Klik website: http://www.lensaindonesia.com/
Edisi 72 02 - 08 Februari 2015
TERBIT 16 HALAMAN, HARGA ECERAN: RP 4.000, LANGGANAN: RP 16.000 (LUAR JAWA TAMBAH ONGKOS KIRIM)
Komjen Budi Gunawan Susun Kekuatan Ada Tiga Kelompok Ngebet Kuasai Polri
Prabowo Kawan Baru Jokowi Tinggalkan PDIP Gara-gara Komjen BG KMP Pasang Badan untuk Presiden Presiden Joko Widodo kini seolah berjuang sendiri. PDIP, partai yang seharusnya mendukungnya malah menjadi kekuatan penekan terhadap berbagai kebijakan yang dia lakukan. Sebaliknya, KMP, gabungan partai yang menjadi musuhnya di pilpres lalu malah berbalik mendukung Jokowi.
PELACUR JEBOLAN DOLLY BEROPERASI LAGI Jatim Square
4
PDIP sampai hari ini masih terus mendorong Jokowi melant ik Komjen Budi Gunawan jadi Kapolri. Padahal saat ini masyarakat malah mendorong Jokowi membatalkan pelantikan karena tidak etis seorang tersangka memimpin lembaga penegakan hukum. Suara santer didengungkan oleh FPDIP DPR. FPDIP mendorong Jokowi lekas melantik Komjen Budi dan tutup telinga dari suara banyak orang yang berbeda pandangan dengan KIH.
Baca: Komjen... Hal 7
Komjen Budi Gunawan
Baca: Prabowo... Hal 7
Kopilot yang Terbangkan Pesawat KNKT Ungkap Detik-detik Jatuhnya AirAsia QZ8501 KOMITE Nasional Keselamatan transportasi (KNKT) mengungkapkan banyak poin hasil laporan awal investigasi kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501. Dalam paparannya itu, ada berbagai poin penting yang disampaikan KNKT. Poin penting pertama terkait data Flight Data Recorder (FDR). Ketua tim investigasi AirAsia QZ8501 Marjono Siswosuwarno mengatakan bahwa FDR terdiri dari 1.200 parameter yang bisa digunakan untuk menentukan kondisi pesawat. “Namun biasanya dari investigasi 34 parameter saja sudah mampu mengetahui kondisi pesawat. Jadi enggak perlu 1.200 parameter di investigasi,” ujar
SOEKARWO SUAP ZULKARNAEN RP 5 MILIAR? Bongkar Perkara
KISRUH KPK vs Polri membuat internal Koalisi Indonesia Hebat (KIH) mengalami krisis komunikasi. Partai PDI Perjuangan adalah yang paling “ngotot” agar Budi Gunawan segera dilantik sebagai Kapolri. Sayangnya, hal itu bertentangan dengan sikap Presiden Joko Widodo yang masih ragu. Hal itu terbukti dari pernyataan Tim 9 yang diketuai Syafi’i Ma’arif, bahwa Presiden Jokowi mengaku ada tekanan dari parpol. Tekanan itu nyata-nyata ada dan terus diucapkan oleh para elite PDIP.
PRESIDEN Joko W idodo menunda pelantikan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai Kepala Kepolisian RI. Namun, meski sudah ditetapkan sebagai tersangka, Budi Gunawan tetap saja belum mundur dari jabatan Kepala Lembaga Pendidikan Polri. Komjen Budi Gunawan ditetapkan sebagai tersangka karena diduga menerima hadiah atau janji dalam jabatannya sebagai Kepala Biro Pembinaan Karir Deputi SDM Mabes Polri 2004-2006. Ketua Tim Independen KPK-Polri, Syafi’i Maarif memiliki kecurigaan sendiri di balik sikap Budi Gunawan yang kukuh menolak mengundurkan diri dari pencalonan Kapolri. “Karena sudah proses dia paripurna. Ya sekarang persoalannya kalau dia tidak mau mundur, ya dia nyusun kekuatan,” kata Syafii usai bertemu dengan Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu 28 Januari 2015. Menurut pria yang akrab disapa Buya Syafi’i ini, masalah Budi Gunawan diakui sangat berat bagi Jokowi. Sebab, ini tidak hanya soal dilantik atau tidak, tapi juga melibatkan DPR. “Bagi saya itu berat sekali. Dilantik, lalu diminta berhenti. Kalau tidak mau berhenti kan repot itu. DPR punya apa (kepentingan) sendiri bukan. Politik itu,” kata dia.
Baca: Kopilot... Hal 7
6
Ketua tim investigasi AirAsia QZ8501 Marjono Siswosuwarno saat mencontohkan posisi pesawat naik tak wajar di Kantor KNKT, Jakarta
DPRD Surabaya ‘Ditarget’ KPK Miris, Semua Dewan di Jawa Timur Belum Lapor LHKPN DUA petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendatangi DPRD Surabaya, Jumat (30/1/ 2015). Tapi kedatangan mereka bukan bermaksud memeriksa anggota dewan, melainkan untuk memberikan bimbingan dan sosialisasi tentang kewajiban menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penye-
WOW, DKI BELI POHON EKSOTIS RP750 JUTA Jakarta Raya 10
lenggara Negara (LHKPN). Wakil Ketua Komisi C DPRD Surabaya, Bukhori Imron menjelaskan, pertemuan yang diikuti pimpinan dewan dan pimpinan komisi itu bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang kewajiban penyelenggara negara melaporkan harta kekayaan. Selain
Blitz 13 www.lensaindonesia.com
Baca: DPRD... Hal 7
PAN Diam-diam Sudah Terpikat Sosoknya
Risma Jual mahal, PDIP Ogah Usung Lagi Di internal PDIP, sosok Risma dicap sebagai politisi yang ‘jual mahal’ dan tidak loyal. Sementara ada partai lain yang kabarnya sudah menggandeng Walikota Surabaya itu.
SUAMI INUL HAMILI PEDANGDUT DI MOBIL
itu juga sosialisi tata cara mengisi formulir tentang kekayaan dari masing-masing anggota dewan. “Kami ditarget dua minggu terhitung mulai sekarang. Jadi tanggal 15 Februari nanti sudah selesai,” ujarnya.
PDI Perjuangan masih enggan mempertimbangkan Wali Kota Tri Rismaharini untuk diusung lagi dalam Pemilihan Wali Kota tahun ini. Partai berlambang banteng moncong putih itu beralasan akan mengusung kader internal. “Internal partai menghendaki kader sendiri, dan afiliasinya adalah Pak Wisnu Sakti Buana belum ada nama lain,” tegas
Wakil Ketua Bidang Politik DPC PDIP Surabaya, Adi Sutarwijono, Selasa (27/1/2015). Wisnu Sakti Buana saat ini adalah Wakil Walikota Surabaya sekaligus Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya. Ia adalah putra tokoh Banteng yang juga loyalis Megawati Soekarnoputri, Sutjipto. Jika Risma ingin kembali maju melalui PDIP, Awi – panggilan akrabnya – malah mem-
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini
pertanyakan keseriusan walikota Surabaya perempuan pertama itu. Pasalnya hingga saat ini
tidak ada komunikasi apapun yang dilakukan walikota dengan DPC PDIP Surabaya.
“Sekarang bergantung Bu Risma, apa membutuhkan PDIP atau tidak. Jika butuh ya komunikasi dong?” tanyanya. Tapi pihaknya membuka diri jika memang Risma ingin dicalonkan lagi oleh PDIP. Namun, ada mekanisme pencalonan yang harus dilewati yaitu melalui rapat kerja cabang khusus (rakercabsus). Pelaksanaannya sendiri menunggu kepastian skema waktu tahapan pemilukada. “Jika penjaringan bakal calon mulai Februari, kita siap gelar raker April. Jika mundur ya kita mundur,” terangnya. Baca: Risma... Hal 7