Cobaan Rupiah Belum Berakhir

Page 1




MailBOX

http://www.majalahrevieweekly.com Pemimpin UMUM: Bambang Aji setiady

Kirimkan surat pembaca Anda ke alamat: Redaksi Majalah Review Weekly, Pertokoan Golden Road, Blok C27 No. 67, BSD - Tangerang Selatan 15320 Email: redaksi.majalahreviewweekly.com

Pemimpin redaksi: budi kusumah Redaktur Eksekutif: latihono sujantyo Redaktur: ratna nuraini, sri wulandari, kukuh bhimo nugroho reporter: Setyo Adhi Nugroho, Gading Putra redaktur foto: dahlan rebo pahing REDAKTUR DESAIN: erbhayu prananta Desain & layout: ade moh sofyan

unit usaha pemimpin perusahaan: Bambang Aji setiady marketing: Arief Nazarudin, Celline Agatha

Cover: erbhayu

Perhatikan Curhat Sri Mulyani

Saya turut berduka cita atas kecelakaan robohnya crane yang menimpa para jemaah haji di Arab Saudi. Khususnya bagi para jemaah haji asal Indonesia. Kecelakaan itu harus menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah Arab Saudi, agar ke depan lebih peduli dengan keselamatan seluruh jemaah haji yang sedang melakukan ibadah. Mereka harusnya paham bahwa kelancaran ibadah para jemaah menjadi fokus utama. Sementara untuk Kementerian Agama, saya berharap agar memberi peringatan kepada pemerintah Arab Saudi agar kejadian serupa tak berulang di masa mendatang. Indonesia berhak melakukan protes, mengingat banyaknya jemaah haji kita yang setiap tahun datang ke Mekah. Pihak Kementerian Agama juga harus mengawal bantuan bagi para korban, seperti yang disampaikan pemerintah Arab Saudi. Jangan sampai dana itu hanya pemanis bibir atau justru diselewengkan oknum tertentu di negeri ini. Semoga amal ibadah jemaah yang meninggal dunia diterima Allah SWT. Dan semoga keluarga yang ditinggalkan mendapat kekuatan dan tetap tabah. Amin YRA.

Ibu Sri Mulyani Indrawati, Direktur Pelaksana Bank Dunia, baru saja curhat soal pengalamannya mendapat tekanan terkait penetapan anggaran, saat masih menjabat menteri di era kepemimpinan Presiden SBY. Menurutnya, tak mudah menjadi menteri di negeri ini. Banyak tekanan dari beberapa elite dan kelompok kepentingan tertentu terkait persoalan anggaran. Hal itulah yang salah satunya, membuatnya mundur dari posisi menteri keuangan dan kemudian lebih memilih menerima tawaran Bank Dunia. Pernyataan Ibu Sri Mulyani ini, tampaknya masih relevan hingga pemerintahan Presiden Jokowi saat ini. Masih saja ada elite birokrat dan kelompok-kelompok kepentingan di belakangnya yang mencoba mengeruk keuntungan pribadi dengan mengatasnamakan kebijakan untuk rakyat. Apa yang disampaikan Ibu Sri Mulyani harusnya menjadi perhatian Presiden Jokowi yang sejak awal memimpin sudah menyatakan bakal membabat habis mafia seperti itu. Apalagi presiden sudah mencanangkan ‘Revolusi Mental’ untuk seluruh bangsa ini. Menjadi janggal jika ternyata Revolusi Mental ternyata tak berlaku buat para elite tertentu. Padahal mereka justru seharusnya menjadi tauladan buat seluruh rakyat. Semoga Presiden Jokowi segera melakukan pembenahan di jajaran elite birokrat yang masih berani menggerogoti anggaran negara demi kepentingan pribadi dan kelompok. Salut buat Ibu Sri Mulyani.

Indah Zayyinah Gresik, Jawa Timur

Ahmad Farhan Apartemen Kalibata, Jakarta Selatan

Duka buat Jemaah Haji Korban Crane

4

alamat redaksi dan usaha: Pertokoan Golden Road, Blok C27 No. 67, BSD, Tangerang Selatan, BANTEN 15320 Telp: 021-538 3063 penerbit: PT INDOPUBLIK MANDIRI

SuratMingguini

Safari Jokowi ke Tanah Arab Presiden Jokowi baru saja melakukan lawatan ke tiga negara di kawasan Timur Tengah. Yakni Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar. Tujuannya, mencari investasi dari para saudagar Arab agar berinvestasi di Tanah Air. Itikad baik presiden itu harus didukung. Segala upaya untuk menggenjot masuknya investasi ke Indonesia tetaplah harus diapresiasi. Maklum saja, masih ada pengamat yang menilai langkah Jokowi ke Timur Tengah sebagai upaya mencari sedekah ketika kondisi ekonomi di Tanah Air di ambang krisis. Namun yang terpenting, setelah safari tersebut, haruslah ada pihak yang memperjuangkan untuk merealisasi hingga investasi yang telah dilobi presiden bisa benar-benar masuk. Semoga saja ikhtiar Presiden Jokowi bakal segera kita rasakan manfaatnya. Semoga saja bakal segera terealisasi investasi dari Timur Tengah dalam bentuk proyek yang bisa menyerap jutaan tenaga kerja. Salman Ciledug, Tangerang

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


Membangun Kemitraan, Memberdayakan Komunitas Para siswa terus belajar dan menyiapkan diri masuk ke dunia kerja, termasuk anak-anak kami. Karenanya, kami berupaya sekuat tenaga untuk dapat menyediakan pelatihan dan memajukan pendidikan di Indonesia. Dengan kemitraaan yang dibangun bersama Pemerintah, LSM dan masyarakat, kami telah mendirikan dua Politeknik di Riau dan Aceh. Kemitraan tersebut kami lakukan untuk mengembangkan kurikulum dan meningkatkan kemampuan para pengajar. Setiap tahun, ratusan siswa lulus dan siap menjadi tenaga terampil – membantu memberdayakan komunitas dimana mereka berada. Kemajuan pendidikan adalah kepedulian semua. Termasuk kami.

Informasi selengkapnya tersedia di www.ChevronIndonesia.com


reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

Contents

headline LaporanUtama 9 Cobaan Rupiah Belum Berakhir Indonesia sudah rugi besar akibat ketidakpastian The Fed dalam memutuskan kenaikan suku bunga acuan. Rupiah bakal terus mengalami tekanan.

Bisnis

Makro

18 Sewa Kantor Jeblok Bisnis sewa perkantoran sepi akibat

30 Sri Mulyani Buka Kartu

perlambatan ekonomi dan depresiasi rupiah. Penggunaan mata uang rupiah juga turut memengaruhi.

Sri Mulyani, mantan Menkeu, menyebut soal tekanan dari elite dan kelompok kepentingan terkait anggaran. Mafia anggaran masih bergentayangan.

33 RR Terus Mainkan Jurus Kepret 34 Merayu Investasi Negara Arab 20 Belanja Iklan Ngos-ngosan 21 Bila Aramco Masuk Indonesia 22 Dari Boneka Menjadi Bos

Sisipan 24 Mengadu Nyawa Demi Asa Baru

Boleh jadi, mengungsi adalah pilihan rasional warga Suriah demi melanjutkan kehidupan. Kendati upaya untuk bisa mencapai daerah baru kadang justru harus berimbal nyawa.

Keuangan 36 Mengintip Peluang yang Tersisa Melemahnya nilai tukar dan capital flight membuat harga obligasi semakin menukik. Bagi investor yang memiliki modal kuat, ini peluang untuk meraih untung besar.

38 Kebijakan yang sia-sia

Pasar Modal 42 Penantian yang Diperpanjang Keputusan The Fed menunda kenaikan suku bunga membuat masa ketidakpastian semakin panjang.

44 Saham Minyak Makin Seret


SISIPAN

RP 25 TRILIUN PAJAK BATU BARA RAIB

ARAB SAUDI MENGEJAR BISNIS

PRABOWO MENANG

SI MANIS YANG MENGGEROGOTI DUNIA

®

1-7 JULI 2013 MAJALAH EKONOMI & BISNIS

44 » TAHUN II RP 20.000


editorial Putusnya Urat Malu

A

nggota dewan itu tak punya malu. Sudah usulannya tentang dana aspirasi dikritik banyak pihak, kini mereka terang-terangan minta kenaikan tunjangan. Alasannya, inflasi. Tapi kenaikan yang diminta jauh di atas tingkat inflasi. Bagaimana tidak begitu? Wakil rakyat yang berkantor di Senayan mengusulkan kenaikan aneka tunjangan. Mulai dari tunjangan kehormatan, tunjangan komunikasi intensif, tunjangan peningkatan fungsi pengawasan dan anggaran, hingga bantuan langganan listrik dan telepon. Terlalu. Memang, tidak semua anggota dewan yang setuju dengan usulan tersebut, Ada juga, yang menolak. Tapi yang mengusulkan itu, sekali lagi, tak punya malu. Apa sih prestasi yang telah dicapai para wakil rakyat dalam waktu setahun ini? Dan lagi, usulan-usulan macam itu justru dilontarkan di saat negeri ini tertimpa tangga. Nilai tukar rupiah, misalnya, kini makin terpuruk. Dan yang lebih parah lagi, perlambatan ekonomi telah menyebabkan banyak perusahaan di negeri ini yang terpaksa melakukan efisiensi. Salah satu caranya adalah dengan mengurangi karyawan alias PHK. Puluhan bahkan ratusan ribu buruh telah dipecat. Dan beberepa puluh ribu lagi menunggu giliran. Hingga Februari 2015 lalu saja, Badan Pusat Statistik, mencatat jumlah pengangguran bertambah 300 ribu menjadi 7,45 juta. Sekarang? Pasti bertambah ba-

8

nyak lagi. Dampak dari sana akhirnya mengalir kepada kenaikan jumlah orang miskin. Kelompok ini lebih parah lagi, karena sebelumnya telah dihantam oleh naiknya harga BBM. Hingga Maret, jumah orang miskin bertambah menjadi 28,59 juta orang atau 11,22% dari total populasi Indonesia. Sebagai gambaran pada September 2014, jumlah penduduk miskin di Indonesia masih 27,73 juta orang atau 10,96% dari total jumlah penduduk. Artinya dalam enam bulan terakhir, jumlah penduduk miskin di negeri ini bertambah 860.000 orang. Ini salah satunya, disebabkan oleh inflasi yang tinggi akibat harga BBM. Tingkat inflasi pedesaan tercatat 4,4% selama periode September 2014-Maret 2015. Dengan kondisi itu, orang miskin di pedesaan lebih tinggi dibanding perkotaan. Kemiskinan di pedesaan pada Maret 2015 sebesar 14,21% atau 17,94 juta orang, sedangkan perkotaan sebesar 8,29% atau 10,65 juta orang. Banyak pengamat menemukan naiknya angka kemiskinan tak lepas dari tren pelambatan ekonomi, sehingga lapangan kerja sedikit. Mereka memperkirakan dengan kondisi sekarang, hingga tahun depan angka kemiskinan cenderung naik. Nah, dalam kondisi seperti itulah, para anggota dewan yang terhormat meminta kenaikan tunjangan. Terlalu. Apa tidak malu? Yang lucu, karena banyak dikritik di sana-sini, sebagian anggota DPR berusaha mengalihkan perhatian masyarakat, dengan mengusulkan kenaikan gaji presiden dan wakil presiden. Entah, bagaimana presiden dan wakilnya menanggapi usulan tersebut. Yang pasti, jangan anggap seluruh masyarakat bodoh. Soalnya, trik pengalihan perhatian seperti itu sudah kerap kali terjadi. Jadi, rakyat sudah paham. n bk

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


Indonesia sudah rugi besar akibat ketidakpastian The Fed dalam memutuskan kenaikan suku bunga acuan. Rupiah bakal terus mengalami tekanan. TEKS Latihono Sujantyo dan Kukuh Bhimo Nugroho Foto Riset

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

9


U

ntuk kesekian kalinya, Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve atau The Fed belum menaikkan suku bunga acuannya pada September ini. Dalam rapat anggota Federal Open Market Committee (FOMC) atau Komite Pasar Terbuka yang dipimpin Gubernur The Fed Janet Yellen, pekan lalu, diputuskan, suku bunga acuan AS atau Fed rate tetap 0,25%. Ada beberapa alasan yang mendasari keputusan The Fed kali ini. Misalnya, rasa cemas yang menghantui lambatnya pertumbuhan ekonomi global, masih rendahnya tingkat inflasi di AS, dan gejolak di pasar saham yang terjadi pada Agustus lalu. Dengan keputusan ini, pasar uang dan pasar saham di berbagai negara—tak terkecuali di Indonesia—kembali terombang-ambing tak menentu. Pasar uang dan pasar saham masih rentan terhadap sinyal yang disampaikan The Fed. Sebab, bukan apa-apa, mayoritas anggota FOMC percaya The Fed akan menaikkan suku bunganya pada tahun ini. Asal tahu saja, FOMC masih memiliki dua kali pertemuan, yakni bulan Oktober dan Desember 2015. Keyakinan The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini, lantaran FOMC optimistis mengenai perekonomian AS yang akan terus membaik di bulan-bulan berikutnya. Inilah kemudian yang mendasari mereka menaikkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi AS dari 1,9% menjadi 2,1% dan menurunkan angka pengangguran dari 5,1% menjadi 5% pada akhir tahun ini.

10

Kalau benar memang begitu, pasar uang dan pasar saham di berbagai negara untuk tiga bulan ke depan bakal terus menghadapi gejolak. Inilah yang membuat banyak pejabat moneter dan investor, lagi-lagi kecewa atas keputusan The Fed. Maklum saja, beberapa hari sebelum pertemuan FOMC digelar, banyak pemilik uang yang mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed dengan mengoleksi dolar. Tujuannya, apa lagi kalau bukan demi mengamankan kekayaan mereka dari ancaman kerugian kurs. Akibatnya, nilai rupiah terpelanting hingga menembus Rp 14.450 per dolar AS. Sejak tahun lalu, The Fed memang berencana ingin menaikkan Fed rate dari level 0,25% karena melihat perkembangan perekonomian AS yang membaik. Rencana ini telah membuat investor panik. Tapi pasar pun kemudian mereda saat keputusan FOMC menyebutkan, Fed rate tidak akan naik dalam waktu dekat. Begitulah seterusnya sampai pelaku pasar terus menebaknebak kapan sebenarnya Fed rate akan naik. Bisa dimaklumi jika pasar uang dan saham—terutama di Asia—terguncang. Maklum, selama periode 2009 hingga 2012, banyak dana dari stimulus moneter tahap I, II, dan III di AS yang mengalir deras ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Akibatnya, pasar modal dan pasar utang negara menjadi begitu aktif. Sebelum program stimulus diluncurkan, pada Desember 2008, The Fed memangkas suku bunga acuan hingga mende-

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


Tekanan Terhadap Rupiah Faktor Eksternal l Rencana kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed l Harga komoditas dunia turun drastis l Perekonomian China melambat

kati nol persen sebagai reaksi atas krisis finansial. Sejak itu, suku bunga bertahan di level tersebut demi mendongkrak perekonomian AS di tengah resesi.

INDONESIA SUDAH RUGI BESAR Kini, perekonomian global kembali diliputi ketidakpastian. Situasi bertambah runyam lantaran pertumbuhan ekonomi global melambat lebih awal dari perkiraan, terutama China yang menjadi andalan utama ekspor Indonesia. Situasi ini tentu saja bukan kabar baik bagi Indonesia. Selain faktor eksternal di atas, di dalam negeri Indonesia sedang menghadapi masalah yang begitu kompleks. Pertumbuhan ekonomi melambat, nilai rupiah anjlok, dan banyak perusahaan mulai memangkas jumlah karyawannya. Selain itu, mayoritas ekspor Indonesia adalah komoditas yang harganya sedang turun drastis. Dan, yang tak kalah membahayakan, kepemilikan saham di bursa dan obligasi dikuasai oleh investor asing. Sedikit saja mereka menarik dananya ke luar Indonesia, bursa saham bakal jatuh dan rupiah terperosok. Celakanya, kompleksitas masalah ekonomi yang dihadapi Indonesia dibarengi buruknya koordinasi antara kementerian/ lembaga. Semua ini kemudian ditambah lagi kegaduhan di bidang hukum dan politik, termasuk di dalam kabinet sendiri. Situasi ini tentu saja akan memberikan efek negatif lanjutan bagi rupiah. Kalau setahun lalu setiap US$ 1 dihargai Rp 11.000,

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

Faktor Internal l Ekspor Indonesia tergantung pada komoditas l Asing mendominasi kepemilikan saham di bursa dan obligasi l Banyaknya BUMN yang memegang dolar

Cara Pemerintah dan BI Menggerakkan Roda Ekonomi l Pemberian stimulus fiskal l Peningkatan batas penghasilan tidak kena pajak l Pembebasan pajak penjualan barang mewah l l l l

untuk sejumlah produk konsumsi Percepatan realisasi anggaran infrastruktur Perpanjangan masa pemberian tax holiday Insentif pajak untuk pengembangan kawasan khusus Pelonggaran moneter melalui relaksasi loan to value maupun giro wajib minimum

11


kini si mata uang hijau telah melampaui nilai Rp 14.450. Dan, bukan sesuatu yang tidak mungkin dalam beberapa bulan ke depan, dolar AS bisa menembus Rp 15.000. Kalau dolar AS semakin kuat dan rupiah semakin melemah, jelas saja akan mendorong harga barang-barang melambung. Sebab, hampir sebagian besar sektor pangan harus dibeli dari luar negeri. Rupiah yang terus melemah terhadap dolar AS juga berdampak negatif bagi perusahaan-perusahaan di sektor konsumer, seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk, PT Mayora Indah Tbk, PT Unilever Indonesia Tbk , dll. Maklum, sebanyak 50%-60% bahan baku perusahaanperusahaan tersebut berasal dari luar negeri. Barang-barang elektronik pun terkena imbasnya. Sektor lain yang terkena dampaknya adalah farmasi atau kesehatan dan otomotif, karena sebagian besar bahan bakunya harus impor. Selain itu, sektor properti dan konstruksi juga ikut terpukul akibat kenaikan bahan baku. Tak hanya itu. Proyek infrastruktur yang akan menjadi andalan pembangunan juga bisa kalang kabut, karena sebagian besar bahan baku proyek harus diimpor. Akibatnya sudah bisa ditebak, defisit neraca perdagangan masih menjadi ancaman untuk beberapa tahun ke depan. Menyedihkan, tentu saja. Lebih menyedihkan lagi akibat situasi ini, jumlah fakir miskin bertambah. Selama September 2014 hingga Maret 2015, menurut catatan Badan Pusat Statistik

(BPS), penduduk miskin bertambah 860.000 menjadi 28, 6 juta atau 11,2% dari total penduduk Indonesia. Jika harga beras dan bahan pangan lainnya tak bisa ditekan, serta musim kemarau berkepanjangan, jumlah fakir miskin akan terus bertambah. Sebenarnya, kalau ingin memakai ukuran garis kemiskinan Bank Dunia, jumlah penduduk miskin di Indonesia jauh lebih tinggi ketimbang data BPS. BPS mengukur garis kemiskinan berdasarkan pengeluaran Rp 10.900 (US$ 0,75) per hari, sedangkan Bank Dunia US$ 1 per hari. Bahkan, di berbagai negara berkembang, garis kemiskinan diukur dari pengeluaran per hari sekitar US$ 1,5. Apa yang harus dilakukan? Banyak. Khusus menekan jumlah penduduk miskin, PHK harus dihindari. Caranya, pemerintah harus memberikan insentif kepada dunia usaha, terutama sektor padat modal. Lantaran jumlah penduduk miskin lebih banyak di pedesaan, kegiatan bisnis di pedesaan harus ditingkatkan. Selain itu, pembangunan infrastruktur pedesaan harus menggunakan banyak tenaga manusia. Yang tak kalah penting, pemerintah pusat dan daerah perlu mempercepat penyaluran dana desa. Pemerintah dan Bank Indonesia memang telah sepakat berkoordinasi melalui sejumlah bauran kebijakan, seperti moneter, fiskal, dan reformasi struktural (lihat: Semoga Lolos dari Krisis). Hanya saja, kebijakan ini akan menjadi macan ompong kalau hanya bagus di atas kertas, tapi tidak dikawal sampai ke lapangan. n

Gedung The Fed: Pasar menjadi tidak pasti.

12

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


Karena Kurs Salim Sempoyongan

S

iapa sangka, bisnis Salim Group bisa sempoyongan akibat pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Salim, yang menguasai konglomerasi bisnis di Indonesia, mengalami pukulan hebat lantaran utangnya cukup besar dalam bentuk valas. Bloomberg mencatat, utang valas Salim sudah mencapai US$ 3,8 miliar. Utang Salim diperkirakan bakal semakin berat seandainya rupiah terus melemah seiring keputusan Bank Sentral AS, The Fed. Sejak Januari hingga pertengahan September 2015, nilai rupiah sudah merosot sekitar 15%. Celakanya, Anthoni Salim, pemilik mayoritas PT Indofood Sukses Makmur Tbk ini, hanya melakukan hedging (lindung nilai) 10% atas utang valasnya. Sejak awal tahun ini, saham Indofood telah jatuh sebesar 22,22% ke level 5.250 per saham. Data Bloomberg memperlihatkan, rasio utang Indofood terhadap laba sebesar 3,44 kali. Salim hanya salah satu contoh dari banyaknya miliarder Asia Tenggara yang terpukul akibat perubahan kurs mata uang yang jomplang. Lembaga pemeringkat utang, Standard & Poor’s (S&P), menemukan 100 korporasi besar di Asia Tenggara memiliki utang luar negeri sangat besar.

Tumpukan utang 100 korporasi terbesar di Asia Tenggara telah meningkat enam kali lipat ketimbang krisis yang menghantam kawasan ini di tahun 1998. Utang 100 korporasi besar tersebut telah menembus US$ 392 miliar per akhir Juni 2015. Tidak cuma itu, rasio utang korporasi terhadap aset telah menyentuh level 31,7%, hampir mendekati level krisis 1998 silam. Rasio ini naik 29,5% dari tahun 2010. Dari 100 korporasi itu, sebagian besar berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Filipina. S&P menyebutkan, utang luar negeri korporasi di Indonesia tumbuh dua hingga tiga kali lipat lebih tinggi ketimbang utang lokal di periode 2010- 2014. Data Bank Indonesia (BI) mencatat, tahun 2010, utang luar negeri swasta baru US$ 83,78 miliar. Per Juni 2015, utang luar negeri swasta sudah membengkak menjadi US$ 169,68 miliar. Utang swasta itu setara 55,77% dari total utang luar negeri Indonesia. S&P mengingatkan, pelemahan nilai tukar mata uang negara emerging market, termasuk rupiah, bakal menjadi bom waktu. “Daya tahan korporasi Asia Tenggara diuji semester II 2015 dan tahun 2016,� kata Bertrand Jabouley, Director of Asia-Pacific Corporate Ratings S&P. n

Anthoni Salim

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

13


Presiden Jokowi: Ada tokoh berusaha melemahkan rupiah.

Jokowi Digoyang Rupiah Tersiar kabar ada pihak tertentu yang sedang berusaha mendompleng kejatuhan rupiah untuk menjatuhkan Presiden Jokowi. TEKS Latihono Sujantyo Foto Riset

14

K

asihan sekali nasib rupiah. Mata uang kebanggaan rakyat Indonesia ini tak berkutik melawan dolar AS. Lihat saja saat ini, US$ 1 sudah dihargai Rp 14.500. Duh‌, rupiah nasibmu. Betul, ada sejumlah faktor yang memengaruhi sehingga rupiah menjadi panas dingin. Misalnya, keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, tentang suku bunga acuan dan melambatnya pertumbuhan ekonomi China dan beberapa faktor lainnya. Namun ada faktor lain yang cukup menekan rupiah, yakni transaksi rupiah di non deliverable forward (NDF). Selama ini, NDF dianggap sebagai sarang spekulan rupiah yang menyebabkan rupiah sering meriang. NDF biasanya diperdagangkan melalui counter di pusat keuangan internasional, seperti New York, London, Hong Kong, dan Singapura. Rupiah merupakan pasar NDF terbesar di kawasan Asia dengan rata-rata volume transaksi harian diperkirakan mencapai US$ 10 miliar, diikuti oleh pesso Filipina, dan renminbi China. NDF sendiri dibuat oleh Asosiasi Perbankan Singapura sebagai sikap atas pembatasan transaksi forward di Tanah Air oleh

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


Bank Indonesia (BI). Ketika instrumen ini muncul, BI begitu pede transaksi NDF tak akan banyak perngaruh terhadap rupiah karena pasarnya ada di Singapura. Beberapa pemain besar NDF di Singapura adalah Union Bank of Switzerland (UBS), JPMorgan, Development Bank of Singapore (DBS) Group Holding Ltd, dan Hongkong and Shanghai Bank Corporation (HSBC). Terlepas beberapa faktor di atas, ada kabar sangat mengagetkan terkait kondisi rupiah belakangan ini. Adalah Chairman Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) Christianto Wibisono yang menyatakan bahwa ada tokoh “George Soros” di dalam negeri, yang tengah berusaha melemahkan rupiah terhadap dolar AS. “Soros Indonesia tengah menggempur rupiah,” kata Christianto, beberapa waktu lalu. Christianto mencium motif ‘Soros’ lokal menggempur rupiah, karena ingin menjatuhkan pemerintahan Presiden Jokowi. “Soros lokal ini memiliki contract for difference (CFD) sebesar US$ 10 miliar, dengan modal US$ 250 juta untuk menjatuhkan rupiah,” ungkapnya. Siapa orang yang dimaksud Christianto? Sayangnya, dia tak mau menyebutkan. Memang, jika nilai rupiah semakin turun ke bawah, bisa membuat defisit anggaran dalam APBN membengkak. Sebab, setiap Rp 100 pelemahan akan membuat anggaran membengkak sekitar Rp 1 triliun. Kalau pelemahan sampai Rp 1.000, maka pembekannya mencapai Rp 10 triliun. Tak hanya itu. Pelemahan rupiah juga akan menurunkan penerimaan dalam APBN, pertumbuhan ekonomi akan melambat, harga barang dan kebutuhan pokok sehari-hari melonjak, dan buntutnya penerimaan pajak tak mencapai target. Sekarang, coba saja lihat, banyak masyarakat yang menjerit karena harga-harga kebutuhan pokok dan barang semuanya naik. Ironisnya, harga yang dijual para pedagang itu tidak banyak yang laku karena daya masyarakat menurun. Kalau daya beli masyarakat sudah banyak yang turun, krisis kepercayaan terhadap pemerintah akan muncul. Celakanya, banyak pejabat pemerintah dan politisi negeri ini seperti acuh tak acuh. Mereka lebih asyik berkelahi satu dengan yang lain. Kegaduhan di tengah pelemahan rupiah seperti sekarang ini sangat berpotensi melahirkan krisis ekonomi, seperti peristiwa 1998. Memang, awal krisis 1998 jauh lebih parah ketimbang kondisi saat ini. Saat itu, cadangan devisa di Bank Indonesia (BI) hanya US$ 17,4 miliar. Saat ini, cadangan devisa di brankas BI tercatat sebesar US$ 110,771 miliar. Pada krisis 1998, nilai rupiah terhadap dolar AS merosot sampai 73%, sementara saat ini rupiah hanya terpangkas 7,11%. Begitu pula rasio utang luar negeri terhadap PDB tahun 1998 mencapai 60%, sedangkan sekarang ini hanya 31%. Jadi, kalau dibandingkan dengan kondisi tahun 1998, memang jauh berbeda. Namun, jika kegaduhan politik dan hukum tak bisa diselesaikan di tengah anjloknya nilai rupiah, niscaya mata uang Garuda bisa terperosok lebih parah, dan ini yang menjadi tujuan ‘George Soros’ lokal. Tentu saja, ini ancaman serius bagi Presiden Jokowi. n

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

Mulai Muncul Letupan Kecil

H

ari Kamis, 10 September 2015, ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Jabodetabek-Banten berunjuk rasa di depan Istana Negara. Mereka memprotes kinerja pemerintah yang tidak memuaskan, seperti perlambatan ekonomi dan rupiah yang terus melemah. “Untuk Pak Jokowi, saya berdiri di sini bukan hanya untuk orasi. Kami di sini hanya menuntut keadilan, saya anak cucu buruh Indonesia. Untuk itu tolong berantas mafia di Indonesia, kendalikan ekonomi, naikkan harga rupiah di mata dunia,” teriak salah satu orator di depan Istana Negara. Presiden Jokowi memang harus menghadapi kenyataan bahwa banyak hal yang tidak disukai rakyat telah dilakukan pemerintahannya. Mulai dari naik-turunnya bahan bakar minyak, melonjaknya harga sejumlah bahan kebutuhan pokok sehari-hari, hingga PHK di beberapa daerah. Ujung dari semua itu, ya itu tadi, mulai muncul letupanletupan kecil berupa aksi demonstrasi di berbagai daerah. Mereka menuntut Jokowi mundur dari tahta. Selintas, ini hanya sebuah gejolak kecil, memang. Tapi lama-kelamaan, bukan tak mungkin bisa membesar sehingga sulit dibendung. Celakanya, rasa tidak puas juga muncul dari politisi PDI Perjuangan, partai utama yang mengusungnya menjadi capres tempo hari. Mereka menganggap apa yang dilakukan Jokowi, lambat-laun bisa mencoreng nama baik partai. Adalah Effendi Simbolon, politisi PDI Perjuangan yang menilai Jokowi tidak mampu memimpin negara ini. Bahkah, ia memperkirakan, rekannya itu hanya akan memimpin tak sampai hitungan tahun. “Paling hitungan bulan lagi lengser,” katanya beberapa waktu lalu. Betul? n

15


Stok pangan harus aman: Menjaga inflasi dan daya beli masyarakat.

Semoga Lolos dari Krisis Dalam kondisi seperti sekarang ini, APBN harus menjadi lokomotif penggerak sektorsektor ekonomi yang lain. TEKS Latihono Sujantyo dan Kukuh Bhimo Nugroho Foto Dahlan Rp, Riset

I

nilah hari-hari yang sangat menegangkan bagi Pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia. Sebab, masalah yang dihadapi Indonesia begitu kompleks dan ruwet. Selain dari Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, ada faktor lain yang cukup besar menekan ekonomi nasional. Misalnya, pertumbuhan ekonomi global yang lebih melambat dari perkiraan, terutama China yang menjadi andalan utama ekspor Indonesia dan harga ekspor komoditas yang terus menurun.

16

Maklum saja, ekonomi China sangat dekat dengan Indonesia. Lihat saja, ketika Bank Sentral China, People’s Bank of China (PBOC), beberapa hari lalu mendevaluasi nilai tukar yuan sebesar 1,9%, indeks harga saham gabungan (IHSG) langsung merosot dan rupiah terpuruk. Di bidang perdagangan, dampaknya sudah terasa sejak setahun yang lalu. Soalnya, China merupakan negara tujuan utama ekspor Indonesia, disusul kemudian oleh AS, India, dan Jepang. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia kuartal II-2015 turun 0,13%. Tekanan dari dalam negeri lebih pelik lagi. Contohnya, realisasi stimulus fiskal belum secepat perkiraan. Padahal, belanja pemerintah diharapkan bisa menjadi stimulus untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Volatilitas di pasar keuangan domestik juga begitu tinggi. Se-

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


dikit saja muncul pernyataan sensitif dan data ekonomi yang negatif, pasar langsung bereaksi cepat. Lihat saja sebelum data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II-2015 dirilis, asing sudah buru-buru melepas obligasi pemerintah, karena sudah mencium data tidak seperti yang diharapkan. Itulah sebabnya, dua kuartal berturut-turut, perekonomian nasional tumbuh di bawah 5%. Pada kuartal II-2015, perekonomian hanya mampu tumbuh 4,67%, sedikit melambat dibandingkan kuartal sebelumnya 4,71%. Padahal di kuartal IV-2014, ekonomi bisa tumbuh 5,01%.

PENYERAPAN MULAI MEMBAIK Tapi alhamdulillah, pemerintah sudah mengidentifikasi persoalan-persoalan yang dihadapinya. Itulah sebabnya, di semester II ini, belanja pemerintah pusat dan daerah akan dikebut. Maklum, hingga Juni 2015, realisasi belanja APBN baru 33% dari target Rp 1.319 triliun. Belanja modal hanya 11% atau Rp 30 triliun. Pemerintah sendiri berjanji akan all out mempercepat belanja modal dan belanja barang di semester II ini. Ditargetkan, pada akhir Desember tahun ini, realisasi belanja modal dan barang tidak kurang dari 95%. Syukurlah, penyerapan APBN pun mulai membaik. Saat ini, penyerapan APBN sudah mencapai 55%. Memang, dalam situasi perekonomian berjalan lambat, APBN harus menjadi lokomotif penggerak sektor-sektor ekonomi yang lain. Berbagai proyek infrastruktur unggulan yang didanai APBN diharapkan bisa berdampak terhadap para pelaku ekonomi. Maklum, melambatnya perekonomian domestik dan global telah memberi tekanan cukup serius terhadap pengusaha. Belum lagi terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang membuat biaya produksi meningkat. Faktor-faktor inilah yang kemudian membuat daya beli masyarakat menurun. Tentu saja, kondisi yang menghimpit dunia usaha ini harus dicarikan jalan keluarnya. Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) sudah sepakat berkoordinasi melalui sejumlah bauran kebijakan, seperti moneter, fiskal, dan reformasi struktural. BI dan Otoritas Jasa Keuangan, misalnya, telah meluncurkan berbagai paket kebijakan untuk menciptakan stimulus bagi para pelaku industri. Dua pekan lalu, Presiden Jokowi pun mengumumkan paket kebijakan ekonomi tahap I. Adapun paket tahap I terdiri dari tiga langkah kebijakan. Langkah pertama, mendorong daya saing industri nasional, deregulasi dan debirokratisasi, penegakan hukum dan kepastian usaha. Langkah kedua, percepatan proyek strategis nasional, antara lain dengan penyederhanaan izin, penyediaan tata ruang dan lahan, serta diskresi penyelesaian hambatan terkait hukum. Sedangkan langkah ketiga, meningkatkan investasi di sektor properti. Pemerintah menyebutnya tahap I, karena sejatinya paket tersebut memang tak bakal segera menuntaskan persoalan yang ada. Bakal digulirkan paket II, paket III, dan seterusnya. Menurut Menko Perekonomian Darmin Nasution, paket kebijakan tahap II bakal digulirkan pada pekan terakhir September ini. Ekonom Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latif Adam memprediksi, pertumbuhan ekonomi di semester II bisa tumbuh 5,3%. Hanya saja, Latif mengingatkan dampak El Nino

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

pada kuartal III dan IV bisa mengancam sektor pangan. Karena itu, menurut dia, pemerintah perlu menyiapkan tiga strategi. Pertama, stok pangan harus aman sehingga inflasi terkendali dan daya beli masyarakat terjaga. Kedua, pemerintah harus mempercepat realisasi anggaran. Ketiga, investasi harus didorong. Semoga semua langkah yang dilakukan akan membuat perekonomian nasional lolos dari krisis. n

Paket Kebijakan Ekonomi Tahap I 1. Penguatan pembiayaan ekspor melalui National Interest Account. 2. Penetapan harga gas untuk industri tertentu di dalam negeri. 3. Kebijakan pengembangan kawasan industri. 4. Kebijakan memperkuat fungsi ekonomi koperasi. Koperasi tidak lagi rancu fungsinya antara fungsi ekonomi dan fungsi sosial. Memperkuat fungsi ekonomi koperasi menjadi mitra utama usaha mikro kecil dan menengah di daerah. 5. Kebijakan simplikasi perizinan perdagangan. 6. Kebijakan simplifikasi visa kunjungan dan aturan pariwisata. 7. Kebijakan elpiji untuk nelayan. Adanya konverter yang mengefisienkan penggunaan biaya yang dikeluarkan oleh nelayan. Apabila sekali melaut nelayan membutuhkan solar sampai dengan 30 liter dengan biaya bahan bakar Rp 6.900/liter, akan hemat sebesar Rp 144.900. 8. Stabilitas harga komiditi pangan, khususnya daging sapi. Memperluas cakupan perdagangan dan negara asal impor sapi maupun daging sapi, sehingga dapat menciptakan harga sapi atau daging sapi yang lebih kompetitif. 9. Melindungi masyarakat berpendapatan rendah dan menggerakkan ekonomi pedesaan. 10. Pemberian Raskin atau Beras Kesejahteraan untuk bulan ke-13 dan ke-14.

17


Bisnis Perkantoran

Gedung perkantoran di Jakarta: Banyak yang pindah.

Sewa Kantor Jeblok Bisnis sewa perkantoran sepi akibat perlambatan ekonomi dan depresiasi rupiah. Penggunaan mata uang rupiah juga turut memengaruhi.

B

TEKS Sri Wulandari foto Dahlan RP

isnis sewa perkantoran mulai dirundung sepi. Permintaan ruang perkantoran mengalami penurunan akibat perlambatan ekonomi dan depresiasi rupiah. Kenaikan nilai tukar rupiah yang mencapai Rp 14.400 per dolar, membuat para penyewa berpikir ulang untuk menempati ruang kantor di gedung-gedung tinggi. Belum lagi, harga sewa melejit cukup tinggi. Ya, maklum saja, harga sewa perkantoran terutama di kawasan premium, seperti kawasan Central Business District (CBD) Jakarta, menggunakan mata uang dolar. Tetapi ketika Bank Indonesia mewajibkan transaksi domestik menggunakan rupiah per 1 Juli 2015, sejak saat itu, tarif sewa kantor dalam denominasi rupiah menjadi jauh lebih mahal seiring dengan depresiasi rupiah.

18

Sebagai asumsi, jika harga sewa perkantoran berpatokan pada kurs dolar, tentu penurunan tidak besar. Namun jika harga sewanya berpatokan dengan rupiah, nilai ini berpengaruh cukup besar. Secara psikologi, nominal rupiah jauh lebih besar dari nominal dolar. Imbasnya, beberapa perusahaan membatalkan niat untuk melakukan sewa perkantoran. Menurut konsultan properti Colliers International Indonesia, penggunaan mata uang rupiah itu berdampak pada tarif sewa perkantoran di CBD melonjak hingga 35%. Tarif tersebut terjadi untuk perkantoran di segmen premium dan grade A. Sementara itu, rata-rata tarif sewa semua kelas naik 17%. Berdasarkan catatan Colliers, ada 19 perkantoran di area CBD yang telah mengkonversi tarif sewa dalam rupiah. Beberapa pemilik dan pengelola gedung perkantoran, baik yang bertarif dolar AS maupun rupiah, sudah mulai menyesuaikan harga sewa. Bagi yang masih menggunakan dolar AS, menaikkan tarif sewa rata-rata US$ 5. Angka ini membuat rata-rata tarif sewa menjadi US$ 38,48 atau naik 3,3% secara kuartalan. Imbas yang paling terasa adalah tingkat hunian rata-rata menurun 2,6% dan 2,5%, menjadi 91,85% karena maraknya persaingan. Tingkat hunian diproyeksikan terus menurun signifikan sampai dengan 85% pada akhir tahun. Saat ini, sewa perkantoran di CBD naik dari Rp 257.543 per meter persegi menjadi Rp 300.519 per meter persegi per bulan. Di luar kawasan CBD, tarif sewa kan-

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


Bisnis Perkantoran tor rata-rata Rp 189.624, sedangkan dalam denominasi dolar AS naik 5% menjadi US$ 23,32. Di kawasan perkantoran TB Simatupang, 19 dari 24 kantor masih menerapkan tarif sewa dalam dolar AS. Tarif sewa di 19 kantor tersebut mencapai US$ 23,41 pada kuartal II 2015. Harga sewa yang terlampau tinggi telah memberi efek negatif pada permintaan sewa perkantoran di kawasan CBD Jakarta yang menurun. Permintaan terhadap unit perkantoran yang cenderung menurun berakibat pada banyak gedung perkantoran sepi penyewa. Penurunan terjadi pada gedung-gedung perkantoran di kawasan CBD dengan grade A.

BANYAK YANG ANGKAT KAKI Bisnis sewa perkantoran saat ini tak bisa diharapkan dapat memberikan pemasukan berkelanjutan atau recurring income bagi perusahaan properti. Menurut survei Bank Indonesia (BI), pertumbuhan sewa ruang kantor secara kuartalan di kuartal II-2015 cuma tumbuh 0,04 %. Bila dibandingkan dengan pertumbuhan kuartalan bisnis sejenis pada kuartal I-2015, tercatat bisa tumbuh sekitar 3,33%. Soal sepinya sewa perkantoran, diakui Olivia Surodjo, Direktur Eksekutif Metropolitan Land. Kata dia, sewa gedung perkantoran sedang mengalami perlambatan. Jika ini terjadi terus-menerus, maka akan memangkas recurring income. Sementara PT Triyasa Propertindo terpaksa menyusun ulang strateginya. Karena tak mau proyeknya sepi penyewa, perusahaan terpaksa menunda melanjutkan proyek Gran Rubina Business Park di Kuningan Jakarta Selatan pada 2017 dan 2020 mendatang. Semula, Triyasa ingin langsung membangun dua menara perkantoran setelah menara pertamanya rampung. Triyasa memang berencana menyewakan menara kedua dan ketiga di Gran Rubina untuk memperoleh pendapatan berulang. Sedangkan menara pertama dijual. Meskipun sektor perkantoran mengalami stagnasi, yang ditandai pasokan (supply) lebih banyak ketimbang permintaan (demand), namun ada beberapa gedung perkantoran tetap berkinerja positif dengan tarif sewa tinggi. Salah satunya adalah gedung yang dikelola Grup Ciputra masih bisa berjalan dengan baik dan tumbuh. Harun Hajadi, Managing Director Ciputra Group mengatakan, ini karena portofolio yang dimiliki perusahaannya. Yakni, pertama, lokasi gedung perkantoran yang dikelola Grup Ciputra berada di pusat bisnis, seperti Ciputra World Jakarta yang berlokasi di bilangan pusat bisnis Kuningan, Jakarta. Kedua, Ciputra sengaja memilih para penyewa (tenant) adalah perusahaan besar dan punya komitmen mau tumbuh di Indonesia. Artinya, perusahaan tersebut mau sewa kantor tidak untuk jangka yang pendek. Meski demikian, dia tak menampik, banyak penyewa gedungnya yang memilih angkat kaki, lantaran harga sewa kantornya terbilang mahal. Namun, itu tak memberikan banyak pengaruh bagi bisnis properti Ciputra Group. Sebabnya, porsi bisnis sewa perkantoran ini kurang dari 5% dari total portofolio bisnis perusahaan ini. n

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

Harga Sewa Kantor di Sejumlah Gedung di Jakarta l ANZ Tower : RC : US$ 24/m2/bulan, SC : Rp 90.000/m2/bulan l Chase Plaza : RC : Rp 245.000/m2/bulan, SC : Rp 95.000/m2/bulan l Intiland Tower : RC : Rp 260.000/m2/bulan, SC : Rp 70.000/m2/bulan l IFC Tower I : RC : Rp 340.000/m2/bulan, SC : Rp 90.000/m2/bulan l Wisma BNI : RC : US$ 32/m2/bulan, SC : US$ 7,5/m2/bulan l Wisma Keiai Prince : RC : US$ 27/m2/bulan, SC : US$ 8,25/m2/bulan l Landmark Tower : RC dan SC : US$ 32/m2/bulan l Menara Sudirman : RC : Rp 340.000/m2/bulan, SC : Rp 55.000/m2/bulan l Metropolitan Tower I : RC : US$ 34/m2/bulan, SC : Rp 95.000/m2/bulan l Metropolitan Tower II : RC : US$ 44/m2/bulan, SC : Rp 95.000/m2/bulan l MID Plaza I : RC : US$ 29/m2/bulan, SC : Rp 118.000/m2/bulan l The Energy Tower : RC : US$ 39/m2/bulan, SC : Rp 55.000/m2/bulan l Prince Centre : RC : Rp 190.000/m2/bulan, SC : Rp 80.000/m2/bulan l Prudential Tower : RC : Rp 240.000/m2/bulan, SC : Rp 43.000/m2/bulan l Ratu Plaza : RC dan SC : US$ 26/m2/bulan l Sampoerna Strategic : RC : US$ 39/m2/bulan, SC : Rp 90.000/m2/bulan l Sentral Senayan : RC : US$ 57/m2/bulan, SC : US$ 7/m2/bulan l BEJ IDX I : RC : US$ 19/m2/bulan, SC : US$ 7,85/m2/bulan l Menara Standard Chartered : RC : Rp 175.000/m2/bulan, SC : Rp 92.500/m2/bulan l Artha Graha : RC : Rp 275.000/m2/bulan, SC : Rp 77.500/m2/bulan l Plaza Sentral : RC : Rp 125.000/m2/bulan, SC : Rp 77.000/m2/bulan l Plaza Bapindo : RC : Rp 450.000/m2/bulan, SC : Rp 95.000/m2/bulan l Wisma WTC : RC : US$ 25/m2/bulan, SC : Rp 88.000/m2/bulan l Wisma Nusantara : RC : US$ 39/m2/bulan, SC : Rp 90.000/m2/bulan l Sahid Sudirman : RC : US$ 44/m2/bulan, SC : Rp 40.000/m2/bulan l Wisma Sudirman : RC dan SC : Rp 290.000/m2/bulan l Wisma Indocement : RC : US$ 16/m2/bulan, SC : Rp 100.000/m2/bulan l Wisma GKBI : RC dan SC : US$ 50/m2/bulan l World Trade Centre ( WTC II ) : RC : US$ 44/m2/bulan, SC : Rp 95.000/m2/bulan RC adalah Rental Charge, SC adalah Service Charge Sumber : www.sewakantor.org

19


Bisnis Perusahaan media

Belanja Iklan Ngos-ngosan Kelesuan ekonomi telah membuat para pengiklan mengerem melakukan belanja iklan. Media mulai kelimpungan. TEKS Sri Wulandari foto Dahlan Rp

P

erlambatan ekonomi dan pelemahan nilai uang rupiah yang melanda Indonesia, ternyata juga berdampak signifikan terhadap bisnis media massa. Penurunan pendapatan iklan media, khususnya media cetak pun terjadi. Bahkan, diprediksi hingga akhir tahun realisasi belanja iklan (advertising expenditure/adex) masih akan seret dan tertekan. Riset Mandiri Sekuritas menyebutkan, belanja

Pengiklan mengerem belanja: Langkah efisien harus ditempuh.

20

iklan mulai melemah lantaran banyak perusahaan multinasional yang belum membelanjakan dana iklan mereka di Indonesia. “Kami khawatir penguatan dolar Amerika Serikat terhadap rupiah dapat menyebabkan perusahaan konsumen lokal mengurangi belanja iklan,� jelasnya. Efek negatif perlambatan ekonomi memang tidak secara langsung menekan pendapatan iklan di media. Tetapi kelesuan ekonomi telah berdampak sangat keras kepada daya beli masyarakat. Melemahnya daya beli masyarakat rentan menggerus kinerja penjualan barang konsumsi, yang selama ini royal dalam belanja iklan. Karena sektor konsumer kurang bagus, akibatnya sejumlah pengiklan cenderung menurunkan belanja iklan. Hasil survei Nielsen Advertising Information Service yang dirilis Nielsen Indonesia terhadap 14 stasiun TV dan 234 media cetak, mengindikasikan belanja iklan nasional di semester I-2015 lalu hanya tumbuh 4% atau sekitar Rp 57,1 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu. Dari total belanja tersebut, kue iklan paling banyak didapat oleh media televisi, yakni sekitar Rp 41,03 triliun atau sebanyak 71,7%. Direktur Media Nielsen Indonesia Hellen Katherina menjelaskan, kendati meningkat, sebenarnya pertumbuhan belanja iklan kali ini merupakan yang terendah pada periode yang sama dalam satu dekade terakhir. Pertumbuhan ini meningkat 9% dibandingkan dengan tahun lalu. Sementara di media cetak, baik koran dan majalah ataupun tabloid, belanja iklan yang diterima sepanjang Januari-Juni 2015 hanya 28,2% atau sekitar Rp 16,12 triliun. Soal belanja iklan yang menurun ini memang dirasakan benar oleh media. Laju bisnis mereka mulai ngos-ngosan. Bahkan, beberapa pengiklan yang seharusnya membayar kewajibannya mulai mangkir. Jangan heran bila akhirnya langkah hukum terpaksa ditempuh. Itu pula yang dilakukan oleh PT Media Nusantara Citra Tbk (MNC). MNC mengajukan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) kepada PT Bestbuy Home Shopping, lantaran tak membayar biaya iklan yang sudah jatuh tempo. Bestbuy Home Shopping merupakan perusahaan yang bergerak dalam bisnis multichannel television homeshopping dan online homeshopping webstore. Bestbuy memasang lima iklan paket senilai Rp 1,4 miliar di seluruh saluran televisi MNC. Bestbuy baru melakukan pembayaran sebesar Rp 410,05 juta. Para pelaku bisnis media belum menemukan formula yang tepat agar media mereka kembali dibanjiri iklan. Momentum perhelatan pilkada serentak tahun ini pun, bahkan dianggap tak mampu mengerek belanja iklan secara signifikan. Alhasil, langkah efisien harus ditempuh, agar nyawa perusahaan terus bergerak. n

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


Bisnis Kilang minyak

B

ersiap-siaplah. Tak lama lagi perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Arab Saudi, Aramco akan membangun kilang minyak di Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, Aramco bakal menggelontorkan investasi sebesar US$ 10 miliar untuk pembangunan kilang, depo (storage), dan sistem distribusi. Menurut Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Aramco tidak hanya berniat membangun kilang, namun juga tangki timbun di Indonesia. “Lokasi kilangnya nanti, akan diatur lebih lanjut,� kata Pramono. Untuk itu, pemerintah akan segera mendiskusikan lebih lanjut, termasuk juga kemungkinan bekerja sama dengan PT Pertamina. Asal tahu saja, pemerintah telah membuka peluang investasi untuk pembangunan empat kilang minyak baru di Indonesia dengan kapasitas olah masing-masing 300.000 barel per hari (bph). Selain memberlakukan penghapusan pajak penghasilan dalam waktu tertentu (tax holiday) dan memangkas komponen pembentukan setoran PPh (tax allowance), pemerintah juga bakal membebaskan pengenaan Pajak Penambahan Nilai (PPN) dan bea masuk (BM) bagi barang-barang yang dibutuhkan di dalam pembangunan proyek kilang tersebut. Saat ini, pemerintah tengah menyiapkan beberapa payung hukum berupa Peraturan Presiden (Perpres) untuk menjamin investasi yang bakal ditanamkan para investor. Dua diantaranya mengenai penetapan Pertamina sebagai pembeli produk kilang (offtaker), hingga penyediaan tanah apabila proyek tersebut dijalankan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta, atau yang dikenal public private partnership (PPP). Keinginan Aramco untuk membangun kilang di Indonesia, sebenarnya telah dikemukakan sejak beberapa tahun silam. Bahkan, sudah dilakukan studi kelayakan bersama Pertamina dan menuju tahap penandatanganan head of agreement (HoA). Ketika itu, kedua perusahaan siap membangun kilang pengolahan bahan bakar senilai US$ 8 miliar atau setara Rp 77,3 triliun. Aramco didapuk Pertamina untuk merevitalisasi dua kilang di Cilacap dan Balongan. Hanya saja, Aramco pernah meminta insentif tax holiday kepada Pemerintah Indonesia selama 30 tahun untuk merealisasikan pembangunan kilang minyak. Namun, klausul itu ditolak pemerintah. Aramco juga menghendaki bisa menjual ke hilir. Dari empat kilang yang dibangun pemerintah, hanya tiga yang baru dipublikasikan, yakni dua di Indonesia barat dan satu kilang di Bontang, Kalimantan Timur. Proyek yang dinamakan national grass root refinery ini ditargetkan rampung pada 2025. Kilang baru, bersama revitalisasi empat kilang lama, diharapkan mampu memproduksi BBM hingga 1,7 juta bph pada sepuluh tahun ke depan. Toh, keinginan Aramco masuk ke Indonesia tampaknya bakal menemui hambatan. Soalnya, terdengar kabar Pertamina merasa keberatan. Sejumlah pengamat juga menilai, bila sampai terwujud, dampaknya minyak dalam negeri bisa dikuasai pihak asing. Ichsanuddin Noorsy, pengamat ekonomi, bahkan

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

Kilang minyak: Bisa dikuasai asing.

Bila Aramco Masuk Indonesia Aramco tertarik memasuki kilang minyak di Indonesia. Apa untung ruginya bagi Indonesia? TEKS Sri Wulandari foto Dahlan Rp

menyebut, Aramco melihat peluang bisnis yang cukup besar di Tanah Air. Berada di sektor penyimpanan dan pengolahan minyak, tentu akan membuat Aramco memiliki kewenangan besar. Artinya, minyak yang diproduksi dari pengolahan itu nanti milik Aramco. Seharusnya Indonesia yang berperan utama dalam penguasaan minyak di sektor penyimpanan dan pengolahan. Bisa saja, nanti Aramco yang menentukan harga minyak di Tanah Air. n

21


Bisnis Profil

TEKS SRI WULANDARI foto Riset

ich mov bra

Kemiskinannya di masa kecil, telah menempa Abramovich menjadi pribadi yang tangguh. Berbagai pekerjaan dilakoni. Kini, dia menjadi bos.

Dari Boneka

Menjadi Bos 22

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


Bisnis Profil

M

enyebut nama Roman Abramovich, bagi penggemar bola dunia, pasti mengenalnya dengan baik. Dialah sang pemilik klub elit Inggris, Chelsea yang bermarkas di Stamford Bridge, London Barat. Pengusaha asal Rusia ini membeli Chelsea pada tahun 2003. Dan, sepanjang kepemilikannya, dia sudah memecat sembilan pelatih dan menghamburkan lebih dari 700 juta poundsterling untuk transfer pemain demi keuntungan komersial yang ditawarkan dari perputaran bisnis sepakbola. Abramovich adalah orang yang tahu betul bagaimana caranya menghasilkan uang yang membuat dirinya semakin kaya raya. Majalah Forbes mencatatnya sebagai orang terkaya ke-68 di dunia dengan total kekayaan mencapai US$ 10,2 miliar. Sementara situs berita Business Insider, pada Mei lalu, mencatat kekayaan Abramovich mencapai US$ 12,1 miliar atau sekitar Rp 115,53 triliun. Kehidupan pria kelahiran Saratov, Rusia, pada 24 Oktober 1966 ini, terbilang glamor. Dia memiliki kapal pesiar terbesar di dunia, Eclipse, senilai US$ 1 miliar. Kapal ini memiliki dua kolam renang dan sebuah kapal selam. Kapal itu juga dilengkapi dengan laser untuk menghadang aksi para paparazzi, sementara kamar utamanya yang megah didesain anti-peluru. Tak cuma itu saja, Abramovich juga memiliki dua mobil limusin Maybach 62 antipeluru, yang dilengkapi alat keamanan super mahal. Masing-masing mobil mewahnya ini bernilai US$ 2 juta. Dia juga punya 9 apartemen di London yang disatukannya menjadi sebuah rumah mewah. Setelah renovasi selesai, rumah seluas 30.000 meter persegi ini dikabarkan menjadi rumah termahal di seantero Inggris. Abramovich yang memutuskan terjun ke politik dan menjadi Gubernur Provinsi Chukotka, salah satu distrik otonom di Rusia pada 1999, menginvestasikan jutaan pound dalam pengembangan sistem pendidikan, rumah sakit, dan perguruan tinggi di Anadyr. Dari tahun 2003 - 2008, dia memakai dana pribadinya untuk distrik itu sebesar US$ 1,3 juta. Dalam kehidupan sehari-hari, dia dikawal oleh 40 pengawal yang digajinya hingga US$ 2 juta per tahun.

MASA KECIL Bila kini kehidupannya sekarang bergelimang harta, tetapi tidak demikian dengan masa kecil yang justru kebalikannya. Lahir dari sebuah keluarga Yahudi di Lithuania, Abramovich harus merasakan betapa getirnya kemiskinan yang mendera keluarganya. Ibunya, Irina Abramovich

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

Ostrowski, meninggal sebelum dia berumur dua tahun dan ayahnya, Arkady Abramovich, tewas dalam kecelakaan konstruksi kurang dari dua tahun kemudian. Akibatnya, dia dibesarkan oleh kakek dari pihak ayah dalam iklim Arktik yang dingin di kampung halaman mereka di Lithuania. Kehidupannya yang miskin ini membekas kuat dalam dirinya. Demi mendapat sepiring makanan, Abramovich harus rela melakukan apa saja. Tak heran, jika Abramovich bertekad untuk memperbaiki nasib. Saat mengenyam pendidikan di bangku sekolah, Abramovich menyambinya dengan menjadi pedagang kaki lima. Profesinya naik tingkat menjadi mekanik, ketika mengeyam pendidikan di Moskow Auto Transport Institute pada 1987. Sebelumnya, dia belajar di Institut Industri di Ukhta, dan sempat mengikuti wajib militer Uni Soviet. Abramovich juga melakoni bisnis kecil-kecilan. Usaha kecil-kecilan ini yang membantunya bertahan. Dia menjual suvenir bebek plastik dari apartemennya yang kecil di Moskow. Sampai kemudian pada 1988, dia mendirikan pabrik boneka. Kurun waktu 1992 – 1995, Abramovich mulai berinvestasi di bisnis lain. Dia membuat perusahaan perantara jual beli dan akhirnya dia menfokuskan bisnisnya pada jual beli minyak. Pada 1995, dia bermitra dengan Boris Berezovsky membeli saham mayoritas dari perusahaan minyak Sibneft senilai US$ 100 juta. Hal ini menjadikan Abramovich sebagai taipan minyak atau raja minyak asal Rusia dan tercatat sebagai seorang miliarder baru. Sepanjang tahun 1990-an, Abramovich melikuidasi 20 perusahan, mendirikan lima perusahaan dagang. Dia juga mendirikan 10 perusahaan lain. Pada tahun 2005, Abramovich membuat keputusan untuk menjual perusahaan ini ke perusahaan migas milik Rusia, Gazprom. Dengan nilai fantastis sebesar US$ 13 miliar. Saat dia memutuskan membeli Chelsea, dia mengubah strategi pemasaran dari permainan serta kemampuan untuk “membeli” pemain. Dia juga membangun fasilitas seni dan menawarkan gaji besar bagi pemain untuk bergabung dengan timnya, terlepas dari status keuangan dari tim itu sendiri. Untuk pertama kalinya, sejak dia membeli Chelsea Football Club 12 tahun lalu, Abramovich membuka total pinjaman tanpa bunga yang sudah digelontorkannya, yang mencapai £1 miliar atau setara Rp 20 triliun. Hal ini diungkap oleh Fordstam, perusahaan yang digunakan Abramovich untuk mengakuisisi Cehlsea. Menurut akun Fordstam sebagaimana dilansir CNN, sampai saat ini rincian total uang yang sudah digelontorkan adalah £ 1.041.243.000 atau naik dari nilai tahun lalu yang mencapai £ 984 juta. Meski demikian, tidak ada tanda-tanda Abramovich bakal mencari pembayaran pinjaman tersebut dalam masa depan. Aset yang dikelola Fordstam sendiri termasuk di antaranya adalah perusahaan manajemen hotel, pusat kebugaran di belakang stadion, perusahaan media digital milik klub, dan termasuk juga klub itu sendiri. Fordstam juga menunjukkan bahwa secara pribadi, Abramovich menghabiskan £1 juta di kursi eksekutifnya di Stamford Bridge untuk menyaksikan laga-laga Chelsea. n

23


Boleh jadi, mengungsi adalah pilihan rasional warga Suriah demi melanjutkan kehidupan. Kendati upaya untuk bisa mencapai daerah baru kadang justru harus berimbal nyawa. TEKS RATNA NURAINI Foto Riset

24

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


S

esosok tubuh mungil tak bernyawa kedapatan terdampar di pesisir Semenanjung Bodrum, Turki. Jasad bocah itu diketahui bernama Aylan Kurdi. Bersama kakaknya, Galip, dan kedua orang tuanya, Aylan terpaksa menghadang ganasnya ombak di laut demi terhindar menjadi korban konflik di negeri asalnya, Suriah. “Saya sudah mencoba untuk menyelamatkan anak-anak saya.� Demikian tutur Abdullah al-Kurdi, ayah Aylan Kurdi, seraya tak kuasa menahan tangis, seperti dikutip dari Rozana FM, stasiun oposisi Suriah. Abdullah mengungkapkan, bagi keluarganya, perjalanan itu merupakan upaya kesekian kalinya untuk melarikan diri dari negeri durjana yang notabene adalah tanah airnya, Suriah. Keluarga Kurdi sejatinya telah berhasil mengungsi ke Turki, sejak setahun berselang. Namun, Abdullah mengatakan, dirinya berharap bisa menjadi imigran di Kanada. “Kami mencoba beberapa kali tapi upaya kami gagal karena kami tertangkap oleh Penjaga Pantai Turki,� kata Abdullah al-Kurdi, yang bekerja sebagai penata rambut di Suriah. Alasan menjadikan Kanada sebagai lokasi berlabuh, tak lain karena keluarga tersebut memiliki kerabat di Vancoucer, Tima Kurdi. Tima sendiri sebenarnya telah mencoba mengajukan dokumen pengungsi agar keluarga Kurdi bisa tinggal di Kanada. Hanya saja, permohonannya itu telah ditolak pada Juni lalu. Penolakan itulah yang kemudian membuat Abdullah Kurdi nekat memilih jalur laut sebagai satu-satunya cara

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

Kami mencoba beberapa kali tapi upaya kami gagal karena kami tertangkap oleh Penjaga Pantai Turki. 25


26

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

27


untuk bisa mencapai Kanada. “Kali ini aku berhasil, melalui bantuan adik saya dan ayah saya dengan membayar jaminan sebesar 4.000 euro untuk melakukan perjalanan ini,” katanya. Namun malang justru menghadang, dan peristiwa tragis malah menimpanya. Menumpang kapal kecil sepanjang 5 meter, Abdullah bersama keluarganya sempat terpaksa bertarung melawan ganasnya ombak besar saat dalam pelayaran menuju Pulau Kos, Yunani.

DILEMA UNI EROPA

28

Menghadapi situasi genting di Semenanjung Bodrum tersebut, kapten kapal memilih meninggalkan mereka dengan terjun ke laut dan berenang menyelamatkan diri. “Saya pun mencoba mengemudikan kapal. Tetapi ombak tinggi mendorong kapal hingga terbalik. Saya mencoba menangkap anak dan istri saya, tetapi tiada harapan. Satu per satu mereka meninggal,” ujarnya. Insiden itu tak hanya membuat Abdullah kehilangan Aylan Kurdi. Tapi juga anak sulungnya, Galip Kurdi yang berusia 5 tahun, dan istrinya, Rihan, tewas dalam kecelakaan laut tersebut. “Saya sempat memegang mereka

T

epukan tangan terdengar membahana saat warga lokal di Munich, Jerman, menyambut kedatangan ribuan pengungsi Suriah, Selasa (8/9) lalu. Mereka juga memberikan makanan, permen, sepatu, dan ransel berisikan pakaian bagi para pengungsi yang baru saja tiba dari Hungaria. Para pengungsi itu dijadwalkan akan menumpang bus untuk melanjutkan perjalanan menuju lokasi tujuan. Pemandangan serupa juga tampak, saat gelombang pengungsi Suriah tiba di kota tersebut selang tiga hari sebelumnya. Sebuah spanduk bertuliskan Refugees Welcome tampak dibentangkan oleh sejumlah penduduk lokal di Stasiun Munich Hauptbahnhof, Jerman. Di Frankfurt, sambutan hangat senada juga diberikan penduduk setempat seiring dengan kedatangan para pengungsi. Memang, sebelumnya, Kanselir Jerman Angela Merkel telah mengeluarkan izin bagi pengungsi untuk bisa memasuki wilayah Jerman. Otoritas bahkan mengucurkan anggaran tambahan 3 miliar euro atau setara Rp 47 triliun

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


berdua saat perahu terbalik, tapi gelombang tinggi pertama membunuh anak tertua saya, Galip, dan kemudian satu ombak lagi mengambil anak bungsu saya,” kata ayah itu, tak kuasa menghapus duka yang sangat dalam. Meninggalnya bocah kecil Aylan Kurdi menjadi potret mengenaskan dari konflik dan perang sipil di Suriah. Aylan bahkan menjadi ikon baru bagi kepedulian dan seruan kepada dunia agar perang segera dihentikan. Dari data UNHCR untuk penanganan masalah pengungsi, konflik Suriah mencatat, lebih 4 juta orang menjadi pengungsi di negara-negara tetangga mereka.

Turki menjadi tempat bagi 1,9 juta pengungsi, Lebanon menampung 1,1 juta, Jordania 630 ribu, Irak sendiri yang juga berkonflik dengan ISIS kebagian 250 ribu, dan Mesir mengakomodasi sebanyak 132 ribu pengungsi. Ironisnya, negara-negara kaya raya di Timur Tengah terkesan bungkam dan enggan bertindak menghadapi keadaan tersebut. Negara-negara kaya tersebut, yakni di Arab Saudi, Qatar, Bahrain, dan Kuwait, tak ada satupun pengungsi Suriah yang ditampung. Akhirnya, para pengungsi berbondong-bondong menyeberang ke wilayah Eropa. n

untuk menangani gelombang pengungsi ini. Dukungan publik di sejumlah negara di Eropa terhadap keberadaan pengungsi negeri miskin ataupun sarat konflik memang cukup signifikan. Sebuah survei yang dilansir jelang pertengahan September menyebutkan, lebih dari setengah warga Jerman tidak merasa terancam oleh kehadiran imigran yang membanjiri negara mereka. Bahkan survei lain menunjukkan adanya ketidakpuasan warga terhadap cara pemerintah dalam penanganan krisis. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh lembaga penyiaran publik, ARD, sebanyak sekitar 61% warga Jerman mengatakan mereka tidak khawatir terkait meningkatnya jumlah pengungsi. Hanya 38% yang mengatakan takut akan hal itu. Empat dari lima warga mengatakan, kehidupan seharihari mereka tidak berubah sama sekali karena arus imigran. Sedangkan, dua persen lainnya mengatakan, hidup mereka jelas dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah pengungsi. Sebuah survei yang digelar lembaga Emnid untuk sa-

luran berita swasta N24, menunjukkan bahwa mayoritas orang Jerman tidak puas dengan penanganan Kanselir Angela Merkel terkait krisis pengungsi. Bahkan sekitar dua dari tiga orang mengatakan pemerintah Jerman sedang melakukan pekerjaan “agak buruk” atau “sangat buruk”. Sekitar 36% mengatakan, pemerintah tidak berbuat cukup untuk membantu para pengungsi. Sisanya, yakni 27%, mengatakan bahwa Berlin melakukan terlalu banyak. Jajak pendapat ARD dilakukan antara 7 September dan 9 September dengan melibatkan 1.021 orang. Jajak pendapat oleh Emnid dilakukan pada 9 September dan melibatkan lebih dari 1.000 orang. Penerimaan masyarakat terhadap kedatangan pengungsi Suriah tidak hanya terjadi di Jerman. Di Perancis, sebuah jajak pendapat yang dirilis lembaga Elabe pada Kamis lalu, menunjukkan bahwa opini publik Perancis telah berubah secara dramatis. Mayoritas warga mendukung penerimaan lebih banyak pengungsi dari zona perang, seperti Suriah. n

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

29


MAKRO Mafia anggaran

Sri Mulyani Buk Sri Mulyani, mantan Menkeu, menyebut soal tekanan dari elite dan kelompok kepentingan terkait anggaran. Mafia anggaran masih bergentayangan. TEKS Kukuh Bhimo Nugroho foto Dahlan RP, Riset

K

abar tak sedap berhembus dari negeri Paman Sam. Sri Mulyani Indrawati, Direktur Pelaksana Bank Dunia yang juga mantan Menteri Keuangan di masa pemerintahan Presiden SBY, tibatiba saja membeberkan pengalamannya mendapat tekanan dari para elite dan sejumlah kelompok kepentingan di Tanah Air, terkait penetapan anggaran. Pidato Sri Mulyani saat Peluncuran Laporan Survei Keterbukaan Anggaran 2015 itu dilansir dalam situs resmi Bank Dunia, pada Senin pekan lalu. Namun, Sri Mulyani tidak merinci elite dan kelompok tertentu mana yang menentang transparansi keuangan yang dimaksud. “Sebagai mantan menteri keuangan, saya dapat memberitahu Anda bahwa membuat anggaran lebih transparan mungkin hal yang benar untuk dilakukan, tetapi ia datang dengan tantangan, termasuk pushback dari elite dan kelompok-kelompok lain yang tidak memiliki kepentingan dalam akuntabilitas atau membuka diri untuk pengawasan dari warga dan badan pengawasan,” ujar Sri Mulyani, di Washington DC, pada Jumat (11/9). Pernyataan Sri Mulyani ini mengingatkan pernyataan serupa yang diungkapkannya pada 2010, saat mundur sebagai Menteri Keuangan di Kabinet Indonesia Bersatu jilid II. Menurut dia, pengunduran dirinya wujud keberhasilan lolos dari dikte kelompok tertentu yang rakus kekuasaan. “Saya definisikan kemenangan, karena berhasil tidak didikte,” ujarnya, pada pertengahan Mei 2010. (Baca: Patron Politik Singkirkan Meritokrasi)

SEJUMLAH TANYA MELAWAN LUPA Entah kebetulan atau tidak, pernyataan Sri Mulyani kali ini terlontar hanya terpaut sebulan dari peluncuran

30

Mulyani: Tekanan dari elite dan kelompok kepentingan.

buku berjudul Sejumlah Tanya Melawan Lupa yang ditulis Muhammad Misbakhun, anggota Komisi IX DPR yang juga mantan anggota Tim Pengawas Century. Buku yang diluncurkan di Hotel Atlet Senayan, Jakarta, pada Rabu (19/8) itu, mengungkap sejumlah fakta baru terkait skandal bail out Bank Century yang diperkirakan merugikan negara Rp 6,7 triliun. Misbakhun yang politisi Partai Golkar itu tegas menyebut Presiden SBY terkait dalam skandal Bank Century. “Kalau ditarik mundur, konstruksinya ketemu. Dalangnya bukan dalang wayang, Pak SBY adalah dalangnya kasus Century,” ujar Misbakhun. Dia bahkan mengaku memiliki cukup bukti. Bukti pertama, tak lain diperoleh dari keterangan Sri Mulyani saat diperiksa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), di AS, pada 2013. Sri Mulyani yang saat peristiwa itu terjadi menjabat Menkeu dan Ketua

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


MAKRO Mafia anggaran

ka Kartu

Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK), mengaku bahwa kebijakan dana talangan Bank Century telah dilaporkan kepada SBY selaku presiden. Keterangan Sri Mulyani ini memang berbeda dengan SBY yang mengaku tidak pernah diberi tahu soal kebijakan pinjaman dana bagi Bank Century. SBY beralasan, saat kebijakan dibuat, ia berada di luar negeri. Sedangkan bukti lainnya, yakni tiga surat Menkeu Sri Mulyani yang dikirimkan kepada Presiden SBY. Menurut Misbakhun, di dalam ketiga surat tersebut, jelas menggambarkan SBY mengetahui pemberian dana bagi Bank Century. Sebab, tertulis kalimat yang senada dan diulang beberapa kali. Yakni, “Sebagaimana yang Bapak Presiden ketahui” dan “Sebagaimana yang Bapak maklumi”. Berdasarkan bukti-bukti itulah, Misbakhun berani menyimpulkan. “Intinya bahwa Sri Mulyani sudah

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

Kalau ditarik mundur, konstruksinya ketemu. Dalangnya bukan dalang wayang, Pak SBY adalah dalangnya kasus Century. melaporkan segala hal tentang pengambilan keputusan Bank Century. Artinya keputusan dibuat atas dasar pemakluman presiden, dan itu jelas walaupun SBY tetap menyangkal,” katanya. Sementara itu, jika dikaitkan dengan pernyataan terbaru Sri Mulyani soal tekanan terkait anggaran, tak boleh dilupakan apa yang pernah diungkap oleh Wa Ode Nurhayati, mantan anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR. APBN merupakan sasaran empuk bagi mafia anggaran di DPR. Menurut Wa Ode, hampir semua anggota Banggar mengutip 7% hingga 15% dari anggaran yang dialokasikan untuk perubahan alokasi Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID) dalam APBN 2011. Besarnya kutipan antara Rp 200 juta hingga Rp 500 juta. Buntut dari kongkalikong mempermainkan anggaran DPID tersebut, sebanyak 120 kabupaten dan 10 provinsi tak mendapat jatah DPID. Padahal seharusnya, daerah-daerah tersebut berhak mendapat anggaran DPID seperti telah disepakati oleh Menkeu dan Banggar. Hal yang menyedihkan, tak ada protes dari anggota DPR dari daerah pemilihan yang batal mendapatkan DPID. Belakangan, Wa Ode justru divonis pidana enam tahun penjara oleh majelis hakim Tindak Pidana Korupsi. Pada vonis yang dijatuhkan Kamis (18/10/2012), anggota Fraksi PAN itu dinilai terbukti melakukan dua perbuatan tindak pidana. Yakni menerima suap terkait pengalokasian DPID dan melakukan tindak pidana pencucian uang. Tak hanya APBN, dana APBD juga menjadi incaran mafia. Pada akhir Februari 2015, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama melapor ke KPK soal dana siluman APBD 2015 Provinsi DKI Jakarta. Ahok rupanya geram dengan oknum anggota DPRD yang mencoba mengotak-atik APBD 2014 dengan mengajukan anggaran tambahan. Dan besaran anggaran tambahan, yang menurut Ahok tak masuk akal, mencapai Rp 12,1 triliun. “Ini bukti sangat jelas, dan saya kira biar KPK saja yang melakukan penyidikan terhadap semua bukti-bukti ini,” katanya. Langkah Ahok ini bahkan diapresiasi oleh Wapres Jusuf Kalla. Menurutnya, langkah Ahok bisa diteladani kepala daerah lainnya, jika ada kelebihan anggaran harus berani melapor ke aparat penegak hukum. n

31


MAKRO Mafia anggaran

Patron Politik Singkirkan Meritokrasi

S

etelah mengajukan surat pengunduran diri ke Presiden SBY dari posisi Menkeu pada 5 Mei 2010, Sri Mulyani sempat bukabukaan seputar konstelasi politik di balik pengunduran dirinya. Memang secara resmi, Sri Mulyani mundur dengan alasan menerima tawaran menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia per 1 Juni 2010. “Banyak yang menyesalkan saya mundur sebagai kekalahan. Tapi, di forum ini, saya ingin menegaskan bahwa saya menang, karena tidak berhasil didikte oleh siapa pun yang tidak menginginkan saya di sini,” papar Sri Mulyani dalam kuliah umum bertajuk ‘Kebijakan Publik dan Etika Publik’ yang digelar Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D), di Ballroom Ritz Carlton, Jakarta, Selasa malam (18/5/2010). Menurutnya, terkait bail out Bank Century, ada pejabat tinggi negara yang terlibat konflik kepentingan dalam proses pengambilan keputusan, yang pada akhirnya menguntungkan mereka atau kerabatnya. Oleh sebab itu, dia merasa telah diperlakukan tidak adil oleh sejumlah anggota DPR dalam kasus penyelamatan Bank Century. “Apakah proses politik yang ditunggangi oleh suatu kepentingan membolehkan seseorang untuk dihakimi, bahkan divonis terhadap dirinya tanpa melalui pengadilan? Sede-

mikian pandainya proses politik itu sehingga dibebankan pada satu orang,” tanya Sri Mulyani. Tak hanya soal Bank Century, dia pun menyentil saratnya konflik kepentingan sejumlah ‘pejabat pengusaha’ dalam proses pengambilan keputusan di kabinet. Sepanjang lima tahun menjabat menteri di Kabinet Indonesia Bersatu jilid I, ada sejumlah kebijakan yang ternyata menguntungkan bagi oknum ‘pejabat pengusaha’ tersebut. “Bagaimana mungkin rapat untuk kebijakan publik dilakukan dengan orang yang akan menikmati kebijakan itu? Selalu dibilang, yang penting pemerintahan efektif. Ternyata yang impor perusahaan keluarga dia,” papar Sri Mulyani. Menanggapi pernyataan Sri Mulyani itu, Burhanudin Muhtadi, pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia, menilai sebagai sindiran terhadap sistem politik yang tidak menghargai sistem meritokrasi. “Ini sindiran. Dia menyindir sistem politik kita yang kurang menghargai sistem meritokrasi yang menghargai sesuai kemampuan,” kata Burhan. Bahkan, sistem meritokrasi dikalahkan oleh kepentingan politik. “Jadi dia menyayangkan kenapa sistem kita tidak mengikuti sistem meritokrasi tetapi malah mengikuti patron politik,” ungkapnya. n

Rapat di Badan Anggaran DPR: Mengutip 15%.

32

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


MAKRO Mafia anggaran

Rizal Ramli: Pejabat jangan berbisnis.

RR Terus Mainkan Jurus Kepret Menko Rizal Ramli terus memainkan jurus ‘Rajawali Kepret’ andalannya. Banyak pejabat gerah.

J

TEKS Kukuh Bhimo Nugroho foto Riset

ika di luar kabinet ada Sri Mulyani, maka di dalam Kabinet Kerja ada Rizal Ramli. Keduanya baru saja melontarkan soal adanya elite yang menangguk keuntungan pribadi dengan mendompleng kebijakan publik. Pada Selasa pekan lalu, Rizal Ramli, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, mengungkap adanya birokrat yang memanfaatkan jabatan untuk meminta jatah proyek kepada PT Pertamina (Persero) terkait proyek pembangunan fasilitas penampungan (storage) bahan bakar minyak (BBM) senilai US$ 2,4 miliar. “Harus ada etika dong, kalau pejabat jangan bisnis. Tapi di Indonesia dianggap hal yang normal. Ada pejabat, yang anaknya ingin supaya bisa menang di Pertamina (untuk) proyek membangun storage US$ 2,4 miliar,” kata Rizal Ramli, di Gedung Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Menurut Rizal, pejabat tersebut juga meminta

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

bagian dengan menyodorkan proyek pipanisasi BBM di Pulau Jawa yang bernilai lebih dari US$ 5 miliar. Belakangan, kedua proyek itu ditolak pemerintah. Sayang, Rizal Ramli tak menyebut identitas pejabat tersebut. Dia hanya menegaskan bahwa praktik KKN masih terjadi di bawah kepemimpinan Jokowi. “Elite kita ini sudah betul-betul merasa nyaman. Nyaman dengan tidak berbuat apa-apa, nyaman hanya dengan menikmati jabatan, nyaman dengan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),” ujarnya. Pernyataan terbaru RR, panggilan akrab Rizal Ramli ini, agaknya merupakan episode terbaru dari rangkaian kritik yang telah dilontarkannya kepada para pejabat. Saat awal menjabat, RR telah meminta Presiden Jokowi membatalkan rencana PT Garuda Indonesia Tbk untuk membeli 30 pesawat Airbus tipe 350. Menurutnya, pembelian pesawat baru itu justru akan membuat Garuda mengalami kerugian. Manuver RR ini tentu mencengangkan karena urusan Garuda berada di bawah kendali Kementerian BUMN. Selanjutnya, RR mengkritisi mega proyek listrik 35 ribu Megawatt. Menurutnya, proyek itu tidak realistis. Untuk soal ini, RR bahkan harus berhadapan dengan Wapres JK yang meminta Rizal memahami persoalan sebelum melempar kritik secara terbuka. Bukannya mengendur, RR balik menantang JK untuk debat publik terkait proyek tersebut. Setelah mengkritik mega proyek 35 ribu Megawatt, RR juga menyoal PLN yang menerapkan biaya terselubung dalam pembelian token listrik prabayar. Dia tegas meminta agar sistem dan biaya pembelian pulsa listrik prabayar diefisienkan, sehingga masyarakat tidak dirugikan. Terakhir, RR menuding Pelindo II selaku operator pelabuhan Tanjung Priok, diuntungkan dengan menumpuknya kontainer di pelabuhan. Hal itu telah membuat proses bongkar muat atau dwell time menjadi lama. “Pelindo II memang senang juga kalau kontainernya itu tetap di situ karena bayar kan? Walaupun murah, tetapi hitungan dari salah satu tim kami itu, Pelindo II dapat Rp 1 triliun kalau lama (menyimpan kontainernya),” kata Rizal. n

33


MAKRO Investasi

Merayu Investasi Negara Arab Demi menggenjot investasi, Presiden Jokowi melakukan safari ke tiga negara Arab. Potensinya masih sangat besar. TEKS Kukuh Bhimo Nugroho foto Riset

P

residen Jokowi terus menebar jaring. Guna menggenjot investasi di bidang infrastruktur, maritim dan energi, presiden melakukan kunjungan ke tiga negara potensial di Timur Tengah, yakni Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Qatar, sejak Jumat (11/9) hingga Selasa pekan lalu. Menurut Presiden, ketiga negara tersebut memiliki posisi strategis. Arab Saudi tak lain mitra dagang terbesar RI di kawasan Timur Tengah. Sementara UEA, tujuan utama ekspor Indonesia ke Timur Tengah. Adapun Qatar, penyumbang investasi terbesar, termasuk investasi portofolio, dari Timur Tengah ke Indonesia secara kumulatif. “Kerjasama dengan Negara-Negara Teluk seperti Arab Saudi, UEA, dan Qatar juga akan ditingkatkan melalui kerjasama strategis antara Indonesia dan Gulf Cooperation Council (GCC),” kata Jokowi. Ketiga negara tersebut juga merupakan produsen 24% kebutuhan minyak dunia, pemilik 30% dari total cadangan minyak dunia dan 18% cadangan gas dunia. Ari Dwipayana, anggota Tim Komunikasi Presiden mengatakan, nilai perdagangan Indonesia dengan UEA pada tahun 2014 mencapai US$ 4,25 miliar dengan nilai investasi di Indonesia mencapai US$ 25,365 juta. Sedangkan nilai perdagangan Indonesia dan Qatar pada tahun 2014 tercatat US$ 1,68 milyar dengan sejumlah investasi di Indonesia, seperti kepemilikan saham pada Indosat dan QNB-Kesawan. “Nilai perdagangan Indonesia dan Arab Saudi pada tahun 2014 mencapai US$ 8,6 miliar dengan nilai investasi di Indonesia mencapai US$ 29,3 juta di paruh pertama tahun 2015,” katanya. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), nilai realisasi investasi negara-negara di kawasan Timur Tengah di Indonesia dalam lima tahun terakhir, tumbuh rata-rata 49% per tahun. Pada periode 2010 hingga semester I tahun ini, total men-

34

capai US$ 440 juta, di luar sektor keuangan dan hulu migas. Investasi ini terdiri atas 235 proyek yang menyerap lebih dari 6 ribu tenaga kerja langsung. “Nilai realisasi investasi tersebut masih jauh dari potensi kerja sama antara Indonesia dan negara-negara Timur Tengah. Nilai investasi asing dari kawasan Timur Tengah di dunia, periode 2010-Semester I/2015 mencapai US$ 180 miliar, sehingga potensi investasi dari negara-negara Timur Tengah masih cukup besar,” kata Franky Sibarani, Kepala BKPM. Secara khusus, Franky menilai bahwa tren investasi UEA di Indonesia terus meningkat, walaupun secara nilai relatif lebih kecil dibanding negara Asia Timur seperti Jepang dan Korea Selatan. Namun untuk tahun ini, peningkatannya signifi-

Presiden Jokowi dan Raja Arab Saudi: Mitra dagang terbesar.

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


MAKRO Investasi kan. Realisasi investasi UEA di Indonesia pada semester I/2015 mencapai US$ 13,61 juta, atau naik signifikan dibandingkan periode yang sama 2014 sebesar US$ 1,57 juta. Jika dirunut sejak 2010 hingga semester I 2015, nilai realisasi investasi UEA secara keseluruhan mencapai US$ 107,4 juta, di luar sektor keuangan dan hulu migas. Sedangkan, pengajuan izin prinsip dari UEA periode Januari-Agustus 2015 sebesar US$ 199,80 juta, atau naik 216% dibandingkan periode yang sama 2014 sebesar US$ 64,9 juta.

MINAT BANGUN KEK Lalu bagaimana hasil kunjungan tersebut? Darmin Nasution, Menko Perekonomian yang turut serta dalam rombongan, memberi sinyal positif bahwa banyak yang berminat menanamkan investasinya di Tanah Air. Menurut Darmin, pihak UEA melalui Abu Dhabi Port Otority menyatakan berminat membangun salah satu salah satu proyek pelabuhan. “Ada infrastruktur lain seperti pelabuhan, kita ke Abu Dhabi Port Otority. Mereka tertarik juga dan tanya banyak tentang Tanjung Api-api,” kata Darmin, pada Rabu pekan lalu. Sebagai informasi, kawasan Tanjung Api-Api yang memiliki lahan seluas 1.000 hektare di Sumatera Selatan, telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui Peraturan Pemerintah Nomor

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

51 Tahun 2014 yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada 30 Juni 2014. Diprediksi diperlukan dana hingga Rp 104 triliun untuk merealisasikan pembangunan pelabuhan, jalan tol, monorel, hingga kawasan industri. Sejauh ini untuk KEK, sudah melewati proses pembebasan lahan dengan target operasi pada akhir 2015. Tanjung ApiApi bakal menjadi gerbang utama perdagangan di wilayah Sumatera Selatan yang selama ini memanfaatkan Pelabuhan Tanjung Priok. Tak hanya itu, Saudi Aramco, perusahaan migas asal Arab Saudi, juga menyatakan minat untuk menanam investasi senilai US$ 10 miliar. Tujuannya, membangun kilang minyak, depo dan sistem distribusinya. “Banyak yang minat bangun kilang di Indonesia, Aramco itu uangnya banyak. Mereka siap bangun kilang di Indonesia,” kata Darmin. Masih menurut Darmin, sudah ada dua lembaga keuangan yang tertarik untuk berinvestasi, yakni Abu Dhabi Invesment Authority dan Qatar Invesment Authority. “Itu yang punya duit banyak di Timur Tengah. Setiap negara punya dana untuk diinvestasikan,” katanya. Bahkan keduanya bakal menanamkan investasi langsung dan bukan dalam bentuk pinjaman. Mereka tertarik dengan proyek-proyek infrastruktur seperti pelabuhan dan proyek listrik. Kita tunggu saja. n

35


keuangan Obligasi

Mengintip Peluang ya Melemahnya nilai tukar dan capital flight membuat harga obligasi semakin menukik. Bagi investor yang memiliki modal kuat, ini peluang untuk meraih untung besar. TEKS bastaman foto Dahlan RP

P

asar surat utang negara (SUN) tampaknya sedang kekurangan darah segar. Lihat saja indeks Inter Dealer Market Association (IDMA) yang terbentuk dua pekan lalu. Sejak Rabu (9/9) hingga Selasa (15/9), rata-rata penurunan acuan harga obligasi pemerintah mencapai 3,25% ke level 103,86. Tren penurunan SUN diperkirakan akan terus berlanjut, kendati Kementerian Keuangan dan BI melakukan intervensi dengan cara membeli SUN di pasar. Betul, langkah intervensi yang dilakukan BI telah menambah likuiditas. Tapi langkah tersebut tak mampu mengerek harga SUN. Seperti yang terjadi Selasa pekan lalu (15/9), pemerintah dan BI hanya menyerap Rp 5,2 triliun meski penawaran yang masuk mencapai Rp 8,4 triliun. “Intervensi yang dilakukan otoritas moneter terlalu kecil,” ujar I Made Adi Saputra, analis obligasi BNI Securities. Di luar lelang yang dilakukan oleh BI, saat ini nilai obligasi yang akan dijual investor cukup besar. “Namun peminatnya sedikit. Itu pun harganya jauh di bawah harga awal,” ujar Adi. Obligasi negara seri FR0054, misalnya. Saat ini, obligasi dengan tenor 20 tahun hanya dihargai 116,3 atau turun 4,7% dari pekan sebelumnya. Yang parah lagi nasib FR0058. Surat utang berjangka 21 tahun itu sekarang hanya dihargai 105,5 atau turun 5,5% dalam sepekan. Tapi, seperti yang lazim terjadi di dunia bisnis, setiap ada rombongan yang buntung selalu ada kalangan yang diuntungkan. Salah satu yang mendulang untung kali ini, siapa lagi kalau bukan pemerintah dan BI yang bisa membeli kembali utangnya dengan harga murah. Jejak pemerintah ini sebenarnya bisa juga diikuti oleh para investor yang bermodal besar. “Ini merupakan saat yang tepat bagi investor untuk melakukan pembelian,” kata Adi.

36

Bank Indonesia: Tak mampu mengangkat harga SUN

Alasannya, hingga awal September kemarin, penerbitan utang pemerintah sudah mencapai 85,8% dari target tahun ini sebesar Rp 452,18 triliun. Artinya, pada kuartal IV ini jatah penerbitan surat utang pemerintah tinggal Rp 64,2 triliun. Sisa jatah tersebut akan ditutup dari penerbitan Obligasi Ritel (ORI) sebesar Rp 20 triliun pada bulan ini. Selebihnya akan dipenuhi dari lelang SUN atau sukuk. “Suplai yang mengecil ini akan membuat harga naik,” ujar Adi.

MENUNGGU SAMPAI KE DASAR Cuma, biar aman, akumulasi pembelian sebaiknya dilakukan secara selektif. Soalnya, masih ada beberapa faktor yang berpotensi menggerus harga SUN. Seperti penundaan kenaikan suku bunga The Fed. Menipisnya cadangan devisa, yang kini jumlahnya diperkirakan tinggal US$ 105,3 miliar, juga dapat mengurangi kemampuan BI dalam melakukan intervensi pasar surat berharga. Hal senada dikemukakan oleh Praska Putratyo, analis Infovesta Utama. Menurutnya, pasar obligasi akan semakin berfluktuatif dengan semakin memburuknya risiko berinvestasi di Indonesia. Hal ini tercer-

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


keuangan Obligasi

ang Tersisa

min dari credit default swap (CDS) yang terus menanjak. CDS untuk masa lima tahun, misalnya, saat ini sudah di level 250,45 atau naik 55,73% dibanding awal tahun. Begitu juga dengan CDS 10 tahun, yang naik 40,55% ke level 323,85. “Semakin berisiko, semakin tinggi CDS,” ujar Praska. Namun bagi investor, terutama asing, murahnya harga obligasi menjadi peluang untuk meraih untung. FR0069, misalnya. Jika obligasi bertenor lima tahun ini harganya 97,07 dan memberikan kupon 7,875%, maka investor berpeluang mengantongi yield 10,805%. Padahal, menurut perkiraan Praska, harga obligasi berpeluang menguat hingga akhir tahun. Selain inflasi yang rendah, realisasi belanja pemerintah juga bakal memacu roda perekonomian. Namun, kelihatannya, aksi borong oleh para pemodal belum akan dilakukan di hari-hari ini. Alasannya, mirip yang dikemukakan Adi, harga obligasi yang sedang menukik ini belum mencapai titik terendah. “Makanya, mereka masih bersikap menunggu,” ujar Praska. Namun, beberapa di antara investor seperti lembaga dana pensiun, kini mulai melakukan pembeliaan, kendati kecil-kecilan. n

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

Berjudi dengan IGBF

B

ertaruh, bagi sebagian orang Indonesia, merupakan hobi yang tidak bisa ditinggalkan. Itu sebabnya, rencana penerbitan Indonesia Goverment Bond Future (IGBF) oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) diperkirakan bakal menuai sukses. Apalagi produk derivatif ini memakai aset dasar (underlying asset) obligasi yang diterbitkan oleh negara. Lewat IGBF inilah “para pejudi” bisa mencobacoba menebak naik-turunnya indeks harga obligasi negara. Untuk bermain IGBF, investor harus menaruh sejumlah dana minimal pada sebuah rekening yang ditentukan pialang. Jika investor kalah, dana itu langsung dikurangi. Jika modal awal habis, investor harus memasukkan dana tambahan. Saat ini, tempat resmi untuk bertransaksi derivatif di Tanah Air ada dua. Yang pertama adalah Bursa Berjangka Jakarta (Jakarta Future Exchange). Di tempat ini diperdagangkan produk-produk derivatif dari komoditi, seperti kopi, olein, dan mata uang. Tempat yang kedua adalah BEI. Di pasar modal ini yang diperdagangkan adalah indeks saham seperti LQ 45 alias LQFSX. Tapi, sebentar lagi, di tempat ini investor bisa bermain indeks obligasi negara lewat IGBF. Menurut Hans Kwee, Vice President Invesment Quant Kapital Investama, IGBF bisa bermanfaat sebagai lindung bagi investor obligasi. Maksudnya, ketika terjadi gejolak di pasar modal, investor bisa melindungi asetnya (hedding) dengan bermain IGBF. Dengan demikian, kerugian yang dialami investor dari kejatuhan harga obligasi di bursa bisa ditutup dengan keuntungan dari bermain IGBF. Memang, IGBF bukanlah produk derivatif pertama yang dilucurkan BEI. Sebelumnya, selain LQ 45, BEI juga pernah meluncurkan Down Jones Industrial Average (DOWSX) dan Dow Jones Japan Titans 100 (JPFSX). Sayang, karena banyak investor yang merugi, produk derivatif berbasis indeks saham ini akhirnya sepi peminat. Jadi, bukan tidak mungkin, hal itu bisa dialami oleh IGBF. n

Ini merupakan saat yang tepat bagi investor untuk melakukan pembelian.

37


keuangan Revisi LTV

Pameran Otomotif: Industri otomotif belum bisa tersenyum.

Kebijakan yang Sia-sia Untuk menggairahkan industri pembiayaan, OJK berencana merevisi ketentuan LTV. Tapi pelaku usaha multifinance tidak yakin permintaan kredit akan naik. TEKS bastaman foto Dahlan Rp

P

elaku industri pembiayaan (multifinance) semestinya sudah bisa tersenyum. Sebab, sebentar lagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan meninjau kembali ketentuan uang muka kredit kepemilikan bermotor (KKB). Kebijakan ini diharapkan akan mendorong pemintaan pembiayaan konsumen, yang sampai Juli lalu hanya tumbuh sebesar 3,5%.

38

Sejak ketentuan loan to value (LTV) diterapkan tiga tahun silam, permintaan KKB memang agak melambat. Hal ini bisa dilihat dari kredit yang dikucurkan perusahaan pembiayaan. Jika di tahun-tahun sebelumnya pembiayaan multifinance bisa tumbuh di atas 30%, pada tahun 2013 pertumbuhan turun menjadi 15,2%, dan tahun lalu hanya naik sekitar 6%. Nah, kendala itulah yang akan dibongkar BI dan OJK. Sebelumnya, Juni lalu, BI sebenarnya telah merevisi aturan LTV kredit kepemilikan rumah (KPR) dan KKB lewat PBI Nomor 17/10/PBI/2015. Dalam aturan baru tersebut, LTV untuk KKB roda dua, misalnya, dinaikan dari 75% jadi 80%. Ini berarti besaran uang muka atau down payment (DP) KKB roda dua dipangkas dari 25% menjadi 20%. Secara teoritis, pemangkasan DP ini akan memberi ruang gerak yang lebih lebar kepada multifinance dalam meningkatnya kreditnya. Namun pelonggaran ini belum mampu mendorong permintaan kredit. Buktinya, kendati DP telah dipangkas, penjualan sepeda motor tetap saja lesu. Juli lalu, misalnya, penjualan

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


keuangan Revisi LTV roda dua hanya mencapai 439.245 unit atau turun 25,38% dibandingkan bulan Juni. Itu sebabnya, seperti dikatakan Firdaus Djaelani, Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan NonBank (IKNB) OJK, ada peluang bagi BI dan OJK untuk menurunkan DP KKB menjadi 10% - 20% dengan cara menaikan LTV menjadi 80% - 90%. “Oktober depan akan tentukan, apakah ketentuan LTV akan ditijau lagi atau tidak,” ujarnya. Pemangkasan DP dengan cara menaikan ketentuan LTV juga diharapkan bisa membawa efek bergulir, yakni mendongkrak penjualan otomotif yang juga dilanda kelesuan. Sekadar informasi saja, hingga semester I, penjualan kendaraan roda empat turun 15,3% menjadi tinggal 527 ribu unit. Sementara penjualan kedaraan roda dua mengalami penurunan sebesar 300% menjadi 2,6 juta unit.

MASIH AKAN BERAT Sekalipun ketentuan LTV akan ditinjau ulang, toh beberapa pelaku bisnis pembiayaan tidak yakin bahwa kredit akan kembali mengalir lebih kencang. “Meskipun DP mau dipangkas tapi daya beli masyarakat rendah, ya percuma saja,” ujar Ignatius Susatyo, Direktur Utama PT Mandiri Tunas Finance. Dengan alasan tersebut, menurut Ignatius, perusahaannya tidak akan mengambil kebijakan menurunkan DP alias tetap 30% seperti sekarang. “Kami ingin menjaga agar NPF tidak lebih dari 1,3%,” ujarnya lagi. Memang terlalu berat mengharapkan bahwa perusahaan pembiayaan akan melakukan ekspansi kredit besar-besaran. Sebab, selain persoalan DP, masih banyak faktor lain yang membuat perusahaan pembiayaan berhati-hati dalam mengucurkan krebitnya. Turunnya harga komoditas dan larangan ekspor mineral, misalnya, menyebabkan penjualan alat-alat berat sepanjang semester I turun hingga 45%. Dampak penurunan penjualan alat-alat berat ini dirasakan oleh sejumlah perusahaan pembiayaan. PT Buana Finance, misalnya. Menurut Herman Lesmana, Direktur Buana Finance, larangan ekspor mineral dan lambatnnya pembangunan proyek infrastruktur menyebabkan debitur kesulitan untuk mencicil kewajibannya. “Kami terpaksa menarik alat-alat berat tersebut,” ujar Herman. Tak hanya itu, penyaluran kredit Buana Finance juga turun hingga 30%. Melemahnya nilai tukar juga membatasi perusahaan multifinance dalam meningkatkan kucuran kreditnya. Maklum, sebagian besar pendanaan perusahaan pembiayaan bersumber dari pinjaman dolar. Berdasarkan data OJK, dari total pinjaman valas multifinance sebanyak Rp 114,6 triliun, 74,13% di antaranya dalam mata uang dolar yang sejak Januari telah menguat 15,5% terhadap rupiah. Beberapa perusahaan pembiayaan juga masih memiliki tingkat NPF yang cukup tinggi. Sehingga, mereka mau tak mau harus berusaha ekstra keras agar tidak melewati batas ketentuan NPF 5%. Ini berarti revisi ketentuan LTV atau pemangkasan DP tidak serta merta akan diikuti dengan meningkatnya kucuran kredit dari perusahaan pembiayaan. n

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

Upaya Memacu Laju Kredit

J

antung perbankan tampaknya akan berdenyut kembali. Ini gara-gara ada niatan dari BI dan OJK untuk menyempurnakan ketentuan LTV kredit kepemilikan rumah (KPR), Oktober depan. Jika benar, maka ini akan menjadi revisi yang ketiga kalinya sejak aturan tersebut diterbitkan pada Juni 2012. Sebelumnya BI telah merevisi ketentuan tersebut di bulan September 2013 dan Juni 2015. Dalam revisi yang terakhir, LTV untuk KPR pertama rumah tipe 70 m2 ke atas naik dari 70% menjadi 80%. Dengan sendirinya, uang muka (DP) untuk KPR tipe 70 M2 turun dari 30% menjadi 20%. Sedangkan ketentuan LTV untuk tipe rumah 22 M2 – 70 M2 dinaikan dari 80% menjadi 90%. Kenaikan LTV juga diberlakukan bagi kredit rumah rusun (KPPRS), apartemen (KPA), dan ruko. Dinaikannya rasio LTV ini karena sektor properti memiliki dampak yang cukup besar pada sektor ekonomi lainnya. Sementara itu, penjualan properti hingga semester I hanya mencapai Rp 8 triliun atau turun sedikit dari perolehan di semester I – 2014 sebesar Rp 8,3 triliun. Tapi, sasaran utama revisi LTV ini adalah dunia perbankan. “Kalau LTV tidak diubah, kredit mungkin paling banter tumbuh 14%,” ujar Agus Martowardojo, Gubernur BI. Menurut Budi Satria, dari Bank BRI, pelonggaran LTV dari 30% menjadi 20% memang bakal merangsang masyarakat untuk membeli rumah. Hanya saja efek dari pelonggaran kebijakan tersebut tidak akan langsung dinikmati perbankan. “Akan ada time lag. Pengaruhnya baru bisa terlihat satu bulan, dua bulan atau tiga bulan ke depan,” ujarnya. n

39


keuangan Pinjaman valas

Mewaspadai Kucuran Kredit CBD Di saat likuiditas valas melimpah, tiga bank BUMN justru mengajukan pinjaman ke China Bank of Development. Padahal bunga yang dikenakan tergolong tinggi.

D

TEKS bastaman foto Riset

i saat banyak bank nasional mengerem nafsu berutang dalam bentuk valuta asing, tidak demikian dengan tiga bank pemerintah. Lihat saja yang sedang dilakukan oleh Bank Mandiri, BRI, dan BNI. Ketiga bank BUMN tersebut malah mengajukan pinjaman masing-masing sebesar US$ 1 miliar kepada China Bank of Development (CBD). Menurut Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI, pinjaman bertenor 3 hingga 10 tahun itu akan digunakan untuk membiayai sejumlah proyek infrastruktur. Antara lain proyek pembangunan rel kereta api Stasiun Manggarai – Bandara Soekarno – Hatta. Proyek senilai Rp 2,5 triliun tersebut nantinya akan dikerjakan oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) dengan konsorsium PT Railink. Pembangunan proyek infrastruktur memang amat dibutuhkan, apalagi di saat perekonomian dilanda kelesuan seperti sekarang ini. Masalahnya, posisi dolar saat ini seperti bola liar yang sulit ditangkap. Lagi pula, sejak hasil ekspor wajib diparkir di bank-bank dalam negeri, brankas perbankan di Tanah Air disesaki oleh dolar. Berdasarkan Statistik Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Juni 2015, total dana pihak ketiga (DPK) perbankan umum dalam bentuk valas mencapai Rp 772,8 triliun. Namun derasnya dolar yang masuk ke laci bank tidak diimbangi dengan kucuran kredit yang memadai. Dalam periode yang sama, pinjaman valas yang dikucurkan perbankan nasional hanya tercatat sebesar Rp 643,6 triliun. Alhasil, hingga semester I, loan to deposit ratio (LDR) valas tercatat 83,27%. Melorot dibandingkan posisi awal tahun yang mencapai 90,7% (lihat tabel). Ini menunjukkan likuiditas valas di perbankan nasional masih longgar. BCA, contohnya. Hingga semester I – 2015, bank milik Grup Djarum ini hanya mengucurkan kredit valas US$ 1,5 miliar. Padahal, pada periode

40

yang sama, bank tersebut berhasil menghimpun DPK valas hingga US$ 2,8 miliar. Bukan hanya BCA yang mengalami banjir dolar. Bank swasta lainnya, seperti Panin dan OCBC NISP, juga mengalami hal yang sama. Bahkan DPK valas yang belum terpakai di bank BUMN lebih besar lagi. Di Bank Mandiri, misalnya. Menurut Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, saat ini Bank Mandiri mengalami kelebihan likuiditas valas hingga US$ 3,2 miliar. Jadi, wajar bila LDR valas di bank ini hanya 62%. LDR valas BRI dan BNI pun cukup rendah. Ahmad Baiquni, Direktur Utama Bank BNI, mengatakan

Rini Soemarno dengan direksi BUMN: Mempertaruhkan aset-aset penting negara.

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


keuangan Pinjaman valas

Likuiditas valas perbankan nasional (Rp triliun) Kredit DPK

Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni 2014 2015 2015 2015 2015 2015 2015 616,34 624,48 629,49 617,22 622,61 634,70 643,55 679,84 704,82 706,78 722,25 734,29 748,34 727,77

Rasio LDR 90,65% 88,60% 89,06% 85,45% 84,79% 84,81% 83,27% Sumber: Statistik Perbankan OJK

bahwa permintaan kredit valas sesungguhnya amat besar. Hanya saja, sebagian debitor BNI berasal dari korporasi berbasis ekspor seperti crude palm oil (CPO) dan batu bara yang saat ini harganya sedang terpuruk di pasar internasional. “Kami memang sangat selektif dalam memilih debitor,” ujarnya. BRI juga sangat selektif dalam memberikan pembiayaan dalam dominasi valas. Apalagi bank ini lebih fokus pada pembiayaan usaha kecil (UMKM). Menurut Haru Koesmahargo, Direktur Keuangan Bank BRI, porsi kredit valas BRI hanya 10% - 11% dari total kredit. “Kami juga menjaga LDR valas di kisaran 50% 60% hingga 2015,” katanya.

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

BANK BUMN BISA RUGI Nah, rendahnya LDR valas tadi sudah barang tentu membuat beban perbankan juga menjadi tinggi. Apalagi instrumen investasi valas amat terbatas. Sehingga, jika DPK valas tidak disalurkan dalam kredit, keuntungan yang diraih tidak optimal. Apalagi transaksi antarbank kini semakin terbatas. “Soalnya hampir semua bank sedang mengalami over likuiditas,” ujar seorang bankir swasta. Jika benar begitu, mengapa Bank Mandiri, BRI, dan BNI ngotot mengajukan pinjaman ke CBD? Ini dia yang sulit dijawab. Apalagi, bunga yang dikenakan oleh CBD juga relatif tinggi, yakni Libor (London Interbank Offered Rate) plus 200 basis poin. “Jauh lebih tinggi dari pinjaman (valas) BNI kepada bank lain,” ujar Baiquni. Asal tahu saja, saat ini bunga pinjaman valas berkisar antara 0,5% hingga 1% di atas Libor (0,333720% - 0,25560%). Selain bunganya relatif tinggi, tidak seluruh pinjaman dari CBD diberikan dalam mata uang dolar. Seperti dikatakan Haru, sekitar 30% di antaranya atau US$ 300 juta akan diberikan dalam bentuk renmimbi. Persoalannya, permintaan kredit diajukan oleh para debitor bank BUMN umumnya dalam mata uang dolar. “Kalau BNI ambil renmimbi tapi tidak bisa dipakai, kami bisa rugi,” ujar Rico Rizal Budidarmo, Direktur Keuangan Bank BNI. Jika begitu, ada kemungkinan 30% dari total pinjaman US$ 3 miliar nantinya akan digunakan untuk pembiayaan impor barang-barang dari China. Dugaan ini semakin kuat karena kucuran kredit dari CBD ini juga mendapat dukungan dari Rini Soemarno, Menteri BUMN, yang disebut-sebut dekat dengan pejabat dan pengusaha China. Pinjaman dari CBD sebenarnya tidak ada yang salah. Sama seperti halnya pinjaman yang diterima perusahaan-perusahaan Indonesia dari bank-bank di Jepang, Eropa, maupun Amerika. Hanya saja, ya itu tadi, akad kredit dari CBD akan diteken pada saat nilai tukar tengah bergejolak. Lagi pula 30% di antaranya akan diberikan dalam renmimbi yang kursnya tengah terpuruk terhadap dolar. Maka tidak salah juga bila Jajat Nurjaman, Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesia Democracy, mengingatkan pemerintah untuk tetap berhati-hati. “Karena yang dipertaruhkan aset-aset penting negara,” ujarnya. Mungkin maksudnya, seandainya Mandiri, BRI, dan BNI sampai tidak sanggup mengembalikan pinjaman, bukan mustahil CBD akan masuk ke tiga bank BUMN tersebut. n

41


Pasar Modal IHSG

Penantian yang Keputusan The Fed menunda kenaikan suku bunga membuat masa ketidakpastian semakin panjang. Kini, semuanya bergantung pada bursa AS.

S

TEKS Ahmad Munjin foto riset

eperti sudah diduga sebelumnya, Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menahan tingkat suku bunganya di level rendah. Dan seperti yang sudah diperkirakan, tak ada dampak signifikan pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Mengakhiri perdagangan akhir pekan, Jumat (18/9), IHSG bertambah 1,935 poin (0,04%) ke level 4.380,320. Aksi jual masih mewarnai pasar. Termasuk hari itu, transaksi investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (foreign net sell) senilai Rp 482,132 miliar di seluruh pasar. Langkah The Fed yang mempertahankan suku bunga acuannya di level 0-0,25%, sebenarnya bukan hal bagus. Sebab, tindakan tersebut justru menimbulkan ketidakpastian yang baru. Pelaku pasar memang khawatir, karena reaksi dari bursa saham AS baru terlihat pada Jumat (18/9) malam. “Jika bursa saham AS ternyata turun, ya selesailah semuanya,� kata Satrio Utomo, Kepala Riset PT Univeral Broker indonesia. Reaksi Wall Street Jumat dini hari atau Kamis waktu AS, belum merefleksikan reaksi yang sebenarnya. Sebab, semua investor masih perlu berhitung. Sebagian pelaku pasar sudah berharap kenaikan suku bunga The Fed. Arah IHSG berikutnya, pasar harus benar-benar mencermati perkembangan sepekan ke depan. Harapan sejauh ini, tren IHSG masih mengalami kenaikan. Hanya saja, sinyal yang diberikan IHSG Jumat (18/9), tidak terlalu bagus sebenarnya. Sebab, IHSG gagal tutup di atas resistance 4.398-4.407 yang merupakan gap. Oleh sebab itu, meski ditutup positif, sinyal dari IHSG sebenarnya tidak bagus. Dalam sepekan ini, Satrio memperkirakan, support

42

IHSG berada di level 4.290 dan resistance di 4.407. Jika IHSG ditutup di bawah 4.290, sinyalnya jelek. Isu yang sekarang bergulir adalah suku bunga. Satrio merekomendasikan para pelaku pasar untuk fokus pada saham-saham perbankan dan konstruksi.

PASAR SELALU BENAR Memang indeks tetap naik, walaupun pada akhirnya The Fed tidak menaikkan suku bunga acuan pada Federal Open Market Committee (FOMC) meeting, 17 September 2015. Urungnya kenaikan bunga The Fed akibat kondisi global ekonomi. Tapi hal ini sudah diperkirakan sebelumnya. Sehingga hasil akhirnya adalah bursa naik dan mengalami perubahan tren dari short term down ke potensi

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


PASAR MODAL IHSG

g Diperpanjang mang kondisi ekonomi Amerika dan Asia lebih kondusif, sehingga kenaikan IHSG dan pasar global masih akan berlanjut nantinya. Untuk itu, Yuganur merekomendasikan beli untuk saham-saham Bank Mandiri (BMRI)I, BBNI, ASII, dan JSMR. Saham PT Bank Mandiri (BMRI) kini memiliki Price to Earnings Ratio (PER) 2015 di level 10,28 kali, Price to Book Value (PBV) 1,9 kali, dan Return on Equity (RoE) 18,02%. Direkomendasikan beli dengan trading target di Rp 9.025. Pembelian pertama bisa dilakukan di Rp 8.725 dan pembelian kedua bisa dilakukan di Rp 8.625. Titik cut loss bisa dilakukan di Rp 8.575. Kedua, saham PT Bank Negara Indonesia (BBNI). Direkomendasikan beli dengan PER 2015 di level 17 kali, PBV 1,36 kali, dan RoE 8%. Target harga trading di Rp 4.620. Pembelian pertama bisa dilakukan di Rp 4.390, pembelian kedua bisa dilakukan di Rp 4.285 dan titik cut loss bisa dilakukan di Rp 4.185. Kemudian saham PT Astra International (ASII), yang memiliki PER 2015 di angka 15 kali, PBV 2 kali, dan RoE 13,03%, dengan target harga trading di Rp 6.350. Pembelian pertama bisa dilakukan di Rp 5.875, pembelian kedua bisa dilakukan di Rp 5.775 dan titik cut loss bisa dilakukan di Rp 5.675. Terakhir, saham PT Jasa Marga (JSMR) dengan PER 2015 di angka 25 kali, PBV 3,02 kali, dan RoE 4,83%. Rekomendasinya beli dengan target harga trading di Rp 5.350. Pembelian pertama bisa dilakukan di Rp 4.975, pembelian kedua bisa dilakukan di Rp 4.875, dan titik cut loss bisa dilakukan di Rp 4.775. Selamat berinvestasi. n

IHSG reverse short term up. IHSG yang seminggu sebelumnya berada dalam fase konsolidasi minor antara 4.2704.370, berpotensi untuk breakout ke target 4.470 bila momentum pembelian masih berlanjut. “Pasar selalu benar. Secara psikologi pasar, bursa global sebelumnya rally antisipasi Fed tidak menaikkan bunga pada meeting Kamis, 17 September 2015,� kata Yuganur Wijanarko, Kepala Riset HD Capital. Berdasarkan konsensus, yang berekspektasikan kenaikan bunga The Fed hanya 35% karena belum siap menerima efek dari keputusan tersebut. Akan tetapi, masih ada meeting 15 Oktober 2015, di mana proses apakah Fed akan menaikkan bunga atau tidak. Diperkirakan, pasar akan lebih siap menghadapi keputusan untuk menaikkan rate di Oktober bila me-

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

43


Pasar Modal Saham Migas

Saham Minyak Makin Seret Ada yang memperkirakan harga minyak jatuh sampai tinggal US$ 20 per barel. Makanya, untuk pulih kembali, butuh waktu yang panjang. TEKS Ahmad Munjin foto Riset

G

enderang perang sudah lama terdengar, sejak Amerika Serikat (AS) memanfaatkan shale gas di tahun 1988. Ketika itu, Mitchell Energy menemukan teknologi slick-water fracturing yang ekonomis. Ketika itu, belum terdengar apa-apa tentang keberadaan cadangan minyak AS. Tapi kini keadaan sudah berubah. AS dikabarkan memiliki cadangan 1.000 triliun kaki kubik shale gas yang cukup untuk memasok gas alam untuk selama 50 tahun atau lebih. Analisa terakhir juga menunjukkan bahwa shale gas bisa menyediakan hingga setengah pasokan gas USA pada tahun 2020. Kondisi inilah yang menyebabkan penurunan harga gas alam secara signifikan, sampai sekarang. Kini harga minyak sudah berada di bawah US$ 50 per barel. Bahkan, kemarin semakin tertekan oleh keputusan The Fed yang urung menaikkan tingkat bunga. Bambang Brojonegoro, Menteri Keuangan yang baru pulang dari Timur Tengah, memprediksi harga si hitam akan terus anjlok. Kata dia, perang minyak telah menyebabkan APBN Arab Saudi tekor 20%. “Mereka mulai cari uang melalui market (pasar uang). Sekarang Saudi mengeliat, dia akan kolaps (bangkrut), makanya dia cari uang dari market,� katanya. Keadaan bakal lebih parah, jika ramalan Goldman Sach menjadi kenyataan, harga minyak bakal anjlok ke kisaran US$ 20. Ini karena makin tidak seimbangnya pasokan dan permintaan. Itu sebabnya, emiten-emiten tambang minyak di Indonesia kian merana. “Produksi mereka secara keseluruhan terus menurun. Begitu pun harga sahamnya,� kata David Sutyanto, analis riset First Asia Capital. Belum lagi dengan cadangan migas di Indonesia yang terbatas. Artinya, cadangan tersebut, tidak sebanyak negara lain dan tren harga minyak terus mengalami penurunan. Meskipun, dalam tren turun tersebut ada sesekali diwarnai kenaikan temporer. Oleh karena itu, kata David, prospek saham-saham tambang minyak dan gas kurang prospektif. Paling tidak, kurang bagus untuk satu tahun ke depan. Saham

44

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


Pasar Modal Saham Migas

Mereka mulai cari uang melalui market (pasar uang). Sekarang Saudi mengeliat, dia akan kolaps (bangkrut), makanya dia cari uang dari market.

PT Medco Energy international (MEDC) contohnya, dalam waktu kurang dari dua bulan (sejak awal Agustus) telah merosot ke level Rp 1.385. Artinya, turun sekitar 46%. Begitu pula saham PT Energi Mega Persada (ENRG), tak pernah jauh dari level Rp 50. Sementara efek terbitan Benakat Integra (BIPI), setelah sempat mencapai Rp 100 (pada awal Agustus), kini menggelosor kembali ke Rp 60.

EMITEN MINYAK SUDAH RUGI Nasib saham-saham lainnya pun sami-mawon, longsor. Makanya, David tak merekomendasikan saham bidang ini, karena turunnya harga minyak sudah sangat keterlaluan. Kalaupun investor mau trading, berpatokanlah pada pergerakan harga minyak harian dan bukan untuk investasi jangka panjang. “Saya sarankan hindari dulu saham-saham di sektor minyak dan gas,� katanya. Sebab, untuk bisa pulih, butuh waktu yang lama. Sem Susilo, pangamat pasar modal, juga tidak tahu apakah harga saham-saham migas sudah berada di dasar sehingga risikonya kecil? “Susah juga menentukannya,� katanya. Sekarang, jika mengacu ke harga minyak, angkanya sudah di kisaran US$ 40 per barel. Padahal, BEP (break event point)-nya juga di level US$ 40 per barel jika dirata-ratakan di seluruh dunia. Di Timur Tengah memang lebih murah di level US$ 30 per barel. BEP suatu keadaan di mana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi. Jika harga minyak bergerak di bawah US$ 40, akan banyak perusahaan minyak yang menghentikan produksi karena rugi. Oleh sebab itu, harga minyak kemungkinan kalaupun turun lagi, tidak akan jauh-jauh dari level US$ 40 per barel. Jadi, untuk harga saham-saham tambang minyak dan gas saat ini sudah murah sekali. Tapi Sem tetap merekomendasikan netral untuk saham-saham di sektor ini. Lo, kenapa netral? Rupanya, Sem juga memperhitungkan kondisi emiten-emitannya yang saat ini mulai merugi dan melakukan pemutusan hubungan kerja. n

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

45


Pasar Modal Saham Astra

Menunggu Gelinding Astra Penjualan mobil Agustus cukup tinggi karena ada pameran. Tapi setelah itu pasar akan kembali melemah. Bagaimana sahamnya? TEKS Ahmad Munjin foto Dok. Review

46

P

elonggaran uang muka untuk kendaraan bermotor, ternyata, cukup ampuh untuk menggedor pasar yang sedang lesu. Buktinya, penjualan mobil pada Agustus melesat cukup signifikan. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pada bulan Agustus, penjualan mobil secara wholesales (pabrik ke diler) mencapai 90.534 unit. Peningkatan ini terlihat jika dibandingkan pada Juli 2015, yang hanya mencapai 55.615 unit. Memang, bukan hanya pelonggaran uang muka

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


Pasar Modal Saham Astra yang membuat penjualan naik. Pendorong melonjaknya omset juga disebabkan pada bulan itu ada dua ajang pameran otomotif berskala internasional, Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) dan Indonesia International Motor Show (IIMS). Dari total penjualan secara wholesales, tercatat produk-produk Astra tetap menjadi raja. Di urutan pertama, mudah ditebak, diduduki oleh Toyota. Sementara di tempat kedua masih ditempati Daihatsu. Tapi kondisi ini, tak membuat pelaku industri otomotif berbunga-bunga. Gaikindo tetap merevisi target total penjualan mobil secara wholesales tahun 2015 di kisaran 950.000 unit – 1 juta unit. Perhitungan tersebut mengacu pada penjualan pada periode Januari-Juli 2015 yang hanya mencapai 581.941 unit, dibandingkan pada periode yang sama tahun 2014 yang mencapai 733.444 unit. Gaikindo memperkirakan penjualan pada Agustus hingga November 2015, rata-rata hanya di kisaran 80.000 unit per bulan. Bahkan

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

pada bulan Desember, yang banyak hari liburnya, diprediksi penjualan hanya mencapai 70 ribu unit. Tentu saja, kondisi ini akan menekan PT Astra International. Sebab, kendati grup ini berusaha di banyak bidang, pendapatan utamanya tetap bergantung pada penjualan kendaraan bermotor. Pada semester I – 2015, misalnya, pendapatan utama perseroan turun 8,88% menjadi Rp 92,5 triliun. Akibatnya, laba bersih yang dibukukan pun menciut menjadi Rp 8,05 triliun. Bandingkan dengan laba bersih semester I-2014 yang mencapai Rp 9,82 triliun.

BUKAN UNTUK SPEKULAN Tahun ini, diprediksi, pendapatan Grup Astra, hanya akan mencapai Rp 199,5 triliun, dengan laba bersih Rp 18,3 triliun. Artinya, terjadi penurunan yang signifikan. Sebab, tahun lalu dengan membukukan pendapatan Rp 210,7 triliun, grup ini berhasil mencatat laba bersih sebesar Rp 19,1 triliun. Lantas bagaimana dengan nasih sahamnya? Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah, research analyst dari PT Reliance Securities berpendapat, dalam tren jangka panjang saham PT Astra International (ASII) adalah bearish. Hanya saja, saham ini sudah membentuk tren naik jangka pendek tapi sudah menembus resistance sejak Selasa (15/9). Karena itu, pada Kamis (17/9), kondisi uptrend jangka pendek sudah hilang dan masuk ke tren bearish jangka panjang. Posisi harga ASII sekarang, sudah berada di area Lower Bollinger Band (LBB), setelah Senin (14/9) berada di Upper Bollinger Band (UBB). Dalam situasi ini, pelaku pasar sudah waktunya menunggu saham ini di area support. Indikator stochastic juga bergerak bearish mendekati area oversold dan belum mengindikasikan akan adanya pembalikan arah. Untuk arah laju saham ASII, pelaku pasar masih harus menunggu sinyal lebih lanjut. Momentum The Relative Strength Index (RSI) juga masih cenderung bearish di area oversold. Dalam sepekan ke depan, saham ASII punya support di Rp 5.800 dan resistance di Rp 6.200 seiring dengan pergerakan bursa saham domestik yang cenderung melambat. Resistance ini, juga merupakan resistance dari tren bearish jangka panjangnya. “Saya rekomendasikan buy on weakness untuk saham ASII atau wait and see terlebih dahulu,” kata Lanjar.. Tunggu di area support karena masih belum memberikan sinyal penguatan lebih lanjut. Apalagi, jika melihat volume transaksinya, saham ASII tidak begitu menarik. Hanya saja, jika support Rp 5.800 bertahan, saham ini sudah bisa mulai rebound. Sebab, support tersebut juga merupakan Lower Bollinger Band (LBB). Jadi, bila tidak mau spekulasi, beli saham ini di harga support. Lain lagi saran David Sutyanto, analis riset First Capiital Asia. Ia merekomendasikan investor untuk membeli saham unggulan yang memiliki peluang rebound lebih cepat ketika kondisi pasar membaik. Salah satunya ASII. Menurut dia, ASII berpeluang ditransaksikan dengan Price Earning Ratio (PER) 17 kali setahun ke depan. Harga ditargetkan mencapai Rp 6.900. Selamat menimbang-nimbang. n

47


Pasar Modal Saham Tambang Logam

Tambang, Belum Menarik Sebaiknya, untuk sementara, lupakan saham tambang. Harganya masih sangat fluktuatif. TEKS Ahmad Munjin foto Dok. Review

M

elambatnya laju perekonomian dunia, terutama China, telah membuat harga tambang anjrut-ajrutan dengan kecenderungan menurun. Begitu pun harga saham-sahamnya yang diperdagangkan di bursa efek, tetap loyo. Betul, saham-saham tambang logam, sempat mendapat sentimen positif dari harga komoditasnya yang mulai rebound. Pada Kamis (17/9), harga nikel, timah dan komoditas lainnya mengalami kenaikan. Itu seiring dengan kabar tentang kebijakan Pemerintah China yang mengeluarkan stimulus yang pro pasar. Namun, kebijakan ini hanya berpengaruh dalam jangka pendek. Saham PT Vale Indonesia (INCO) contohnya. Pada Kamis, berhasil menembus level resistance. Karena terus berada di atas kisaran Rp 1.600, pergerakannya menjadi positif, sebab sudah menembus resistance dari tren bearish jangka menengah. “Hanya saja, untuk jangka panjang, bukan hanya INCO, saham-saham komoditas secara keseluruhan menunjukkan downtrend,� kata Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah, analis riset dari PT Reliance Securities. Oleh karena itu, lebih dianjurkan untuk trading jangka pendek pada saham-saham komoditas, termasuk pada saham INCO. Dari indikator stochastic, INCO masih ada peluang penguatan tapi cukup terbatas. Soalnya, saham ini sudah berada di area overbought. Momentum The Relative Strength Index (RSI) juga masih menunjukkan peluang penguatan, tapi juga terbatas karena mulai sudah berada di area jenuh beli. Posisi harga INCO berada di area Upper Bollinger Band (UBB), sehingga mengharuskan pelaku pasar untuk sedikit hati-hati. Jadi, secara teknikal, jangan akumulasi beli melainkan harus segera mulai distribusi untuk merealisasikan keuntungan. Dalam sepekan ke depan, saham ini punya support di Rp 1.555 dengan resistance di Rp 1.725. Targetnya, INCO masih bisa menembus resistance tersebut menuju resistance berikutnya di Rp 1.875 yang merupakan Moving Average (MA) 50 hari. Tapi, jika resistance Rp 1.725 gagal ditembus dan berbalik arah ke bawah, mengindikasikan terjadinya

48

penurunan. Dengan demikian, lebih baik mulailah distribusi untuk profit taking. “Saya rekomendasikan hold untuk saham INCO dan tidak dianjurkan untuk akumulasi beli. Jika resistance gagal ditembus, lebih baik sell on strength,� ujar Lanjar.

PILIH DI LUAR TAMBANG Saham PT Timah (TINS), tren jangka panjangnya masih bearish. Untuk jangka menengah, tidak ada trennya. Tren jangka pendeknya masih positif. Posisi harga TINS sudah berada di area UBB, sehingga laju penguatannya sudah terlihat mengalami jenuh beli. Indikator stochastic masih menunjukkan adanya peluang penguatan. Hanya saja terbatas sama seperti

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015


Pasar Modal Saham Tambang Logam halnya INCO yang sudah berada di area overbought. Momentum RSI dari TINS terlihat masih bergairah sehingga saham ini masih potensial menguat dari sisi RSI. Dalam sepekan ke depan, saham ini punya support di Rp 590 dengan resistance di Rp 660. Direkomendasikan hold terlebih dahulu untuk TINS. Jika menembus resistance di Rp 660, target penguatan selanjutnya di Rp 700 yang merupakan resistance dari tren bearish jangka panjang. Jadi, kalaupun TINS mengalami kenaikan, akan mentok di level Rp 700 itu karena merupakan resistance. Sebaliknya, jika tembus support wajib stop loss. Jadi, boleh hold tunggu jual di harga tinggi atau di harga target. Tren saham PT Aneka Tambang (ANTM) masih bearish untuk jangka panjang. Pergerakan saham ini agak sedikit telat dibandingkan INCO dan TINS. Oleh karena itu, potensi penguatan untuk saham ANTM masih terbuka. Sebab, dari indikator stochastic juga masih berada di area oversold. Momentum RSI juga masih mendatar di area oversold (jenuh jual) sehingga masih menyisakan potensi penguatan untuk saham ANTM.

reviewweekly 06 Tahun V | 21-27 September 2015

Hanya saja, pergerakan saham-saham tambang logam ini sangat tergantung pada pergerakan harga komoditas. Dalam sepekan ke depan, saham ANTM punya support di Rp 470 dengan resistance di Rp 540. Yang lebih lugas lagi adalah pendapat John Veter, pengamat pasar modal. Menurut dia, prospek sahamsaham tambang logam masih belum menarik. Untuk mengisi kantong portofolio, sebaiknya saham-saham tambang dihindari. Memang, saham-saham seperti INCO dan TINS sudah beberapa hari alami kenaikan. Tapi, kenaikan tersebut, belum menunjukkan tren kenaikan yang solid untuk ke depannya. Apalagi, ia belum melihat kapan ekonomi China akan pulih, sehingga belum melihat korelasi di harga berapa harga minyak yang bisa mendongkrak permintaan komoditas tambang logam. “Lebih baik memilih saham-saham yang lebih prospektif di luar tambang dengan basis pendapatan dari penjualan di dalam negeri,� katanya. Pilihannya adalah saham-saham di sektor konsumer, properti, dan saham-saham bank yang sudah jatuh cukup dalam. Saham-saham itulah yang bisa dijadikan pilihan. n

49


inforeview

P

Metland Kejar Target

2015. Hal ini dilakukan untuk mengejar target sales marketing sebesar Rp 1,29 triliun. Rencananya, Metland akan meluncurkan 66 unit perumahan untuk kluster I dari total tiga kluster dengan kapasitas 500 unit. Sementara apartemen yang akan dibangun berkapasitas 1.700 unit. Menurut Olivia Surodjo, Direktur Eksekutif Metropolitan Land, Metland telah meraih sales marketing 53% pada pertengahan kuartal III atau sebesar Rp 690 miliar per Agustus 2015. Perusahaan juga masih meraih untung, karena 60% - 70% penjualan rumah mengarah ke segmen rumah seharga di bawah Rp 1 miliar. Karena itulah, perusahaan akan meningkatkan penjualan rumah untuk segmen di bawah Rp 1 miliar. Pada semester I-2015, MetLand mencatat pendapatan usaha 6,6% menjadi Rp 527,23 miliar, dibandingkan posisi yng sama semester I-2014, yakni sebesar Rp 494,13 miliar. Dari pendapatan usaha yang tipis itu, perusahaan mencatat pertumbuhan laba komprehensif 2,5% menjadi Rp 120,62 miliar per semester I-2015 dibandingkan posisi Rp 117,14 miliar per semester I-2014. n

FOTO Erbhayu

T Metropolitan Land Tbk (Metland) berencana meluncurkan perumahan (landed house) di Cyber City-Jakarta Barat, pada November 2015 dan apartemen di Transyogi-Cileungsi, pada akhir Desember

Indonesia, pekan lalu. Lenovo A7000 Special Edition dikenal juga sebagai K3 Note di negara lain. Ponsel berlayar 5,5 inci ini sudah menggunakan layar resolusi Full HD. Di dalamnya tertanam prosesor MediaTek MT6572 @1,7 GHz octa-core. Ponsel ini menyediakan dua slot kartu SIM dan sudah dapat mengakses 4G LTE di frekuensi 1800 MHz. Harga ponsel tersebut dibanderol Rp 2,39 juta. n

Lenovo Luncurkan A7000 Special Edition

FOTO riset

Lenovo meluncurkan smartphone berbasis 4G, Lenovo A7000 Special Edition. Produk teranyar ini merupakan penerus A7000 yang dirilis pada Mei 2015, yaitu Lenovo A7000. Di India, saat diluncurkan, 100.000 unit langsung dipesan konsumen. Selama periode kuartal I dan II, Lenovo melakukan beberapa kali flash sale. Hasilnya, Lenovo A7000 sempat menyentuh angka pemesanan 23.000 unit. Sementara, terendahnya sebesar 5.000 unit. “Kami menghadirkan kembali seri A7000 dengan spesifikasi yang lebih tinggi, karena melihat animo masyarakat yang cukup tinggi. Kami menawarkan smartphone yang memberikan value yang sesuai dengan harganya, smartphone yang affordable,� kata Adrie R. Suhadi, Country Lead, Smartphone Division Lenovo

FOTO Dok. Review

Holcim Rugi Rp 138 Miliar

50

PT Holcim Indonesia Tbk mengalami rugi bersih sebesar Rp 138 miliar pada di semester I-2015. Pada semester yang sama tahun lalu, Holcim masih meraih laba Rp 452,93 miliar. Kerugian tersebut, menurut Presiden Direktur Holcim Indonesia, Gary Schutz, akibat adanya kontrol pemerintah terhadap harga semen BUMN. Beban pokok produksi perseroan pun mengalami kenaikan, dari posisi Rp 3,49 triliun menjadi Rp 3,79 triliun di semester I-2015. Akibatnya, laba bruto perseroan turun menjadi Rp 1,06 triliun, dari posisi laba bruto sebesar Rp 1,43 triliun di semester I tahun lalu. Kata Gari, pasar semen domestik mengalami penurunan 5% menjadi 28,7 juta ton pada semester pertama tahun ini, dengan turunnya kebutuhan nasional yang mencerminkan lemahnya perekonomian dan daya beli masyarakat yang masih berlangsung hingga saat ini. “Holcim juga telah melakukan perampingan untuk mengurangi biaya-biaya operasional kami,� ucapnya. n

reviewweekly 06 Tahun IV | 21-27 September 2015




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.