4 minute read
Prof. Dr. Emil Salim, Bapak Lingkungan Hidup Indonesia
rof. Dr. Emil Salim, lahir di Lahat, Sumatra Selatan pada 8 J u n i 1 9 3 0 . Anak dari pasangan Baay Salim dan Siti Sjahsinan ini dikenal sebagai aktivis muda yang pernah menjadi Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI) Palembang serta Ketua Tentara Pelajar Pa l e m b a n g . I a m e n g e n ya m pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan University of California, Berkeley, Amerika Serikat, dengan meraih gelar master dan doktor dalam Bidang Ekonomi. Setelah memperoleh gelarnya sebagai doktor di University of California, Berkeley, ia mengabdi menjadi dosen untuk almamaternya, U niversitas Indonesia. Seiring berjalannya waktu Emil dipercayai menduduki beberapa posisi penting pemerintahan, sebagai Tim Penasihat Ekonomi Presiden pada tahun 1 966 semasa Presiden Soeharto menjabat. Awal karir sebagai Tim Penasihat dalam Bidang Ekonomi membawa beliau menapaki karir sebagai menteri dalam pemerintahan masa Soeharto pada tahun 1 971 , yaitu Menteri N eg a ra Pen yem pu rn a a n d a n Pembersihan Aparatur Negara merangkap Wakil Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Menteri Perhubungan. Memasuki masa Presiden Soeharto dalam Kabinet Pembangunan Jilid III, Emil dipercayai menjadi Menteri Negara Urusan Kependudukan dan Lingkungan Hidup hingga dua periode. Sejak saat itu lahirlah kebijakan AMDAL. Pada saat itulah awal mula didirikan Kementerian Negara P e n g a w a s a n Pembangunan dan Lingkungan Hidup, yang s eka ra n g d i ken a l d e n g a n n a m a Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta terbentuknya produk hukum berupa Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1 982 tentang Keten tu a n - Keten tu a n Po ko k Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang ini merupakan peraturan pertama yang mengatur masalah lingkungan di Indonesia sekaligus menjadi dasar bagi lahirnya peraturan–peraturan lingkungan berikutnya. Setelah lebih dari 25 tahun, Emil telah mengabdi sebagai pejabat dan menteri pada masa pemerintahan Presiden Soeharto yang telah melahirkan kebijakan-kebijakan dari
hasil buah pikir beliau di Bidang Ekonomi dan Lingkungan Hidup. Pada tahun 1 994, ia selesai menjabat sebagai Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Emil bersama Koesnadi Hardjasomantri, Ismid, Hadad, Erna Witoelar, M.S. Kismadi, dan Nono Anwar Makarim membentuk organisasi non-pemerintah yang berperan melestarikan, mengelola, dan memanfaatkan keanekaragaman hayati Indonesia secara berkelanjutan yang diberi nama organisasi dan program kerja Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). Tidak hanya di Indonesia, di dunia internasional ia memiliki peran besar dalam menyuarakan mengenai masalah-masalah lingkungan hidup. Salah satu peran Emil yang cukup fenomenal yakni penunjukannya seba g a i Pem i m pi n E xtra cti ve Industries Review (EIR) oleh Presiden Kelompok Bank Dunia, J ames Wolfensohn untuk memimpin sebuah proyek kaitannya dengan eva l u a si kebi j a ka n -kebi j a ka n pembangunan di bidang industri pertambangan, minyak, dan gas bumi yang mana proyek tersebut sel a i n m eru sa k su m ber d a ya lingkungan juga menyimpang dari tujuan Bank Dunia. E m i l m en en ta n g kera s pendirian Milton Friedman yang menyampingkan Corporate Social R e s p o n s i b i l i t y ( C S R ) y a n g mengedepankan pembangunan berkelanjutan. Hal ini tentu akan menimbulkan kerugian dari aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Ia menentang keras pendirian Milton Friedman karena ia yang melahirkan konsep mengenai pembangunan berkelanjutan tersebut. Emil memiliki komitmen besar terhadap pelestarian lingkungan hidup. Berkat jasa-jasanya, ia terpilih menjadi anggota Komisi PBB untuk Lingkungan dan Pembangunan (1 984-1 987), Wakil Ketua Dewan Pen a si h a t S en i or PBB u n tu k Pembangunan Berkelanjutan (1 992), Wakil Ketua Komisi Dunia Untuk Hutan dan Pembangunan Berkelanjutan (1 994), dan Ketua Komite Persiapan Ko n f e r e n s i T i n g ka t T i n g g i Pembangunan Berkelanjutan (2002). Walau sudah mencapai usia senja, Emil masih aktif dalam keg i a ta n fo ru m i n t e r n a s i o n a l Satu an Tu gas Tingkat Tinggi (H i g h Level Ta s kf o r c e ) u ntu k peng embang an Gl obal Framework for Climate Services (201 0). Atas semua dedikasinya, sejumlah penghargaan pernah diraih Emil diantaranya Bintang Mahaputera Adipradana, Commander of the Golden Ark, Paul Getty Award, Zayed Prize for Environmental Action Leading to Positive Change in Society, dan The Blue Planet Asahi Prize Award dan The Leader for the Living Planet Award dari World Wide Fund (WWF). Sepak terjang Emil dalam Bidang Lingkungan Hidup demikian luas dan turut diacungi jempol. Kepemimpinannya yang terbuka, jujur, dan mampu melihat ke depan mengenai permasalahan lingkungan h i d u p, m em bu a tn ya sem a ki n mendunia di kancah internasional a t a s ko n t r i b u s i m e n g e n a i pengelolaan lingkungan hidup dan menjadikan Emil disebut sebagai Bapak Lingkungan Hidup Indonesia.
Advertisement