2 minute read
Opini: Tabungan dan Investasi, Dua Hal Penting yang Jarang Diprioritaskan
Tabungan dan Investasi,
Dua Hal Penting yang Jarang Diprioritaskan
Advertisement
Oleh : Reiny Ardeiny, S.E., CFP (Business Manager PT. Generali Indonesia Semarang) Penyunting: Mursalina Utami | Desainer: Ilham Fatkhu Arroyyan
Dewasa ini, menabung menjadi kebutuhan yang mendasar bagi setiap orang untuk mempertahankan kondisi finansialnya. Tak hanya membantu persiapan di masa mendatang, menabung bisa menjadi pilihan yang tepat untuk mengalokasikan income. Selain itu, menabung juga dapat mengurangi perilaku konsumtif di tengah segala kemudahan bertransaksi. Namun, tak sedikit masyarakat yang masih belum memahami pentingnya menabung, sehingga sebagian besar dari
mereka hanya mengalokasikan semua pendapatannya untuk memenuhi keinginan. Sebagian lagi sudah menyimpannya tanpa perhitungan yang matang, akibatnya pendapatan mereka habis karena memenuhi keinginan yang tiada habisnya. Jika dilihat lebih jauh, hanya sebagian kecil masyarakat Indonesia yang telah melakukan perencanaan keuangan. Hal ini membuktikan bahwa kesadaran perencanaan keuangan masyarakat Indonesia masih minim, fakta ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk Indonesia yang baru mengenal adanya fasilitas keuangan selain tabungan. Di sisi lain, investasi juga baru dijangkau sebagian kecil masyarakat dengan jumlah investor tak lebih dari 15% jumlah total penduduk Indonesia, yang mana mayoritas dari mereka menganggap menabung dan berinvestasi bukanlah suatu hal penting. Apalagi jika membicarakan kemauan untuk melakukan perhitungan yang cermat, kebanyakan masyarakat memang cenderung masih ‘main aman’ dalam mengelola keuangan. Jika dibandingkan lebih lanjut, masyarakat Indonesia lebih suka menabung dibandingkan menginvestasikan hartanya. Financial planner sering menemukan orang-orang yang menganggap menabung dan berinvestasi itu tidak penting. Padahal kedua hal tersebut harus dipersiapkan secara matang. Anggap saja, selepas menyelesaikan pendidikan tentunya mereka akan mencari pekerjaan. Dari situ, mereka memperoleh penghasilan yang pastinya harus dikelola sedemikian rupa. Sebenarnya terlepas dari tinggirendahnya income, kemampuan untuk mengatur dan mengontrol keuangan adalah hal terpenting dalam memenuhi kebutuhan hidup. Menabung dan berinvestasi ialah dua hal yang berbeda. Investasi memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan tabungan. Selain itu, menabung menggunakan uang, sedangkan berinvestasi dapat menggunakan aset riil maupun produk-produk pasar modal. Kita buktikan saja! Ketika menabung, uang yang kita simpan tidak dapat tumbuh secara signifikan dikarenakan nominal bunga yang ditawarkan tidak terlalu besar dibanding biaya administrasinya. Sedangkan untuk investasi, kita membutuhkan kecakapan dalam menganalisis situasi pasar, memiliki kesiapan menanggung resiko kehilangan modal jika perusahaan bangkrut, dan butuh waktu lama untuk memperoleh return dan profit dari investasinya. Keduanya tidak menutup kesempatan bagi kalangan pelajar/mahasiswa yang cenderung belum memiliki penghasilan. Banyak bentuk investasi yang bisa dilakukan, contohnya investasi emas, reksadana, deposito dan tentunya saving di bank. Alokasi saving bisa divariasikan sesuai dengan rencana dan target setiap orang, namun biasanya berkisar antara 10%-30% dari total income setiap individu.
Investasi yang dilakukan sejak dini sangat berguna untuk menciptakan sumber keuangan baru, mewujudkan tujuan keuangan, mengoptimalkan investasi, mempersiapkan dana pensiun, serta beragam keuntungan yang bersifat jangka panjang lainnya. Hal utama yang menjadi pertimbangan adalah proteksi yang berguna untuk memastikan dana dialokasikan secara efektif dan efisien. Seperti halnya ketika anggota keluarga sakit secara tiba-tiba, suami atau istri di-Putus Hubungan Kerja (PHK), atau hal-hal lain yang membutuhkan dana tak terduga. Proteksi berkaitan dengan dana darurat maupun asuransi yang setiap saat bisa menjamin hal tersebut. Maka, sebaiknya setiap individu mulai berfikir tentang hal-hal tak terduga yang bisa saja terjadi di masa depan bahkan hingga seperti apa kondisi keuangan anak cucunya kelak, maka hal ini perlu dimulai dari diri setiap orang untuk mulai merencanakan keuangannya sejak dini.