
5 minute read
CERPEN
The Truth Behind Fear The Truth Behind Fear
Oleh : Farah Fitriyah
Advertisement
Pagi ini, bel rumah Will berbunyi. Ketika ia membuka pintu, ia dikejutkan oleh sebuah paket di depan pintu rumahnya. Ia membawa kardus yang berukuran lumayan besar itu masuk kedalam rumahnya. Will baru ingat jika dia membeli sebuah jam dinding kuno di sebuah toko online. Ia membuka kardus tersebut dan melihat jam dinding kuno yang ia kagumi didalamnya. “Wah!” Gumam Will terkesan. Ia langsung memasang jam dinding kuno tersebut di dinding rumahnya. Tiba-tiba ponsel Will berbunyi. Ia melihat nama ‘Detektif Zoey’ tertera di sana dan ia pun menjawab telepon tersebut. “Halo, Jaksa Will?” Sapa Zoey di sana. “Ya, ada apa?” Sahut Will. “Aku baru saja menerima berita yang mengejutkan, ini terkait kasus yang baru saja kau selesaikan sebulan yang lalu.” Jawab Zoey. “Ah masalah tentang kebakaran dan pembunuhan itu?” Will kembali bertanya. “Ya, aku baru saja menemukan bahwa pelakunya bukan John.” Ucap Zoey.
“Apa-” Will mengerinyit. Tiba-tiba, jam dinding kuno yang baru Will pasang mengeluarkan cahaya yang sangat terang. “Sebentar.” Ucap Will pada Zoey. Ia mencoba mendekati jam dinding tersebut dan tangannya mencoba meraihnya. Sesuatu menarik Will masuk ke dalam cahaya tersebut, lalu ia terbanting di lantai. “Ah, apa itu tadi?” Rintih Will dalam keadaan kebingungan. Ia meraih ponsel yang ikut jatuh bersamanya dan melihat panggilan dengan Zoey telah berakhir. Lantas Will mencoba kembali menghubunginya. “Halo, Detektif Zoey?” Sapa Will.
“Ya, Jaksa Will?” Sahut Zoey.
“Apa yang hendak kau bilang tadi? Siapa pelakunya yang asli?” Tanya Will. “Pelaku? Pelaku apa yang kau maksud? kita sedang cuti, apa ada kasus baru?” Will merasa sesuatu telah terjadi. Ia langsung melihat tanggal di ponselnya dan ia tak percaya dengan kenyataannya. 12 Desember, tepatnya hari dimana Will mendapat kasus yang baru saja ia bahas dengan Zoey. “Halo? Jaksa Will? Kau di sana?” Ucap Zoey. “Ah ya, aku tutup teleponnya.” Will menutup telfon. Ia nyaris terjatuh karena kakinya benar-benar tak mampu menopang tubuhnya sekarang. Ia tak percaya dengan apa yang ia alami sekarang karena ia baru saja kembali ke masa lalu. Ia melihat ke arah dinding di depannya. Jam dinding kuno yang seharusnya ada di sana telah menghilang dan tergantikan oleh sebuah sticky notes. Ia meraih sticky notes tersebut. ‘Jika kau ingin kembali, temukan pelaku yang sebenarnya.’ Itulah yang tertulis di sana. “Jadi aku benarbenar kembali ke masa lalu? Ini gila!” Gumam Will. Ia mengacak rambutnya frustasi. Ponsel Will kembali berbunyi, Zoey kembali menelepon. “Halo? Jaksa Will, bisakah kau ke kantor sekarang?” Dalam 10 menit, Will sudah memijakkan kakinya di tempat ia bekerja. “Kita mendapat kasus baru.” Ucap Zoey. “Kasus kebakaran yang memakan 3 korban dengan luka tusuk pada bagian pinggul kanan mereka?” Tanya Will membuat Zoey bingung. “Bagaimana kau tahu?” Tanya Zoey.
“Lupakan, apa mereka sudah mengirim rekaman CCTV-nya padaku?” Tanya Will sembari menghidupkan komputernya. “Ya, baru saja.” Ucap Zoey. Di masa depan, ia mendakwa seorang satpam penjaga apartemen—John Addison— sebagai pelakunya. Will mendakwanya karena mendapati pisau yang terdapat DNA korban di dalam jaket John, dan ternyata dia salah. Ketika pagi datang, Will memutuskan untuk mengunjungi lokasi kebakaran. “Detektif Zoey, ikutlah denganku untuk melihat keadaan apartemen dan memeriksa seseorang.”

Setelah memakan 20 menit perjalanan, Will mengamati satu per satu sudut lorong serta ruangan di sana untuk mencari bukti. Tetapi hasilnya nihil, karena lorong dan ruangan sudah terbakar habis. Will dan Zoey berjalan keluar dari apartemen dan pergi menuju ruangan satpam. Will melihat John sedang bersama dengan putrinya yang masih berumur sekitar tujuh tahun. “Tuan John?” Tanya Will. “Ya?” Respon John. “Saya Jaksa William, ini Detektif Zoey, bisa kami minta waktunya sebentar?” “Y-Ya, tentu.” Jawab John grogi. Will melihat pelipis John berkeringat. “Kenapa anda berkeringat di musim dingin? Apa ada sesuatu?” Tanya Will dan John terlihat kebingungan. Will berjalan mendekati jaket hitam yang digantung di sudut ruangan. Ia merogoh saku kanan jaket tersebut dan ia mengeluarkan sebuah pisau di dalamnya, seperti apa yang sudah ia alami sebelumnya. Zoey dan John terkejut dengan apa yang Will temukan. “Apa kau pelakunya?” Seru Zoey terkejut.
“A-Aku sungguh tidak melakukannya.” Ucap John ketakutan. “Aku melihat seseorang menggunakan jaket ini saat kebakaran itu terjadi, dan sekarang jaket ini ada di ruanganmu, apa yang kau lakukan sebenarnya?” Ucap Will. John terlihat tidak yakin tetapi ia mulai membuka suara. “Saat itu aku sengaja meninggalkan jaketku untuk menyelimuti putriku yang sedang tidur, lalu aku berpatroli dan mendengar suara ledakan yang berasal dari lantai 7.” “Apa aku perlu membawa alat pendeteksi kejujuran agar kau mau berkata yang sebenarnya padaku?” Ancam Will.
“Paman.” Panggil putri John pada Will.
“Ya?” Sahut Will dengan lembut.
“Ayahku tidak membawa jaketnya, teman ayahku yang memakainya.” Ucap gadis berumur tujuh tahun itu.
“Oh benarkah? Siapa teman ayahmu itu?” Tanya Will lagi. Gadis itu terlihat sedang mengingat. “Paman Jason, ia mengambil jaket ayah!” “Ah Paman Jason, terima kasih ya.” Ucap Will lembut lalu mengelus rambut gadis itu, sedangkan John terlihat frustasi. “Seharusnya di masa depan aku meminta kesaksian anakmu, kenapa kau menyembunyikannya?” Tanya Will. “Karena dia akan melakukan hal buruk padaku dan anakku jika aku tidak tetap bungkam! Aku tidak ingin putriku kenapa-napa, dia memang psikopat!” Sentak John frustasi. “Beruntung kau punya anak yang tegas dan berani, lalu apa kau tahu dimana lokasi pelaku? Masalah ketakutanmu itu aku akan mengirim polisi untuk menjagamu sementara waktu, serta aku akan mengawasi pergerakan Jason selama dia berada di tanganku.” Ucap Will mencoba meyakinkan John. “Aku tahu di mana rumahnya.” Ucap John lalu membawa kami untuk menemui Jason.

Hari itu, pelaku sebenarnya tertangkap dan John akan dipastikan aman. Kalau saja Will lebih bertanggung jawab untuk menangani kasus tersebut, mungkin dia tidak akan menangkap John tanpa alasan yang jelas. Kasus ditutup, dan Will pun dapat kembali ke masa yang seharusnya ia tinggali tanpa mengalami masalah.
Profil Penulis :

Farah Fitriyah, bisa dipanggil Farah. Dia lahir di Malang, 26 November 2003. Dia sedang menempuh pendidikan di SMA Brawijaya Smart School, Malang. Dia adalah anak kedua dari dua bersaudara. Tak hanya menulis, ia juga gemar menggambar, dan mendengarkan musik. Dia juga menyalurkan bakat menulisnya melalui aplikasi Wattpad sejak 2017 lalu.