3 minute read
Majalah NOVUM Edisi 29/XXX/2019
Cit cit cit......... (suara burung) Pagi yang cerah dan hawa sejuk membuatku nyaman tinggal di Desa Rinjani ini. Namun di pagi hari ini, suasana tersebut menjadi tidak seindah hari-hari sebelumnya. Pamanku membuat hari ini menjadi tampak berbeda. Pamanku adalah orang yang terkenal di Desa Rinjani. Banyak orang yang selalu meminta bantuan kepadanya, sayangnya setiap ada yang meminta bantuan kepada pamanku, dia selalu meminta imbalan.
Seringkali warga meminta bantuan dalam hal uang, barang, ataupun jasa, tetapi pamanku selalu memasang tarif untuk segala sesuatu yang akan dia keluarkan. Tak memandang orang yang meminta bantuan itu orang miskin ataupun kaya. Sampai suatu ketika, tetanggaku sakit dan perlu mobil untuk mengantarkan ke rumah sakit. Pamanku meminta uang sewa mobil terlebih dahulu sebelum memberikan mobilnya, sehingga pamanku terkenal sebagai orang kaya yang sangat pelit dan pamrih.
Advertisement
Pagi hari itu, di sebuah perbatasan antara kebun pamanku dan kebun tetanggaku yaitu Amak Je, tumbuh sebatang pohon pisang yang sudah berbuah. Saat itu pamanku ingin menjahili Amak Je untuk mengambil pisang tanpa dipotong dari pohon pisangnya seolah-olah pohon pisang itu masih ada buahnya. Saat itu tanpa disengaja aku bertemu paman di kebun, aku pun bertanya kepada pamanku, “Paman datang ke kebun lagi? Bukannya kemarin sudah diberi pupuk?“ kebetulan saat itu di Desa Rinjani sedang musim menanam pohon durian, dan kemarin aku membantu pamanku memberi pupuk ke semua kebun miliknya, kemudian pamanku menjawab dengan nada yang santai, “Oh tidak, paman hanya ingin mengecek kebun saja.” Setelah itu aku pergi meninggalkan paman sendirian.
Saat kondisi kebun sepi pamanku mulai mendekati pohon pisang itu. Pohon pisang tersebut lumayan tinggi untuk diambil begitu saja, sehingga cara yang mudah adalah dengan cara biasanya yaitu memotongnya langsung dari batang pohon. Namun, jika dengan cara itu pamanku tidak akan berhasil untuk mengerjai Amak Je. Saat itu pamanku berpikiran untuk memanjat pohon pisang itu, dia mengambil pisang tersebut dengan yakin. Sialnya pohon pisang itu tidak kuat untuk menopang tubuh paman dan akhirnya pamanku jatuh di kubangan lumpur. Tubuhnya pun dilumuri lumpur serta bau tidak sedap yang membuat tubuhnya berwarna abu-abu dan mengeluarkan bau. Tak ada satupun warga yang membantu karena warga sangat tidak suka dengan perilaku pamanku yang sering dia lakukan kepada orang yang sedang kesusahan.
Saat dia meminta tolong terus-menerus kebetulan aku sedang melewati perbatasan itu untuk pulang. Aku pun menolongnya tetapi aku meminta syarat, aku berkata, “Paman, aku mau menolong paman asalkan paman memberiku uang untuk membayar uang sekolah bulan ini,” dan pamanku pun menjawab dengan nada tinggi, “Tidak mau!”. Ketika mendengarkan jawaban pamanku, aku beranjak pergi. Setelah jalan lima langkah, barulah paman memanggilku kembali untuk membantunya berdiri dan dia berkata, “Cepat tolong aku! Aku akan membayar sekolahmu bulan ini. Bawa aku ke rumah sakit! Kakiku tidak bisa digerakkan dan mati rasa.” Aku pun membawanya ke rumah sakit terdekat.
Tibalah kami di rumah sakit dan pamanku masuk ke Ruang Unit Gawat Darurat (UGD) untuk mendapatkan pertolongan pertama. Dari hasil pemeriksaan dokter, pamanku mengalami retak tulang pada kakinya dan harus dirawat selama 10 hari setelah operasi. Saat dirawat, tak ada satu pun tetangga yang datang untuk menjenguk pamanku, hanya beberapa saudara yang datang.
Pada hari ke-8 di rumah sakit, tiba-tiba paman memanggil dan mengajakku untuk berbincang-bincang dengan paman. Ia berkata, “Apa ini teguran dari Tuhan jika aku selalu pamrih dan pelit kepada orang yang membutuhkan bantuanku?” Aku pun menjawab, “Paman, saat paman mendapatkan musibah kemarin dan saya membuat syarat agar mau membantu paman itu bertujuan agar paman tau bagaimana rasanya orang yang sangat membutuhkan bantuan harus dengan imbalan,” dan pamanku pun merenungkan perkataanku.
Setelah kejadian yang menimpa pamanku, akhirnya pamanku sadar dan sekarang berubah menjadi orang yang baik dan dermawan. Aku sangat senang melihat pamanku yang sekarang, mungkin di balik musibah ini ada teguran untuk pamanku agar menjadi orang yang lebih baik.