4 minute read

Relevansi Bidang Studi Jadi Tonggak Penempatan Tenaga Kerja

Dok. Intan

Berbagai penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa kesalahan dalam pengambilan jurusan memberikan dampak yang signifikan terhadap karier. Kesalahan tersebut tentunya membuat keahlian seseorang menjadi tidak berkembang. Dalam artikel yang dimuat pada situs finance.detik.com dengan judul “63% Orang Indonesia Bekerja Tak Sesuai Jurusan”, disebutkan pada dasarnya penyerapan tenaga kerja dianggap belum maksimal lantaran terkendala antara ketidaksesuaian (mismatch) pekerjaan dan juga dari sisi pekerja yang memiliki kemampuan di bawah kualifikasi (underqualified). Padahal jika berbicara tentang sistem penjurusan di Indonesia, umumnya dua jurusan yang paling banyak diketahui adalah Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Namun, faktanya pada jenjang perkuliahan dua kategori jurusan itu akan terbagi lagi ke dalam beberapa kategori yang lebih sempit. Di antaranya jurusan Teknik, Ekonomi, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Sosial dan Humaniora, serta lain-lain. Keberanekaragaman jurusan inilah yang memudahkan dalam memilih jurusan sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimiliki. Lantas, jurusan mana saja yang bisa masuk

Advertisement

Oleh: Reitha Alya P. I Desainer: Diva Aurelia S.

dalam sejumlah profesi di Indonesia? Dilansir dari laman resmi bkd.jatengprov. go.id pada Kebutuhan Calon Aparatur Sipil Negara (CASN) 2021, tertera daftar kebutuhan CASN tahun 2021 terbagi menjadi 3 bagian, yaitu kebutuhan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), Kebutuhan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Non Guru, dan Kebutuhan PPPK Guru. Di dalam informasi tersebut terdapat kebutuhan jabatan, lokasi kebutuhan, jenis kebutuhan, kualifikasi pendidikan, jumlah kebutuhan, dan keterangannya. Dari data tersebut pula turut dijelaskan Hilman Sahrizal selaku Sub Koordinator Formasi dan Pengembangan Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah (BKD) Provinsi Jawa Tengah bahwasanya dalam pengadaan rekrutmen pegawai sudah diatur nama jabatan dan kualifikasi pendidikan yang bisa mengisi. “Misalkan jabatan pranata komputer yang bisa mengisi adalah jurusan S1 Teknik Informatika atau Sistem Informasi. Jadi, kualifikasi setiap ASN, PNS, PPPK itu sudah ada aturannya,” tutur Hilman. Mari kita perdalam melalui contoh yang bisa direlevansikan dengan profesi pada salah satu instansi. Menurut Santo selaku Sub Koordinator Bidang Pelayanan Arsip Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi

Jawa Tengah, yang bisa menempati profesi arsiparis itu harus sesuai latar belakang jurusan serta menyesuaikan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang ada. “Umumnya pada dinas kearsipan yang dibutuhkan seorang arsiparis dengan latar belakang jurusan kearsipan agar dapat menyesuaikan tupoksi yang ada,” ujar Santo. Pernyataan tersebut didukung dalam lampiran I Pengumuman Gubernur Jawa Tengah Nomor 800/0392.1 tanggal 5 Juli 2021 dengan tajuk Lampiran Penerimaan Calon PNS Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Formasi Tahun 2021. Tertera dalam lokasi kebutuhan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah pada kebutuhan jabatan ahli pertama bagian arsiparis bidang layanan dan pemanfaatan arsip dinas arpus provinsi, dimana dibutuhkan pegawai dengan kualifikasi pendidikan S-1 Kearsipan, D-IV Kearsipan, S-1 Ilmu Kearsipan, dan D-IV Ilmu Kearsipan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesesuaian antara bidang studi dengan profesi menjadi sangat penting karena akan berpengaruh terhadap kinerja pegawainya. Dengan begitu, apabila pekerja mempunyai latar belakang yang sesuai maka otomatis kinerja dari masing-masing pegawai akan lebih mudah dan lebih mendukung pekerjaan yang digelutinya. Maka, bisa dikatakan pengaturan penerapan profesi di Indonesia dalam menempatkan pegawai sudah sesuai dengan latar belakang pendidikan dan posisinya. Hal ini telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Manajemen PNS. Menilik kesesuaian bidang studi dengan penempatan pegawai di perusahaan Dampak dari kurang tersedianya lapangan kerja saat ini, menjadikan lulusan-lulusan tidak mempunyai banyak pilihan dalam menyesuaikan bidang studi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Bisa saja karena faktor kebutuhan dari perusahaan yang mengharuskan banyaknya jumlah karyawan tanpa memperdulikan kecocokan bidang studi. Selain itu, faktor dari pekerja itu sendirilah yang menganggap bahwa passion atau keahlian yang dimiliki bisa dijadikan batu loncatan untuk bekerja di bidang yang tidak sesuai jurusannya. Mikael Qamara Erlambang salah satu staf Recruitment and Contract

Management di PT Telkom Akses Head Office Jakarta mengungkapkan bahwa menurutnya beberapa jurusan di Indonesia mempunyai pilihan pekerjaan terbatas. “Misalnya lulusan Jurusan Teknik merasa bisa eksplore atau bahkan cocok di bidang suatu lowongan pekerjaan yang dibuka, meskipun tidak linear dengan jurusannya,” imbuh Mika. Dengan kata lain, lulusan akan cenderung bosan dengan pilihan pekerjaan yang terbatas, sehingga kebanyakan dari mereka lebih memilih melamar pekerjaan dengan latar belakang yang berbeda dengan studi yang ia tekuni. Diperjelas dengan sistem rekrutmen PT Telkom Akses Cabang Jakarta, dimana terdapat kebijakan perusahaan pada proses rekrutmennya yang terbagi menjadi dua. Ada yang memang difokuskan untuk memenuhi target jumlah karyawan tanpa memandang latar belakang jurusan semasa sekolah dan satu sistem yang harus sesuai dengan Distinct Job Manual (DJM) yang sudah diterapkan. Bisa dibilang profesional hiring inilah yang harus sesuai dengan jurusan atau pendidikannya, kompetensi, bahkan ditunjang dengan sertifikasi di bidang yang sedang dibutuhkan. “Kebanyakan 50:50 ada yang memang belum sesuai dengan jurusan dan ada yang memang harus disesuaikan dengan profesi,” imbuh Mika. Oleh karena itu, kesesuaian bidang studi dengan penempatan pekerjaan karyawan tergantung kebijakan masingmasing perusahaan. Tahapan dalam proses rekrutmen inilah yang menjadi tonggak awal agar dapat menempatkan karyawan sesuai posisinya bahkan menjadi pertimbangan jenjang karier kedepannya.

This article is from: