20 minute read

Kuliner: Kupat Bong kok, Kuliner Legit nan Gurih Khas Kota Bahari

KUPAT BANGKOK, Kuliner Legit nan Gurih Khas Kota Bahari

Oleh : Umi Farida | Desainer : Salsabilla Az-Zahra (Magang)

Advertisement

Dok. Syauqi

Jika kamu berkunjung ke Kota Tegal, kamu wajib mencoba salah satu kuliner khas di sini, salah satunya yaitu Kupat Bangkok. Sajian makanan ini terdiri dari potongan lontong, kecambah, dan sambel goreng kerupuk mie. Komposisi tersebut kemudian disiram dengan kuah bumbu kuning olahan tempe yang dipotong kecil-kecil. Tak ketinggalan, taburan kerupuk mie, bawang goreng serta kecap manis di atasnya menggugah rasa ingin segera menyantapnya.

Jikalau kupat yang biasanya kita kenal terbuat dari beras yang dibugkus dengan anyaman daun janur (daun kelapa muda), beda halnya dengan Kupat Bangkok ini. Kupat di sini dibungkus dengan daun pisang. Kebanyakan orang sering menyebutnya dengan lontong. Sambal goreng yang diolah juga terbilang unik. Kerupuk mie yang menjadi bahan dasar memberikan sensasi kenyal pada Kupat Bangkok yang disantap. Selain itu, kuah tempe yang dimasak dengan bumbu kuning merupakan olahan

tempe kaya rempah yang sudah dibusukkan (Tempe Semangit). Perpaduan ini memberikan rasa yang khas serta gurih.

Untuk menjumpai Kupat Bongkok, kamu tak perlu kebingungan. Kamu bisa mencicipinya di salah satu warung yang sudah berdiri sejak 23 tahun yang lalu. Kupat Bongkok Ibu Puji, begitu sebutannya. Tepatnya di Jalan Werkudoro, dekat Pasar Mejasem, Kota Tegal. Makanan ini sangat cocok untuk dijadikan sarapan loh, karena warungnya sudah dibuka sejak pagi hari. Ibu Puji mulai menggelar dagangannya sejak pukul 05.30 hingga 10.00 WIB. Lokasinya strategis, berada di tepi jalan sehingga bisa ditemukan dengan mudah.

Ibu Puji (50) yang merupakan pemilik warung menjelaskan kepada kami bahwa Kupat Bongkok merupakan olahan masakan yang berasal dari Desa Bongkok, salah satu desa pesisir di Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal. Kira-kira 18 kilometer dari pusat Kota Tegal. “Kupat Bongkok kie saka Desa Bongkok. Sing adol awale wong Bongkok,” Jelasnya. Rupanya kuliner yang dulu bernama Kupat Sayur Tempe Semangit ini pernah menjadi ikon kuliner Kota Tegal di tahun 1970-an.

Rasa yang disuguhkan dalam sajian Kupat Bongkok ini tergolong unik dan khas. Sambal goreng kerupuk mie yang kenyal dipadu dengan olahan Tempe Semangit memberikan rasa tersendiri. Pada suapan pertama, rasa asam dari olahan Tempe Semangit terasa lebih dominan. Namun, pada suapan selanjutnya, semuanya terasa pas. Renyah dari kecambah menjadikan sajian ini semakin kaya rasa.

Hanya dengan Rp.6.000,- kamu sudah bisa menikmati seporsi kudapan legit nan gurih

Dok. Syauqi

ini. Akan semakin menggugah selera jika kamu menikmatinya dengan rasa pedas dari sambal yang disajikan. Jika kurang manis, kamu bisa menambahkan kecap manisnya. Selain itu, warung Kupat Bongkok Ibu Puji ini juga menjual aneka gorengan yang bisa kamu nikmati bersama semangkuk Kupat Bongkok di pagi hari dengan udara sejuk khas Kota Bahari.

Ambis Bukan Hal Negatif,

Tetapi Pendorong Diri Meraih Mimpi

Oleh: Aji Syamsul Arifin | Desainer: Ilham Fatkhu Arroyyan | Ilustrator: M. Syauqi Mubarak

“Ih... ambis”, “Jangan terlalu ambislah”, “Kamu tuh jadi orang ambis banget ya”, pernah mendengar kalimat tersebut? Pasti kita sering mendengar kalimat tersebut di sekeliling kita, bahkan sudah menjadi makanan sehari-hari. Dari kalimat tersebut terdapat julukan yang sering kali dilemparkan di kalangan mahasiswa yaitu “Ambis”. Ambis di dunia perkuliahan sering disematkan bagi mahasiswa yang belajar lebih giat dibandingkan mahasiswa lainnya, entah mengapa di dunia perkuliahan istilah ambis ini mulai menyempit. Terkadang si ambis sering dikambinghitamkan apabila di kelas tersebut ada yang dapat nilai jelek sedangkan si ambis dapat nilai yang bagus.

Sebenarnya Apa itu Ambis?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ambis berasal dari kata ambisius yang artinya berkeinginan keras mencapai sesuatu (harapan, cita-cita); penuh ambisi. Dapat dilihat bahwa ambis memiliki makna yang bagus. Namun, dalam kehidupan sehari-hari ambis sering dikaitkan dengan hal negatif. Di dunia perkuliahan misalnya, ketika ada mahasiswa yang rajin belajar dan mengumpulkan tugas tepat waktu, sedangkan teman-temannya telat mengumpulkan bahkan tidak mengumpulkan tugas. Si ambis ini akan dikambinghitamkan atas hal yang tidak sepatutnya disalahkan. Aneh bukan?

Contoh lainnya, ketika jam kosong atau dosen sedang berhalangan hadir, kebanyakan mahasiswa tak akan menyentuh bukunya. Di sisi lain, minoritas dari mereka ada yang membuka bukunya atau mengerjakan tugas lain. Tak jarang dalam kasus ini, mahasiswa yang giat ini diolok-olok dengan sebutan si ambis. Padahal bukankah si ambis ini hanya menjalankan kewajibannya, kan?

Ambis itu Baik atau Buruk?

Sifat ambis dapat muncul karena faktor yang berbeda-beda, misalnya faktor lingkungan, sosial, pergaulan. Menjadi ambisius sering kali dikaitkan dengan hal negatif, padahal menjadi ambisius adalah hal yang baik. Dengan besikap ambisius secara tidak langsung kita sudah mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu, sehingga kita sudah mempunyai penggerak untuk mencapai tujuan kita. Sebenarnya setiap orang pasti memiliki sifat ambisius, namun mereka ambis di bidangnya masing-masing. Ada yang berambisi untuk mencapai nilai yang baik, ada juga yang berambisi untuk dikenal dan mengenal banyak orang, oleh karena itu untuk mewujudkan ambisinya mereka ikut berbagai organisasi dan acara kampus. Bahkan ada yang ambis dalam melakukan hobinya, mereka yang berambisi dalam hobi biasanya cenderung menghabiskan waktunya untuk melakukan hobinya, seperti travelling, olahraga setiap hari atau ada juga yang berlatih menyanyi untuk menambah jam terbangnya.

Lalu, Bagaimana Cara Kita Menyikapi Sifat Ambis?

Menjadi mahasiswa harusnya kita bersikap dewasa dan sudah tahu kelebihan serta kelemahan masing-masing. Menjadi ambisius merupakan hal yang baik, asalkan tidak sampai berlebihan. Ambisi yang berlebihan tidak lagi disebut sebagai ambisi, melainkan obsesi. Obsesi sendiri merupakan tingkat yang lebih ekstrim dari ambisius. Orang yang terobsesi cenderung lebih emosional dalam mencapai tujuannya. Orang yang terobsesi tentu berbeda dengan mereka yang berambisi. Orang yang berambisi ketika tujuannya tidak tercapai mereka tidak akan mudah menyerah, karena mereka lebih fokus dalam mencapai tujuannya. Berbeda dengan mereka yang terobsesi, apabila tujuannya tidak tercapai mereka cenderung lupa diri bahkan mereka rela menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuan tersebut. Entah itu dengan cara yang baik ataupun buruk, yang ada di pikiran orang yang terobsesi adalah bagaimana caranya agar tujuanya bisa tercapai. Menjadi ambisius seperti kita menggunakan google maps dalam berkendara untuk sampai ke tempat tujuan kita. Ibaratkan tujuan kita adalah tempat yang akan kita tuju, dan kita adalah si pengemudi yang memegang kendali. Pasti dalam perjalanan tidak selamanya mulus, akan ada banyak halangan dan rintangan. Disinilah sebagai pengemudi kita harus tetap fokus dalam perjalanan walaupun banyak halangan dan rintangan, jangan sampai dalam perjalan kita tergoda dengan cara yang kotor, sehingga terobsesi untuk sampai ke tempat tujuan. Orang yang sering meremehkan si ambis biasanya merasa dirinya jenius, sehingga tidak perlu berusaha atau bekerja keras untuk menapai tujuannya. Berbeda dengan mereka yang berambisi pasti akan bekerja keras dan bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuannya, karena usaha keras tidak akan mengkhianati hasil. Seperti kata Albert Einsten “Jenius adalah 1% bakat dan 99% kerja keras”. Jadi, memiliki sifat ambisius bukanlah hal yang buruk. Segala sesuatu pasti mempunyai hal positif dan negatif, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Dengan memiliki sifat ambisius, kita sudah mempunyai motivasi untuk mencapai tujuan kita. Jangan sampai sifat ambisi berubah menjadi obsesi, sehingga kita mengahalalkan segala cara agar tujuan kita tercapai, padahal hal tersebut bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Admit it! I'm not okay, but I'll be fine

By : Lisa Chilly | Designer : Sri Haryuti | Ilustrator : Ahmad Tsani A. A

"It's okay not to be okay"

They said this is not just a slogan to love yourself. They said this sentence has various meanings that must be infused.

What do you think when you listen to that sentence? Maybe some people thought that this sentence refers to us who have to be honest with ourselves. But what we have to underline is, not everyone can be honest with themselves, especially others.

What if covering up emotions is a necessity?

Is that okay if we cover up our sadness?

In psychology, there is a term called repression, where we unconsciously suppress our desires or instincts because of external impulses that go against our desires. Indeed, when we say that we are fine, it will flow positive energy into our subconscious and make us forget the problem for a moment. But remember the problem is still there and whenever it can return to the surface.

I've felt that. I used to feel that when I was forced by my parents to go to a school that I didn't want to. It was fine for a couple of months but it was getting worse when I still couldn't adapt to my undesirable-school and finally, I did something that made my parent submitted a transfer letter. I realize that positive energy only works a few months until all of my emotions exploded.

My psychologist once said that this is all about letting go, accepting and moving.

It's okay to release our emotions and feelings. It's okay to feel things. You can cry, you can be angry, you can be frustrated, be emotions. There’s no something wrong about that. It doesn’t mean that you are weak or –now they call it, too ‘baper’. Emotions and feelings exist because we are human.

I know it’s hard. Maybe you want to try my way; shout the fuck out loud when riding a motorcycle or crying alone in my room for 2 hours long?

Whatever it is you have to release your emotions. Try something like writing, shouting, hitting something or telling people about what you feel. Release your emotions like open a dam door. Once you open it, it will be very heavy flow but it will calm over time. However, if you keep holding it in, someday the door will burst and the flow will damage all around you.

Admit it. Accept if we're really not okay. Never compare yourself with the others. People have different limits. No one expects you to be happy all the time. Yes, it sucks. Yes, it’s painful, but you will come out stronger for having experienced that pain, no matter what you’re dealing with right now. Feel the pain. Like Alisa Tanaka said, “There’s nothing wrong with that; admitting that you’re not okay and knowing that it’s okay is the first step to letting go of the pain. Those negative emotions balance out our positive ones.”

The last step is to move on. You should believe that this feeling is temporary. When we can't see the sun when it's cloudy, it doesn't mean there's no sun, right? Be you. Admit who and how you are. Only you know how stronger you are, like Jessie J told us!

“Don't lose who you are in the blur of the stars

Seeing is deceiving, dreaming is believing

It's okay not to be okay

Sometimes it's hard, to follow your heart

Tears don't mean you're losing, everybody's bruising

Just be true to who you are”

Jessie J – Who you are

Between

0.01 % and 99.99 %

Oleh : Ririn Anjarwati | Desainer : Riris Metta K | Ilustrator : Yekti Z.

Bandung, 26 Agustus 2018

Siang yang cerah, seorang gadis terduduk diam di lantai dingin kamar dengan kedua lutut ditekuk. Tatapannya kosong dengan air mata yang membasahi kedua pipi. Matanya menatap ke arah kalender meja yang terdapat lingkaran pena bewarna biru. Dengan segenap tenaga, ia berjalan tertatih ke arah meja belajar. Bibirnya mulai terangkat membentuk senyuman penuh luka.

“Mama,” rintihnya menoleh ke arah foto keluarga kecil bahagia. Refleks kedua tangannya melempar apapun yang berada di sekitarnya sembari menjerit hebat. Kepingan memori yang berputar cepat di kepalanya, membuat amarahnya semakin memuncak. Masa depanku hancur dalam sekejap bagaikan pecahan kaca yang tersapu hilang entah kemana, batin gadis itu.

Seorang wanita paruh baya yang tengah melakukan pekerjaan rumah terkaget mendengar jeritan nonanya. Wanita itu berlari tergopoh–gopoh menaiki tangga, pikirannya sudah tak karuan memikirkan keadaan sang nona. “Non Keira, tolong jangan seperti ini, Non. Ada Bibi dan Papa Non Keira yang menyayangi non Keira.” Kemudian, Bibi itu berlari menelpon sang tuan rumah. “Halo Tuan,” katanya setelah panggilannya tersambung. “Iya, Bi Siti, ada apa?” “Non Keira kamarnya terkunci. Ada suara jeritan dan pecahan barang, Tuan,” kata Bi Siti cepat.

“20 menit lagi saya sampai, cari bantuan ke tetangga sebelah atau siapapun. Mohon bantuannya, Bi.”

“Baik, Tuan,” katanya mengakhiri panggilan lalu berlari keluar menuju rumah tetangga sang tuan. Tangannya bergerak membunyikan bel sedangkan mulutnya berteriak memanggil.

“Iya, ada apa?” tanya seorang lelaki muda sambil tersenyum ramah setelah membuka pintu. “Tolong nona saya, Den,” kata Bi Siti lalu berlari kembali ke rumah tuannya yang membuat lelaki muda

itu kebingungan.

Ia mengikuti dengan langkah cepat. Ketika memasuki rumah, terdengar suara jeritan dan tangisan yang semakin keras. Ia mempercepat langkahnya mendahului wanita paruh baya di depannya.

“Siapapun Anda tolong buka pintunya,” kata laki–laki itu. Terdengar jeritan sekali lagi. Namun, seketika suara jeritan dan tangisan itu lenyap. “Tolong dobrak pintunya,” kata Bi Siti diangguki oleh lelaki itu.

Ia mengambil ancang–ancang untuk mendobrak pintu hingga terbuka. Kepanikan melanda Bi Siti melihat nonanya tergeletak tak sadarkan diri di lantai dengan kondisi kamar yang berantakan. Laki–laki itu kebingungan. Langkah kakinya menghampiri gadis berwajah pucat itu. Ia mengangkat tubuh gadis itu dengan hati-hati ke ranjang. Sedangkan wanita paruh baya bertubuh gempal yang tak ia tahu namanya segera menelpon dokter untuk memeriksa keadaan nonanya.

“Terima kasih, Den—,” kata wanita paruh baya itu terhenti karena tak tahu siapa nama laki–laki muda itu.

“Milano, panggil saja Lano,” kata Milano tersenyum.

“Terima kasih, Den Milano sudah menolong Non Keira,” kata Bi Siti.

“Namanya Keira?”

Bi Siti mengangguk. “Sepertinya Anda orang baru di sini.”

“Iya, Bi. Saya baru saja pindah dari luar negeri.”

“Jadi Anda anaknya tetangga baru itu?” Milano mengangguk.

“Kalau begitu saya permisi.”

“Sekali lagi terima kasih. Mari saya antar,” ucap sang bibi melangkahkan kaki keluar diikuti oleh Milano sebelum ekor matanya melihat Keira sekali lagi.

Vienna, 21 Juli 2018

Seorang gadis duduk menatap pantulan dirinya di cermin. Wajah cantiknya terlapisi make up natural, rambutnya ditata rapi terhiasi flower crown senada dengan baju

CERPEN yang dikenakan. Bibirnya tersenyum lebar karena ini adalah hari paling spesial dalam hidupnya. Impiannya selama ini akan mencapai puncaknya. Vienna, tempat kelahiran sang musisi ternama mungkin akan menjadi saksi bisu perjuangan Keira selama ini. Ia berharap hidupnya akan seperti Mozart dan Beethoven yang meniti karirnya dari kota yang terkenal akan seribu keindahan ini. Bukan pianis atau sebagai musisi lainnya, tapi impiannya adalah Balerina, hidupnya dan impiannya.

“Keira!” seru seseorang perempuan bertubuh tinggi semampai.

Keira menoleh lalu tersenyum.

“It’s show time, Keira.”

“Oke, Keyle.”

Sebelum beranjak, Keira menarik nafas panjang seraya menetralkan degup jantungnya yang kian memburu. Tangan kanannya terulur menyentuh kalung peninggalan mamanya yang menggantung indah di lehernya.

Keira mengarahkan pandangannya ke semua audience yang terlihat sangat menantikan konser besar balerina tahun ini. Matanya berbinar melihat salah satu bangku audience paling depan yang menampakkan seorang pria paruh baya. Pria itu menggerakkan mulutnya membentuk rangkaian kata ‘semangat’ yang ditujukan untuknya, seiring dengan instrumen musik pengiring tariannya dimulai.

Dari teknik virtuoso seperti pointe work, grand pas de deux dan mengangkat kaki tinggi dilakukannya dengan sempurna. Keira melangkah dengan percaya diri, menampilkan repertoar snowflakes yang pernah dibawakan Ana Pavlova ketika konser di Indonesia.

Dia memejamkan mata seraya menikmati instrumen yang terus mengalir melalui indra pendengarannya. Kemudian matanya terbuka menyorotkan kelembutan dan satu gerakan dia melakukan high extention. Setelah itu kakinya lincah melompat tinggi lalu mendarat. Namun, semuanya berubah menjadi gelap di pelupuk mata Keira setelah sengatan terjadi di bagian kakinya.

Bandung, 26 Agustus 2018

Keira terbangun dengan napas terengahengah dan keringat yang mengucur di sekujur tubuhnya. Mimpi itu datang lagi, batinnya. Ia berusaha untuk bangun dan berjalan ke arah balkon kamar. Matanya menyipit melihat seorang laki-laki yang seumuran dengannya berada di balkon kamar rumah tetangganya. Laki-laki itu sedang melambaikan kedua tangan dengan pandangan mata tertuju ke arahnya.

“Keira!” teriak Milano sambil menunjukkan deretan gigi putihnya.

“Gue cuma mau bilang kalau di dunia ini nggak ada yang nggak mungkin. Jika lo gagal dalam meraih impian, percaya sama gue ada rencana indah di balik semua kegagalan. 0.01% kemungkinan akan berubah jadi 99.99% asal lo mau bangkit dan berusaha. Jangan lupa berdoa dan tetap semangat,” teriak laki–laki itu sambil tersenyum.

Tanpa disadari, sudut bibir Keira terangkat, menyisakan senyum tipis yang menghiasi wajahnya.

Bandung, 25 Agustus 2019

Di sebuah kafe bernuansa vintage, duduk seorang laki-laki tampan yang terlihat serius membaca novel. Bibirnya terangkat membentuk senyum seiring dengan tangannya yang membalikkan lembar novel ke halaman selanjutnya. Ia tak menyadari seorang gadis baru saja duduk tepat di depannya. “Between 0,01% and 99.99%.” Milano mendongak lalu tersenyum hangat menatap gadis yang berada di depannya. “Seru banget, ya?” tanya gadis itu. Laki-laki itu mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

“Kalau gue ganggu, gue pergi,” kata gadis itu hendak melenggang pergi tapi pergelangan tangannya dicekal oleh laki-laki di hadapannya.

“Duduk.” Keira menuruti perkataan Milano untuk duduk.

“Udah lama?”

“Hampir setengah jam, tapi nggak papa.” laki–laki itu meletakkan pembatas pada bagian terakhir yang ia baca sebelum menutupnya.

“Suka novelnya?”

“Ada part yang nggak gue suka.” Keira mengernyit mendengar pernyataan Milano. “Tapi boong,” Sahut Milano sambil tertawa terbahak–bahak tapi tak berlangsung lama.

“Gue suka semuanya, apalagi penulisnya,” kata Milano yang membuat Keira tersenyum. Milano terkekeh geli dan mengacak rambut Keira yang membuat Keira mengaduh kepadanya.

“Dan karena between 0.01% and 99.99%, gue berpikir bahwa masa lalu cukup untuk disimpan dalam ingatan. Karena sekeras apapun seseorang berusaha mengulang masa lalu untuk memperbaikinya, itu tidak akan pernah bisa terjadi. Gagal menjadi ballerina bukanlah akhir dari segalanya. Buktinya gue bisa jadi penulis, dan yang paling penting ada hal yang mungkin lebih indah menunggu kita di masa depan, seperti gue bisa ketemu sama lo, Milo.”

Mereka berdua tersenyum seiring dengan hujan yang mulai membasahi jalan.

PERSONA

Oleh: Nisrina Nibras | Desainer: Rinda Wahyuni

Judul Buku : Persona Penulis : Fakhrisina Amalia Penyunting : Tri Saputra Sakti Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tebal Buku : 248 hlm.; 20 cm ISBN : 978-602-03-2629-0 Kota Terbit : Jakarta, 2016 jatuh cinta kepadanya adalah salah satu hal yang sangat membahagiakan. Apalagi di saat kita tidak memiliki siapa-siapa untuk berbagi. Namun, apa jadinya jika orang yang begitu kita cintai ternyata tidak pernah ada dalam kehidupan kita? Persona. Sebuah kisah tentang seorang perempuan bernama Azura yang jatuh cinta kepada teman barunya bernama Altair. Azura yang saat itu tengah terpuruk karena masalah keluarga merasa sangat bahagia ketika Altair datang ke kehidupannya. Ayah ibunya sering bertengkar bahkan sejak ia masih kecil, membuat ia merasa tidak memiliki siapa-siapa. Lambat laun Azura begitu nyaman dengan Altair, hingga ia bisa melupakan Kak Nara, kakak kelas yang ia kagumi sedari lama. Namun di saat Azura sudah menaruh hati kepada Altair, ia malah pergi menghilang untuk waktu yang cukup lama. Hari terus berganti, Azura pun masuk di salah satu perguruan tinggi yang ada di Palangka Raya. Untuk kedua kalinya ia menemukan teman baru bernama Yara yang ternyata adik dari Kak Nara. Semenjak itu Azura dan Kak Nara menjadi semakin dekat. Di tengah kebahagiaan yang sedang dialami, tiba-tiba Altair muncul kembali di kehidupan Azura. Hingga Azura harus memilih antara Altair

Menemukan seorang teman dekat dan atau Kak Nara. Buku ini sangat menarik. Kisah cinta remaja yang dihadirkan membuat kita tenggelam bersama alur ceritanya. Penulisan waktu pada tiap bab sangat memudahkan pembaca dalam mengikuti alur cerita. Penulis terlalu apik dalam mengolah frasa sehingga kita tidak akan pernah menyadari jika ternyata tokoh utama adalah penderita skizofrenia. Buku ini mengisahkan seorang penderita skizofrenia yang dapat menciptakan sosok yang ia bayangkan. Buku ini juga memiliki alur cerita yang unik, bahasa yang ringan namun ceritanya tidak mudah ditebak. Karakter dalam tokoh ini digambarkan dengan sangat manis. Hanya saja, beberapa bagian dalam buku ini ditulis dengan bahasa yang vulgar meskipun dilabeli young adult. Namun secara keseluruhan novel ini menarik dan cocok dibaca bagi kalian yang berusia 15 tahun ke atas.

NYANYIAN AKAR RUMPUT

Oleh: Ainul Maghfuroh | Desainer: Ilham Fatkhu Arroyyan

Judul Sutradara Produser Tanggal Rilis Durasi Pemain Perusahaan Produksi : Nyanyian Akar Rumput : Yudha Kurniawan : Yudha Kurniawan : 16 Januari 2020 : 1 Jam 52 Menit : Fajar Merah : Rekam.Docs

Nyanyian Akar Rumput merupakan film dokumenter berlatar belakang pasca pemberontakan masa pemerintahan presiden Soeharto pada tahun 1998. Film ini dibuat selama empat tahun, mulai tahun 2014. Film yang disutradarai oleh Yudha Kurniawan hadir dengan mengangkat kisah hidup keluarga seorang sastrawan sekaligus aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Widji Thukul. Dikisahkan pula bagaimana perjuangan dalam menyuarakan kasus hilangnya Widji Thukul beserta aktivis HAM lainnya. Film dokumenter ini dipenuhi haru biru istri dan kedua anak Widji Thukul dalam menjalani hidup tanpanya. Kehilangan itu bertepatan dengan peningkatan operasi represif dalam pembersihan aktivitas politik yang berlawanan dengan orde baru. Akibatnya, Sipon, istri Widji Thukul harus menanggung dan membesarkan kedua anaknya seorang diri. Entah Widji Thukul masih hidup atau sudah meninggal, Sipon tetap konsisten menyuarakan penyelesaian kasus pelanggaran HAM tersebut.

Berbeda dengan cara ibunya yang bersifat skeptis, kedua anak Widji Thukul justru bersifat apolitis. Mereka menyuarakan perjuangan dengan cara yang berbeda, yakni melalui seni. Terutama anak bungsunya, Fajar Merah. Saat itu Fajar masih berusia 2 tahun yang membuat ia tak punya memori tentang sosok ayahnya. Tetapi seiring berjalannya waktu, ia mencoba untuk mengenali tulisan-tulisan dan cerita perjuangan sang ayah, hingga akhirnya ia merasa menemukan ayahnya dan berusaha meneruskan perjuangannya. Kemudian pada tahun 2010, Fajar Merah berserta teman-temannya membentuk sebuah grup musik bernama Merah Bercerita. Lagu-lagu Merah Bercerita yang dilantunkan sebagian besar merupakan puisi-puisi karya Widji Thukul. Karyanya sarat akan memori kelam Bangsa Indonesia kala tahun 1998. Kekurangan film Nyanyian Akar Rumput terletak pada alur cerita. Tidak berurutan dan kurang jelas, membuat penonton khususnya saya menjadi kebingungan. Misalnya pada adegan penayangan peristiwa Mei 1998, ketika belum selesai memahami tiba-tiba cerita sudah berganti lagi. Juga pada pemutaran lagu fenomenal Bunga dan Tembok yang dinyanyikan oleh Merah Bercerita, seharusnya lagu tersebut diputar dengan bervariasi sehingga tidak hanya pada satu rekaman lagu saja. Selain itu, akan lebih baik jika lagu-lagu yang diputar disertai dengan lirik. Dengan begitu, penonton bisa ikut menyanyikan dan menghayati lagu perjuangan tersebut. Namun secara keseluruhan, menurut saya pribadi film ini sangat menarik. Film pemenang Piala Citra untuk kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2018 ini tak hanya menampilkan perjuangan Widji Thukul lewat lantunan-lantunan musik, melainkan juga tentang kesederhanaan sebuah keluarga. Dan yang paling penting, film ini mengajarkan kita untuk menolak lupa akan perjuangan aktivis HAM dalam memperjuangkan demokrasi pada masa itu. Film ini sangat recommended untuk jenis film dokumenter yang dikemas secara epic dan berbeda. Saya beri rate 80/100. Selamat menonton!

NANO GAME NANO GAME 1 2 8 3 6 8 10 7 2 5 1 4 3 1 1 x x x x

2 1 1 2 x x

7

1 3

6

7 x

x

x

x x x x

x

x

8 x x

8

8 x

4 x x (Clue : kepala spesies hewan tertinggi yang hidup di darat)

Cara Bermain :

1. Teka-teki diselesaikan dengan mewarnai kotak. Gunakan pensil atau pensil warna. Misal : 5

2. Terdapat kolom dan baris yang masing-masing berisi angka. Angka tersebut adalah petunjuk yang menunjukkan berapa banyak kotak yang harus anda warnai. Namun ada kotak yang tidak boleh diwarnai yaitu kotak yang diberi tanda X. 5 x

3. Jika terdapat lebih lebih dari satu angka di kolom maupun baris, maka harus ada (minimal 1 kotak , bisa 2/3/dst) di antara kotak yang diwarnai. Misal : 1 1 2 x x

4. Kolom atau baris yang angkanya telah terpenuhi tidak boleh diwarnai lagi. Kotak yang Anda warnai atau arsir akan mem- bentuk gambar sesuai clue. Bagi 5 jawaban terbaik akan kami upload ke instagram LPM Dimensi dan bagi 3 narasi yang memiliki banyak like, akan mendapatkan merchandise special Dimensi!!

Kirim jawaban terbaikmu melalui WhatsApp ke +62 822-4250-5019 (Nisrina) Pemenang akan diumumkan melalui akun instagram @lpm_dimensi,

paling lambat 24 Agustus 2020. 60

f

NGEDIMS

Desainer : Sri Haryuti

Penerapan PolinesPay masih terbatas di area Tata Niaga.

Cashless atau malah useless?

Pembayaran UKT sudah merambah ke dompet digital.

Apalah daya anak kos yang tiap naik ojol harus top up dulu? :(

Pemerintah canangkan program KIP Kuliah pengganti Bidikmisi.

Apakah pencairannya juga akan selalu terlambat seperti Bidikmisi?

Program lanjut jenjang diberhentikan sementara karena sepi peminat

Kalau memang minim peminat, mending dihapus saja

RUU Omnibus law menjadi polemik di kalangan mahasiswa

Mahasiswa paham isi masalahnya nggak nih? Apa cuma ikut-ikut turun ke jalan?

This article is from: