Klik website: http://www.lensaindonesia.com/
Edisi 10 05 - 11 Oktober 2015
TERBIT 16 HALAMAN, HARGA ECERAN: RP 4.000, LANGGANAN: RP 16.000 (LUAR JAWA TAMBAH ONGKOS KIRIM)
Para pembunuh Salim Kancil masih bisa tertawa. foto: repro
Kades Selok Awar-Awar Hariyono yang dianggap aktor intelektual.
KOMPOLNAS DUGA ADA OKNUM POLISI TERLIBAT Kapolri: Anggota Polri yang Lalai akan Ditindak
SALIM KANCIL DIBANTAI ORANG KEBAL HUKUM Kades Hariyono tidak bekerja sendirian. Ada orang penting di atasnya yang mengatur strategi mulai dari pertambangan ilegal sampai perencanaan pembunuhan terhadap Salim Kancil. Pasalnya, para pelaku sebelum membantai bilang kebal hukum. SEBUAH revolusi umumnya membutuhkan ‘tumbal’. Dengan jatuhnya korban jiwa menjadi martir alias pemicu munculnya sebuah perlawanan terhadap sebuah ketidakadilan atau ketidakpuasan terhadap sebuah keadaan. Hal ini pula sepertinya yang terjadi di Desa Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lu-
majang. Dua orang petani di desa itu yakni Tosan dan Salim Kancil menjadi korban keberingasan sekelompok manusia yang berbeda pendapat dengan mereka. Tosan dan Salim Kancil selama ini dikenal keras menolak penambangan pasir liar di tepi pantai dekat tempat tinggal mereka. Alhasil, puluhan orang menjemput
keduanya dari rumah masingmasing, Sabtu (26/9) lalu. Dengan beringas puluhan preman itu menganiaya keduanya dengan bersenjatakan golok, celurit dan senjata tumpul. Keduanya bahkan diseret dan dilindas dengan sepeda motor. Kabar yang berhembus menyebut, keduanya punya ilmu kebal. Sehingga sekitar 30 preman pro tambang pasir mengeroyok Salim Kancil secara membabi buta. Menanggapi hal tersebut, salah satu rekan Kancil, Abdul Hamid menampik dugaan adanya ilmu hitam yang dipelajari Kancil. “Enggak tahu itu keajaiban Allah. Semua yang punya kesaktian itu Allah. Karena tujuan kita bagus, bukan anarkis payungnya Allah.
Murni gerakan masyarakat anti tambang karena merusak lingkungan,” ujar Abdul Hamid saat ditemui di Desa Selok Awar-awar, Pasiran, Lumajang, Jawa Timur, Selasa (29/10). Hal serupa juga terjadi pada Tosan. Dia diarak dari kediamannya oleh puluhan orang menuju lapangan bola di samping Balai Desa Selok Awar-awar. Dengan bengisnya Tosan pun sempat digilas oleh pelaku menggunakan motor beberapa kali. “Pak Tosan juga ukurannya mati. Dia dijamping (dilindas) sepeda, dipukul pacul tapi masih kuat,” terangnya.
Baca: Salim Kancil... Hal 7
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti.
PEMBANTAIAN aktivis tambang Salim Kancil oleh sekelompok preman di Desa Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada 26 September 2015, terkesan sangat sadis. Kematian Salim Kancil rupanya karena suara kerasnya menolak penambangan pasir secara ilegal. Salim dan beberapa rekannya berulang kali menyuarakan penolakan hingga membuat beberapa orang gerah. Singkat cerita, beberapa hari sebelum pembantaian di depan balai desa itu terjadi, warga sekitar sudah mendengar kabar yang menyebut akan ada pembunuhan di kampung mereka. Pembunuhan itu terkait sikap protes warga yang menolak penambangan pasir. Sebagai perlindungan, mereka pun sudah melaporkan ancaman yang beredar ke kepolisian. Beberapa hari setelah melapor, rupanya, kabar itu tak sekadar ancaman, sebab Salim-lah yang menjadi korban pembantaian sadis hingga tewas. Tragedi berdarah itu baru menyita perhatian polisi dan pemerintah setelah terkuak ke publik. Yang sedikit janggal dari kasus ini, bila memang warga melapor ke polisi, kenapa peristiwa ini tetap bisa terjadi, kemana polisi saat itu? Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono, mengaku beberapa hari sebelum peristiwa keji itu terjadi pihaknya sudah mendapat laporan dari warga soal adanya ancaman pembunuhan terhadap warga dari kelompok tertentu. Atas laporan itu, lanjut Argo, anak buahnya sudah menindaklanjuti dengan melakukan penelusuran serta menginterogasi warga desa yang bersangkutan. Baca: Kompolnas... Hal 7
Tosan Sesak Napas Tiap Dengar Nama Kancil DPRD Jatim Minta Polisi Jamin Keselamatan Saksi Kunci SETIAP mendengar nama sahabatnya, Salim Kancil disebut, napas Tosan langsung sesak. Rupanya Tosan sudah mengetahui kalau karibnya itu sudah meregang nyawa, setelah mendapat penyiksaan dari para preman pro penambang pasir. Istri Tosan, Ati Hariati menduga kalau suaminya mendengar perbincangan orang lain. Kemungkinan saat banyak tamu berbicara di luar atau bisa juga menduga-duga sendiri karena banyaknya wartawan. “Selama ini kalau ada yang bilang Pak Kancil meninggal saya minta diam atau menjauh dari
suami saya,” kata Ati Hariati di sela menunggui suaminya di Rumah Sakit Saiful Anwar
(RSSA) Malang, Kamis (1/10). Baca: Tosan... Hal 7
Tosan dijaga ketat polisi karena menjadi saksi kunci pembunuhan sahabatnya.
Petisi Usut Kasus Salim Kancil Tembus 40 Ribu PETISI online di change.org yang meminta Kapolri Jenderal Badrodin Haiti untuk menangkap pembunuh petani anti tambang Lumajang, Salim Kancil, telah mendapat dukungan lebih dari 40 ribu orang, Jumat (2/10). Dukungan mencapai 42.392, kurang 7.608 lagi sampai genap 50 ribu. Salim Kancil dibunuh oleh sekelompok orang di kampungnya sendiri, Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang, Jawa Timur. Pembunuhan sadis atas Salim Kancil mengagetkan publik tanah air, dan memunculkan petisi online berjudul www.lensaindonesia.com
“Pak Badrodin, Tangkap Para Pembunuh Salim Kancil,” yang dibuat Tim Kerja Perempuan dan Tambang (TKPT). Petisi itu selain ditujukan kepada Kapolri Jenderal Badrodin, juga kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), serta Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). “Pembunuhan keji Salim Kancil bukan kriminal biasa, tapi pembunuhan berencana yang dipicu penolakan warga terhadap penambangan pasir besi.
Kejadian ini berpotensi terulang,” kata Siti Maimunah dari TKPT. Dalam petisi itu, Salim disejajarkan dengan buruh perempuan asal Madiun, Marsinah, yang juga dibunuh dan dibuang jasadnya ke hutan. Menurut petisi tersebut, keduanya dibunuh dengan cara yang sama. Pembunuhan ini dilakukan karena mereka menuntut hak dasarnya sebagai warga negara, yang satu hak atas kenaikan upah yang layak, yang satu hak atas lingkungan hidup yang sehat dan aman. Ada lima tuntutan yang disertakan
dalam petisi ini, yakni: 1. Mendesak Kepolisian dan aparat penegak hukum lain untuk serius dalam mengusut para pelaku pembantaian terhadap Salim Kancil dan (penganiayaan) Tosan hingga aktor intelektual di balik peristiwa kekerasan Desa Selok AwarAwar, dan mengganjar pelaku dengan hukuman seberat-beratnya. 2. Mendesak Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang untuk segera menutup seluruh pertambangan pasir di pesisir selatan Lumajang. Baca: Petisi... Hal 7
Bupati Lumajang Terseret Kasus Salim Kancil? KASUS penambangan pasir ilegal di Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur memasuki babak baru. Konflik yang meledak hingga menyebabkan Salim Kancil tewas dan Tosan menderita luka serius itu, diduga imbas dari mata rantai karut marut perizinan di sana. Yah, pasca Salim terbunuh dengan keji, Bupati Lumajang Asa’at Malik baru bereaksi. Sayangnya, pasca kematian Salim Kancil, Bupati Lumajang baru merespon terkait praktik penambangan ilegal yang kerap terjadi di wilayahnya. Ia sesumbar bakal menutup seluruh aktivitas tambang pasir yang tidak mengantongi izin. Bahkan, As’at mengaku akan melibatkan aparat kepolisian saat penertiban dilakukan. “Sudah berkoordinasi dengan Kepolisian dan dalam waktu dekat akan menutup,” ujar As’at di Pemkab Lumajang, Selasa (29/10). Sebelumnya As’at juga sempat menemui barisan demonstrasi Aliansi Damai unBupati tuk LumaLumajang jang (Adil) Asa'at Malik. di depan kantornya. Baca: Bupati... Hal 7