3 minute read

Kedai Kopi Kelana, Bisnis Pengendali Sampah Plastik

elaku bisnis merupakan salah satu penyumbang tingginya penggunaan sin gle-use plastic. Bebera pa ka teg ori single-use plastic yang paling sering digunakan di Indonesia dan di seluruh dunia, yaitu botol plastik, kantong plastik, sedotan plastik, dan wadah makanan yang terbuat dari plastik. Banyak pelaku bisnis yang memilih menggunakan plastik karena jauh lebih murah dan praktis. Oleh karena itu, para pelaku bisnis dituntut untuk sadar akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Pening katan kesad aran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam dapat d imu lai d engan mengu rangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan sistem 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle) menjadi salah satu solusi dalam menjaga lingkungan di sekitar kita yang murah dan mudah untuk dilakukan. Selain itu, penerapan 3R ini juga dapat dilakukan oleh setiap orang dalam kegiatan sehari-hari. Penggunaan tumbler maupun tas belanja merupakan salah satu upaya menekan penggunaan plastik sekali pakai.

Advertisement

Kedai Kopi Kelana salah satunya. Kedai kopi ini merupakan salah satu tempat yang menunjukan kepedulian terhadap pentingnya menjaga kelestarian alam melalui pengurangan penggunaan jumlah plastik. Kedai yang terletak di Jalan Menteri Supeno Nomor 11 Manahan, Solo, tepatnya di belakang Stadion Manahan ini cukup menarik perhatian dengan gaya khasnya di tengah bangunan yang lain. Kedai ini mengusung konsep outdoor dan nature, memberikan kesan sejuk nan damai di tengah hiruk pikuk dan panasnya Kota Solo. Pemberian tanaman kecil di setiap meja dan adanya vertical garden memperkuat kesan alami yang ada pada tempat ini. Dengan nuansa alam dan area outdoor sangat cocok untuk sekadar berkumpul bersama keluarga dan teman. Adanya pemisahan antara area rokok dan tidak merokok pun juga menambah kenyamanan pengunjung dan ramah anak. Pengurangan penggunaan jumlah plastik yang ada di Kelana ini dapat dilihat dari manajemen mereka yang tidak memberikan sedotan plastik ketika menyajikan minuman, Kelana sendiri juga menjual sedotan yang terbuat dari bambu guna mengurangi penggunaan sedotan plastik. Mengganti plastik kresek dengan plastik berbahan dasar kulit singkong yang ramah lingkungan dan dapat diuraikan dengan mudah. Selain itu, produk kopi susu yang semula menggunakan kemasan cup plastik diganti dengan kemasan botol k a c a , s e h i n g g a m e n e k a n penggunaan single-use plastic. Kelana masih berada di bawah manajemen yang sama dengan Sekutu Kopi, telah terdaftar menjadi salah satu lokasi dalam aplikasi “Refill My Bottle”. Komunitas Refill My Bottle menciptakan sebuah aplikasi guna mengurangi sampah plastik dan memberitahu pengguna lokasi-lokasi yang bisa dijadikan tempat pengisian air mineral secara gratis ataupun dengan biaya murah. Komunitas tersebut juga memberikan kesempatan masyarakat untuk berperan aktif dalam program pengurangan sampah plastik dengan mendaftarkan lokasi usaha mereka menjadi stasiun pengisian air minum. Di Kota Solo sendiri hanya ada dua lokasi yang telah terdaftar dalam aplikasi ini yaitu Sekutu Kopi dan Kelana itu sendiri. Pada hari tertentu Kedai Kopi Kelana menyediakan kelas yoga pagi yang dibuka untuk umum, dengan syarat melakukan pendaftaran pada nomor yang tertera. Letaknya yang

strategis serta fasilitas dan nuansa ya n g d i ta wa rka n m em b u a t pengunjung betah menghabiskan waktu mereka. Ketika malam hari, nuansa alam yang dipadukan dengan kelap-kelip lampu, bangku taman, hingga ayunan menjadi daya tarik tersendiri. Banyak pengunjung yang lebih memilih datang pada malam hari karena suasananya yang sangat cocok untuk sekadar bersantai dan mengobrol bersama keluarga maupun teman atau bahkan mengerjakan tugas. Terdapat pula area lesehan di halaman belakang kedai yang ditanamani rumputan hijau. Terlepas dari semua fasilitas yang ada di Kelana, kepedulian terhad ap lingku ngan sangat diperlukan. Kesadaran pelaku bisnis dalam mengurangi penggunaan plastik patut diapresiasi, karena secara tidak langsung berperan aktif dalam pengendalian sampah plastik di Indonesia.

This article is from: