SALAM REDAKSI
Assalamualaikum wr.wb. Salam Pers Mahasiswa!
Pers sejatinya hadir sebagai wadah ekspresi diri dan media dokumentasi kebenaran suatu fenomena. Atas izin Allah SWT, kami LPM Perspektif FEB USK menyatakan bahwa kami dengan bangga kembali menerbitkan majalah perspektif di tahun 2022 dengan tema “Panggung Kreativitas Bumi Serambi Mekkah”, bersamaan dengan kepengurusan yang dipimpin oleh M.Yodi Agam selaku Pemimpin Umum LPM Perspektif FEB USK tahun 2022.
Provinsi Aceh dengan segala keanekaragamanya merupakan provinsi istimewa yang menerapkan langsung nilai-nilai syariah Islam ke dalam peraturan-peraturan daerah. Aturan-aturan syariah ini diharapkan dapat memberikan keamanan dan kenyamanan pada setiap masyarakat Aceh baik muslim maupun non-muslim. Seiring perjalanannya membersamai Provinsi Aceh, pemerintah dengan tegas berusaha menerapkan syariah Islam dengan sebaik-baiknya. Dibalik itu terdapat beberapa fenomena yang membuat Aceh akhirnya dipandang secara berbeda, hingga dugaan membatasi potensi dan daya kreativitas masyarakat yang ada hingga akhirnya mereka yang belum pernah singgah menjadi enggan untuk datang ke kota Serambi Mekkah yang indah. Dari buah karya ini kami berharap dapat memberikan gambaran bagaimana keadaan terkini Ruang Kreativitas Bumi Serambi Mekkah.
PENASEHAT
DEKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS USK
PEMBINA
SAID MUNIRUDDIN SE.Ak, M.Sc
PEMIMPIN UMUM
M.YODI AGAM
SEKERTARIS UMUM
FAHMI RIZKI
BENDAHARA
AISYAH DASFANIA FITRI
PIMPINAN REDAKSI
FARHANA ATIKAH
SEKRETARIS REDAKSI
MIFTAHUL JANNAH
PIMPINAN PERUSAHAAN
M.RIFQI AUFAR
SEKRETARIS PERUSAHAAN
ANASTASYA DELLA M.
REDAKTUR MAJALAH
M.DAFFA AQMAL
SEK.REDAKTUR MAJALAH
SATIANIHDA UMRI
REDAKTUR DESAIN
JIHAN LATIFAH
SEK.REDAKTUR DESAIN
YUKHA RAMZIAN
REDAKTUR FOTO
M.FITRAH RAMADHANA
SEK.REDAKTUR FOTO
MUSLIADI
EDITOR
PUTRI NADYA
PUTRI AMALIA
REPORTER
ANA ZAKIA,ANASTASIA DELLA M.,ANNA SHATILA K.,DINDA SYAHRANI,DWI MAHAYANA K.,JIHAN ZAHIRAH,MAULA FATHIN,M. RAYYAN AL GHIVARI,M.RIFQI AUFAR,PUTRI AMALIA H.,PUTRI MALIKAH H.,PUTRI NADYA,RAHMAN DHAFA,RAIHAN ATHIYYA,RENADA MAGHFIRA,SAVINATUNNAJAH,SYAKIRA RAHMATIKA,SYIFANI ANDIRA,ULA ARISKA, RIZKI RAMADHANA,NOVI RAHMAWATI, ALIYA SYAHIRA, MUHAMMAD SYUJA’, SYIFAUL HUZNI
FOTOGRAFER
AL HAFIZ AKBAR,M. ALIEF NUGRAHA,M. HARIZ,RIFQI SYAHPUTRA,TEUKU HAYYUN N.
“Art speaks where words are unable to explain”Captured by: M.Daffa Aqmal
Syariat Islam merupakan nafas dalam setiap sendi kehidupan masyarakat Aceh, hal ini berkaitan dengan aspek historis yang dilalui Aceh di masa lampau. Masyarakat bukan hanya menjadikan Islam sebagai agama, tetapi juga identitas. Sehingga, Islam dan Aceh merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tidak heran mengapa segala jenis tindak tanduk kegiatan di Aceh minim berbenturan dengan syariatnya. Sebagaimana terefleksikan dari judul, hal ini tentu menimbulkan pertanyaan banyak pihak terutama para pelaku seni yang ingin mengembangkan karya seni dari bidang yang digelutinya, benarkah aturan syariat ini membelenggu kreativitas terutama yang bersinggungan dengan seni di Aceh?
Seyogyanya seni adalah bentuk pemenuhan keperluan emosional. Sebagaimana yang diucapkan Ki Hajar Dewantara bahwa seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat indah sehingga menggerakan jiwa perasaan manusia. Seni dapat dikatakan mampu memengaruhi jiwa suatu masyarakat untuk menjadi lebih ekspresif.
Lantas bagaimana dengan Aceh? Apakah identitas negeri syariat ini membawa pengaruh yang kuat atau bahkan memberi keunikan tersendiri pada perkembangan ruang kreativitas seni yang tak terbatas?
Perkembangan seni dan budaya Aceh berlangsung sedemikian pesat hingga sekarang. Seni telah membentuk dan memengaruhi kehidupan masyarakatnya.
Aceh dikenal sebagai daerah yang kaya akan seni dan budayanya, tak jarang mendapat pujian dari masyarakat luar. Fasilitas dan wadah yang dibangun Pemerintah bagi para seniman membuktikan adanya dukungan untuk mereka agar selalu mengembangkan kreativitas kesenian di Aceh.
Salah satu pelaku seni senior Aceh bidang kesenian tradisional, Dek Gam menuturkan bahwa Aceh sudah saatnya lebih membuka diri dengan mengharmonisasikan kesenian tanpa menghilangkan unsur syariatnya. Dalam wawancara dengan tim LPM Perspektif, Dek Gam juga turut menceritakan ketika pembukaan Fesyar (Festival Syariat) Aceh, banyak ibuibu turut merasa senang bercampur haru menyaksikan penampilan Rapai yang begitu syahdu.
“Sudah lama saya tidak melihat penampilan seperti ini, sangat merinding,” ujar Dek Gam menirukan kalimat yang diucapkan langsung oleh salah satu penonton dari kegiatan Rapai Geleng ketika pembukaan Fesyar di Mesjid Raya Baiturrahman 4 Agustus lalu.
Ini turut menjadi bukti bahwa masyarakat Aceh justru menikmati kesenian-kesenian semacam ini. Sudah saatnya, Pemerintah membuka kesempatan sebesar-besarnya bagi pelaku seni untuk mengembangkan keseniannya dengan tetap berada pada irisan syariat. Sinergitas antara Dinas Kebudayaan dan Ulama merupakan kunci untuk mengembangkan hal ini di Aceh. Harmonisasi antara Dinas Kebudayaan dan Ulama diharapkan dapat menjembatani muda-mudi yang tampaknya ‘haus’ akan hiburan, namun tetap dalam kendali aturan syariat. Merealisasikan hal-hal semacam itu tentu saja perlu kerja sama yang solid dan penerapan konkrit dari Pemerintah dan masyarakat serta komponen pendukung lainnya.
Pemerintah Aceh Berkomitmen
Mengembangkan Kesenian
Pemerintah Aceh sendiri sangat berkomitmen dalam melaksanakan pembangunan berkesenian yang meliputi upaya pelestarian, pengembangan dan pemanfaatannya.
Mengacu kembali pada pernyataan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh yang dikutip dari AJNN. net mengatakan bahwa mereka senantiasa berusaha mewujudkan keselarasan antara kebudayaan dengan masyarakat yang akan membias dalam wujud inovasi-inovasi kesenian. Oleh karena itu, dalam rangka mempersiapkan sarana pengembangan bagi generasi berbakat dalam menumbuhkan keberanian berkreasi serta membuka banyak kesempatan bagi pementasan karya, maka dibutuhkan suatu wadah. Selama ini pembinaan karya seni dirasakan kurang memikat minat generasi muda disebabkan karena terlalu monoton dan tidak adanya kreativitas atau pembaharuan.
Salah satu bentuk komitmen Pemerintah dalam mengembangkan kesenian di Aceh adalah dengan terbukanya untuk penyelenggaraan berbagai kegiatan seni seperti, Fesyar (Festival Syariat) Aceh, Carnival Putroe Phang yang diselenggarakan baru-baru ini dan berbagai kegiatan kesenian lainnya. Ini turut menjadi bukti bahwa Pemerintah serius dalam mengiramakan kreativitas di Aceh dengan tetap menyelaraskan sesuai penerapan syariat. Meski pada beberapa kesempatan seperti konser dan semacamnya, dalam anggapan masyarakat merupakan sebuah ke-ria-an dan buang-buang waktu namun kiranya perlu kebijaksanaan lebih jauh dalam menafsirkan maksud penyelenggaran kegiatan ini.
Namun berkaca dari banyak kejadian, kita masyarakat Aceh mulai menghadapi realitas kehidupan dimana moral muda-mudi sudah banyak terpudarkan oleh pengaruh zaman. Tidak bisa dipungkiri, perkembangan teknologi mengambil peran penting dalam mengubah cara pandang muda-mudi Aceh terhadap seni itu sendiri, hal ini dapat terlihat dari banyaknya kaum muda yang lebih menggandrungi kesenian modern yang sarat pengaruh budaya barat dibanding kesenian tradisional yang masih melekat dengan nilai-nilai syariatnya. Generasi muda selalu menginginkan sesuatu yang lebih ‘segar’, terutama mereka yang hidup di era teknologi. Ini tentu menjadi tugas utama bagi Aceh untuk terus mengingatkan generasi mudanya bahwa kesenian Aceh tak kalah menarik dan mendorong mereka agar tetap melestarikannya sebagai bentuk melindungi tradisi.
Aceh dan Ritme Seni dalam Kesehariannya, Seperti Apa?
Menjadi pelaku seni di Aceh faktanya memiliki tantangan tersendiri, ini tentang bagaimana mereka memperjuangkan buah pikiran kepada masyarakat dengan karakteristik non heterogen. Tidak semua pelaku seni mendapat perlakuan yang setara. Beberapa pelaku seni justru mendapat cibiran atas seni yang digaungkannya karena dirasa tidak sesuai dengan prinsip masyarakat Aceh dan dianggap sebagai seni tak berdasar, sebut saja seperti Kamp Biawak yang diusung oleh Iskandar bin Ishak.
Banyak masyarakat justru menaruh rasa curiga atas kehadiran kamp ini. Padahal tujuan pendirian kamp ini sendiri adalah sebagai sarana seni dan ruang diskusi terbuka bagi para pegiat seni. Iskandar mengungkapkan, melalui pendirian kamp ini ia ingin mempelopori perluasan seni di bumi Serambi Mekkah.
Ia memiliki segudang cita-cita dan harapan agar seni terutama bidang Seni Rupa Ornamen di Aceh dapat lebih hidup dan dipandang layak oleh masyarakat. Pemikiran ini membawa ia pada rencana untuk menciptakan beberapa project kedepannya dalam rangka mengenalkan Seni Ornamen kepada masyarakat Aceh. Salah satunya yaitu Aceh Ornamen Festival, ide ini rencana akan ia mulai pada Februari 2023 mendatang. Ia menganggap bahwa ini merupakan upaya murni dalam rangka penghidupan ruang seni agar tidak mati terutama dalam hal Seni Ornamen yang cenderung sudah mulai dilupakan.
Kontra dengan pernyataan di atas, Arnis Muhammad salah satu seniman Mural profesional mengungkapkan sudut pandang yang berbeda dalam wawancara bersama tim Perspektif. Menurutnya, Aceh adalah tempat yang tergolong mudah dalam hal pengembangan seni Mural. Ia berpendapat bahwa hal terpenting dalam mengeksekusikan karya seni adalah tentang bagaimana cara mengkomunikasikan karya seni tersebut ke masyarakat awam. Tentu saja dengan menanamkan persepsi bahwa seni yang dibawakan tidak melanggar syariat.
Berdasarkan perbandingan cerita para pelaku seni tersebut, dapat kita simpulkan bahwa nyatanya masih ada segelintir orang yang belum menerima keberadaan seni dikarenakan adanya pertentangan dengan apa yang ia pikirkan. Lemahnya penafsiran masyarakat memahami seni itu sendiri justru menyebabkan seni kurang diterima dan berkembang secara pesat di Aceh, terlebih lagi yang berkaitan dengan kamp perkumpulan seni atau komunitas-komunitas seni lain yang dibentuk secara informal dan masih dianggap buang-buang waktu oleh beberapa orang.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kemampuan setiap orang memahami esensi setiap seni itu berbeda namun, ada baiknya jika kita tidak saling menjatuhkan sebuah karya seni atau buah pikiran seorang seniman yang mungkin kurang kita sukai atau berbenturan dengan apa yang kita yakini.
Pada dasarnya seni itu bersifat subjektif, belum tentu segala hal yang kita sukai akan disukai orang lain maupun sebaliknya, oleh karena itu ada baiknya untuk tetap saling menghargai dan mendengarkan pendapat orang lain.
Dari sisi lain, Pemerintah sebaiknya menerapkan sikap objektif dan menjadi penengah untuk segala pertentangan yang ada. Pendekatan dapat dilakukan dengan langkah persuasif, namun tetap disampaikan dengan jelas dan bebas dari kepentingan apapun. Kita tidak dapat mengabaikan pentingnya penerapan syariat secara konkrit dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan kesenian di Aceh.
Melihat kilas balik, terdapat bentuk kelalaian aturan syariat yang diciptakan Pemerintah seperti kejadian pada beberapa konser yang pernah diselenggarakan di Aceh akhir-akhir ini. Meski sudah ditetapkan zona untuk laki-laki dan perempuan namun, pada kenyataannya hal tersebut tidak berjalan sesuai keinginan, masih ada campur baur laki-laki dan perempuan. Hal ini jelas bertentangan dengan peraturan terkait pengawalan dan kepatuhan syariat yang kemudian menimbulkan perdebatan antar masyarakat yang menghasilkan argumen pro dan kontra.
Khususnya masyarakat yang kontra menanggapi kejadian ini, mereka tentu saja mempertanyakan terkait keefektivitasan penerapan syariat dalam penyelenggaraan kegiatan seni, dalam hal ini konser tersebut. Mereka beranggapan kegiatan tersebut sebaiknya tidak dilakukan karena akan merugikan daerah Aceh. Faktanya, kelalaian tersebut idealnya tidak akan terjadi jika manajemen kegiatan dirancang lebih baik dan diiringi kesadaran individu untuk mengikuti aturan syariat. Pengontrolan dan pengawasan menjadi tolak ukur jika berkaitan dengan penyelenggaraan pertunjukan seni di Aceh ini, oleh karena itu kita tidak dapat menyalahkan salah satu pihak. Jika semua pihak mematuhi aturan dan tidak lalai, maka semuanya akan berjalan dengan baik.
Seni adalah keberagaman akan keindahan yang terus berkembang secara dinamis. Perkembangan ini mutlak menjadi fokus kita, tentang bagaimana menerima, menelaah dan memasukkan unsur budaya baru tersebut dalam ritme kehidupan sehari-hari masyarakat.
Tentunya, dalam proses menerima dan mengembangkan seni-seni baru baik tradisional maupun kontemporer di Aceh tentu perlu keterlibatan banyak pihak dalam mengawal tindakan reprensif pada masing-masing bidang kerjanya. Upaya ini dipandang perlu untuk mencegah berbagai kebobolan lainnya di bumi Serambi Mekkah.
Sejatinya, syariat dapat menjadi pagar yang sangat diperhitungkan. Sejurusnya, kolaborasi dan harmonisasi syariat dan kreativitas yang seiring dan sejalan justru menjadi suatu identitas tersendiri bagi masyarakat Aceh dimana kita akan dikenal karena berhasil membangun ekonomi dan kreativitasnya dengan tetap patuh pada kesyariatan.
Sejatinya, pro dan kontra terkait syariat yang membelenggu kreativitas merupakan fakta keliru, Aceh dengan prinsip syariat sudah menjadi kemutlakan yang harus diakui dan dihormati keberadaannya.
Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memposisikan keinginan pihak pro dan kontra pada suatu keputusan ideal dengan harapan perkembangan kesenian tidak menghancurkan syariat itu sendiri dan syariat tetap menjadi irisan penting dalam perkembangan kesenian di Aceh.
P E R F O R M A N C E S
“ A l u n a n m u s i k t e r c i p t a
d a r i j i w a y a n g m e m a s o k
b a n y a k c e r i t a , m e n y e l a m i
p e r a y a a n s u k a d a n b a h a g i a
T a k j a r a n g , d u k a d a n l a r a
t u r u t a n d i l m e n g i l h a m i n y a
M u s i k m e n j a d i p e n y e m p u r n a u n t u k
r e n j a n a y a n g m u l a i l a p u k ,
u n t u k p e r a s a a n r i s a u d a n
r e m u k s e r t a u n t u k b a h a g i a y a n g s e d a n g d i p u p u k .
Rifqi Syahputra Rifqi Syahputra Rifqi Syahputra Rifqi Syahputra Rifqi Syahputra Rifqi SyahputraP i n e u n g P i n e u n g I e S u u m I e S u u m
P e m a n d i a n A i r
P a n a s P r i v a t ,
D e n g a n
Ditengah padatnya kegiatan akademik, pada akhir pekan sekaligus pembuka bulan Oktober, Tim LPM Perspektif memutuskan menikmati hari tersebut dengan mengunjungi destinasi wisata yang sedang ramai diperbincangkan. Pineung Ie Suum yang terletak di Desa Ie Suum, Mukim Krueng Raya Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar merupakan pemandian privat air panas yang menyediakan fasilitas untuk berkemah.
Meski Tim tidak berkesempatan merasakan berkemah di Pineung Ie Suum namun, kami masih berkesempatan menikmati pemandian air panas disana. Perjalanan kali ini sungguh beruntung meski sudah memasuki musim penghujan, namun kami tidak kehujanan selama perjalanan tidak pula diterpa teriknya mentari. Cuaca berawan yang sedang melanda Kota Banda Aceh dan sekitarnya membuat kedatangan kami ke tempat tersebut berada di waktu yang tepat.
Waktu yang ditempuh untuk sampai di tempat tujuan sekitar 50 menit dari kota Banda Aceh. Bagi masyarakat yang tinggal di Sumatera sepertinya jarak tempuh ini masih tergolong tidak terlalu jauh. Selama perjalanan kami disuguhi pemandangan yang cukup memanjakan mata.
Mendekati lokasi Pineung Ie Suum, udara di sekitar mulai terasa sejuk mengingat tempatnya berada di dataran tinggi. Tim berangkat menggunakan sepeda motor, akses jalan menuju lokasi tersebut terbilang baik namun, Tim harus lebih berhati-hati dikarenakan jalanan yang cenderung menanjak, menurun dan berkelok. Menikmati pemandian air panas sesungguhnya lebih cocok saat setelah subuh, saat malam hari atau berkisar pukul 4 sore ketika matahari mulai turun. Meski kami sampai saat matahari sudah mulai naik namun, rasanya bermandikan air panas disini tetap mampu menghapus rasa lelah setelah menempuh perjalanan menuju lokasi.
Awalnya tempat ini dibuat hanya untuk keluarga namun, karena banyak dari teman pemilik meminta datang untuk ikut menikmati pemandian air panas, maka dijadikanlah sebagai usaha. Untuk menikmati pemandian air panas pengunjung harus memesan tempat terlebih dahulu karena dikhawatirkan tidak bisa mendapatkan fasilitas akibat dari membludaknya pengunjung, terutama di hari minggu. Pengunjung dapat menikmati fasilitas pondok dan kolam dengan cukup merogoh kocek mulai dari harga Rp200.000,00-an untuk 10 orang. Harga yang masih relatif terjangkau dengan fasilitas yang nyaman, bersih, dan memadai.
Pemandian Pineung Ie Suum juga menyediakan berbagai fasilitas lainnya seperti tenda camping, pondok, kamar mandi, penyewaan panggangan, dan kompor. Saat ini hanya tersedia 2 kolam berukuran besar dan kelak akan ditambah 4 kolam lagi yang sedang dalam tahap pengerjaan.
Selain menikmati pemandian air panas, keunikan dari tempat ini adalah pengunjung dapat menikmati sensasi menginap di alam. Sayangnya, di tempat ini ada peraturan bahwa wanita tidak boleh menginap dikarenakan peraturan daerah tersebut.
Hal menarik dari pemandian Pineung
Ie Suum, air kolam diganti secara rutin untuk menjaga kebersihan mengingat disini menggunakan air alami 100 persen non kaporit sehingga membutuhkan perhatian lebih dalam perawatannya.
Air kotoran limbah dibuang pada septictank sehingga lingkungan tidak tercemar oleh limbah. Tidak ada aroma belerang yang tercium karena sumber mata airnya berasal dari air tanah yang dipanaskan oleh bumi bukan dari panas gunung aktif seperti pemandian air panas pada umumnya.
“Jaga kebersihan, tidak mencuri dan merusak, tidak bermaksiat, narkoba, dan hal-hal buruk lainnya,” Ungkap Haikal selaku pemilik ketika kami tanyai tentang peraturan yang harus ditaati di tempat ini.
Pukul satu siang Tim memutuskan untuk kembali ke Banda Aceh setelah puas menikmati suasana disana dan matahari juga sudah tidak lagi bersembunyi dibalik awan, terik sudah mulai terasa, lalu kami kembali membelah jalanan yang berdinding pemandangan indah di kiri dan kanannya sebelum rintik hujan kembali menunjukkan kehadirannya, beruntung kami sudah memprediksinya dan menyiapkan jas hujan.
(Anna Shatila & Dinda Syahrani)
S O P H I E ’ S S U N S E T
L I B R A R Y
B u a t l a h r u m a h y a n g n y a m a n d a l a m d i r i m u P e l i h a r a y a n g b a i k , b u a n g y a n g t a k p e r l u . L a l u s e p e r t i a p a r u m a h j u r n a l i s i t u ?
M e r e k a m e l e k a t k a n d i r i p a d a h a l - h a l y a n g b e r a r t i , s e p e r t i m e n a n g k a p m o m e n l a l u m e n g a b a d i k a n d a l a m g o r e s a n t i n t a y a n g y a k i n n y a t a k l e k a s d i m a k a n u s i a
M e r e k a b e r h a r a p m e n g u b a h s e s u a t u d a l a m h a t i d a n p e m b a c a n y a , k e m u d i a n d i g u n a k a n n y a j a d i b e n s i n u n t u k m e m p e r b a i k i d u n i a .
C a p t i o n o l e h : U l a A r i s k a
M Daffa Aqmal Rifqi Syahputra Rifqi Syahputra Rifqi Syahputra Rifqi SyahputraSeni merupakan bentuk ekspresi manusia yang bertujuan untuk menghibur dan membuat orang yang melihatnya bahagia. Seni Mural. Kata yang cukup asing didengar bagi sebagian orang khususnya orang awam. Namun lain halnya dengan seniman satu ini “Arnis Muhammad”, Seniman visual asal Aceh yang saat ini sudah banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Bagi Arnis, seni Mural ini telah menjadi satu dengan dirinya dan kehidupan sehari-harinya yang tak bisa dilepas.
Dirinya lahir dan tumbuh besar di kota kecil bernama Bireuen, setiap karya yang dibuatnya menggunakan pola yang terikat ketat dengan masa lalunya di kota kecil itu.
Ia mulai menggeluti dunia seni mural sejak usianya masih sangat belia, berawal dari suka menggambar di atas kertas, ia mulai menggambar di berbagai sudut kota dan jalanan. Ia pun mencoba untuk memposting karyanya di social media seperti instagram dan twitter.
Lambat laun karyanya pun banyak disukai orang, hingga mempunyai banyak koneksi antar sesama seniman mural. Hal tersebut membuat ia makin semangat untuk menggambar dan mempelajari lebih dalam tentang seni mural ini.
Pemilik nama Arnis Muhammad ini mempunyai keahlian yang tidak semua orang bisa melakukannya.
Dengan menggunakan dinding atau tembok sebagai media, Arnis mengubah tembok bangunan yang kumuh menjadi tempat yang estetik dan tentunya bernilai artistik. Satu karya yang ia buat dapat menghabiskan waktu 3-5 jam. Namun, itu juga tergantung dengan cat yang ia gunakan pula.
Visual yang dihadirkannya pun selalu menyangkut Ikan dan Bunga Matahari, yang hingga saat ini menjadi ciri khas di setiap karya yang dihasilkannya. Terinspirasi dari pengalaman-pengalamannya di desa dan pesisir pantai. Ini berkaitan dengan visual yang sering ia lihat di sekitarnya, di mana kan yang ia maksud terinspirasi dari ia yang dulunya suka bermain di pantai.
Sedangkan, bunga matahari terinspirasi dari ibunya yang dulu menjual tanaman di mana hal tersebut membuat ia tertarik untuk menjadikan bunga matahari sebagai salah satu ciri khas karya seni muralnya.
Setiap karya yang ia buat pun tergantung pada konsep dan temanya.
“Jika konsep yang diambil itu lingkungan, maka karya yang dibuat juga sesuai dengan konsep tersebut, seperti jagalah kebersihan atau jagalah hutan,” ujar Arnis.
Dengan menggambar pola-pola style-nya sendiri, di mana tetap menunjukkan ciri khas karyanya yaitu si “Lungkee Fish” ini. Bagi penggemar yang mengikuti karyanya bang
Arnis Muhammad, pasti tahu dengan yang namanya Lungkee Fish ini. Selain ikan dan bunga matahari, ia juga membuat ciri khas disetiap postingan karyanya dengan hashtag #lungkeefish yaitu gabungan bahasa daerah kelahirannya yaitu Aceh dan bahasa Inggris, karena ia ingin karya yang dibuat dapat dengan mudah diminati dan diingat oleh khalayak ramai.
Pada saat itu, peluang untuk ia bisa mengembangkan karya seni muralnya di Aceh masing sangat sedikit. Pada tahun 2017, ia berangkat ke Jakarta dengan harapan dapat meningkatkan dan mengembangkan karyanya di sana sekaligus mencari pundi-pundi rupiah.
Arnis sendiri memilih Jakarta sebagai kota tujuannya karena dirasa peluang industri kreatif seni lebih besar dan pangsa pasarnya lebih luas, sehingga ia pun bisa bekerja sama dengan seniman lainnya. Festival dan Brand di sana juga sangat banyak, di mana cara mereka mempromosikannya dengan mengkolaborasikan seniman-seniman agar lebih menarik. Di sana Bang Arnis juga bekerja sama dengan beberapa CoffeeShop salah satunya ialah Coffee shop Filosofi Kopi, di mana salah satu dindingnya mencantumkan karya Arnis Muhammad yang menjadikan spot foto yang estetik.
Hal tersebut membuat orang-orang tertarik dengan lukisan mural tersebut. Selain dinding di Filosofi Kopi, bekerjasama dengan Coffee Shop lainnya menggunakan packaging dengan ilustrasi karakter karya Arnis. Selain CoffeeShop , ia juga diajak untuk berkolaborasi dengan Traveloka. Beberapa tempat Hotel dan Resort yang bekerja sama dengan Traveloka membuat ruang kamarnya dengan sentuhan karya Arnis Muhammad. Menurut pengalamannya, kompensasi yang didapatkan ketika bekerja sama dengan pihak tersebut lebih besar dan lebih layak, sepadan dengan karya yang dibuatnya mengingat seni itu mahal dan tidak semua orang bisa merealisasikannya dengan baik.
Sebelumnya, Arnis Muhammad pernah mencoba untuk mengembangkan karyanya di Bandung dan Bali. Namun, hal itu tidak membuahkan hasil yang maksimal, ia pun kembali ke Jakarta dan melanjutkan karya seninya disana hingga dikenal banyak orang saat ini. “Manajemen dalam berkarya itu sangat perlu, karena kalau ga ada itu kita gabisa jualan juga,” ujar Arnis.
Menurutnya, manajemen dalam berkarya itu sangat penting bagi setiap seniman. Ia juga banyak belajar selama berkarya di Jakarta dan di sana ia pun ikut dalam membrandingkan diri dengan lebih baik. Arnis turut mengungkapkan bahwa jika dibandingkan dengan karyakarya anak Jakarta, ia merasa dirinya masih kalah jauh.
Itulah mengapa ia menciptakan Bunga Matahari dan Lungkee Fish sebagai ciri khas dari karyanya. Ia percaya dengan ciri khas tersebutlah ia dapat bersaing dengan seniman-seniman lainnya. Tentang bagaimana orang-orang akan langsung mengetahui karya seorang Arnis Muhammad ketika melihat Bunga Matahari dan LungkeeFish .
Berbicara mengenai kesibukan apa yang sedang dijalaninya sekarang, Arnis bercerita bahwa ia sedang menetap di Jakarta beberapa tahun belakang dan bekerja di sana.
Seperti dipaparkan sebelumnya, ia sudah sering bekerja sama dengan brand-brandyang ada seperti Filosofi Kopi dan juga Traveloka. Salah satu hal yang paling mengesankan adalah fakta bahwa sebenarnya Arnis Muhammad bukanlah seseorang yang memiliki background pendidikan di bidang seni maupun desain komunikasi visual. Ia belajar hal itu semua dengan cara otodidak. Namun, karena ketertarikannya sangat besar terhadap seni mural ini lah yang membuat ia terus belajar hingga menjadi seorang Arnis Muhammad yang sekarang.
Dalam wawancara dengan LPM Perspektif, saat ditanya mengenai project apa yang sedang direncanakan, Arnis Muhammad mengaku tidak sedang terfokuskan mempersiapkan karya apapun. “Tapi paling sekarang lagi banyak bikin karya untuk persiapan pameran tunggal nih,” ungkap Arnis.
Terakhir kami juga sempat menanyakan mengenai harapan Arnis kedepannya untuk anak-anak Aceh yang sekarang sudah banyak yang belajar mengenai seni mural. Ia berharap semoga anak-anak yang sekarang sedang belajar dan tertarik terhadap seni mural untuk tidak berhenti mencoba dan latihan dalam menciptakan karyanya.
Menurutnya, yang terpenting jangan takut untuk keluar dari zona nyaman kita untuk mencoba ke kota-kota baru yang memungkinkan kita untuk berkembang dan dimana karya kita jauh lebih bisa dihargai disana.
“Jangan takut, karena sekarang aku lihat sudah banyak komunitasnya, berbeda dengan zaman dulu yang masih sangat sulit untuk bisa menemukan komunitas seni mural yang bisa sebagai wadah untuk belajar dan berkarya bersama,” tutup Arnis mengakhiri wawancara dengan LPM Perspektif.
(Raihan Athiyya & Maula Fathin)
D E M O
S u a r a m e n y a l a , a m a r a h b e r k o b a r , k e b i j a k a n p e r l u r e f o r m a s i .
m a h a s i s w a m e n g u m a n d a n g k a n a s p i r a s i K a m i h a d i r k a r e n a l e n t e r a s u a r a h a t i .
M e l i h a t s u d a h d i c e k i k h a r g a b a h a n p o k o k k i n i B B M j u g a . P e n d e r i t a a n m a s y a r a k a t j e l a s d i d e p a n m a t a . P e m a n g k u k e p e n t i n g a n i t u m e n g a m b i l b a g i a n , m e l i n d u n g i m a f i a y a n g m e n y u l a p j e r i t a n w a r g a .
M a k a , s e b e l u m r a s a k e m a n u s i a a n
m a t i j u a n g k a m i a b a d i , b e r t a h a n
w a l a u t e r b e r a n g a s m e l a w a n a p i k o r p o r a s i .
C a p t i o n o l e h : U l a A r i s k a
Rifqi Syahputra Rifqi Syahputra T Hayyun T Hayyun M F RamadhanaIskandar, Pegiat Seni Iskandar, Pegiat Seni dari Aceh dari Aceh (Kerja dalam (Kerja dalam Bayangan) Bayangan)
Menjadi pegiat seni merupakan sebuah tindakan membangun kreativitas terutama yang jarang terekspos. Gerbang seni adalah budaya masyarakat itu sendiri. Perlahan tetapi pasti, seni mengambil peran untuk memperjuangkan ruang dan literasi. Sadar akan kehadirannya, dalam kehidupan seni dapat membuka jendela dunia karena seni mampu menggerakkan jiwa dan perasaan manusia. Ketika jendela dunia sudah terbuka, cara berpikir masyarakat kita akan maju dan keluar dari zona kemiskinan menuju kehidupan yang sejahtera.
Salah satu pegiat seni Aceh, Iskandar bin Ishak atau lebih dikenal dengan sapaan Bang Is. Pria kelahiran 06 Juni 1984 di Seulunyok, Kabupaten Aceh Utara ini mengawali karirnya sebagai relawan seni dalam literasi dan ekonomi. Sejak tahun 2017 Bang Is mendirikan Gerakan Surah Buku (GSB) yaitu kelas berbagi ilmu dan mendalami metode untuk memahami isi buku, gerakan ini sudah dilaksanakan saat beliau menempuh studi S-2 di Yogyakarta tepatnya di Institut Seni Indonesia pada bidang Pengkajian Seni setelah sebelumnya menempuh pendidikan S-1 pada bidang Desain Komunikasi Visual (DKV) di Universitas yang sama. Karena kecintaannya terhadap dunia seni, beliau melanjutkan pendidikan Doktoral di ISI Surakarta pada bidang Pengkajian Seni dan saat ini masih berstatus sebagai mahasiswa aktif.
Bang Is kerap kali aktif dalam berbagai organisasi dan pameran seni sehingga pernah dimandatkan sebagai Ketua Tungang Syndicat Yogyakarta (2010-2012) dan Kepala Bidang Seni Rupa di Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Provinsi Aceh (2022). Bicara pameran seni, Bang Is sendiri lebih banyak mengepakkan sayapnya di kota Yogyakarta. Menjadi seorang seniman artinya membangun masyarakat lebih peduli dan memahami pentingnya seni. Hal tersebut merupakan tanggung jawab bagi seorang seniman sekaligus beban moral, oleh sebab itu, Bang Is sepulangnya menyelesaikan S-2 dan kembali ke Tanah Rencong langsung berkontribusi dan menciptakan karya berupa gerakan yang berfokus pada seni, diantaranya:
KAMP BIAWAK
Melihat kurangnya minat membaca dan mengulik lebih dalam terhadap isi buku, Bang Is terinspirasi untuk melahirkan Gerakan Surah Buku (GSB) yang telah ada di kota Yogyakarta untuk dihadirkan kepada masyarakat Aceh dengan nama Kamp Biawak sebagai wadah menimba ilmu dan mencintai buku. Awalnya, kamp ini sepi peminat namun Bang Is tetap optimis hingga terbukti gerakan ini mulai terdengar akrab ditelinga mahasiswa dan masyarakat yang berada di sekitar lokasi. Banyaknya pengunjung, membuat Bang Is sebagai Founder Kamp Biawak berinisiatif untuk menyediakan menu makanan dan minuman dengan penyajian yang unik.
Terbukti dari suksesnya Kamp Biawak menarik hati masyarakat, menjadikan seni mampu berpijak dan masuk ke dalam ruang yang dinamakan ekonomi kreatif. Bang Is tidak hanya menciptakan eksistensi nama dan merk melainkan salah satu bentuk usahanya agar terus mengobarkan api semangat dan memberi penerangan pada
penggiat ekonomi kreatif lainnya. Beliau percaya bahwa kunci dari berekonomi kreatif adalah kolaborasi antara pelaku seni dan pelaku ekonomi.
Terlepas dari ide untuk mengembangkan masyarakat lebih maju, sudut pandang berbeda tercetus dari beberapa golongan. Menurut mereka, Kamp Biawak patut dicurigai sebagai gerakan bawah tanah dengan maksud dan tujuan tertentu yang akan berdampak buruk pada lingkungan sosial masyarakat.
Di sisi lain, dampak dari pandemi Covid-19 mengharuskan Kamp Biawak undur diri sementara waktu dan kehilangan rasa kumpul bersama untuk diskusi maupun rasa cinta pelanggannya. Selama jeda untuk menyambut Kamp Biawak Reborn, Bang Is terus berproses untuk menemukan hal baru melalui metode eksperimental. Hal ini membuktikan kuatnya tekad beliau untuk memajukan seni di Tanah Rencong.
KAMP KONSENTRASI SENI
Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar merupakan tempat pertama lahirnya kontribusi seni dari seniman Iskandar bin Ishak. Kamp ini berfokus pada seni rupa disertai dengan produksi ramah akan lingkungan.
Awalnya, beliau mengumpulkan fosil-fosil kayu yang memiliki nilai seni saat memasuki hutan di daerah tersebut. Bang Is mengatakan saat itu kamp juga melakukan kegiatan serupa seperti membedah isi buku, mempelajari seni rupa, ajang menunjukkan bakat dan tempat bersantai yang kerap kali diadakan makan bersama. Respon positif diberikan oleh mahasiswa/i yang menempuh pendidikan di Institut Seni Budaya Seni (ISBI) Aceh. Kamp ini masih aktif dan dioperasikan oleh mahasiswa yang berada di sekitar lokasi tersebut.
Saat ini, selain menjadi seorang dosen di ISBI dan juga sedang melanjutkan program pendidikan doktoral. Bang Is kerap aktif berbagi ilmu dengan memberikan pelatihan seni rupa dan berdiskusi bersama pakar-pakar kreatif dari Aceh maupun Yogyakarta untuk membangun ide baru atau hal menarik sehingga menjadikan ‘Aceh setapak’ lebih maju dalam seni, literasi dan ekonomi.
Kedepannya, Bang Is mengungkapkan bahwa ia akan tetap fokus dengan seni namun ingin mencoba hal baru dengan memperkenalkan ukiran dan pahatan khas Aceh dari zaman dahulu yang dimulai dari batu
nisan dan pahatan rumah panggung “Ide ini berangkat dari mural yang sering kita temui di tembok pinggir jalan yang seringkali berbentuk gambaran biasa. Harapannya, dengan ada pameran ini menjadi bahan referensi untuk seniman mural dan desain agar menimbulkan sisi Aceh dalam karyanya.
“Kita tunggu saja niat baik ini dapat terealisasikan tahun depan,” ungkap Bang Is yang memiliki akun Instagram @acehrakitan.
Beliau berpikir bahwa daerah yang melestarikan seni dan budaya akan menumbuhkan perekonomian dan meningkatkan literasi masyarakat itu sendiri. Lebih lanjut, keinginan besarnya adalah menghilangkan julukan ‘seni eksklusif’ sehingga masyarakat merasa seni dapat dinikmati berbagai kalangan. Memegang ideologi seni “Bergerak dan Bertindak”, berbagai tantangan ia jadikan sebagai jargon kunci hidupnya. Menurutnya, mengubah perilaku kebiasaan masyarakat amatlah sulit, sebab perilaku dipengaruhi oleh pola pikir. Maka dari itu, perlu dilakukan pendekatan untuk mengubah keduanya.
(Rahman Dhafa & Ula Ariska)
M E G A
H U N T I N G
M e r e k a m j e j a k , m e n g i n g a t s e b u a h
k o t a y a n g t a d i n y a d i a n g g a p s e k a d a r d e s t i n a s i w i s a t a , t e r n y a t a
m e n y i m p a n s e g u d a n g
k e s e d e r h a n a a n y a n g m e g a h , h i n g g a m e n y e n t u h b a g i a n p a l i n g
k e c i l d a r i h a t i m a n u s i a y a n g
s e u m u r h i d u p n y a s i b u k m e n c a r i -
c a r i d i r i n y a s e n d i r i
C a p t i o n o l e h : U l a A r i s k a
M F Ramadhana Alief Nugraha Alief Nugraha Alief Nugraha Nisfa Virly Jusaf Rifqi SyahputraAqzera Aqzera
Foto merupakan sarana untuk mengabadikan momen atau kenangan bersama orang yang terkasih seperti teman, saudara, keluarga, bahkan pasangan. Bukan hanya untuk mengabadikan momen, di era sosial media yang mewabah menuntut darah muda untuk selalu aktif dan kreatif di sosial media. Banyak yang mengekspresikan kreativitas mereka lewat konten-konten yang dihasilkan, contohnya adalah foto.
Masyarakat Aceh, khususnya muda-mudi saat ini sangat gemar untuk mengabadikan momen mereka, bukan hanya untuk kenang-kenangan tapi juga untuk konten. Banyak yang menyalurkannya lewat swafoto, menyewa studio, bahkan ada yang sampai mencari spot-spot di alam yang bagus untuk berfoto ria.
Studio Aqzera yang melihat peristiwa ini sebagai peluang bisnis, megeluarkan terobosan dengan menawarkan kemudah -an bagi muda-mudi Banda Aceh yang ingin berfoto di studio yang anti ribet dan tanpa fotografer. Aqzera terbukti mampu menarik minat muda-mudi Banda Aceh yang gemar berfoto dilihat dari ketertarikan pelanggan dalam setahun belakangan ini.
AWAL MULA AQZERA TERBENTUK
Studio Aqzera awalnya berupa studio foto biasa yang hanya berfokus pada foto wisuda dan keluarga, namun setelah maraknya self photo , studio ini mulai untuk berinovasi dengan mencari referensi dan alat-alat yang diperlukan dalam mengembangkan self photo ini. Dengan background hobi dan profesi sebagai fotografer weddingyang dimiliki oleh owner Aqzera yaitu Bang Suhendra, ia yakin dengan background ini untuk memulai bisnis selfphoto . Beliau memilih usaha ini karena termasuk sebagai usaha yang baru dan sedang sangat di minati.
Bang Suhendra mengatakan nama Aqzera ini berasal dari nama istrinya yaitu Rizka, yang sempat memiliki usaha onlinedengan nama Aqzir berubah menjadi Aqzera dan yang akhirnya terbentuklah nama Studio Aqzera. Inovasi yang terus dilakukan oleh Aqzera saat ini ialah dengan terus mengikuti tren foto dan juga sedang gencar-gencarnya membuat light shaping dan photoroom untuk menambah kesan bagus pada foto.
Studio Aqzera mempromosikan selfphoto miliknya dengan mengundang para contentcreatorInstagram maupun Tiktok untuk membuat konten review di Studio Aqzera.
Hal ini berhasil menarik perhatian masyarakat, dapat dilihat dari banyaknya pemakai jasa Aqzera setahun belakangan ini.
Event kampus yang baru saja di selenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Syiah Kuala yang sempat mendatangkan Studi Aqzera, mampu menarik simpati dari mahahsiswa fakultas lain.
Bahkan, di hari terakhir Aqzera buka, masih banyak yang rela menunggu di waiting list hanya untuk self photo . Studio foto yang memiliki 5 tenaga kerja tetap ini menggunakan beberapa cara pembayaran, yaitu QRIS,cash,dantransfer.
Lika-liku yang menjadi tantangan Aqzera dalam menjalani usahanya adalah tentang edukasi kepada customer yang masih berpikir secara konvensional yaitu ingin difoto oleh fotografer dan mengajak customer untuk memasuki pasar yang baru. Menurut Bang Suhendra, industri seperti self photo ini semakin besar dan sudah menjadi kebutuhan bagi warga kota.
Dengan meningkatkan edukasi tentang keunggulan selfphoto yang lebih praktis dibandingkan dengan studio konvensional, dapat meningkatkan potensi industri serupa di Banda Aceh. Cara Aqzera dalam bersaing di tengah persaingan adalah dengan uptodatedan melakukan promosi yang tepat sasaran sesuai target pasar.
Penyalin Cahaya atau Photocopier merupakan film yang disutradarai oleh Wregas Bhanuteja dan dirilis untuk acara Festival International Film Busan pada Oktober 2021. Penyalin Cahaya berhasil mencuri perhatian banyak orang sebab meraih 12 nominasi dalam Festival Film Indonesia, serta tayang di ajang internasional yaitu Busan International Film Festival (BIFF).
Film ini mempunyai keberanian tersendiri lantaran dirilis saat sedang ramainya terjadi kekerasan seksual di Indonesia. Adegan fogging atau pengasapan untuk nyamuk sering muncul dalam film dengan adanya slogan 3M yaitu “ Menguras, Menutup, Mengubur”. Slogan tersebut merupakan simbol metafora yang mendeskripsikan fenomena kekesaran seksual yang kerap pelaku kekerasan seksual tidak terdeteksi dan mengubur dalam-dalam bukti kekerasan seksual
Bagian awal film dibuka dengan euforia kemenangan teater kampus bernama Mata Hari terkenal sangat menjunjung rasa kekeluargaan. Suryani (Shenina Cinnamon) seorang mahasiswi Ilmu Komputer bekerja keras dalam teater tersebut menjadi web designeruntuk webteater Mata Hari.
Untuk merayakan kemenangan, seluruh anggota teater yang terlibat, diundang ke kediaman megah dan mewah Rama (Giulio Parengkuan) yang merupakan penulis naskah teater..
Awalnya Sur tidak ingin ikut serta dalam party tersebut tetapi Rama menawarkan pekerjaan sebagai web designer perusahaan ayahnya kepada Sur. Karena butuh uang tambahan, Sur pun berencana pergi ke rumah Rama.
Sur tumbuh dalam keluarga muslim yang taat dan juga rajin membantu bisnis keluarga dalam kesehariannya. Hidupnya baik-baik saja karena selama ini ia mendapatkan beasiswa dari kampus dan besok merupakan hari peninjauan kembali beasiswa.
Ketika Sur ingin pergi ke rumah Rama, ia memakai kostum baju kebaya warna hijau yang sedikit terbuka, Ayah Sur mencengat Sur untuk tidak pergi. Awalnya Ayah Sur tidak memberi izin Sur untuk pergi ke partytersebut, tetapi Sur meyakinkan ayahnya bahwa ia kesana hanya untuk membahas pekerjaan web designer dengan orang tua Rama. Sur juga berjanji kepada ayahnya agar memakai baju dalam atau manset serta berjanji untuk tidak mengonsumsi alkohol.
Sur pergi bersama teman masa kecilnya Amin, yang merupakan karyawan fotokopi di kampusnya. Setelah berbicara dengan ayahnya Rama tentang pekerjaan pada sore hari, masuklah sesi partypada malam hari. Dorongan dari teman-temannya membuat Sur akhirnya meneguk segelas minuman alkohol saat mata patung Medusa menunjuknya di sebuah permainan yang dipimpin Thariq (Jerome Kurnia), Pimpinan Produksi teater Mata Hari.
Keesokan harinya, Sur bangun terlambat padahal hari tersebut merupakan hari wawancara peninjauan kembali beasiswa. Masih memakai baju kemarin, Sur pun bergegas ke kampus. Sur terlambat masuk ke ruang wawancara dan saat wawancara, dosennya menampilkan beberapa foto selfie Sur sedang mabuk dan berpesta yang didapat dari sosial media Sur. Akibatnya senyum bahagia Sur berubah ketika beasiswanya dicabut oleh pihak kampus.
Ketika Sur pulang ke rumah, Sur diusir oleh Ayahnya dari rumah karena telah melanggar perjanjian untuk tidak meminum alkohol dan sudah mencoreng nama baik keluarga. Ia pun pergi dari rumah dan tinggal di tempat Amin, pegawai fotokopi kampus teman masa kecil Sur. Sur merasa janggal akan fotonya yang sedang mabuk dan berusaha membuktikan bahwa ia tidak bersalah untuk mendapatkan beasiswa kembali. Ketika ia mengganti baju di toilet, terdapat kejanggalan yaitu baju dalam yang ia kenakan ternyata terbalik. Sur semakin percaya bahwa ada yang melakukan pelecehan seksual kepadanya.
Banyak upaya dilakukan oleh Sur seperti membajak data-data pribadi dari teman-teman teaternya. Sur yakin bahwa Thariq yang memberikan obat kepadanya ketika ia melihat pada hari kejadian Thariq memberikan minum kepadanya.
Seluruh anggota teater ke rumah Rama untuk melihat rekaman CCTV. Setelah dilihat, ternyata bukan Thariq pelakunya. Salah sangka Sur yang terus menduga-duga akhirnya menyudutkan Sur sendiri dalam lingkungan sosial.
Jejak pelaku yang sebenarnya sudah terungkap. Sur telah mendapatkan bukti-bukti adanya pelecehan seksual yaitu gambar bagian badannya yang difoto oleh orang yang tidak disangka-sangka selama ini telah membantu dia dalam menuntaskan kasusnya.
Ternyata yang mengalami pelecehan seksual bukan Sur saja tetapi Thariq dan Farah (mantan anggota teater Mata Hari). Sur melaporkan kasus pelecehan seksual yang dialaminya kepada pihak kode etik kampus dengan memberikan seluruh bukti yang sudah dikumpulkannya. Pihak kampus berjanji untuk tidak memberi tahu bukti serta identitas Sur sebagai korban pelecehan.
Ternyata oh ternyata, pihak kampus memberberkan bukti dan identitas Sur kepada seluruh warga kampus. Pelaku pelecehan seksual itu tidak terima dan membawa pengacaranya untuk menuntut Sur ke jalur hukum.
Pihak kampus juga tidak berpihak kepada Sur, malah menyudutkan Sur. Ketika hukum berpihak kepada penguasa berduit dan memutarbalikkan fakta yang sebenarnya. Hidupnya hancur difitnah dan balik dipersalahkan. Sur pun menarik laporaln pelecehan tersebut dan membuat video klarifikasi bahwa dia berbohong.
Momen menyakiti hati Sur bertambah ketika Ayahnya berlutut di kaki orang tua pelaku dan mengatakan “Tolong pak,maafkananaksaya,pak”.
Dapat disimpulkan dari film ini sangat mengambarkan realita yang ada dalam dunia nyata korban pelecahan seksual. Ketika pihak pelecehan seksual dalam keadaan finansial yang lebih baik dapat membungkam kasus dengan uang.
Keadaan ekonomi juga bisa menjadi alasan melakukan tindakan kekerasan seksual seperti menjual foto dan data pribadi yang tidak senonoh oleh Amin sahabat Sur sendiri.
Kehadiran Thariq yang menjadi korban pelecehan seksual juga sebagai gambaran bahwa korban kekerasan seksual bukan selalu perempuan saja tetapi laki-laki juga bisa menjadi korban kekerasan seksual. Film ini ditutup menggunakan lembaran fotokopi yang sebagai simbol suara korban kekerasan seksual.
Bukti demi bukti diperbanyak dan suara korban digaungkan, layaknya pesan berantai di media sosial.
Meskipun memiliki akhir yang pahit, film Penyalin Cahaya ini memperlihatkan para penyintas pelecehan seksual yang memiliki kekuatan. Penyalin Cahaya adalah gambaran para korban kekerasan seksual yang dibungkam namun tetap kuat memperjuangkan keadilan.
“Di dalam kegelapan, kami memutuskan untuk tetap bekerja,” adalah ucapan dari Farah yang paling membekas di ingatan penonton
Penyalin Cahaya membahas tentang kekerasan seksual, film ini menyampaikannya secara halus. Pesan itu datang secara metaforis dan simbolis. Jadi jika Anda tidak menonton film ini dengan konsentrasi dan tujuan, pesannya mungkin tidak akan sampai bahkan mungkin penonton tidak akan sampai ke adegan terakhir.
Semua tanda tanya di Penyalin Cahaya mengingatkan kita bahwa kekerasan seksual tidak selalu berupa pemerkosaan. Film ini menyuguhkan bentuk kekerasan seksual yang berbeda, yang tentunya tidak bisa dianggap enteng. Dalam setiap bingkai film Sur berada dalam ruang-ruang sempit, eksterior kampus yang terisolasi, ruang sidang beasiswa yang gelap, kamar Amin yang sempit, dan ruang fotokopi yang membuat pengunjung berdesakan. Tanpa ada pengujaran, penonton dapat menangkap bagaimana kondisi korban kekerasan seksual selalu dibatasi oleh banyak pihak.
Penyalin Cahaya juga menampilkan korban kekerasan seksual yang sering ditegur karena pakaiannya. Para korban malah disalahkan oleh anggota keluarganya sendiri yang seharusnya menjadi pelindung utama. Film ini juga mencermati kasus perkosaan dimana korban sering dituduh dan dituding menyalahgunakan teknologi dan informasi. Bahkan jika itu hanya tentang keadilan. Selain itu, metafora yang digunakan slogan
“Menguras, Menutup dan Mengubur” sepertinya mampu menggambarkan kondisi penanganan kasus kekerasan seksual di negeri ini.
Penyalin Cahaya tidak hanya membahas tentang kekerasan seksual, tetapi film ini juga membahas masalah lain yang tidak kalah penting seperti kesehatan mental dan keuangan.
(Putri Malikah H & Renada Maghfira)M I N I
H U N T I N G
S E R I E S 1
K i t a m e m a n g t a k p e r n a h t a h u
k e m a n a t a k d i r m e m b a w a k i t a
b e r l a y a r d i s a m u d r a
k e h i d u p a n
T a p i k e m a n a p u n p e r a h u i n i
b e r l a y a r , k i t a a d a l a h n a h k o d a
p e n g e n d a l i k e m a n a a r a h d a n
t u j u a n k i t a
C a p t i o n o l e h : U l a A r i s k a
Nisfa Virly Jusaf
M F Ramadhana M F Ramadhana M F Ramadhana M F RamadhanaSiapa yang tak kenal dengan
Ratoh Jaroe, tarian yang kian ramai dan mulai dicintai untuk dipelajari kini tak hanya terkenal di tingkat
Nasional namun sudah sampai ke kancah Internasional. ‘
Yusri Saleh atau akrab disapa dengan
Dek Gam memiliki julukan sebagai
The King Of Ratoh Jaroe karena telah berhasil mengkreasikan beberapa gerakan sehingga terciptanya Tarian Ratoh Jaroe.
Sebagian dari kita menganggap bahwa Tarian Ratoh Jaroe merupakan
Tari Tradisional Aceh, nyatanya gerakan Tarian Ratoh Jaroe merupakan
gabungan dari gerakan Tarian Meuseukat , Tari Likok Pulo dan Tarian
Aceh lainnya, sehingga tari ini merupakan tari kreasi. Tarian RatohJaroe
begitu memikat perhatian dan menjadikan tarian ini diakui oleh Presiden Republik Indonesia yaitu Joko Widodo dan memperoleh Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).
Ratoh jaroe merupakan tarian yang memiliki pesan atau cerita yang ingin disampaikan. Hal ini terbukti secara etimologi, “ratoh” yang memiliki arti berbincang dan “jaroe”yang memiliki arti jari. Sehingga makna ratohjaroe yaitu melantunkan syair atau menceritakan sebuah kisah yang diiringi dengan gerakan jari tangan yang melakukan petikan-petikan
Dek Gam yang melebarkan sayapnya di Ibu Kota dan menjadi seorang coreographer di beberapa sekolah di daerah Jabodetabek ini menambahkan, “Salah satu alasan penciptaan Tarian Ratoh Jaroe karena melihat antusias murid sekolah yang berada di Jakarta, bahkan kini sudah menjadi mata pelajaran tambahan wajib yang harus mereka ikuti”..
Kini Festival RatohJaroejuga rutin diadakan di Jakarta dengan melibatkan murid-murid tingkat Sekolah Menengah Atas. Perjuangan yang dimulai dari tahun 1999 serta latar belakang yang begitu mencintai seni menjadikan seorang Dek Gam kini dipandang sebagai salah satu orang yang begitu berjasa di dunia tari khususnya Tarian Ratoh Jaroe . Menjadi kebanggaan khususnya kita sebagai masyarakat Aceh, Tarian Ratoh Jaroe ini diminati dan dicintai oleh masyarakat yang berada di luar Aceh.
(Jihan Zahirah & Dwik Mahayana K)
(Jihan Zahirah & Dwik Mahayana K)
Ratoh Jaroe Bukan Tari Tradisional Aceh C a tp u r e d B y : @ d a w a m a b r a r r
Alamat : Jl Malikul Saleh, No 7, Kota Baru, Kuta Alam IG : @hoco.coffee
Jam Operasional : Senin sampai Minggu (07 00 WIB – 23 20 WIB)
EE cocok banget untuk kamu yang mau nugas di luar tapi masih homey. Selain ruangan yang bersuasana rumah, menu yang di kafe ini juga akan mengingatkan kamu dengan masakan mama, an rumahan yang bisa kamu pesan di sini, seperti nasi goreng sie reboh, dan salah satu dessert terbarunya adalah Bubur Sumsum eberapa menu umum lainnya. Untuk menu unggulan dan best sellerSanger Durian. Hoco Coffee memiliki ruangan ber-AC dan tidak bera di ruangan tanpa AC kamu tetap gak bakalan kepanasan! Cafe datangi oleh konsumen millenial, juga sangat menarik untuk bersama keluarga, komunitas serta pegawai. Bagi teman-teman ongki sore, membuat tugas, ataupun rapat cocok banget nih di Hoco atnya yang nyaman, tidak bising, dan harganya yang terjangkau!
Alamat : Jl. Irwandi Yusuf, Pantai Kuala Cut, Lhoknga
IG : @sophies sunset library
Jam Operasional :
Selasa sampai Minggu (09.00 WIB – 21.00 WIB)
S O P H I E ' S
S U N S E T L I B R A R Y
Shopie’s Sunset Library menjadi pustaka pertama kali di Aceh yang terletak di pinggir laut Tempat ini pastinya menjadi favorit bagi para penggemar buku dan anak-anak. Mulanya, tempat ini didedikasikan untuk anak-anak pesisir yang ingin membaca buku dan belajar Namun, seiring berjalannya waktu pemilik kafe ini membuka kafe untuk membantu biaya operasional pustaka. Menjadi tempat favorit seluruh kalangan, tempat ini sering mengadakan live music dan bedah buku yang diisi oleh penyanyi serta penulis lokal. Selain menyediakan buku yang bisa dibaca oleh para pengunjung, tempat ini juga menyediakan beberapa alat musik seperti, piano, gitar, yang bisa dimainkan oleh siapa saja Bagi yang ingin melepaskan penat atau butuh refreshing kami sangat merekomendasikan shopie's sunset library ini menjadi tempatnya.
Alamat : Jl. Sultan Malikul Saleh, No.66, Lamlagang
IG : @studio.aqzera
Jam Operasional :
Senin-Sabtu (10.00 WIB – 17.00 WIB)
Jumat dan Minggu (10 00 WIB – 18 00 WIB)
Self foto studio saat ini sedang menjadi trend di semua kalangan Tidak jarang para pengguna media sosial khususnya Instagram dan Tiktok meng-upload hasil fotonya di akun masing-masing. Tapi kamu jangan sedih, di Aceh sudah ada self foto studio! Nama studionya Studio Aqzera Kamu bisa mengajak bestie-mu untuk ikut foto di studio tanpa risih dan canggung untuk berpose di depan fotografer. Bahkan kamu bisa take foto berulang kali sampai waktunya habis Kualitas fotonya juga gak perlu di pertanyakan deh, pokoknya jernih banget. Layer background foto dengan pilihan warna yang tentunya cocok banget di outfit-outfit kita ngebuat foto-foto yang dihasilkan jadi makin hidup dan kesanya aesthetic abis. Jangan takut mati gaya! Disini kalian bisa sepuasanya gunain aksesoris-aksesoris gemes yang udah disediain sama Studio Aqzera,mulai dari topi,pistol-pistolan,bunga ala-ala, dan kacamata yang banyak banget macam ragamnya. Untuk foto di sini gak perlu risau, karna Studio aqzera punya berbagai macam paket foto yang sesuai dengan kebutuhan dan kantong kalian Bagi teman-teman yang udah mulai nerapin cahsless life jangan takut, karna Studio Aqzera juga udah nerapin sistem pembayaran secara . Untuk detail paket dan harga bisa langsung temanteman cek di IG @studio.aqzera ya! Pokoknya foto-foto disini worth it banget deh!
Alamat : Jl Prof Ali Hasyimi No 18, Lamteh (Pango Raya)
IG : @atarikijapan
Jam Operasional
Senin-Sabtu (12 00 WIB - Sold Out)
S T U D I O A Q Z E R A A
Jumat dan Minggu (14.00 WIB - Sold Out)
Siapa-sih yang gak kenal sama Atariki? Tempat makan ramen yang udah punya 2 cabang di Pango Raya dan Jeulingke ini selalu rame loh dikunjungi oleh para pelangganya Gak heran, ramen atariki ini emang se-enak itu dan berasa banget premium-nya. Pelayanannya yang juara ngebuat makan langsung ditempat jadi terasa kayak makan langsung di Jepang. Gak cuma ramen, Atariki juga menyediakan banyak makanan lainya seperti nasi,dimsum,dora-yaki dan beberapa makanan ala Jepang lainya yang pastinya enak-enak Gak perlu takut kehauasan,minuman di sini bisa nambah sepuasanya! Mulai dari harga 20 ribuan, teman-teman semua udah bisa menikmati hidangan yang ditawarkan Atariki! Mau ngerasain nikmatnya Curry Ramen dan Beef Curry Rice serta hidangan ala Jepang lainya? Yuk buruan ke Best Authentic & Handmade Rämen Noodle's, Atariki!
M I N I H U N T I N G
S E R I E S 2
D a l a m p e r j a l a n a n r u a n g d a n w a k t u , k i t a m e n i t i p k a n b e r b a g a i p e n i n g g a l a n p a d a a n a k c u c u . m e n j a l a n k a n t r a d i s i s e p e r t i e k s p e k t a s i t i a p k a l i m e n a n a m b e n i h ; t u m b u h p e n u h b e r k a t b e r k a l i - k a l i l i p a t
C a p t i o n o l e h : U l a A r i s k a
M F Ramadhana M F Ramadhana M F Ramadhana M F Ramadhana M F Ramadhana Satianihda UmriBESTEK dan Langkahnya
Dalam Melestarikan Seni di Lingkup Kampus
LPM Perspektif mendapatkan kesempatan untuk berbagi cerita dengan
Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bengkel Seni dan Teater Ekonomi (Bestek), yakni Muhammad
Arief Al Hafie yang mana merupakan mahasiswa D3 Akuntansi. Menurut
Arief, seni merupakan aktivitas manusia yang secara sadar untuk menghadirkan estetika dalam kehidupan dan salah satu upaya dalam mengekspresikan diri. Seni sendiri biasanya diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi cucunya sebagai maksud memberikan hiburan atau lebih bermakna lainnya seperti ajakan berdakwah atau sebagainya.
Aceh sendiri merupakan ladang dari segala seni. Aceh memiliki keberagaman seni yang telah dikenal oleh masyarakat luas. Tarian-tarian yang berasal dari Aceh memiliki makna mengajak dan syair-syairnya bermaksud sebagai sarana dakwah kepada masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk mendekatkan ajaran agama kepada masyarakat, yang bersifat mengajak tanpa memaksa.
Arief menyebutkan “Ketertarikan akan seni tidak memandang umur, kawula muda juga menyukai hal-hal yang berbau seni”. Munculnya ketertarikan ini, menimbulkan rasa peduli di kalangan mahasiswa Univeritas Syiah Kuala. Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis sendiri, mulanya kesenian di tampung oleh salah satu ormawa yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), kesenian terdapat di bawah suatu bidang seni pada 1982 yang didirikan oleh Bang Irwandi Yaqub.
Namun, ternyata semakin banyak mahasiswa yang menyukai seni dan memberikan inisiatif tersendiri untuk membentuk unit kegiatan mahasiswa sendiri yang sekarang dikenal dengan BESTEK (Bengkel Seni dan Teater) yang mana menjadi UKM seni pertama kali di USK.
Perjalanan BESTEK dalam pelestarian seni dapat dikatakan bukan kalengkaleng, salah-satunya pendiri BESTEK yang akrab dengan sapaan Dek Gam turut andil dalam mendunianya tari Ranup Lampuan. Tidak hanya itu, Dek Gam juga ikut ambil bagian dalam suksesnya penampilan tari Ratoh Jaroe pada opening ceremony ASEAN GAMES pada 2018 silam.
Dalam upayanya melestarikan seni terutama di lingkup kampus, UKM BESTEK FEB USK juga telah berkolaborasi dengan berbagai UKM seni lainnya dan beberapa sanggar yang ada di sekitar Banda Aceh. Seperti di salah satu kegiatan BESTEK yaitu Sore Berisik yang pernah mengundang UKM Wasiat FT dan UKM BASkom FH. Tidak hanya itu, inovasi dari UKM BESTEK dalam melestarikan kesenian di Aceh adalah dengan menyelenggarakan berbagai event kesenian seperti expo dan konser panggung yang diperuntukkan bagi seni tradisional maupun modern.
Langkah pelestarian seni ini diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas, memberikan wadah ekspresi diri secara positif dan menimbulkan rasa cinta terhadap seni terutama bagi kalangan mahasiswa.
Arief juga menambahkan, “Pemerintah Aceh telah membuka jalur dalam mempromosikan seni Aceh. Meski pasca pandemi ini masih terdapat tantangan tertentu dalam membuat suatu event, pemerintah terus berinovasi dalam mempromosikan budaya dan seni Aceh termasuk juga seni modern”.
Dalam mencintai seni, Arief mengatakan bahwa kita harus memperkenalkan budaya dan seni di Aceh sedini mungkin. Ketika rasa cinta terhadap seni tumbuh sedini mungkin, pelestarian seni akan hidup dan berjalan dengan sendirinya. Arief mewakili BESTEK berharap agar kedepannya generasi penerus bebas untuk melakukan eksplorasi seni dan budaya. Namun, satu hal perlu diingat bahwa kita harus bisa memilah yang mana yang sesuai dengan budaya kita. Kita juga harus bisa mempromosikan budaya kita kepada masyarakat luar.
(M. Rayyan Al Ghifari & Syakira Rahmatika)
Penutupan Sekret di Akhir Pekan, Solusi Cerdas atau Mematikan Kreativitas
Banyak dikalangan mahasiswa yang berada di kampus sedang membicarakan tentang adanya kebijakan penutupan sekret oleh pihak kampus sendiri kepada setiap UKM yang menjalankan kegiatan-kegiatan rutin. Sekretariat atau biasa dikenal sekret adalah tempat berekspresi, menampung aspirasi serta imajinasi dari setiap anggota organisasi. Di dunia perkuliahan sendiri istilah sekret sudah menjadi hal umum dan tidak asing lagi. Keberadaan sekretariat ini sering kali digunakan mahasiswa sebagai wadah yang menampung kreativitas tiap-tiap anggota UKM yang ada di kampus.
Sekret ini sendiri juga sudah menjadi rumah kedua bagi mahasiswa yang aktif pada UKM yang dijalaninya, sekret membuat mahasiswa merasa lebih aman, nyaman, dan bahagia ketika berada di dalamnya. Tak hanya itu, sekret juga menjadi sarana bersosialisasi dan mengembangkan bakat. Adanya sekret membuat mahasiswa betah berlama-lama di kampus.
Namun, keberadaan sekret ini seolah tidak terdengar dan terlihat kabarnya jika sudah memasuki akhir pekan dikarenakan keputusan kampus untuk menutup. Tidak adanya kejelasan terkait alasan penutupan ini menjadikan pihak kampus tampak tidak transparansi. Dilihat dari pandangan mahasiswa, mereka merasa keputusan ini memberikan kesulitan tersendiri dikarenakan terganggunya keperluan untuk menjalani program kegiatan organisasi
Pihak kampus menciptakan kebijakan ini dengan tujuan dapat menjaga barang-barang berharga yang ada di sekret, dan mengingat tidak adanya jadwal perkuliahan pada akhir pekan menjadikan sekret kurang pengunjung.
Menurut mahasiswa yang kontra terhadap isu ini, ada baiknya pihak kampus membangun komunikasi dengan petinggi UKM terkait keperluan mereka di akhir pekan sehingga mahasiswa tidak perlu menyelinap atau mencari cara yang dilarang oleh kampus untuk bisa masuk ke sekret. Lain halnya dengan mahasiswa yang pro terkait isu ini, mereka menyetujui kebijakan kampus dengan alasan adanya rasa tanggungjawab pihak kampus untuk menjaga barang-barang di sekret.
Dalam hal ini sebaiknya agar tidak terjadi kesalahpahaman antara pihak kampus dan mahasiswa, tingkatkan komunikasi dan keterbukaan.
(Rizki Ramadhana & Novi Rahmawati)
Rentan Stress: Kampus Perlu Memperhatikan Kesehatan Mental Mahasiswa
Kesehatan mental merupakan kata yang seringkali terdengar dan diucapkanbelakangan ini. Kesehatan mental itu sendiri menurut WHO adalah suatu keadaan (status)sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Ini berarti seseorang harus dinyatakan sehat secara fisik dan batin terlebih dahulu untuk mencapai kesehatan mental. Apabila dapat mencapai, hal ini tidak menutup kemungkinan untuk kita bisa selalu menikmati hari-hari dan menghargailingkungan sekitar.
Jika kesehatan mental terganggu maka akan menimbulkan penyakit yang kita kenal sebagaipenyakit mental. Penyakit mental ini tentunya akan sangat mempengaruhi cara berinteraksi,pandang, sifat, hingga cara pengambilan keputusan pada diri seseorang. Hal ini sangat disayangkan apabila menimpa para pelajar, terutama mahasiswa yang seharusnya mampu belajar dan berkarya dengan mental yang stabil untuk mencapai masa depan yang lebih baik.
Mahasiswa kini mengalami tantangan yang lebih banyak dalam menghadapi dunia. Beberapapenyebab diantaranya terjadi akibat media sosial, pandemi corona, inflasi, hingga tekanandari generasi sebelumnya. Kesadaran akan kesehatan mental juga menjadi bagian yangmempengaruhi tekanan sebab manusia semakin sadar dan mengerti tentang apa yangdirasakannya.
Media sosial diketahui sebagai salah satu penyumbang terbesar dalam mempengaruhikesehatan mental. Di kalangan mahasiswa kini bahkan media sosial seolah-olah telah menjadibagian dari hidup yang tidak bisa dilepaskan. Beragam pengaruh buruk media sosial bagimental antara lain gangguan kecemasan, rasa tidak percaya diri, Fear Of Missing Out (FOMO), depresi, kecanduan, bahkan gangguan pada jam tidur. Selain itu pandemi jugamenghadirkan realitas baru bekerja dari rumah, pengangguran sementara, sekolah anak-anakdirumah, dan kurangnya kontak fisik dengan anggota keluarga, teman, dan kolega lainnyamerupakan hal yang penuh tantangan bagi tidak sedikit orang. Membiasakan diri, beradaptasidengan perubahan gaya hidup seperti ini, dan mengelola rasa takut tertular virus dankekhawatiran tentang orangorang dekat kita yang sangat rentan, merupakan tantangan yanglebih berat lagi bagi orang yang sedang mengalami penyakit kesehatan mental.
Kampus yang mana merupakan salah satu tempat utama para mahasiswa beraktivitasmemiliki kesempatan besar untuk hadir mendukung kesehatan mental mahasiswa sebagaibagian dari kewajiban moral yang dapat dilakukan oleh kampus. Sebagaimana yang kitaketahui kekhawatiran akan akademik adalah salah satu penyumbang kecemasan terbesar padadiri mahasiswa.
Kampus bisa memulai hal ini dengan menjadikan piagam Okanagan sebagai pegangan.Piagam Okanagan dibentuk pada Juni 2015 untuk mempromosikan kesehatan mental ditingkat universitas. Piagam ini menyerukan universitas untuk memastikan kesehatankeseluruh budaya dan kegiatan kampus, serta memimpin promosi kesehatan mental baik ditingkat lokal maupun global. Sejumlah cara yang dapat dilakukan oleh kampus misalnya,pemotongan jam belajar yang terlalu panjang, mengurangi tugas-tugas terutama tugas dengandeadline yang tidak sesuai, menerapkan lingkungan belajar yang nyaman serta kondusif, dll.
Bersangkutan dengan hal ini, kampus USK bisa memulai dengan menyediakan layanankonseling psikologi bagi setiap mahasiswanya, terutama pada mahasiswa baru yang perluberadaptasi dan mahasiswa akhir. Selain itu, tes kesehatan mental untuk mahasiswa di setiaptingkatan mestinya dapat dilakukan setiap tahun agar meminimalisir terjadinya tekananmental dan menghasilkan lulusan yang jauh lebih berkualitas dari segi batin.
(Aliya Syahira & Muhammad Syuja)