ota Surakarta merupakan salah satu kota besar yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini secara geografis terletak pada jalur strategis, yaitu pertemuan jalur dari Semarang dan Yogyakarta menuju Surabaya dan Bali. Letak strategis inilah yang menjadikan Solo sebagai kota yang berpotensi untuk melakukan berbagai aktivitas ekonomi, sosial, pendidikan, dan budaya. Konsekuensi kemacetan lalu lintas merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari. Hal yang menarik dalam konteks kemacetan ini jika dikaitkan dengan kebijakan Zonasi Sekolah. Zonasi merupakan rangkaian kebijakan yang utuh, terintegrasi, dan sistemik dari upaya kita melakukan restorasi
60
di sektor pendidikan, khususnya di sistem persekolahan. Sistem zonasi, menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) periode 2014-2019, Muhadjir Effendy, merupakan bentuk penyesuaian kebijakan dari sistem rayonisasi. Rayonisasi lebih memperhatikan capaian siswa di bidang akademik, sementara sistem zonasi lebih menekankan pada jarak/radius antara rumah siswa dengan sekolah. Dengan demikian, maka siapa yang lebih dekat domisilinya dengan sekolah lebih berhak mendapatkan layanan pendidikan dari sekolah itu. Tiga tujuan dominan penerapan sistem Zonasi PPDB yaitu pemerataan kualitas pendidikan, menciptakan banyak sekolah favorit, dan peningkatan kualitas guru. Salah satu tujuan ikutan penerapan
Zonasi Sekolah adalah mengurangi dampak pergerakan populasi kegiatan anak sekolah yang berpotensi menimbulkan kemacetan pada waktu berangkat menuju sekolah dan pulang sekolah.
Mengurangi Kepadatan Lalu Lintas Hasil penelitian mahasiswa UMS dengan analisis tingkat kemacetan lalu lintas yang diperoleh dari proses perhitungan tingkat pelayanan jalan, nilai tingkat pelayanan jalan diperoleh dari perbandingan volume lalu lintas (V) dengan kapasitas jalan (C), atau V/C menunjukkan bahwa tingkat kemacetan Kota Surakarta terdapat tiga kelas, untuk kelas tinggi dengan rerata 1,0