5 minute read
Air Hujan Memang Layak Diminum
u j an ad al ah proses presipitasi berwujud cairan yang turun sampai ke bumi. Presipitasi adalah proses pengendapan, baik dari dalam larutan maupun dari udara permukaan ke permukaan bumi. Jadi, proses terjadinya air hujan adalah jalannya bentuk presipitasi berbentuk cairan yang turun sampai ke bumi. Hujan terbentuk apabila titik-titik air yang terpisah dari awan jatuh ke bumi. Sebelum terjadinya hujan, pasti ada awan karena awan adalah penampung uap air dari permukaan bumi. Air yang ada di permukaan bumi baik laut, sungai, atau danau menguap karena panas dari sinar matahari. Uap air ini akan naik dan menjadi awan, awan yang mengandung uap air ini akan terkumpul menjadi awan yang mendung. Pada suhu tertentu di atmosfer, uap air ini akan mengembun dan turun menjadi hujan. Kebanyakan air hujan saat ini hanya langsung jatuh begitu saja masuk ke dalam tanah. Rata-rata masyarakat tidak terlalu peduli dengan adanya sumber daya yang begitu melimpah dengan keberadaan air hujan. Hal ini dikarenakan adanya stigma bahwa air hujan sangat kotor dan mengandung bakteri yang membahayakan bagi kesehatan. Mengutip dari Pusat Krisis Kesehatan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bahwa air hujan pada
Advertisement
umumnya memiliki pH sekitar 6. Untungnya, hal ini tidak berbahaya. Air minum itu sendiri bahkan jarang memiliki pH netral karena mengandung berbagai mineral terlarut, maka sebagian besar air hujan aman untuk diminum. Di Indonesia sendiri sudah ada yang melakukan pengolahan terhadap air hujan ini sebagai air minum. Seperti yang dilakukan oleh beberapa masyarakat Kecamatan Deles, Kecamatan Karangnongko yang memanfaatkan air hujan ini sebagai air konsumsi untuk minum sehari-hari. Dalam jangka waktu yang lama, tidak ada efek samping atau penyakit yang menjangkit masyarakat sekitar kecamatan tersebut. Kita dapat mengolah air hujan menjadi air minum untuk dikonsumsi sehari-hari dengan cara ditampung secara langsung pada ember atau bak. Hal yang terpenting ialah pastikan bahwa wadah yang digunakan bersih dari kotoran. Setelah menampungnya, biarkan setidaknya selama satu jam agar partikel berat yang terdapat di dalamnya menempel di dasar ember. Cara ini juga akan menghambat pertumbuhan sebagian besar mikroorganisme yang dikandungnya. Ada dua langkah penting yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas air hujan, yakni dengan merebus dan menyaringnya. Merebus air hujan yang telah ditampung sampai mendidih akan membunuh bakteri. Meskipun pada
dasarnya air hujan aman dikonsumsi, tetapi dengan merebusnya membuat orang m e r a s a j a u h l e b i h t e n a n g mengonsumsinya. Selain itu, cara yang kedua ialah menggunakan penyaring air di bak penampungan air hujan. Melalui alat penyaring inilah zat-zat kimia, debu, jamur, dan kontaminan lainnya bisa tersaring dengan baik. Ada saatnya bahwa air hujan tidak dapat dikonsumsi, meliputi beberapa kriteria, diantaranya adalah air hujan yang jatuh di daerah pabrik atau kawasan industri. Hal ini dikarenakan beberapa partikel polutan yang terdapat di wilayah ini sangat tinggi sehingga dapat terbawa oleh air hujan dan dapat menimbulkan penyakit. Selanjutnya, air hujan yang sudah tergenang dan terdapat di tanaman serta air hujan yang ditampung dengan wadah yang kotor, tidak dapat dikonsumsi karena adanya kotoran yang banyak sehingga tidak aman dan membahayakan kesehatan. Dengan demikian, air hujan merupakan sumber daya yang tidak bisa diremehkan begitu saja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli air minum tergolong besar, maka dengan pengolahan air hujan menjadi air minum, akan memotong pengeluaran. Solusi ini akan sangat menguntungkan apabila dilakukan berkelanjutan dan dengan penanganan yang benar oleh konsumen itu sendiri.
su lingkungan kini menjadi perhatian dunia internasional, tak terkecuali pula Indonesia. Permasalahan lingkungan dari waktu ke waktu tak kunjung teratasi bahkan semakin menumpuk, salah satunya terkait sampah plastik. Berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/tahun yang mana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Penanganan terkait masalah sampah plastik sendiri seakan tidak menimbulkan efek yang signifikan, mulai dari kantong plastik berbayar, kampanye untuk tidak menggunakan sampah plastik sekali pakai pun sudah digalakkan. Terlebih lagi plastik memerlukan waktu hingga sekitar lima ratus tahun untuk proses penguraian. Efek sampah plastik juga seolah menjadi 'bola salju' terhadap pe rm as al ah an l i n gku n gan . Permasalahan baru muncul akibat penanganan yang salah terhadap sampah plastik, seperti apabila dibuang di sungai akan mengakibatkan pendangkalan dan penyumbatan aliran sungai hingga mengakibatkan banjir, dan apabila ditimbun berlebih mengakibatkan tanah longsor. Sampah plastik yang masukke dalam air dapat terbelah menjadi partikel-partikel kecil yang disebut mikroplastik dengan ukuran 0,3–5 milimeter. Mikroplastik ini berasal dari plastik yang hancur tapi tidak terurai. Sangat mudah untuk dikonsumsi hewan laut, alhasil banyak hewan laut yang teracuni sampah plastik. Bukan hanya hewan laut, mikroplastik menjadi ancaman bagi seluruh mahluk hidup karena berpengaruh juga pada kualitas air. Menurut M. Reza Cordova, peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dari 76 juta plastik yang
manusia gunakan, hanya dua persen yang didaur ulang, sementara 32 persen sisanya masuk ke ekosistem. Jumlah ini tentu sangat memperihatinkan, bahkan kampanye 3R (reduce, reuse, recycle) belum mampu mendorong kesadaran masyarakat secara signifikan. Namun tak banyak diketahui saat ini industri lokal mulai ramai mengembangkan plastik ramah lingkungan. Salah satunya yang dirintis oleh Kevin Kumala, seorang pemuda asal Bali, yang menciptakan tas ramah lingkungan yang ia namakan Bioplastik. Bioplastik mengandung pati singkong, minyak sayur, dan resin organik. Bahan bioplastik ini diklaim biodegradable dan dapat menjadi kompos. Bioplastik dapat rusak atau hancur dengan sendirinya selama beberapa bulan di darat atau di laut dan dapat langsung larut dalam air panas. Produk plastik ini diklam juga tidak meninggalkan jejak residu beracun. Oleh karena itu, dalam pengenalan produknya ia tak ragu meminum larutan plastik temuannya tersebut. Perusahaan Kumala yang didirikan pada tahun 201 4, yakni Avani Eco, telah memproduksi semua jenis produk sekali pakai dan ramah lingkungan tentunya, mulai dari cangkir kopi hingga ponco. Namun tidak semuanya terbuat dari singkong, ponco misalnya, baju atau jas hujan yang terbuat dari jagung, kedelai dan biji bunga matahari. Sementara itu bioplastik tentu saja harus didukung baik oleh masyarakat, karena produk plastik berbasis minyak bumi perlahan-lahan menghancurkan lautan dan lingkungan kita. Tentunya dengan ditemukannya bioplastik setidaknya dapat menjadi alternatif bagi orang yang masih sering menggunakan plastik sekali pakai. Kedepannya diharapkan akan banyak lagi penemuan-penemuan yang dapat bermanfaat untuk mengatasi berbagai permasalahan lingkungan.