Edisi Khusus
Email : lpmparadigma@gmail.com Facebook : LPM Paradigma
Dies Natalis STAIN KUDUS Edisi Khusus : “Gagasan Untuk STAIN Kudus”
Ahad 22 Mei 2016
Mentradisikan Membaca
D
i usia yang ke 19 ini tentu banyak sekali pengharapan dan do’a kepada STAIN Kudus. Paling enggak berharap secepatnya ganti status sekolah tinggi menjadi institut lah. Kata-kata itu kerap sekali saya dengar dari teman mahasiswa, kebanyakan mereka berharap, “lulus dengan ijazah “IAIN” lebih mentereng,” katanya. Namun dalam tulisan ini saya tidak akan menyentil janji peralihan status tersebut. Angka 19 bukan lagi angka yang sedikit, dalam teori Psikologi perkembangan, usia 19 tahun masuk dalam kategori remaja akhir. Dimana masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa, pada masa ini terjadi perkembangan semua aspek untuk menyongsong masa dewasa. (Sri Rumini & Siti Sundari 2004 ; 53)
Jika melihat angka 19 sebagai masa remaja akhir, seharusnya banyak perilaku mahasiswa hari ini yang tentunya menunjukan arah kedewasaan. Bukan bermaksud menyindir tapi memang itu yang saya lihat kebanyakan, meskipun tidak semuanya lhoo. Lihatlah berangkat kuliah hanya rutinitas, melengkapi absensi agar bisa mengikuti ujian, mengejar IPK agar kelak jadi pegawai negara. Romantisme diskusi kelas pun tak tercium, diskusi hanya menjadi keharusan dari dosen, jalannya pun monoton, kurang referensi dan kurang keberanian mengungkapkan argumennya. Padalah Bung Hatta mengatakan dunia kampus adalah republik berfikir yang bebas. Tapi nyatanya kampus hari ini hanya menjadi “arena” pamer gagdet terbaru hingga parade fashion kekinian. Merayakan Dies Natalis ke XIX
1
Kurang membaca Kalau boleh berprasangka, ini karena laku membaca mahasiswa di STAN Kudus yang rendah, lihat saja fasilitas majalah kampus yang gratis saja banyak yang mengabaikan. Alih-alih membacanya, mengambilnya pun ogahogahan. Perpustakaaan pun hanya akan sesak ketika ada tugas-tugas menyusun makalah, itu pun hanya mengutip yang diperlukan, hanya segelintir mahasiswa yang meluangkan waktunya untuk membaca diperpustakaan. Membaca adalah laku sakral mahasiswa, lewat membaca cara pandang kita akan terbuka, lewat membaca pula kita bisa bicara. Tidak hanya itu melalui membaca pula kita akan memperoleh informasi dan informasi adalah kekuatan yang diperlukan dewasa ini.
Namun rendah dan lunturnya tradisi membaca ini didukung dengan lingkungan yang tidak berpihak, perpustakaan misalnya. Untuk ukuran sekitar 8000 mahasiswa, tentunya perpustakaan kita terlalu kecil, ditambah lagi perilaku mahasiswa yang kurang tertib, banyak buku bertempat tidak sesuai dengan yang seharusnya. Lagilagi mengurangi greget mahasiswa ke perpustakaan, seperti yang saya alami. Mungkin anda mengalami hal serupa. Sebenarnya jika boleh usul, ingin saya memaknai sebuah perayaan ulang tahun atau dalam bahasa akademisnya ‘’Dies Natalis’’ ini dengan pesta membaca. Membaca apa? Membaca buku, membaca berita dan yang paling krusial adalah membaca keadaan diri kita sendiri. Bagaimana? Silahkan dionceki sendiri.[] Ulil/PAI/2013
Harmonisasi Sebagai Konstruk Intelektualitas Mahasiswa
M
encapai kemajuan suatu lembaga tentu dibutuhkan sebuah usaha yang tidak instan. Salah satunya dengan pembangunan infrastruktur yang membutuhkan waktu tidak sebentar. Pembangunan gedunggedung diperlukan guna menunjang berjalannya proses pembelajaran. Namun selain dari segi kuantitas upaya lain yang begitu bermakna adalah dari segi kualitas. Dengan meningkatkan kualitas dari setiap personalnya akan memberikan output yang tidak jauh dari ekspektasi masyarakat mengenai seseorang yang duduk dibangku perkuliahan.
status yang tidak sembarang orang punya. Mahasiswa selalu diidentikkan lebih maju dibanding mereka yang tidak berstatus mahasiswa. Oleh karenanya untuk dapàt membuktikan diperlukan upaya-upaya dalam membangun intelektualitas mahasiswa yang berkualitas selain untuk pembuktian interpretasi masyarakat.
Salah satu upaya dalam menkonstruk kualitas akademik mahasiswa di perguruan tinggi adalah dengan diadakannya diskusi terbuka untuk memperbincangkan hal-hal yang sedang hangat dibicarakan, baik dunia politik, sosial, ekonomi, budaya, maupun Pandangan masyarakat luas pendidikan. Sehingga selain menambah mengenai status mahasiswa adalah wawasan, mahasiswa juga akan terlatih 2 Merayakan Dies Natalis ke XIX
mengungkapkan pendapat serta berpikir yang sistematis dengan sesuai realitas. Kemampuan mahasiswa untuk dapat berpikir sistematis, logis serta ilmiah sangat dibutuhkan dalam kancah dunia sebagai agen penerus bangsa. Tentu setiap mahasiswa berkeinginan untuk memiliki kualitas akademik yang mumpuni. Sehingga diperlukan partisipasi pihak perguruan tinggi untuk memberikan wadah bagi pencapaian kualitas intelektual mahasiswa. Diskusi terbuka dapat dilakukan diberbagai tempat dengan tanpa mengganggu proses pembelajaran yang ada. Namun akan dirasa lebih nyaman apabila tersedia tempat-tempat khusus untuk mahasiswa yang ingin bersantai atau mengerjakan tugas atau mengadakan diskusi kecil, sehingga resiko mengganggu proses pembelajaran akan menjadi minim. Keterbukaan
para
dosen
diperlukan dalam memberikan sumbangsih pemikiran-pemikiran saat diskusi berjalan. perlunya menghilangkan pandangan mahasiswa mengenai kedudukan seorang dosen yang begitu menyeramkan, dapat memberikan kesan keterbukaan dan saling memahami antara mahasiswa dan dosen. Kesadaran mengenai sikap keterbukaan perlu dimiliki dosendosen sebagai salah satu jalan konstruk intelektualitas mahasiswa.
Dalam kasus penurunan kualitas intelektual mahasiswa, dapat diatasi dengan hubungan yang sinergis antara pimpinan, dosen dan juga mahasiswa. Perlunya kesadaran pada setiap personalnya akan membentuk kualitas pendidikan yang maksimal. Pendidikan yang berkualitas tentu diharapkan meski untuk mencapainya memerlukan usaha yang tidak mudah.[] juga Afina Izzati/PAI/2013
Laku Menggapai Prestasi (Dies Natalis yang Kehilangan Makna)
M
enurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), Dies Natalis adalah hari ulang tahun berdirinya organisasi atau lembaga pendidikan tinggi. Sedangkan menurut Wikipedia Dies Natalis dapat juga diartikan sebagai suatu peringatan atas hari lahir dan dianggap sebagai peristiwa penting yang menandai awal perjalanan hidup. Dies Natalis selalu dirayakan rutin tiap tahun dengan pengharapan akan bertambahnya kedewasaan menuju kejayaan.
STAIN Kudus, sebuah sekolah merakyat yang tengah gembira merayakan serangkaian acara Dies Natalis bertajuk “Meraih Mimpi dengan Meningkatkan Prestasi�. Bukan tanpa alasan pemilihan tema tersebut. Karena banyaknya perjuangan yang telah dilalui. Terdapat sejuta mimpi dengan usaha-usaha yang layak dikatakan sebagai perjuangan. Khusus untuk STAIN Kudus mimpi yang ingin diraihnya adalah peningkatan mutu. Namun sayangnya, perayaan Dies Merayakan Dies Natalis ke XIX
3
Natalis hanya dianggap sebagai huforia kesenangan yang miskin makna. Semua itu dapat dilihat dari deretan acara perayaan yang jauh dari sebuah kata peningkatan mutu. Proses peningkatan mutu hanya dianggap sebagai suatu penjara yang memaksa para akademisi untuk memasukinya. Dan ketika perayaan Dies Natalis dimulai, tibalah kebebasan dari kungkungan bahkan pemasungan proses peningkatan mutu. Layak Dirayakan
Untuk
Bagi STAIN Kudus, Dies Natalis memiliki makna tersendiri. Bukan hanya sekedar penanda bertambahnya usia, akan tetapi juga sebagai penanda perkembangan kedewasaan. Sebagai satu-satunya Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) di pantura timur. Keberadaan STAIN Kudus yang sekarang berusia 19 tahun masih menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk mendulang pengetahuan. Dalam psikologi perkembangan, usia 19 tahun merupakan usia peralihan dari remaja ke dewasa. Usia yang sangat produktif dalam perkembangan fisik maupun perkembangan pemikiran. Dalam perefleksiannya perkembangan fisik termasuk dalam perkembangan
sarana prasarana maupun perkembangan infrastruktur. Sedangkan perkembangan pemikiran berkaitan dengan keluaran kalangan akademisi yang bermutu. Tentunya STAIN Kudus tak ingin dibilang penghianat dari slogan mereka yaitu “Bermutu dan Bermanfaat�. Proses 19 tahun yang telah dilalui STAIN Kudus telah menciptakan b e r b a g a i peningkatan mutu kampus. Hal ini diupayakan agar STAIN Kudus tidak akan kehilangan eksistensinya dengan perguruan tinggi tetangga. S e m u a n y a dibuktikan dengan dekatnya peralihan nama STAIN menjadi IAIN. Oleh karena itu Dies Natalis seharusnya menjadi momentum untuk menguatkan komitmen akan adanya suatu perubahan demi kemajuan. Perlu adanya penegasan dalam huforia dari sekedar perayaan ulang tahun. Tidak ada salahnya merayakan Dies Natalis dengan kegiatan seperti fashion show atau futsal. Yang terpenting adalah bagaimana para akademisi yang ada dapat memaknainya sebagai suatu kegiatan guna meningkatkan kreativitas dan sportivitas. Melinda Candra A/PGMI/2014
Wujudkan Gagasan dengan Tindakan 4
Merayakan Dies Natalis ke XIX