3 minute read

Kelakar: Si Banyak Tanya: Banyak Ilmu

BANYAK ILMU ATAU CARI PERHATIAN?

Oleh: Ayu Anggraeni | Desainer: Zakiyah | Ilustrator: Novia Putri

Advertisement

“Apakah ada pertanyaan? Kalau tidak ada, saya tunjuk ya,” menjadi sebuah kalimat sakral yang terdengar pada indra pendengaran saat suasana perkuliahan. Pandemi sedikit banyak telah berpengaruh pada habit (kebiasaan) manusia. Tak terkecuali mahasiswa, yang semakin lama semakin kreatif dan multitasking. Bagaimana tidak? Zoom meeting sembari memasak, mengikuti perkuliahan sembari rebahan, ataupun menggunakan animasi profil untuk menggantikan diri di depan kamera. Tentu tak sedikit dan tak jarang mahasiswa yang melakukan hal tersebut. Pasti kalian tak jarang menjumpainya, bukan?

Kala pertanyaan “Apakah ada pertanyaan?” dari dosen berganti menjadi “Saya yang akan bertanya,” di sanalah faktor keberuntungan yang akan menyelamatkanmu. Namun, tak jarang saat momen seperti ini, salah seorang dengan berani menjadi benteng ke-mager-an mahasiswa lain, bertanya pada dosen. Mahasiswa aktif yang sering disebut caper -cari perhatian, ini akan muncul sebagai pahlawan. Sekadar cari perhatian atau memang aktif? Bagaimana pandangan kalian saat ada teman yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dosen saat pembelajaran? Ia, yang selalu bertanya setiap kalimat “Ada pertanyaan?” dilontarkan oleh dosen. Ia, yang selalu menjawab dan menanggapi perkataan dosen. Entah sekadar menjawab ”baik, bu,” ataupun menanggapi lelucon dosen kala pembelajaran. Sebenarnya, ia merupakan mahasiswa yang aktif, atau hanya cari perhatian agar di-notice? Dalam konteksnya positif, mahasiswa yang aktif bertanya maupun yang aktif show off merupakan mahasiswa yang berperan aktif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang efektif. Hal ini dikarenakan mahasiswa dan dosen saling berkontribusi aktif dalam pembelajaran. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang

nyaman dan efektif tentunya akan mempermudah proses pemahaman mahasiswa terhadap suatu materi. Namun siapa sangka, menjadi mahasiswa aktif dapat berakibat sebaliknya apabila teman yang lain memandang dari segi negatif. Ya, tentunya segi negatif tersebut ialah dianggap mahasiswa caper. Lalu bagaimana kita membedakan kedua tipe mahasiswa tersebut? Memang cukup sulit untuk membedakan dua hal tersebut. Apabila dirasakan secara langsung, baik mahasiswa lain maupun dosen pastinya dapat membedakan mahasiswa yang aktif dan yang hanya sekadar cari perhatian saja. Contoh kecil yang dapat digunakan untuk membedakan dua tipe mahasiswa tersebut adalah bobot pertanyaan saat bertanya. Mengapa demikian? Apabila mahasiswa yang hanya mencari perhatian kepada dosen, maka ia akan bertanya di luar konteks pembelajaran (out of topic). Kebanyakan tipe mahasiswa ini bertanya pertanyaan yang dangkal, beropini tidak kritis, dan berusaha terlihat aktif. Hal tersebut menunjukkan mereka tidak paham dengan materi yang sedang diajarkan. Sedangkan, mahasiswa yang aktif dan menyimak penyampaian dosen akan bertanya hal-hal yang masih berkaitan dengan pembelajaran. Pertanyaan, sanggahan, ataupun pendapat dari mahasiswa yang aktif biasanya lebih berbobot dan didasari oleh rasa ingin tahu yang kuat. Mahasiswa yang aktif akan selalu show off saat ada maupun tidak ada dosen. Tak hanya itu, ia akan memimpin jalannya diskusi ataupun membantu menjawab pertanyaan teman. Lain halnya dengan mahasiswa yang caper, hanya aktif saat dosen ada dalam proses pembelajaran. Tentunya, sudah tak asing lagi bukan dengan tipe mahasiswa yang seperti itu?

Jadikan motivasi, bukan iri dengki Setiap kelas apapun jenjang pendidikannya, pasti memiliki dua tipe mahasiswa tersebut. Pembedanya ialah cara pandang lingkungannya terhadap dua tipe mahasiswa ini. Mahasiswa aktif dapat terlihat menjadi mahasiswa caper jika perspektif orang lain buruk terhadapnya, begitu pula sebaliknya. Toh¸asal tidak merugikan diri sendiri tidak akan menjadi suatu masalah yang berarti dan juga tidak baik berprasangka buruk terhadap sesama umat manusia. Terkadang, mahasiswa caper dapat menyelamatkan penghuni kelas saat dosen bertanya tetapi tidak ada yang menjawab. Di sinilah, keberanian mahasiswa yang sering disebut caper tersebut akan membantu menyelamatkan mahasiswa-mahasiswa yang tidak menyimak pembelajaran dengan baik. Kembali lagi pada diri masing-masing, bagaimana cara kita memandang orang lain. Berhentilah berprasangka buruk dengan orang lain, hindari iri dan dengki. Jadikan mahasiswa lain menjadi motivasi untuk belajar lebih giat lagi. Tak hanya soal materi pembelajaran, tetapi juga kemampuan berbicara di depan umum pun menjadi poin penting. Tidak ada yang salah dalam berproses mencapai sebuah tujuan. Namun, tetap pula jangan menjadi pribadi yang menyebalkan. Aktif tidak akan berkonotasi negatif menjadi caper jika mampu menempatkan diri dengan baik di lingkungannya. Aktif bukan pula bagian dari ambis dalam mengejar nilai. Poin terpenting ialah menjadi diri sendiri, jadikan orang lain sebuah motivasi, tiada iri dan dengki, untuk hidup lebih berarti.

This article is from: