3 minute read
Dampak Zonasi Sekolah dalam Pengurangan Emisi di Solo
ota Surakarta merupakan salah satu kota besar yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini secara geografis terletak pada jalur strategis, yaitu pertemuan jalur dari Semarang dan Yogyakarta menuju Surabaya dan Bali. Letak strategis inilah yang menjadikan Solo sebagai kota yang berpotensi untuk melakukan berbagai aktivitas ekonomi, sosial, pendidikan, dan budaya. Konsekuensi kemacetan lalu lintas merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari. Hal yang menarik dalam konteks kemacetan ini jika dikaitkan dengan kebijakan Zonasi Sekolah. Zonasi merupakan rangkaian kebijakan yang utuh, terintegrasi, dan sistemik dari upaya kita melakukan restorasi di sektor pendidikan, khususnya di sistem persekolahan. Sistem zonasi, menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) periode 201 4-201 9, Muhadjir Effendy, merupakan bentuk penyesuaian kebijakan dari sistem rayonisasi. Rayonisasi lebih memperhatikan capaian siswa di bidang akademik, sementara sistem zonasi lebih menekankan pada jarak/radius antara rumah siswa dengan sekolah. Dengan demikian, maka siapa yang lebih dekat domisilinya dengan sekolah lebih berhak mendapatkan layanan pendidikan dari sekolah itu. Tiga tujuan dominan penerapan sistem Zonasi PPDB yaitu pemerataan kualitas pendidikan, menciptakan banyak sekolah favorit, dan peningkatan kualitas guru. Salah satu tujuan ikutan penerapan Zonasi Sekolah adalah mengurangi dampak pergerakan populasi kegiatan anak sekolah yang berpotensi menimbulkan kemacetan pada waktu berangkat menuju sekolah dan pulang sekolah.
Mengurangi Lintas
Advertisement
Kepadatan Lalu
Hasil penelitian mahasiswa UMS dengan analisis tingkat kemacetan lalu lintas yang diperoleh dari proses perhitungan tingkat pelayanan jalan, nilai tingkat pelayanan jalan diperoleh dari perbandingan volume lalu lintas (V) dengan kapasitas jalan (C), atau V/C menunjukkan bahwa tingkat kemacetan Kota Surakarta terdapat tiga kelas, untuk kelas tinggi dengan rerata 1,0
terdapat di Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Suprapto, dan Ki Mangunsarkoro, untuk kelas sedang dengan rerata 0,9 di Jalan Veteran, dan kelas rendah dengan rerata 0,8 di Jalan Yos Sudarso dan Jalan Sumpah Pemuda. Hal tersebut jika kita amati secara seksama pasca dilaksanakannya program Zonasi Sekolah telah terjadi pengurangan kepadatan lalu lintas. Sisi lain dari pengurangan kemacetan sebagai dampak positif dari program Zonasi Sekolah meskipun masih belum signifikan sekali namun sudah akan memberikan harapan baru bahwa program ini secara langsung akan berdampak pada pengurangan kepadatan lalu lintas pada jam puncak pergerakan populasi kendaraan antar jemput sekolahnya.
Pengurangan Emisi
Sumber emisi di Kota Surakarta dari kendaraan antar jemput sekolah sebagai sumber bergerak juga dapat dikatakan terjadi pengurangan beban emisi Kota Surakarta karena penghitungannya berdasarkan daya jelajah kendaraan antar jemput sekolah dan waktu retensi kendaraan yang terjebak kemacetan. Sebaran sumber emisi maupun emisinya potensial akan lebih condong pada bagian selatan dan tengah kota. Hal ini berkaitan dengan pusat kegiatan masyarakat serta pusat perbelanjaan yang cenderung lebih pada aspek temporal, tetapi jika ditinjau dari sebaran emisi bergerak dari kendaraan antar jemput siswa di Kota Surakarta, lebih dominan di Kecamatan Banjarsari mengingat banyak sekolah yang letaknya di daerah tersebut karena distribusi sekolah yang belum merata betul. Demikian juga konsentrasi pengembangan kota lebih mengarah ke utara sehingga residensial dan perumahan banyak tumbuh di Solo utara sehingga sumber mobilisasi kendaraan antar jemput siswa pun berasal dari sana. Karakter lalu lintas Kota Surakarta melibatkan aktivitas pergerakan (mobilitas) dari kabupaten di sekitar Surakarta. Situasi ini bisa terjadi karena rapatnya pemukiman antara Surakarta dengan kabupaten lain. Bahkan sangat rapatnya wilayah perbatasan antar kota seringkali mengakibatkan wilayah suburban kabupaten lain yang berbatasan dengan Surakarta lebih ramai dari pada pusat kota/kabupatennya. Dampak Zonasi Sekolah inilah yang akan memotong daya jelajah kendaraan antar jemput siswa untuk sampai ke sekolah tujuan sesuai zonasinya. Data-data asumsi tersebut jika disimulasi menjadi input bagi perhitungan otomatis Mobilev. Faktor emisi telah dipersiapkan oleh Mobilev bersama dengan model simulasi lalu lintas yang terjadi. Mobilev akan menyediakan asumsi emisi NO, NMVOC, PM, CO dan CO 2 baik dalam situasi hot emission maupun cold emission. Jika menggunakan data asumsi dari traffic count maka komposisi dominan adalah sepeda motor (>70%) diikuti passengers cars (1 8%) maka pengurangan emisi akibat dampak zonasi sekolah akan dapat terlihat.