupa juga tengah berlangsung di Teluk Benoa, Bali, dan pesisir Makassar, Sulawesi Selatan. Kondisi kontraproduktif semacam itu juga terjadi dalam hal strategi dunia memerangi pencurian ikan dan proyek perluasan konservasi laut. Satu sisi, instrumen dunia untuk mendukung pemberantasan pencurian ikan terus bertambah, tetapi perdagangan ikan hasil curian dari perairan Indonesia ke berbagai Negara di dunia masih terus berlangsung. Sama halnya mobilisasi pembiayaan dari Bank Dunia, ADB, GEF, USAID untuk kegiatan konservasi laut terus bergulir. Tetapi, sanksi global terhadap perusahaan-perusahaan yang merusak lingkungan dan mencemari laut tidak justru semakin kuat. Sebaliknya, korporasi multinasional semacam Newmont dan Freeport semakin berani mengancam ataubahkan menggugat Negara berdaulat seperti Indonesia ke arbitrase internasional. Bahkan, tidak sedikit kegiatan konservasi laut lebih tertarik memfasilitasi perluasan investasi asing di sektor pariwisata, ketimbang melindungi kearifan lokal, ruang hidup dan penghidupan para nelayan. Menjual ibu Sejak abad XVI, nelayan-nelayan di Lamalera, Nusa Tenggara Timur percaya bahwa laut adalah Ibu. Dalam bahasa lokal mereka menyebutnya: “Ina soro budi, budi noro apadike. Pai pana ponu, te hama hama.” Laut adalah ibu yang membesarkan dan mengasihi. Karena itu, jaga dan peliharalah kelestariannya. Saat ini, Ibu-Laut sedang sakit keras, akibat pencemaran, pencurian ikan, hingga reklamasi pantai. Laut adalah Ibu, dan skema Pembiayaan Karbon Biru sedianya meminta kita menjual jasa Ibu-Laut

(baca: komoditas karbon biru) kepada pelaku perusak lingkungan laut (yang sama). Ke depan, Pemerintah Indonesia tidak perlu ikut-ikutan mempromosikan skema Pembiayaan Karbon Biru sehingga dapat fokus melindungi keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan nelayan Indonesia. Pertama, pemerintah harus terus memastikan agar korporasi (nasional dan multinasional) patuh terhadap perlindungan HAM dan keselamatan lingkungan. Caranya, terlibat aktif dalam memperkuat instrumen penegakan hukum baik di tingkat nasional, regional, dan internasional. Sebab faktanya, krisis di laut selalu bermula dari kebijakan ekonomi koruptif-eksploitatif di darat. Kedua, perlindungan kepada nelayan kecil dan perempuan nelayan harus segera diimplementasikan. Keteladanan Indonesia memperjuangkan dan menyepakati lahirnya instrumen internasional perlindungan nelayan kecil atau FAO Voluntary Guidelines on Small-scale Fisheries pada 2014 lalu, harus diikuti dengan kesungguhan menyejahterakan nelayan. Karenanya, RUU Perlindungan Nelayan perlu diperkuat dan disahkan dalam rangka memberi kepastian hak atas tanah pesisir bagi nelayan, lingkungan pekerjaan perikanan yang layak, akses terhadap pasar yang adil, hingga mobilisasi sumberdaya Negara untuk mendukung mitigasi dan adaptasi perubahan iklim ke kampung-kampung nelayan. Mengelola laut tidak lagi sekedar urusan ekonomi. Namun, telah digenapkan sebagai jalan kesejahteraan: mengakhiri ketimpangan, kemiskinan, kelaparan, dan pengangguran.

M. Riza Damanik Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia


E-JURNAL PEMBARUAN PEMIKIRAN ISLAM NURCHOLIS MADJID Basar Dikuraisyin Prorgram Studi al-Ahwal al-Syakhsiyyah Pascasarjana UIN Maliki Malang ABSTRAK : Tulisan ini membahas tentang ide-ide mengenai pembaruan Islam di era modern. Berangkat dari situasi yang tidak berjalan pada poros yang seperti yang seharusnya, pembaruan ide untuk menciptakan situasi genting dilakukan. Proposisi yang terjalin dalam tulisan ini adalah Islam adalah agama universal yang meliputi segala aspek, baik politik, ekonomi, industri dan ilmu pengetahuan ilmiah. Nurcholis Madjid merupakan salah satu tokoh pemikir Islam yang gelisah dengan kondisi ini, kemudian Ia merumuskan beberapa pikirannya tentang Islam yang haq. Ada tiga peembaruan pemikiran Islam yang harus dibenahi oleh umat Islam, yaitu : Perama, Modernisasi. Menurut Nurcholish Madjid agama Islam terlalu modern untuk zaman sekarang. Islam adalah agama yang secara sejati memiliki hubungan organik dengan ilmu pengetahuan dan mampu menjelaskan kedudukan ilmu pengetahuan tersebut dalam kerangka keimanan. Kedua, Sekuralisasi. Ialah menduniawikan nilai-nilai yang sudah semestinya duniawi, dan melepaskan umat Islam dari kecenderungan untuk meng-ukhrawi-kannya. Ketiga, desakralisasi. Yaitu tauhid yang mengandung makna pembebasan, yakni pembebasan dari segala obyek duniawi, moral maupun material berupa nilainilai dan benda-benda. Kata Kunci : Nurcholish Madjid, Pembaruan Islam dan Modern.

PENDAHULUAN

Pada awal abad ke-19 di sebagian kalangan intelektual muslim terpelajar timbul kesadaran untuk membawa ummat Islam kepada tingkat kemajuan sebagaimana yang pernah dicapainya di abad klasik, dan sekaligus mampu menghadapi tantangan modernisasi. Berbagai penyebab yang membawa kemunduran ummat Islam telah dikaji secara seksama dan berbagai solusi untuk mengatasinya juga telah dikemukakan. Pada abad ke-20 (sekitar tahun 1970an). Ide pembaruan seketika menyeruak

dalam kajian Islam. Tentu, hal ini adalah bentuk kegelisahan mendalam dari kalangan pemikir-pemikir Islam. Yang terus mengalami “ketertinggalan dan keterasingan” dari ilmu pengetahuan dan peradaban yang berjalan tanpa jawaban dari Islam itu sendiri. Ide pembaruan menjadi istilah yang mencurigakan. Satu sisi pembaruan Islam dicurigai anak kandung dari paham sekularisme. Di sisi yang sama, pembaruan juga disangka membawa wabah kepentingan politik tertentu yang mengarah pada usaha-usaha “memojokkan” peranan umat Islam. Kecurigaan inilah yang membuat penggagas ide pembaruan ketar-ketir. Dilihat dari aspek historis, gagasan pembaruan merupakan bagian dari siklus sejarah kehidupan manusia, bahwa manusia akan selalu berubah, baik sikap, perilaku dan mentalitas psikologis sosial maupun keagamaan. Tiap kurun waktu, ketika sebagian manusia sudah kehilangan arah, dan agama tidak lagi dijadikan sebagai tolak ukur dan pedoman, selalu ada yang terpanggil untuk menjadi pembaru (mujaddid) pada zamannya. Dalam konteks inilah, kiranya umat Islam harus selalu berupaya menggali dasar-dasar dalam doktrin Islam (al-Qur’an dan Sunnah) sebagai landasan memecahkan setiap dilema historis-empiris yang terjadi. Dengan cara pembaruan, atau lebih konkritnya upaya interpretasi teks-teks kitab suci, akan menjadikan Islam selalu sesuai selera zaman dan tidak usang tertutupi perkembangan. Pembaru akan berupaya memurnikan kembali berbagai pemikiran atau pemahaman menusia terhadap Islam, yang telah berada pada kondisi “takut”, karena taklid, jumud dan sebagainya. Pembaru itu memiliki missi ingin menampilkan kembali universalitas Islam yang telah mengalami reduksi, sehingga wajah Islam sebagai Rahmatan lil’alamin benar-benar terasa dan terwujudkan dalam kehidupan masyarakat di berbagai zaman dan masa.

Pemikiran pembaruan Islam hanya dapat diterangkan, bila pembaru memahami secara historis-kritis perkembangan pemikiran Islam dalam hubungannya dengan konteks sosial-budaya yang mengitarinya, karena tanpa mengaitkan dengan konteks, tidak pernah ada pembaruan. Teks-teks al-Qur’an dan al-Sunnah akan tetap seperti itu adanya, sedangkan peristiwa-perstiwa alam, ilmu pengetahuan dan teknologi akan terus menerus berkembang tanpa mengenal batas-batas aturan. Nurcholish Madjid adalah pemikir Islam yang mempunyai pengaruh kuat dan luas dalam sejarah intelektualisme Islam Indonesia. Pemikirannya membawa dampak yang amat luas dalam kehidupan keagamaan Islam, dan lebih dari itu ia bahkan menjadi rujukan serta kiblat kaum intelektual Muslim Indonesia. Salah satu bukti betapa kuatnya pengaruhnya ialah ia berhasil mengembangkan wacana intelektual dikalangan masyarakat Islam secara modern, terbuka, egaliter, dan demokratis.

BIOFRAFI CAK NUR

Nurcholis Madjid (Cak Nur, read), lahir di Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur, 17 Maret 1939 M (26 Muharram 1358 H). Ayahnya bernama KH. Abdul Madjid, seorang ulama terkemuka di kalangan NU. Dia merupakan Kyai alim alumni pesantren Tebuireng dan termasuk dalam keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU), yang secara personal memiliki hubungan khusus dengan K.H Hasyim Asy’ari. Di tingkat dasar, Cak Nur telah mengenal dua model pendidikan. Pertama, pendidikan dengan pola madrasah, yang sarat dengan penggunaan kitab kuning sebagai bahan rujukannya. Kedua, Cak Nur juga memperoleh pendidikan umum secara memadai, sekaligus berkenalan dengan metode pengajaran modern. Selepas menamatkan pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat (SR) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) pada tahun 1952, Cak Nur melanjutkan pada jen-

Ahmad A. Sofyan kk, Gagasan Cak Nur, (Jakarta : Paramadina, 1998), hlm. 83-84. QS. Ali Imran (3) : 18-19. Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan, (Jakarta : Paramadina, 1995), hlm. 45 Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis Tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan, Cet. Ke-.V (, Jakarta : Paramadina, 2005) hlm. 435 Mamuel P. Huntington, The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order, di terjemahkan oleh M. Sadat Ismail dengan judul, Benturan Antar peredaban dan Masa Depan Politik Dunia, Cet. Ke-XI (Yogyakarta : Qalam, 2005), hlm. 95.

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

19


E-JURNAL

jang yang lebih tinggi. Pesantren Darul ‘Ulum Jombang menjadi pilihan ayahnya dan dipatuhi oleh Cak Nur. Namun di pesantren ini, Cak Nur diejek habis-habisan oleh temannya karena kiprah politik ayahnya yang Masyumi. Sehingga Cak Nur dipindah ke Pondok Pesantren Darussalam KMI (Kulliyat Mu’alimien al Islamiah) Gontor Ponorogo pada tahun 1955. Gontor memberi Cak Nur suasana yang lebih liberal, baik dalam memilih penghayatan keagamman NU atau Muhammadiyah maupun dalam partisan politik. Pengayaan bahasa yang tak hanya Arab, tapi juga Inggris, Perancis menjadi menjadi pintu masuk pengetahuanya terhadap literature-literature modern dan membuka horizon pemikirannya terhadap berbagai tema dunia modern. Selama menjalani aktifitas kemahasiswaannya, Cak Nur aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan. Diantaranya adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan sekaligus pernah menjadi Ketua Umum Pengurus Besar (PB) HMI selama dua periode sejak 1966-1969 dan 1969-1971). Pada tahun 1967-1969, ia menjadi Presiden Mahasiswa Islam Asia Tenggara, dan Sekretaris Jenderal International Islamic Federation of Students Organizations tahun 1969-1971. Sejak 1978 ia melanjutkan studinya di University of Chicago USA dan meraih gelar Doktor (Ph.D Study Agama Islam) pada tahun 1984 dengan disertasi berjudul “Ibn Taimiyah on Kalam and Falsafah: Problem of Reason and Revelation in Islam”, (Ibn Taimiyah Tentang Kalam dan Filsafat: Suatu Persoalan Hubungan Antara Akal dan Wahyu Dalam Islam). Setelah kembali ke tanah air pasca menyelesaikan studinya di AS, Cak Nur kemudian mendirikan Yayasan Wakaf Paramadina. Selain menjadi staf pengajar di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak 1972, Cak Nur juga menjadi Guru Besar tamu pada McGill University, Montreal, Canada tahun 1991-1992. Cak Nur menjadi Ketua Yayasan Paramadina sejak 1985, dan mejadi Rektor Universitas Paramadina Mulya sejak 1998-2005. Dan Nurcholis Madjid wafat Pada 29 Agustus 2005.

PEMIKIRAN PEMBARUAN ISLAM NURCHOLISH MADJID

Islam Universal: Sebuah Penghantar Agama Islam akan selalu sesuai dengan segala zaman dan tempat apapun (Al-Islamu shalihun li kulli zamanin wa al-makan). Statemen ini sering dilontarkan pemikir muslim yang dibuktikan melalui pengamatan bahwa Islam adalah agama yang paling banyak mencakup berbagai ras dan kebangsaan, dengan kawasan pengaruh yang meliputi hampir semua ciri klimatologis dan geografis adalah agama Islam. Inilah yang menjadi keyakinan Nurcholish Madjid, menurutnya Islam sejalan dengan semangat kemanusiaan universal. Maksud dari universalisme islam adalah seluruh pelaksanaannya harus disesuaikan dengan pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan sosio-kultural masyarakat yang bersangkutan. Dalam konteks Indonesia, maka harus juga dipahami kondisi riil masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan termasuk lingkungan politik dalam kerangka konsep “Negara-bangsa”. Nurcholish Madjid banyak mengutip pandangan-pandangan Ibnu Taimiyah, yang memang banyak memberikan penjelasan inklusivisme dan universalisme Islam, antara lain: Al-Islam ialah persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah, yang mencakup (pengertian) ibadah kepada Allah saja dan meninggalkan ibadat kepada yang lain. Inilah ‘Islam Umum’ (al Islam al ‘amm) yang selain dari itu Allah tidak menerima sebagai agama dari umat terdahulu maupun umat kemudian, sebagaimana difirmankan Allah, ‘Allah bersaksi bahwasanya tiada Tuhan selain Dia, begitu pula para malaikat-malaikat dan orang –orang yang berpengetahuan yang tegak dan jujur (adil). Tidak ada Tuhan selain Dia Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya agama disisi Allah ialah al Islam. Menurut Nurcholish Madjid, agama an sich bernilai mutlak, tidak berubah menurut perubahan waktu dan tempat. Tetapi budaya, dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Agama merupakan sesuatu yang primer, sementara budaya menggambarkan yang sekunder. Budaya dapat merupakan ekspresi hidup keagamaan, karena itu sub-ordinate terhadap agama, namun tidak pernah terjadi sebaliknya, yaitu agama berdasarkan budaya. Maka, agama adalah absolut, berlaku untuk setiap ruang dan waktu, dan budaya adalah relatif, terbatasi oleh ruang dan waktu.

Dalam hal ini, Islam kultural tidak mengharuskan terbentuknya negara Islam. Menurut pemikiran ini, yang paling penting adalah dilaksanakannya nilainilai substansi Islam, seperti keadilan, kesamaan, partisipasi, dan musyawarah. Dalam istilah Nurcholish Madjid, Islam kultural ini kemudian menjadi jelas dengan sekularisasi atau desakralisasi dan penolakan terhadap negara Islam. Berikut ini beberapa pemikiran Cak Nur yang membawa pengaruh besar pada rekonstruksi pemikiran Islam dan dinamisasi semangat keislaman di Indonesia.

Modernisasi

Modernisasi muncul sebagai sejarah penaklukan nilai-nilai lama abad pertengahan oleh nilai-nilai baru modernis. Kekuatan rasional digunakan untuk memecahkan segala persoalan kamanusiaan dan menguji kebenaran lain seperti wahyu dan mitos tradisional. Sebagai hasil penelitian kebudayaan, modernisasi benar-benar menjelma sebagai prasyarat ilmu pengetahuan yang terus berkembang mengikuti zamannya. Jika modernisasi merupakan produk perkembangan ilmu pengetahuan, maka Islam menurut Cak Nur adalah agama yang sangat modern bahkan terlalu modern untuk zamannya. Karena Islam adalah agama yang secara sejati memiliki hubungan organik dengan ilmu pengetahuan dan mampu menjelaskan kedudukan ilmu pengetahuan tersebut dalam kerangka keimanan. Maka kaum Muslim hendaknya yakin bahwa Islam bukan saja tidak menentang ilmu pengetahuan, tetapi justru menjadi pengembangannya dan tidak melihat perpisahan antara iman dan ilmu. Sebelum memasuki substansi dari ide modernisasi, Cak Nur memberikan pengertian yang mudah tentang modernisasi. Menurutnya, modernisasi ialah pengertian yang identik, atau hampir identik, dengan pengertian “rasionalisasi”. Lebih jelas lagi, modernisasi berarti proses perombakan pola berpikir dan tata kerja lama yang tidak aqliah (rasional), diganti dengan pola berpikir dan tata kerja baru yang aqliah. Kegunaanya ialah untuk memperoleh daya-guna dan efisiensi yang maksimal. Jadi sesuatu dapat disebut modern, kalau ia bersifat rasional, ilmiah dan bersesuaian dengan hukum-hukum alam. Dalam menetapkan penilaian tentang

Ahmad A. Sofyan kk, Gagasan Cak Nur, (Jakarta : Paramadina, 1998), hlm. 83-84. QS. Ali Imran (3) : 18-19. Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan, (Jakarta : Paramadina, 1995), hlm. 45 Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis Tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan, Cet. Ke-.V (, Jakarta : Paramadina, 2005) hlm. 435 Mamuel P. Huntington, The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order, di terjemahkan oleh M. Sadat Ismail dengan judul, Benturan Antar peredaban dan Masa Depan Politik Dunia, Cet. Ke-XI (Yogyakarta : Qalam, 2005), hlm. 95.

20

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016


modernisasi, harus berorientasi pada nilai-nilai besar Islam. Karena pada hakikatnya modenisasi adalah suatu keharusan, dan merupakan pelaksanaan perintah serta ajaran Tuhan. Maka modernisasi yang dimaksudkan oleh Cak Nur, tertumpu pada sikap Qur’ani, yaitu : 1.Allah menciptakan seluruh alam ini dengan haq, bukan dengan bathil. (QS. 16 : 3 dan 38 : 27) 2.Dia mengaturnya dengan peraturan-peraturan ilahi yang menguasai dan pasti (QS. 7 : 54 dan 25 : 2) 3.Sebagai buatan Tuhan maha pencipta, alam ini adalah baik, menyenangkan, dan harmonis (QS. 21:7 dan 67 : 3) 4.Manusia diperintah oleh Allah untuk mengamati dan menalaah hukum-hukum yang ada dalam ciptaan-Nya (QS. 10 : 101) Dari sikap diatas, modernisasi berarti berfikir dan bekerja menurut fitrah (sunnatullah) atau hukum ilahi yang haq (sebab, alam adalah haq). Sepintas, arti modernisasi bisa diambil titik singgung antara pemahaman Cak Nur dengan teks al-Quran diatas, yaitu modernisasi berada dalam suatu proses yaitu proses penemuan kebenaran-kebenaran yang relatif, menuju ke penemuan kebenaran Yang Mutlak, yaitu Allah sesuai dengan ayat al-Quran. yang Artinya : “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?”,

Jadi tujuan akhir manusia adalah kebenaran akhir (Ultimate Truth) yaitu Tuhan itu sendiri atau disebut kebenaran Ilahi. Maka seorang Muslim mestinya menjadi Muslim yang terbuka dengan menerima kebenaran-kebenaran baru dari orang lain, dengan penuh keyakinan kepada Allah. Akan tetapi, Cak Nur memberikan batasan-batasan dalam memahami kebenaran. Tidak semua kebenaran harus didapat melalui rasionalisasi, kebenaran yang dimaksud Cak Nur adalah kebenaran yang bersifat insani, yang tentu memiliki titik relativitas. Karena kebenaran yang sebenarnya adalah kebenaran yang didapat melalui wahyu. Hakikat zaman modern menurut Nurcholis Madjid bukan karena kebaruannya yang seolah-olah tidak ada lagi tahap yang berikutnya, modern mengisyaratkan penilaian tertentu yang cenderung

E-JURNAL

positif (modern berarti maju dan baik). Bagi Nurcholis Madjid, menjadi modern juga berarti progresif dan dinamis, jadi tidak dapat bertahan kepada sesuatu yang telah ada, karena itu bersifat merombak tradisi-tradisi yang tidak benar, tidak rasional, tidak ilmiah, tidak sesuai dengan hukum alam. Dalam memposisikan Islam dengan moderitas yang oleh kebanyakan orang dinilai dikotomis, mestinya kita kembali melihat Islam dalam semangatnya yang lebih dalam. Islam adalah sebuah agama yang mempunyai watak, visi, dan pandangan yang ke arah kemajuan. Islam justru sangat memuka peluang dan memberi tempat pada modernitas. Dalam hal ini masyarakat Islam bisa saja hidup di alam kemodrenan dengan tetap mempertahankan dan memegang teguh nilai-nilai agama yang di anut. Menjadi modern itu tidak harus menghalangi seseorang untuk tetap teguh dan kaffah dalam menjalankan ajaran agamanya. Fraseologinya seseorang bisa menjadi modern dengan tetap setia kepada Islam.

Sekuralisasi

Sekuralisasi menjadi bagian pemikiran Cak Nur yang mendapatkan banyak reaksi keras oleh para golongan muslim. Cak Nur ingin menjelaskan bahwa antara sekularisasi dan sekularisme merupakan dua hal yang berbeda. “Sekularisasi” cenderung kepada “sebuah proses”, sedangkan “sekularisme” dengan ismenya merupakan bentuk kepercayaan yang dianggap sebagai padanan agama, seperti yang ada pada dua ideologi besar dunia, sosialisme-komunis dan kapitalisme-sekuler yang dalam prosesnya berusaha melepaskan ketergantungan manusia dari asuhan agama. Sekularisasi tidaklah dimaksudkan sebagai penerapan sekularisme dan merubah Muslim menjadi sekularis. Tetapi dimaksudkan untuk menduniawikan nilai-nilai yang semestinya bersifat duniawi dan melepaskan umat Islam dari kecenderungan untuk mengukhrawikannya. Sekularisasi adalah proses sosiologis yang bukan upaya “memisahkan” duniawi dan ukhrawi, melainkan sebagai sarana bagi umat Islam untuk membedakan di antara keduanya. Bahkan Cak Nur memasukkan dimensi baru ke dalam konsep sekularisasi, yaitu dimensi tauhid. Dalam pandangannya, sekularisasi

merupakan konsekuensi dari tauhid. Tauhid itu sendiri menghendaki pengarahan setiap kegiatan hidup untuk Tuhan dalam upaya mencari ridha-Nya, yang justru merupakan sakralisasi kegiatan manusia. Dengan demikian, sakralisasi mengandung makna pengalihan sakralisasi dari suatu obyek alam ciptaan (makhluk) menuju Tuhan Yang Maha Esa. Gagasan sekularisasi merupakan respon gagasan dan pemikiran Islam, Cak Nur terhadap fenomena sosial politik yang berkembang pada awal rezim orde baru. Pada saat yang sama merupakan jawabannya terhadap ajakan untuk senantiasa berani melakukan ijtihad, termasuk dalam menghadapi dan merespon persoalan-persoalan Indonesia kontemporer. Secara sosiologis, sekularisasi adalah manifestasi pandangan manusia sebagai khalifah Allah. Dunia dan alam diserahkan kepada kebebasan dan tanggungjawab manusia, untuk di manfaatkan. Maka seperti yang di katakan NM, sekularisasi adalah pembebasan dari asuhan agama, sebagai cara beragama secara dewasa, beragama dengan penuh kesadaran dan pengertian, tidak sekedar konfensional belaka. Dalam hal penggunaan istilah sekularisasi diatas, Cak Nur seakan ingin memberikan sebuah pemahaman tentang pentingnya membedakan agama dan paham keagamaan. Menurut Cak Nur, agama dan paham keagamaan adalah sesuatu yang berbeda. Agama adalah sesuatu yang mutlak karena berasal dari Tuhan, yang maha mutlak, tetapi pemahaman keagamaan, cara manusia memahami agama tersebut terdapat unsur-unsur yang berbeda dalam lingkungan daya dan kemampuan manusia untuk melaksanakannya. Daya dan kemampuan manusia adalah bernilai manusiawi, karena ia berada pada diri manusia itu sendiri. Pemahaman keagamaan menurut Cak Nur lahir dari pada usaha-usaha keras (ijtihad) manusia terhadap pesan-pesan yang di sampaikan Tuhan, sehingga jelas mengisyaratkan adanya intervensi manusia dalam mamahami agama itu sendiri. Pemahaman terhadap agama itu sendiri, oleh Cak Nur tidak boleh disaklarkan, sehingga diperlukan secara kontinyu usaha-usaha membangkitkan kembali ilmu pengetahuan yang telah hilang di masa-masa kejayaan masyarakat salaf untuk memahami kembali pesan-pesan agama.

Ahmad A. Sofyan kk, Gagasan Cak Nur, (Jakarta : Paramadina, 1998), hlm. 83-84. QS. Ali Imran (3) : 18-19. Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan, (Jakarta : Paramadina, 1995), hlm. 45 Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis Tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan, Cet. Ke-.V (, Jakarta : Paramadina, 2005) hlm. 435 Mamuel P. Huntington, The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order, di terjemahkan oleh M. Sadat Ismail dengan judul, Benturan Antar peredaban dan Masa Depan Politik Dunia, Cet. Ke-XI (Yogyakarta : Qalam, 2005), hlm. 95.

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

21


Umat Islam sekarang, menurut Cak Nur cenderung memahami Islam hanya dari satu sisi ilmu tradisional Islam saja, yakni ilmu fiqih yang hanya membidangi segi-segi formal peribadatan dan hukum, sehingga tekanan orientasinya sangat eksoteristik, mengenai hal-hal lahiriah. Sementara ilmu-ilmu tradisional Islam lain, yakni Falsafah, Kalam, dan Tasawuf masih kalah mendalam dan meluas. Nampaknya Cak Nur menginginkan umat Islam tidak secara parsial memahami Islam dengan hanya menakankan pada masalah fiqhiyah. Apalagi fiqih itu sendiri tak lebih merupakan usaha-usaha ulama dalam mengkontektualisaikan ajaran Islam. Secara logis karena ulama itu sendiri adalah manusia, maka tafsiran ulama tersebut tidak bisa dilepaskan dari sifat kemanuisaannya, dan tak pantas dianggap absolut. Karena mengabsolutkan pikiran ulama – sama artinya mengobsolutkan sesuatu selain Tuhan – secara theologis bisa berakibat pada kesyirikan kepada Allah, Tuhan yang maha absolut. Inilah titik pangkal semangat istilah sekularisasi.

Desakralisasi

Ide desaklarisiasi Cak Nur berpangkal pada semangat perkataan “Tauhid”../../ DATA MAS/Al-Ahwal Al-Syahsiyyah Pasca/Semester 1/Makalah Studi Pendekatan Islam/NURCHOLISH MADJID DAN PEMBARUAN ISLAM _ Rullyasrul83’s Blog.htm - _ftn33 yang mengandung makna pembebasan, yakni pembebasan dari segala obyek duniawi, moral maupun material berupa nilainilai dan benda-benda. Jadi sederhananya, Tauhid yang mengajarkan sikap memahaesakan Tuhan itu memiliki konsekusensi pembebasaan diri dari segela sesuatu yang membelenggu selain Tuhan. Disebutkan dalam kitab suci bahwa manusia harus meletakkan dirinya dalam keimanan, karena dia secara alami dan merupakan sifat bawaan untuk cenderung kepada kebenaran (hanif-an) karena manusia secara alami adalah lurus. Kecederungan tersebut adalah konsekuensi sifat alami manusia yang telah ditanamkan dalam manusia. Sifat alami kepada kelurusan tak dapat di ubah dan bukan merupakan hal yang dapat di ubah selamanya, karena merupakan sifat perennial pada manusia.../../DATA MAS/Al-Ahwal Al-Syahsiyyah Pasca/Semester 1/Makalah Studi Pendekatan Islam/NURCHOLISH

E-JURNAL

MADJID DAN PEMBARUAN ISLAM _ Rullyasrul83’s Blog.htm - _ftn35 Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Perkataan Tauhid dan masalah percaya kepada Tuhan yang maha Esa masih harus di bicarakan kembali, sebab ada kesan bahwa ber-Tauhid hanyalah berarti percaya kepada Tuhan. Ternyata jika kita teliti lebih mendalam dan teliti al-Qur’an, tidaklah sepenuhnya demikian. Masih ada hal penting yang harus diikuti dari semangat perkataan Tauhid itu, yakni menghilangkan paham syirik, paham yang menganggap Tuhan memiliki serikat atau sekutu. Inilah salah satu bentuk semangat Tauhid yang belum sepenuhnya mendasari konsekuensi logis paham ke-Tuhan-an. Cak Nur mencontohkan hal tersebut dengan orang-orang musyrik di Makkah yang dalam al-Qur’an digambarkan, mereka juga percaya kepada Allah[38], namun mereka tidak bisa dikatakan sebagai kaum beriman (al-mu’minun) dan kaum bertauhid al-muwahhidun), tapi sebaliknya disebut kaum yang mempersekutukan Tuhan atau memperserikatkan Tuhan (al-musyrikun, penganut paham syirik, yakni oknum yang menyertai Tuhan dalam hal keilahian. Padahal merekapun tahu dan sadar betul bahwa sekutu Tuhan itu adalah ciptaan Tuhan juga, bukan Tuhan itu sendiri. Dan sungguh jika kamu (Muhammad) bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan mereka (sesama manusia yang mereka sembah selain dari Allah it?), niscaya mereka menjawab, “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari kebenaran)? Tradisi masyarakat Arab seperti yang digambarkan al-Qur’an diatas memberikan gambaran bahwa, percaya kepada Allah tidak dengan sendirinya berarti tauhid. Sebab percaya kepada Allah itu masih ada kemungkinan percaya kepada yang lain-lain sebagai peserta Allah dalam keilahian, Dan inilah problem manusia. Jika manusia tidak melakukan ketundukan dan kepasrahan kepada Tuhan secara mutlak, maka yang terjadi adalah manusia pasti akan tunduk kepada yang relatif. Manusia harus memperkuat ikatan dengan Tuhannya sehingga manusia

dapat terbebaskan dari ikatan-ikatan atau dominasi sesuatu yang derajatnya lebih rendah dari manusia itu sendiri. Yaitu manusia yang sikap tauhidnya belum tercemari oleh nafsu pemujaan terhadap berhala materi. Kalimat La ilaha illallah merupakan kalimat persaksian. Mengucapkan dan meyakini syahadat adalah bagian dari aqidah, karena merupakan suatu yang fundamental. Kualitas seorang Muslim amat ditentukan oleh kadar kesaksian dan kedalaman pemahamannya terhadap kalimat syahadat itu. Tentunya dengan segala konsekuensi desaklarisasi dari segala bentuk – yang biasa disebut NM dengan – tuhan (dengan t kecil) selain Tuhan (dengan T besar) yakni Allah. Dan sesungguhnya inilah tauhid yang benar. Oleh karena itu, manusia pada umumnya yang telah memiliki kepercayan kepada Tuhan, proses pembebasan itu tidak lain dengan melakukan pemurnian kepada Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri. Pertama melepaskan diri dari kepercayaan kepada sesuatu yang palsu, dan kedua dengan memusatkan kepercayaan hanya kepada yang benar. Semangat inilah yang sesunguhnya dikandung oleh kalimat syahadat, yang bagaikan suatu gerbang yang secara formal wajib diikrarkan bagi sesorang yang menyatakan diri memeluk Islam. Pernyataan ini sebetulnya bukan sesuatu yang baru dalam diri manusia, melainkan hanya menegaskan, mengingatkan dan mengungkapkan kembali benih monoteisme yang telah tertanam dalam diri manusia dan sesungguhnya merupakan fitrah manusia. Kalimat tersebut (kalimat tauhid) merupakan sekedar penegasan kembali, karena sebelum dilahirkan telah ada perjanjian antara manusia dengan Tuhan yang oleh NM disebut sebagai perjanjian “primordial” dan karenanya dianggap bagian dari fitrah manusia itu sendiri.

Ahmad A. Sofyan kk, Gagasan Cak Nur, (Jakarta : Paramadina, 1998), hlm. 83-84. QS. Ali Imran (3) : 18-19. Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan, (Jakarta : Paramadina, 1995), hlm. 45 Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis Tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan, Cet. Ke-.V (, Jakarta : Paramadina, 2005) hlm. 435 Mamuel P. Huntington, The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order, di terjemahkan oleh M. Sadat Ismail dengan judul, Benturan Antar peredaban dan Masa Depan Politik Dunia, Cet. Ke-XI (Yogyakarta : Qalam, 2005), hlm. 95.

22

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016


INSPIRATIF

Syafiq, BELAJAR BERPRESTASI KUNCINYA MENJEMPUT BOLA

Jabatan sebagai Dekan Fakultas di sebuah Perguruan Tinggi Negeri adalah prestasi mulia. Hanya orang-orang pilihan yang dipercaya mengembannya. Bukan sebatas ukuran keilmuan, namun prinsip, jati diri, hitam-putih perjalanan hidup merupakan rentetan nuansa sejarah yang mesti disorot. Pada Sosok kali ini, akan menggambarkan tentang figur tersebut.

S

ewaktu kecil, Syafiq Mahmadah Hanafi menghabiskan Sekolah Dasar di Desa Bumi Ayu, Brebes Jawa Tengah. Tradisi daerah yang mengharuskan anak SD sekolah sambil mengaji, membuatnya mendapat pengalaman hidup di desa terpencil. Disana Ia diajarkan ilmu agama selama enam tahun penuh dan tinggal bersama kakek-neneknya. Didikan keduanya yang

ketat dan keras, menjadikan Syafiq giat belajar dan mendapat predikat siswa terbaik. Prestasi Syafiq terus berlanjut sampai ke tingkat SLTA yang ditamatkan di Yogyakarta. “SD saya lalui di desa, di bidang akademik saya selalu juara kelas sampai nilai ijazah mendapatkan nilai tertinggi, dan di bidang olahraga saya juara tenis meja dan sepak bola”, tuturnya. “Orang tua saya adalah orang tua yang

tidak pernah menyuruh saya untuk belajar walaupun sudah duduk di bangku kuliah, tapi saya berfikir bahwa belajar ialah untuk kita sendiri”, ucapnya saat diwawancari di ruang dekan fakultas syariah dan hukum. Memiliki banyak prestasi, ternyata tidak menjamin mudah masuk perguruan tinggi. Sempat mengikuti seleksi di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta pata tahun 1988, namun tidak Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

23


INSPIRATIF diluluskan. Akhirnya di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (UIN), Ia memulai dunia pendidikannya yang baru. Penasaran, setahun setalah itu kembali mengikuti tes di UGM tahun 1989, dan diterima. Jadilah Ia kuliah doble university. Akan tetapi, benturan jadwal dan tidak maksimalnya waktu serta tenaga, mambuatnya harus menghentikan kuliah di UGM dan menyelesaikan di UIN. Alasan mendahulukan UIN, karena jurusan yang diambil adalah Peradilan Agama yang memiliki peluang kerja lebih sesuai dengan hobinya. “Saya berpikir sederhana, orang kalau kuliah gelar S1 itu pilihannya ada empat. Jadi dosen, hakim atau jaksa dan pengacara”, terangnya Selain kuliah, di sela-sela waktunya Ia mendapati waktu yang masih banyak terbuang meski saat itu mengambil kuliah dua kampus, namun karena jadwal yang berbanturan, banyak waktu luang. Terbesitlah untuk mencari organisasi untuk menambah pengetahuannya. Di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menjadi pilihannya, Ia menjadi anggota saat berada di semester tiga. “Saya saat itu berpikir kuliah kok ringan banget, kuliah-pulang kalau mau ke perpustakaan tinggal berangkat, tapi saya berpikir kuliah monoton sekali dan akhirnya saya mencari organisasi”, ceritanya diingiringi tertawa bareng Tim Reporter. Baru se tahun di HMI, Syafiq muda, tepatnya di semester lima, sudah dipercaya menjadi Ketua Umum Ko-

misariat Fakultas Dakwah. Karena keseriusan dan jiwa militansinya, Ia dipilih secara mufakat. Dari sanalah, jiwa kepemimpinan mulai tumbuh subur dan menguatkan pribadi Syafiq. Tidak hanya sampai disitu, setelah menyelesaikan tanggungjawab sebagai ketua, Ia ditarik ke tingkatan cabang, yaitu di HMI Cabang Yogyakarta dan terakhir di Badan Kordinasi Jawa Tengah. “Lima tahun saya habiskan di HMI”, katanya. Selesai di HMI dan menyelesaikan strata pertama, pada tahun 1997, Syafiq diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil sebagai kelulusannya pada program pembibitan dosen dan merintis karir di Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga. Namun kecintaannya pada ilmu, menjadikan Ia ingin melahap tingkat demi tingkat jenjang pendidikan yang disediakan. Pendidikan magisternya dilanjutkan di UIN dan Doktoralnya diselesaikan di Universtas Islam Indonesia Yogyakarta, mengambil jurusan Ekonomi. Saat ini, Syafiq dipercaya menjadi Dekan Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga, kepercayaan yang tidak pernah diidam-idamkan sebelumnya. Namun ilmu yang dimiliki dan pengalaman mengajar di beberapa mata kuliah, membuat banyak civitas perguruan tinggi salut kepadanya. “Ilmu agama menjadi modal berharga untuk menguasai ilmu-ilmu lain. Doa orang tua dan kerabat adalah cambuknya. Belajarlah”, Tuturnya.

A. DATA PRIBADI Nama : Dr. Syafiq Mahmadah Hanafi, S.Ag., M.Ag. TTL : Yogyakarta, 18 Mei 1967 Alamat : Jl. Gurami 13 Nitikan Yogyakarta, 55162 Telp. (0274) 385370, Mobile 08164225623 Jabatan : Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan kalijagaYogyakarta B. PENDIDIKAN - SDN Linggapura I Linggapura Tonjong Brebes 1980 - SMPN V Yogyakarta 1983 - PM. Gontor Ponorogo 1987 - SMA Yanuris Linggapura Tonjong Brebes 1988 - Fakultas Syariah, Peradilan Agama IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 1994 - Program Pascasarjana, Hukum Bisnis Islam IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2003 - PPs. Program Doktor Ilmu Ekonomi (PDIE) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta C.PENGALAMAN ORGANISASI - Ketua umum HMI Komfak Syariah 1990-1991 - Ketua PAO HMI Cabang Dagen 1991-1992 - Staf Depertemen HMI Badko Jabateng 1992-1993

By : Umarul Faruq

KRU SINERGI MENGUCAPKAN

SELAMAT ATAS DIWISUDANYA UMARUL FARUQ (Pimpinan Umum Sinergi 2015-2016)

SEMOGA ILMU YANG DIGAPAI BARMANFAAT UNTUK AGAMA, BANGSA DAN NEGARA

24

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016


POJOK JOGJA

I

KAMI BUKAN PREMAN

stilah pengamen memang tidak asing bagi warga Indonesia khususnya warga Yogjakarta. Di Yogjakarta, pengamen sangat mudah ditemukan, terutama di tempat-tempat umum seperti malioboro, alun-alun kidul, alun-alun utara atau di perempatan. Dalam perspektif tertentu, mengamen adalah bentuk ekspresi seni yang diwujudkan dengan tujuan pemenuhan kebutuhan hidup namun menurut perspektif lainnya mengamen adalah salah satu bentuk persoalan sosial. Bagai mengurai benang kusut, Pemerintah cukup kesulitan dalam menangani persoalan pengamen. Hal ini di sebabkan karena Dinas Sosial tidak memiliki kriteria yang jelas untuk mengklarifikasi mengamen sebagai ekspresi seni dengan mengamen sebagai persoalan sosiaL seprti tindak premanismel sehingga seharusnya pihak Pemerintah melakukan pemantauan secara intensif terhadap para pengamen. “Terkadang pengmen itu keratif, metodenya tidak meminta-minta kayak pengamen biasanya” ujar kepala UPT Malioboro, Syarif Teguh. Fenomena pengamen memang menuai tanggapan yang bervariasi dari warga. Ada warga yang merasa terganggu dan resah dengan adanya pengamen namun ada juga warga yang menanggapinya dengan santai dan biasa-biasa saja. Keresahan terhadap pengamen disebabkan karena ketika si pengamen meminta uang dan warga menolak, tak jarang si pengamen mengucapkan kata-kata kotor

atau bahkan sampai menggunakan kekerasan namun juga banyak pengamen yang melakukan pekerjaannya dengan santun tanpa menggunakan kata-kata kotor atau tindak kekerasan walaupun tidak mendapat imbalan uang. “Terganutng mas, ya macem-macem lah kadang ada pengamen malak gitu” ujar Trisno, pengunjung alaun-alun Utara. Tindak kekerasan yang dilakukan pengamen saat meminta imbalan tergolong perilaku premanisme dan sangat meresahkan masyarakat. Masyarakat sangat terganggu dan resah karena banyaknya pengamen di lingkungan sekitar. Untuk menanggulangi persoalan ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan. “Kita pernah melakukan audiensi untuk memilah pengamen karena menjadi pokok ikon sebagai kota pariwisata. Kemarin kami telah membahas tentang relokasi pengamen sebagai wadah seni dan budaya seperti pembatasan jumlah pengamen angklung dengan pemetaan-pemetaan titik mengamen ”. lanjut Syarif Menurut salah satu pengamen yang enggan disebut namanya dalam salah satu wawancara Sinergi, bahwa motivasi mereka mengamen adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup anak istri. Pengamen itu telah mengamen sejak dua tahun yang lalu. Penghasilan rata-rata yang dia dapat setiap hari mencapai kisaran 70.000 – 80.000 jika sedang ramai. Sudah jatuh tertimpa tangga, peribahasa ini nampaknya sesuai dengan kehidupan para pengamen. Di siang hari, terik ma-

tahari membakar kulit mereka, keringat bercucuran dan di malam hari mereka berpacu dengan waktu, dingin membelai halus leher mereka namun mereka tak sempat merasa kepanasan ataupun kedinginan karena mereka sedang sibuk mengais uang receh untuk keluarga yang sedang menunggu dirumah. Tak cukup dengan cobaan fisik, mereka masih harus menerima pandangan miring dari berbagai elemen masyarakat yang menganggap mereka sebagai persoalan sosial hanya karena ucapan kotor atau tindak kekerasan pengamen lain terhadap warga. Suatu perbuatan yang tidak mereka lakukan. Sebenarnya warga sangat berharap terhadap pemerintah agar dapat mengentaskan para pengamen ke kehidupan yang lebih layak. Karena realitanya pengamen tidak hanya terdiri dari golongan dewasa namun banyak sekali ditemukan anak-anak di bawah umur yang putus sekolah atau orang tua yang telah lanjut usia yang memilih mengamen untuk menyambung hidup karena belum memiliki keterampilan atau kondisi fisik yang sudah tidak mungkin melakukan pekerjaan berat.

Reporter : Arul by : Fahmi

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

25


SERAMBI

A

Sinergi Adakan Bedah Film

khir bulan Desembar 2015 Lembaga Pers Mahasiswa Islam ( LAPMI ) Sinergi mengadakan Bedah Film yang bertempat di sekre baru Sinergi Sapen GK 1/ 513 Demangan, Gondokusuman Yogyakarta. Acara dilaksanakan hari rabu,23 desember2015 dari jam 19.30 WIB sampai dengan 22.00 WIB ini, sekitar 50 peserta memenuhi tempat yang disediakan panitia, di antaranya yaitu perwakilan kohati, teman-teman HMI komisariat ( Fishum, Tarbiyah, Dakwah, Akakom, Ahmad Dahlan, Ushuluddin ) dan juga oleh kader organ tetangga yaitu PMII. Tidak tangung-tanggung, pengurus sinergi membedah tiga Film sekaligus, yakni Njuk Piye, Kudanan Lambe, Unjukan dan menghadirkan langsung orang yang membuat film sekaligus aktor utama film sebagai pemateri, Mas Buyung sebagai produser dan mas sofyan sebagai aktor utamanya. Acara bedah film tersebut tergolong sangat lancar, tak ada kendala yang menghambat baik itu kendala finansial ataupun teknis karena kekompakan teman-teman pengurus dalam mempersiapkan dan menkonsep acara meski persiapan mereka hanya lima hari sebelum acara diselengarakan. Acara bedah film ini adalah bagian dari program rutin pengururs Litbang (Peneltian dan Pengembangan) dua minggu sekali. Bedah film tersebut dibagi tiga tahap, pertama pemutaran film Unjuk Piye, Kedua kudanan Lambe, dan yang terakhir Unjukan. Setelah film judul pertama selesai ditampilkan diteruskan dengan diskusi atau membedahnya demikian juga dengan film kedua dan ketiga. Pada sesi pertama dan kedua suasana bedah film tersebut sangatlah ramai dengan ketawa peserta karena film yang ditampilkan ada adegan yang sangatlah

26

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

lucu, beda dengan film yang ketiga disitu ada diskusi yang memanas, dan diskusi tersebut sangatlah hidup. Hampir semua peserta aktif bertanya pada pemeran dan juga produser film karena film yang ketiga ini mencerikatan adanya budaya

yang berada di daerah mas Sofyan, ketika menjamu atau menyuguhi minuman terhadap tamu itu ada aturan tertentu yang harus dilakukan oleh tuan rumah dalam mnghormati tamunya.

film yang berjudul Unjukan ini dibuat dengan waktu spase yang agak lama setelah film pertama dan kedua terbit, karena sang produser pada waktu itu belum punya ide untuk membuat sebuah film. pada akhirnya Mas Sofyan punya ide yang terinspirasi dari budaya yang ada di daerahnya, yaitu etika ketika menjamu seorang tamu. “barangkali suatu daerah dalam men-

jamu tamu itu ada yang tidak diperhatikan tata caranya/ etikanya, satu contoh ketika mengunjuk minuman dengan gelas yang tidak ada tutupnya terkadang orang tidak menggunakan aturan tertentu yang etis dalam menghormati seorang tamu misalnya dia mengambil minuman di atas nampan dari atas gelas bukan dari samping. Padahal menurut budaya di daerah tersebut itu sangatlah tidak etis karena mereka beralasan bahwa mengambil minuman gelas yang tak ada tutupnya di ambil dari atas itu akan mungkin sekali ada kotoran yang akan jatuh dalam gelas sehingga minuman yang disugukan pada tamu itu ada bakteri yang masuk dan tidak sehat.� Ujarnya Dari film tersebut dapat ditimbah suatu pengetahuan yang baru bahwa menjamu minuman pada tamu dengan gelas yang tak ada tutupnya itu harus dari samping karena memang sudah jelas bahwa kebanyakan di suatu daerah ketika menjamu tamu tidak demikian akan tetapi seenaknya hati dan senyamnnya saja. Produser berharap, dengan adanya film unjukan ini kita bisa mengambil manfaat dan bisa mengamalkan di kehidupan kita ketika menjamu tamu. Karena beliau juga mengaggap benar bahwa mengambil minuman dengan gelas yang tanpa tutup itu akan mungkin sekali akan jatuhnya bakteri atau kotoran yang menempel ditangan penjamu akan masuk dalam gelas. Dan beliau juga berharap bahwa dia juga bisa memproduksi film-film baru untuk periode selanjutnya yang berkaitan dengan budaya-budaya suatu daerah dimana budaya itu di daerah lain tidaklah diperhatikan.

By : Subaidi


LABIRIN

Rizal Kasim Pengusaha muda

RIZAL KASIM , lahiran di gorontalo 27 Tahun silam Dengan penuh inspirasi,kini ia berhasil mendirikan sebuah perusahan yang bergerak di bidang percetakan dan marcindise di yogyakarta. Baginya tak henti karena gagal, ataupun berharap keajaiban datang dari atas. Bercucuran keringat nan pantang menyerah, itu lah bekal utama yang menghantarkan Rizal kasim salah satu pengusaha muda sukses dengan berbagai perhargaan yang diperoleh

B

anyak sekali yang harus disyukuri dari hidup ini, mimpi adalah kuncinya dan modal yang paling kecil untuk menjadi sosok yang besar. Semua orang bisa bermimpi, tapi untuk mewujudkanya harus dengan perjuangan yang luar biasa, tak peduli anak orang kaya maupun anak orang miskin. Justru dari sisi kehidupan yang minim dan berbagai persoalan yang membelit akan lahir sosok-sosok penerus bangsa yang bisa diandalkan. Seperti Halnya Rizal kasim, salah satu pengusaha muda yang berhasil mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang percetakan dan marcindise di Yogyakarta. Awal ia berkiprah di dunia bisnis dimulai pada tahun 2009 dimana ia dan kedua temannya mengguluti bidang usaha periklanan, sayangnya usaha ini tidak berjalan dengan baik. Beberapa kendala yang ia hadapi yaitu karena tidak mempunyai modal yang cukup, selain itu juga mereka bertiga masih sangat terlalu muda. Ditahun 2011 ia dan rekannya menambahkan 1 devisi lagi dengan nama ceraprodaction yang bergerak dibidang per-

cetakan dan marcindise. Kedua usaha ini dikembangkan bersamaan. akhirnya diawal tahun 2012 agency iklan yang didirikannya ditutup dan focus kepercetakan. Iapun beberapa kali gagal dalam mengguluti bidang usaha. Beberapa diantaranya yaitu studio foto bayi yang diberi nama panglon, jualan batik yang diexpor dari jawa ke Sulawesi dan IO untuk wisuda. Tapi tak sampai disitu karirnya dibidang usaha, Dengan semangat mudanya ia ditunjuk menjadi Manager Directur diperusahaan yang didirikannya. Tak hanya mahir mengelola bisnis, ia bahkan sering mengisi seminar umum yang bertujuan untuk mengasah kreativitas kaula muda agar lebih inovetif dan kreatif. ia juga tengah mempersiapkan loncing kampus yang diberi nama casim college. Beberapa penghargaan yang diraihnya yaitu merketeers youth starup icon 2013 dari tokoh pemasaran dunia hermawan kertajaya. Rizal merupakan strategic planner sekaligus negosiator ulung dibalik suksesnya banyak marketing project ditanah air. Ia telah memenangkan

negosiasi dengan lebih dari 25 clien nasional dan internasional seperti garuda Indonesia, indosat, bank BRI, pertamina, Bank Indonesia, dan lain-lain. Ia kerap kali mengisi waktu luangnya dengan membaca. Menurutnya membaca adalah salah satu cara agar bisa menambah pengetahuan. Tak hanya membaca, ia juga hoby berenang. Berenang adalah salah satu cara menjaga daya tahan tubuh agar tetap bugar dalam beraktifitas. Menurutnya, anak muda yang ingin terjun di dunia usaha harus mengerti banyak hal. Baik itu management oprasional, pemasaran, keuangan, Sumber daya manusia, ataupun urusan Produksi. Anak muda juga harus kreatif, dalam hal ini harus bisa memperhatikan trend dan inovasi yang tengah berkembang dijaman sekarang. Usaha butuh kesabaran, tidak serta merta langsung berhasil. Pengusaha harus cerdas dan tidak setengah-setengah. dalam membangun usaha, Itulah beberapa strategi darinya agar anak muda bisa kreatif dan berkembang. By: Mul Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

27


HIJAU HITAM HMI Cabang Yogyakarta “KITA” Mengalami Krisis Kepemimpinan

K

emerosotan HMI cabang yogyakarta sangat tampak dengan melihat persoalan yang tengah dihadapi kepengurusan saat ini, menurut peryataan ketua umum memang saat ini HMI cabang yogyakarta tengah mengalami kriris kaderisasi dengan belum adanya pengganti ketum korkom(Kordinator Komisariat) UIN Sunan Kalijaga (demisioner) dan ketua umum BPL (Badan Pengelola Latihan) dua periode (demisioner). “Hal itu coba kita benahi sekarang.”ungkap Syarifudiin El-Azizy Kekrisisan kaderisasi HMI cabang yogyakarta bukan hanya dilihat dari dua lembaga dibawah naungan HMi cabang yogyakarta yang seakan mati suri tetapi juga terlihat dengan adanya isu yang memanas, memanasnya isu pengurus HMI cabang yogyakarta yang belum juga melakukan proses LK 2 setelah 4 bulan kepengurusan padahal dalam perjanjian sumpah jabatan akan melakukan LK 2 selambatnya 2 bulan setelah dilakukan pelantikan. Memanasnya isu pengurus cabang yang belum lk 2 ini dibenarkan oleh PAO cabang seakan ada pembiaran oleh ketua umum. Bahkan, sudah diberikan peringatan tapi belum ada kejelasan sampai saat ini. “Kalau dari PAO sepatutnya mereka diberhentikan dari cabang. Sebenarnya setelah 3 bulan bukan dibiarkan tapi masih memberi toleransi.” saat dijumpai diblandongan.

KEPENGURUSAN BPL

Menurut indah purnama sari, anggota BPL Priode 2014-2015, Kepengurusan BPL saat ini tengah mengalami kemunduran karena belum juga mengadakan musyawarah lembaga lanjutan, sehingga formaturnya belum ada dan program pengkaderan akhirnya tersendat. “ada sedikit kemunduran karena ada musba yang belum diselesaikan oleh ketua umum.”ujarnya Indah sangat menyayangkan jika persolan ini tidak dapat segera diselesaikan apa lagi jika sampai BPL jogja dibekukan. Namun menurut indah sudah ada per-

28

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

temuan pihak BPL dengan PAO untuk membicarakan keberlangsungan BPL yang akan diambil alih oleh pihak cabang. Hal ini dibenarkan oleh Amin Wijaya Kabid PAO cabang bahwa PAO akan membentuk tim kerteker untuk menyelesaikan persoalan ini.” Saya sudah melakukan mediasi dengan semua pihak yang nantinya ini bisa kita selesaikan secepatnya.” Ungkapnya. Sementara itu, kabid PA cabang mengatakan kalau BPL sementara diambil alih oleh PA. “udah ada omongan dan selalu dibahas dirapat harian, dari rapat harian pertama hingga rapat harian yang ketiga. ”ungkap Fitriani Nasution

KEPENGURUSAN KORKOM

Tidak ada bedanya dengan BPL, Korkom (Kordinator Komisariat) Uin Sunan Kalijaga juga megalami krisis kader dalam mempersiapkan pemimpin priode korkom selanjutnya. Dari muskom yang dilaksanakan pada bulan September 2015, di awal tahun 2016 belum juga ada kejelasana mengenai waktu muskom lanjutan “Sampai saat ini sebenarnya yang menjadi dilema soal calonnya, saat ini kita dapat dikatakan belum mempunyai calon yang jelas” ungkap khudori demisoner korkom 2014-2015. Demi kaderisasi tetap berjalan, korkom bersama dengan PAO Cabang melakukan mediasi dengan pengurus komisariat Uin Sunan Kalijaga. Dari pertemuan itu disepakati pada tanggal 10 januari 2016 muskom lanjutan aka dilaksanakan di kantor cabang Yogyakarta. ““jika masih belum menemukan kesepakatan maka PAO akan melakukan kerteker, Korkom akan tetap ada tapi

akan dijalankan oleh tim kerteker.”ungkap kabid PAO Cabang Yogtakarta, Amin Wijaya Dari pantaun kru sinergi, hasil dari muskom lanjutan itu ternyata tidak ada satu pun kader dari komisariat UIN Sunan Kalijaga mendelegasikan kadernya untuk menjadi calon formateur. Akibatnya, semua peserta siding akhirnya menyerahkan semua keputusan kepada pihak cabang. Tidak adanya calon ini menurut Kabid PAO dikarenakan komisariat kecewa dengan cabang lantaran calon yang dipersiapkan sempat dijegal. “Sebenarnya ada calon dari Komisariat syariah, makanya kemaren itu adanya RAK (Rapat Anggota Komisariat) yang dipercepat hingga 9 bulan, konsolidasinya dari teman-teman komisariat UIN ini dimunculkan untuk menjaga marwah. Tapi karena dijegal dengan tidak sopan, dan akhirnya RAk dipending.”ungkapnya Pandangan Kabid PAO ini berbeda dengan ketua umum HMI Cabang Yogyarata, Syarifuddin El-Azizy. Menurutnya, sebernarnya kalau persoalan RAK sendiri pihak cabang tidak mempermasaalahkan itu, tidak akan memberikan tindakan, tidak akan memberikan teguran selama itu sudah memenuhi syaratsyarat yang seharusnya. “Tapi prosesnya yang kemaren kan rak yang dilakukan teman-teman dari komisariat syariah itukan dilaksanakan waktuusianya baru sekitar semblan bulan, dan hal itu jga tidak bagus untuk masalah kaderisasi.”ujarnya Krisis kader kepemimpinan HMI cabang Yogyakarta saat ini telah memasuki babak baru dalam sejarah. Apa pun itu masalahnya, tentunya kita berharap ada suatu tindakan yang positif dari cabang untuk menyelesaikannya. Tidak untuk semerta-merta diambil alih oleh cabang, tapi hanya pemimpin yang arif dan bijak yang mempunyai kebijakan terarah dan terukur yang bisa diterima semua pihak.

Reporter : Abil,Baim,laila by : Azim & Wira


HIJAU HITAM

Goo…

HMI (Akan) Menjadi Organiasi Modern

A

khirnya, di awal tahun 2016 ini seluruh kader HMI se-indonesia mendapatkan ketua umum PB (Pengurus Besar) HMI Mulyadi P. Tamsir dan Ketua umum Kohati (Korps HMI Wati) Farihatin setelah resmi dilantik pada bulan januari 2016. Bagai nakhoda yang siap mebawa awak kapal menyisiri lautan, kini tumpukan harapan besar berada di tangan mereka berdua. Tidak sekedar mimpi, harapan untuk memajukan HMI kedepannya selalu digemborkan dengan visi-misi yang selalu didengungkan saat di kongres Riau. Merajut asa demi mengembangkan kualitas kader, tentunya dari kedua pemimpin ini mempunyai mimpi dan arah berbeda dalam mewujudkannya. “Kedepannya organiasi HMI harus menjaga marwahnya agar tetap menjadi organiasai terdepan dalam menyelesaikan persoalan bangsa inii.” Ungkap ketua umum PB HMI saat diwawancarai lewat telepon seluler. Ketika ditanya langkah yang akan dilakukan demi kemajuan HMI, pria yang lahir di Lampung ini mengungkapkan kalau salah satu prioritasnya adalah menjadikan organisasi HMI menjadi organisasi modern. “kita akan tingkatkan organiasi ini dengan melihat perkembangan yang ada, mulai dari pola pikir maupun cara-cara yang dilakuka kader tidak melulu dengan cara-cara klasik.”ujarnya mantan Sekertaris Jendral PB HMI Priode 2013-2015 ini. Tidak hanya fokus pada pengembangan organisasi, tetapi juga harus memaksimalkan kader menjadi entrepreneur sekaligus mempersiapkan kader menjadi pemimpin bangsa. “saya rasa kader harus mempersiapkan diri menjadi pemandu, trainer, dan sebagianya dengan memaksimalkan Lembaga HMI supaya bisa mendidik atau megajari adik-adik yang masih butuh bimbingan. Dengan cara itu proses pengkaderan tetap jalan.”ujarnya. “Kita akan bangun sinergitas dengan pihak yang ada di bawah PB HMI. Misalnya dengan pengurus Badko dan pegurus Cabang, karena tanpa membangun

komunikasi yang baik dengan mereka impian itu agak sulit diwujudkan. Jadi perlu dukungan semua pihak, tidak mungkin cuman kita semangat tapi tidak ada dukungan maka hal itu aka sia-sia.”tambahnya. Tentu apa yang menjadi visi misi PB HMI ini perlu mendapatkan respon positif dari kader yang ada di daerah. Tak terkecuali dengan persoalan semakin sedikitnya mahasiswa yang ingin masuk HMI perlu diperhatikan serius, karena tanpa kader HMI tidak bisa berjalan. Namun, Mahasiswa yang pernah menempuh pendidikan Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indonesia Malang ini tidak mempersolakan hal itu. Baginya kualitas kader labih penting daripada kuantitas. “kita harus menunjukkan kalau organiasasi ini adalah insan akademis. Kualitas kader perlu ditingktkan untuk menunjukkan kalau HMI itu adalah generasi yang baik. Tapi kalau kadernya banyak tapi tidak bisa berbuat apa-apa itu percuma saja, mendingan sedikit tapi berkualitas itu malah lebih baik.”ungkapnya Ketua Umum Kohati, farihatin mempunyai target berbeda. Dalam kepengurusannya kedepan, ia lebih fokus membangun kualias kader dari segi pendidikan dan kemandirian. Dua terget ini adalah bentuk pencapaian utama demi mengangkat dan mendorong kader kohati supaya mempunyai mental yang pro-aktif dalam menjawab tantangan zaman. “kalau dari pendidikan bagaimana kader kohati mempunyai skill yang mumpuni. Terutama dari segi tulis menulis sekarang ini perlu ditingkatkan. Saya melihat sulit sekali mencari kader yang suka berkarya. Mungkin kedepanya

juga bisa bekerjasama dengan Bakornas Lapmi”ujarnya mantan ketua umum Kohati Badko Kalbar tersebut. Selain itu,Farihatin yang saat ini sebagai mahasiswa Magister Universitas Negeri Jakarta juga berharap kohati yang dipimpinya memulai suatu usaha mandiri suapaya jiwa kepribadian mandiri yang ada dikalangan kader perempuan HMI bisa berkembang. Ia mencontohkan bagaiamana sisi sifat Nabi Muhammad dalam berdagang dengan jujur dan mandiri. Disitu bisa dipetik pembelajaran untuk membangun kepercayaan diri supaya tetap mempunyai komitemen yang kuat. “kemandirian itu bisa dimulai dengan membangun usaha, ya meskipun kecil-kecilan tapi itu bisa bermanfaat. Tetapi dalam proses pengkaderan kita tetap akan lebih maksimamalkan dalam pencapaian target bahwa kohati adalah kumpulan orang yang mempunyai skill yang mumpuni.”katanya yang sebelumnya menjabat Wasekjen PB HMI. Entah apa yang menjadi keringinan bersama pasti hanya keringinan yang kuat semuanya bisa diwujudkan. Baik PB HMI maupun Kohati PB HMI harus mampu mejalankan segala upaya untuk mewujudkan janji-janjinya. Tidak harus seperti dulu kala, hanya satu perubahan yang lebih progresif adalah yang ditunggu-ditunggu. Selamat berjuang!

Reporter : Romi, Atik by : Mirza & Afra

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

29


Sastra TERNYATA KAU JUGA MENCINTAI KU

Semuanya jadi bisu. Kini suara burung-burung sudah tak terdengar lagi, yang ada hanya desiran angin yang membuat ranting-ranting pohon kelapa itu berayun-ayun... ...

KARANGAN Fendi Afifur Rohman Mahasiswa UIN SUKA (UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA) Jurusan perbandingan mazhab dan hukum Disinergi sebagai BENDUM

30

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016


P

agi yang cerah aku awali dengan senyuman manisku, cuaca pagi ini lagi bersahabat dengan keadaanku. Desiran anginnya memberikan semangat pada setiap insan yang akan bertasbih dan yang akan menyebut asmanya yang agung. Burung-burung pun ikut berkicauan karena telah menyaksikan sepasang insan yang tengah dipenuhi kebahagian. Pagi itu aku dan kakak ku lagi menunggu cahaya mentari yang akan menyinari jagat raya. “Ray, coba lihat mentari yang kita tunggu-tunggu telah bersinar” kata Mondy sambil menunjuk pada tempat munculnya mentari. “Hello...Raya...“ sambil melambaikan tangannya didepan muka ku. “Hah, iya iya...kenapa ?” kata ku kebingungan. “Hmm,Raya, Raya, kamu ngelamunin apa sih ? coba lihat mentarinya telah bersinar, please dech Ray, kamu kenapa sih ? ayo dong cerita. Biasanya kan kamu pailng suka melihat mentari terbit, tapi kenapa pagi ini kelihatannya kau tidak menyukainya ?” kata Mondy penuh tanya. “Hah...aku capek kak !!” kata ku singkat. “Raya...Raya... ayo dong ray jangan kayak gitu, kalok kamu kayak gitu terus, entar manisnya hilang lagi katanya bercanda. “Hhh..h.. terserah. Aku tak peduli lagi, sepertinya aku tak punya tu-

juan untuk hidup, aku diciptakan hanya untuk membuat kerusakan, aku pembawa sial !!” Tanpa terasa air mata ku mulai membasahi pipiku, akupun menangis sekuat-kuatnya, tak aku hiraukan orang-orang yang ada di sekitarku terserah mereka toh mereka tak akan mengerti apa yang aku rasakan. “Sudahlah Ray...,kamu tidak usah salahkan diri kamu sendiri, sekarang tenagkan hatimu, nah...sesudah itu cerita, ada apa dengan mu adek ku...?” katanya sok menenangkan. “Tidak kak, aku tidak bisa, aku.... aku...” “Raya...percayalah...” katanya memaksa. “Ayo ada apa ?” “Aku...aku...aku akan ditunangkan dengan Haikal kakak sepupuku kak, aku gak mau, aku...aku...” katanya ragu. “Tapi, itu dulu kak, sekarang aku sudah menemukan pangeran untuk hidupku dan aku sangat menyayanginya asal kakak tau, ketika aku berada didekatnya aku merasa ada sesuatu yang aneh yang mengganjal dihatiku kak..., entah kenapa aku ingin selalu berada didekatnya” kataku menjelaskan. “Apa orang itu juga mencintaimu Ray ?” kata Mondy sambil membelai rambut panjangku. “Aku tak tau kak...” aku pun berdiri sambil menarik napas. “Hah...sudahlah biarkan aku saja yang akan mencintai dan memuja-mujanya, tanpa harus dia merasakan hal yang sama denganku, biarkan aku saja yang akan mengaguminya. Mungkin, rasaku ini tak pantas untuknya, karena yang aku tau dia menyukai orang yang dewasa sedangkan aku ???” aku pun beranjak pergi meninggalkannya. “Kalau boleh taucowok itu siapa Ray ?”kata Mondy penasaran. Aku pun tersentak dengan apa yang diucapkannya. Tuhan...mungkinkah aku harus mengungkapkannya sekarang ? aku pun membalikkan badanku sambil berucap. “Cowok itu...kamu sendiri kak?” kataku lirih. “Sudah sekian lama rasa ini aku simpan, aku tak berani mengungkapkannya, semenjak kakak menganggapku sebagai adiknya kakak, aku merasa ada kedamaian ketika aku bersama kakak, sepertinya kakak mempunyai banyak kelebihan, mungkin kakak juga bisa mengajariku untuk berfikir dan bersikap dewasa. Karena aku ingin suatu saat nanti aku bisa menjadi adik sekaligus wanita yang kakak suka. Yaa...walaupun itu suatu hal mustahil yang terjadi. Aku tak tau harus darimana aku mulai berbicara, sepertinya diri ini

terlalu munafik untuk mengharap kedatangan seorang Mondy dihidupku. Karena aku tau seorang Mondy tak akan pernah memilih wanita bodoh sepertiku. Maafkan aku karena telah mencintai kakak !” ucapku sambil meneteskan air mata. “Raya...”ucapnya lirih sambil menghampiriku kemudian mendongakkan kepalaku yang mulai tadi tertunduk. “Kamu tidak salah, yang salah apabila kamu mencintai seseorang itu tidak diungkapkan. Rasa itu wajar dimiliki setiap orang, dan kamu tidak usah minder karena telah mencintaiku. Karena sebenarnya aku...aku juga mencintaimu Raya !”. Semuanya terdiam. Tak lama kemudian dia melanjutkan kata-katanya. “sudah satu tahun yang lalu aku memiliki perasaan yang sama dengan mu, tapi aku sadar aku bukanlah Haikal yang bisa selalu membuat mu tersenyum danbisa menjaga dan menemanimu ketika kau membutuhkannya. Aku tau aku salah karena telah menyayangi dan mencintai adek yang sudah aku anggap sebagai saudaraku sendiri. Tapi, aku tidak bisa membohongi perasaan ku sendiri bahwa sebenarnya aku sangat menyayangimu lebih dari itu !!” Semuanya jadi bisu. Kini suara burung-burung sudah tak terdengar lagi, yang ada hanya desiran angin yang membuat ranting-ranting pohon kelapa itu berayun-ayun. Tak ada satupun diantara mereka yang berani mengeluarkan sepatah kata. Karena mereka sadar bahwa sebenartnya mereka salah karena telah mengingkari janji-janji yang telah mereka sepakati dulu. “Raya...” katanya lirih “Maukah kamu menjadi pengisi ruang hatiku yang kosong ?” ucapnya mengharap. Aku pun tersentak, Tuhan...sedang mimpikah aku ini ?? kenapa tiba-tiba saja dia berkata seperti itu ? mungkin kah ini yang di katakan CINTA ? datang secara tiba-tiba dan perginya pun juga secara tiba-tiba. Batiku. “Kalau itu bisa membuat kakak tersenyum, akan aku lakukan kakak ku...,aku siap manjadi pengisi hati kakak yang kosong, asalkan kakak janji enggak akan pernah ninggalin aku sendiri” ucapku penuh semangat. “Insya Allah” Terima kasih Ray kau telah menjadi bagian dari hidupku, aku janji aku akan menyayangi mu selama nafasku belum berhenti dan yang terakhir ”Aku Sayang Kamu Raya”. Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

31


RESENSI

NEGERI KOMEDI Judul : REPUBLIK KOMEDI 1/2

PRESIDEN

Prolog : Prof.dr. Tjipta Lesmana, MA. Epilog : Effendi Gazali Muhammad Qodari

Republik Komedi ½ Presiden, dimana dalam buku ini Bambang Soesatyo mengkritik, seorang presiden yang tidak ada satu pun aspek dalam pemerintahannya bersifat positif selama tiga bulan atau 100 hari masa pemerintahannya yang berjalan.

S

ebelumnya buku ini berjudul “ Istana Kampret” karena terlalu kasar . Republik Komedi ½ Presiden ini, ‘sebuah buku yang membongkar perilaku ‘para pembisik yang membuat fungsi presiden ‘mandul’ itu tak hanya berisi kritikan keras ke Presiden Jokowi, namun turut menyindir beberapa menteri dalam kabinet Jokowi. Seperti, Menteri Ketenaga kerjaan, Hanif Dhakiri yang saat blusukan melompat pagar hanyalah pencitraan belaka, serta Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang seorang perokok dan memiliki tato selaku mentri seharusnya jadi panutan yang baik bagi generasi bangsa. Dan juga permasalahan-permasalahan tentang keputusan pemilihan figure kaporli, dan mentri mentri lainnya. Seharusnya seorang pemimpin Negara yang baru, Pak Jokowi harus tegas dalam mengambil keputusan dan seorang presiden harus menjalankan masa pemerintahannya secara maksimal, namun sebaliknya Pak Jokowi-JK kurang tegas dalam mengambil keputusan dan membiarkan hak itu dirampasoleh parpol pendukungnya karena pihak pendukung, relawan dan LSM yang merasa berperan penting dalam memenangkannya sebagai kepala negara mermpas haknya, sehingga jokowi mandul dan teperangkap dalam penjara yang dibuatnya sendiri. Seharusnya para pendukungnya itu membiarkan dan beri keleluasaan kepada pak Jokowi untuk mewujudkan soliditas pemerintahannya, sesuai apa yang direncanakan. Situasi negara kini tidak akan per-

32

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

nah kondusif jika publik menilai pemerintah jokowi tidak beribawa dan kepemimpinannya belum efektif karena semua kekuatan-kekuatan politik pendukungannya berpeliku deduktif. Maka untuk bisa efektif memerintah, jokowi seharusnya bergulat melawan ragam kepentingan dari kekuatan politik yang mendukungannya. Namun, pak jokowi belum bisa memenangi pergulatan itu. Sudah jelas dalam buku ini, Bambang mengkritik hampir semua kebijakan pemerintah Jokowi-JK, dari implementasi kartu sehat sampai dibidang ekonomi. Ia mengingatkan pemerintah bahwa kesenjangan sosial-ekonomi rakyat Indonesia semakin besar. Apalagi masalah bicara tentang aspek kemiskinan akan di bereskan hanya hitungan bulan, namun menurut bambang itu semua omong kosong, SBY saja dalam masa kepemimpinannya 10 tahun tidak mampu menangani masalah besar ini yang terjadi di Indonesia, apa lagi masa pemerintahannya pada waktu itu pak jokowi masi seumuran jagung. Buku ini juga menuturkan dampak kenaikan harag BBM. Sejak diresmikan oleh makPak jokowi meminta SBY untuk menaikan harga BBM bersubsidi Padahal pada saat itu SBY menolak atas kenaikan harga BBM tersebut, dengan alasan akan memacu menjolaknya inflasi. Maksud dari Bambang Soesatyo mengkritik presiden yang sekarang dalam bukunya bertujuan agar tidak ada lagi di kemudian hari permasalahan presiden dalam masa pemimpinnya atau masa kerjanya tidak terkendalikan oleh para relawan dan LSM yang mendukkungnya, dan juga harus tegas dalam mengambil keputusan. Namun dari sisi

lain kritikan tersebut berdampak negative yang akan menimbulkan konflik dan perang politik, bukan menyelesaikan masala tetapi hanya akan menimbulkan komedi politik. Seharusnya para pendukung memberi leluasa pada presiden supaya apa yang direncanakan berjalan lancar tanpa campur aduk pihak lainnya. Jika tidak diberi keleluasan negara ini akan menjadi negeri komedi dengan presiden yang hanya mempunyai separuh kewenangan. Kelebihan pada buku ini adalah penulis menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan banyak kita bisa ambil sebagai pelajaran hidup, bagaimana cara menjadi seorang pemimpin yang tak mudah dipengaruhi oleh siapapun mampu berdiri sendiri tanpa ada bisikan dari pihak-pihak lain. Kekurangan atau kelemahan pada buku ini adalah penulis terlalu banyak memunculkan konflik yang sedikit membingungkan sehingga pembaca seolah menemukan titik jenuh dan dapat berfikir negative pada pemerintahan. Pada akhir penulisan dalam buku ini pun juga tidak dijelaskan apa penyebab terjadinya seorang presiden terpengaruh oleh para tim pendukungnya. Dalam buku ini Bahasa yang digunakan oleh penulis mudah di pahami. Penggambaran tokoh dapat secara rinci di gambarkan. Ukuran tulisan yang digunakan juga cocok untuk pembaca.

Presensi Samsudin Mahasiswa UAD ( Universitas Ahmad Dahlan) Jurusan Akuntansi Disinergia sebagai layouter


RESENSI Presensi Henky Afrinata Mahasiswa UIN SUKA (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga) Jurusan Ilmu komunikasi

MARS

Disinergi Sebagai Pimpinan LITBANG

THE MARTIAN

Director : Ridley Scott Writers : Drew Goddard (screenplay), Andy Weir (book) Stars : Matt Damon, Jessica Chastain, Kristen Weig, Sebastian Stan

“The martian”. Film action tentang astronot yang terdampar sendirian di planet Mars. Film ini tentang pertualangan di luar angkasa yang dibintangi oleh actor pemain trilogy “the Bourne”, Matt Damon. Di dalam film “the martian ini Matt damon akan beradu acting dengan aktirs cantik Jessica Chasain. juga dibintangi oleh Chiwetel Ejiofor, Sean Bean, Kristen Wiig, Jeef Daniels, dan Sebastian Stan.

S

elain dibintangi oleh artis-artis terkenal film “The martian” ini juga disutradarai oleh senias handal kelahiran inggris, Ridley Scott. Ridley Scott adalah sutradara yang sukses membawa film “Gladiator” meraih banyak penghargaan diajang piala Oscar pada tahun 2000 silam. Di dalam film ini diceritakan bahwa sekitar pukul 4:30 pagi waktu setempat satelit NASA AS menangkap sinyal adanya badai besar diwilayah misi luar angkasa planet Mars. Badai tersebut mengenai pesawat antariksa dengan tim yang masih berada didipermukaan Mars. Sehingga misi yang sudah disiapkan dengan matang dan sedang dalam proses pengerjaan mekanisme standar kehidupan di Mars harus dibatalkan. Misi mereka seharusnya adalah mencoba menciptakan kehidupan baru di planet Mars, dengan membawa begitu banyak peralatan lengkap termasuk perangkat bertahan hidup yang sudah terpasang dipermukaan gurun pasir berbatu di palnet Mars. Selama evakuasi awak, badai terlihat semakin tidak bersahabat, dianggap bahwa tidak mungkin menunggu terlalu lama untuk pesawat cadangan dan akhirnya diputuskan untuk membatalkan misi dan kembali ke pangkalan di bumi. Saat itu Mark Watney (Matt Damon) merupakan salah satu kru yang ikut dalam tim, terjebak badai dan terpisah dari tim yang sama-sama tengah dburu oleh ancaman badai untuk segera kembali ke pesawat dan membatalkan misi, dan mereka berasumsi bahwa Mark telah tewas. Karena setelah beberapa kali melakukan kontak Mark tidak menjawab dan pesawat segera meninggalkan permukaan Mars dan Mark tertinggal di sana. Dibutuhkan waktu sekitar 4 tahun untuk mecapai planet Mars yang berjarak lebih dari 10 juta mil atau sekitar 200

juta kilometer, dan Mark Watney mengalami guncangan jiwa akibat kesendiriannya yang hanya akan mampu bertahan hingga 1 blan ke depan. Semua kemampuan dan peralatan yang tersisa di kapal induk dicobanya untuk melakukan perbaikan, dia harus berthan hidup, termasuk dengan usaha melakukan kontak dengan dunia luar, mendapatkan sinyal hingga barangkali mampu terkirim ke awak pesawat tim sebelumnya ataupun ke kantor pusat NASA. Bahkan di planet yang tidak berpenghuni tersebut Mark telah berusa hidup termasuk dengan erusah menanam tanaman di dalam ruang laboratorium yang memang seharusnya disiapkan untuk misi mereka. Tidak mudah hidup sendiri dalam sebuah tempat seperti itu, tempat tanpa gravitasi, tanpa oksigen, taka da makanan dan air. Hingga Mark hampir gila karena tekanan keadaan yang menimpa dirinya. Jika melihat kebelakang pada tahun 2013-2014 tak dielakan kita akan mencoba menbanding-bandingkan film ini dengan film serupa yang rilis sebelumnya itu, “Gravity” dan “Interstellar”. Karena kedua film dengan gendre/treatment yang sama ini telah memberikan standar cukup tinggi baik dari aspek teknis maupun aspek narasi. Memang amat sulit menyamai standar yang sudah dibentuk oleh kedua film sebelumnya dalam hal treatment yang digunakana, baik itu soal survival story, keakuratan sains maupun soal eksplorasi luar angkasa, namun bukan maslah bagi Ridley Scott untuk mengatasi hal tersebut. Namun bukan hanya sebatas itu, ada sesuatu yang menjadi pembeda dari film ini dibandingkan dengan film serupa terdahulnya, sisi cerita yang diambil dari novel. Memberikan kekuatan daya tarik lainya sebagai sumber cerita.

Melalui rangkaian cerita yang berjalan tahap demi tahapan mampu membuat penonton jatuh cinta terhadap sang karakter, hingga peduli terhadapnya. Caranya dengan mengahadirkan tokoh Mark Watney sebagai sosok Playfull, tidak pantang menyerah dan seolah tidak pernah kehabisan celetukan menggelitik saat mengomentari situasi berat yang tengah ia alami. Alih-alih menjadi observasi menjadi observasi kelam tentang pergulatan karakter dalam kesendirian menjadi diluar perkiraan berkat humor-humor ringan yang efektif. Ditengah usahanya untuk menjadi film sains memang keberhasilan Watney bertahan dalam “kewarasan” memnag sedikit melunturkan sisi relitas cerita. Namun jika melihat ini sebagai kisah inspiratif, disaat karakternya terus mampu bersikap positif meski berada ditengah konflik yang tidak hanya serius tapi juga dapat merengut nyawanya. Namun ini bukanlah kisah inspiratif yang basi, filmnya disuguhkan dengan sentuhan yang dalam serta music pengiring yang mampu membuat rasa terikat terhadaap karakter, hingga saat ancaman menghampiri Mark akan memberikan sensasi ketegangan. Berkat pengemasan film ini oleh Ridley Scott dengan sentuhan yang tidak berlebihan klimaks film ini dapat berada pada level serupa dengan “Armageddon” Michael Bay saat seluruh umat manusia berkumpul penuh kecemasan untuk kemudian bersuka cita menyambut misi penyelamatan Mark Watney. Berkat kerhasilan sang sutradara itulah “The Martian” tidak hanya berujung pada kisah usaha bertahan hidup dan misi penyelamatan biasa, tapi juga menyuntikan drama kemanusiaan. Sebuah drama yang dikemas lewat jalan sederhana namun memberikan efek maksimal dalam mempermainkan emosi penonton.

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

33


HALAMAN AKHIR

MEMBACA BERSAMA TUHAN Eljabar.net

S

ebelum benar-benar merenungkan apa yang disebut kegiatan “membaca”, saya begitu dangkal memahaminya. Aktivitas “membaca” saya mengerti sebagai menelaah buku, koran, atau majalah dan barang-barang yang sejenis itu. Ya, sekadar menelanjangi teks, atau menyingkap makna dibalik teks yang terlukis di kertas atau layar Liquid Crystal Display (LCD) di era digital sekarang ini dan semacamnya. Teks sebagai teks dalam pengertian yang paling konvensional, yakni bahasa tulis yang merupakan representasi realitas abstrak maupun yang konkret terpindai oleh indera penglihatan. Sekadar bahasa tulis yang dikreasi manusia sebagai animal symbolicum. Saya kurang menyadari bahwa realitas yang diwakili oleh teks itu sesungguhnya merupakan teks yang juga penting dibaca, dimengerti, dan dihayati sebagaimana pengertian tokoh hermeneutika seperti Wilhem Dilthey dkk. Dalam terminologi bahasa agama (Islam) muncul istilah al-aayah al-qauliyah dan alaayah al-kauniyah. Frasa yang pertama menunjuk kepada tanda-tanda yang difirmankan oleh Tuhan yang berbentuk bentuk teks suci, yakni al-Qur’an. Adapun yang kedua menunjuk pada tanda-tanda yang diciptakan oleh Tuhan di alam semesta, termasuk manusia itu sendiri. Jadi, teks sesungguhnya tidak hanya dalam bentuk bahasa tertulis, tetapi lebih luas dari itu gejala sosial dan peristiwa di kehidupan. Tanda-tanda yang terakhir itulah yang disebut oleh Paulo Coelho dalam novel terbaiknya Sang Al-Alkemis sebagai “Bahasa Buana” atau “Bahasa Universal”, suatu bahasa Tuhan yang tak berbentuk kata-kata atau teks tertulis tetapi setiap orang sesungguhnya dapat memahaminya apabila benar-benar membacanya, mencermatinya, dan menghayati melalui jiwanya. Menurut Coelho, bahasa tersebut merupakan sebuah bahasa

34

Vol : XX | No.01 | SN | Februari - Maret 2016

yang tidak membutuhkan penjelasan apapun, tetapi seseorang hanya perlu membuka mata hatinya. Cinta salah satu bentuk bahasa buana itu, misalnya, dua sejoli yang hanyut dalam cinta sama-sama merasakan arti penting pasangannya, mereka begitu menyakini hal itu lebih dari apapun di semesta ini. Kala mata

keduanya bersua, masa lalu dan masa depan seakan tak memiliki makna, yang tersisa hanya peristiwa ajaib itu saja atas rekaat Dzat Yang Maha Segala Maha. Terkait momen unik ini, ada sebuah seloroh yang menggelikan;“dunia serasa milik berdua, yang lain ngekost.” Sekarang jelas kiranya bahwa objek aktivitas membaca adalah teks yang tertulis mau alam semesta sebagai teks non literal. Setiap orang diberi kebebasan seluas-luasnya untuk untuk membaca teks maupun realitas. Namun catatan yang perlu digarisbahwahi bahwa kegiatan membaca itu harus dilandasi kesadaran ketuhanan. Sayang kesadaran ketuhanan dalam proses membaca ini sering diabaikan oleh manusia modern. Akhirnya, kegiatan membaca tak cukup membimbing manusia menuju cakrawala kesadaran jatidiri. Aktivitas membaca tidak menuntun manusia menuju keari-

fan bahwa sejatinya susunan kodratnya berawal dari segumpal darah lalu menjelma sebaik-baiknya bentuk atas restu dan kreatifitas Dzat Yang Maha Pencipta. Aktivitas membaca tidak menuntun manusia menuju pencerahan bahwa segalanya bersumber dari Tuhan, dan akhirnya juga kembali kepadaNya, termasuk pengetahuan yang dimilikinya. Akibatnya, pengetahuan dan teknologi yang diperoleh tanpa kesadaran ketuhanan itu hanya akan menjadi penghancur, pembunuh dan penjara bagi penciptanya sendiri. Sungguh ironis dan absurd, tetapi itu telah terjadi dewasa ini. Nicolas Berdyev dalam karyanya The Destiny of Man berkata: “Technical Progress testifies not only to man’s strength and power over nature; it ‘not only liberales man but also weakens and enslaves him; it mechanizes human life and give man the image semblance of machine.” Artinya, kemajuan teknologi memang telah memberikan justifikasi akan kekuatan dan kehebatan manusia dalam menguasai alam. Kendati demikian, secara bersamaan capaian teknologi itu memberi bukti bahwa teknologi juga memperlemah dan memperbudak penciptanya sendiri. Teknologi telah menempatkan manusia setara dengan mesin ciptaannya sendiri. Fakta itu memberikan gambaran betapa teknologi mempunyai wajah ganda, ibarat pisau bermata dua. Bermanfaat dan berguna, di satu sisi, namun pada sisi yang lain memberikan ancaman laten dengan daya hancur tak terperi bagi manusia. Sebab itu marilah kita membaca segala teks di kehidupan sehari-hari atas nama Tuhan. Diawali asma Tuhan, bersama kata-kata Tuhan, dan diakhiri nama Tuhan. Selamat membaca


SELAMAT MILAD HMI KE-69 KINI KAU BERLAYAR CUKUP JAUH SEMOGA ARAH & TUJUANMU SELALU BENAR BAHAGIA SELALU .

DONAT “Q-SUKA” Menerima pesanan: Partai kecil maupun partai besar Hub:087850294797 / 085230183540



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.