9 minute read

• Bangun Sinergi Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Bangun Sinergi

Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Advertisement

Perum Perhutani selalu aktif bersinergi dengan banyak BUMN lain. Sinergi tersebut diwujudkan dalam bentuk jalinan kerja sama yang diawali dengan penandatanganan Head of Agreement (HoA) dan Memorandum of Understanding (MoU) atau nota kesepahaman. Selain menjalin sinergi antar BUMN, kebersamaan dengan sesama BUMN itu juga dalam rangka memberikan kontribusi positif untuk membangun negeri. Seluruh proses sinergi BUMN itu diharapkan dapat meningkatkan kualitas lingkungan serta bermanfaat bagi semua pihak, terutama masyarakat.

Komitmen Perhutani untuk saling mendukung dan selalu bersinergi dengan sesama BUMN itu terlihat pada Senin, 20 Juni 2022. Di hari itu, Perum

Perhutani menjalin sinergi antar

BUMN dengan Pertamina Power

Indonesia sebagai Subholding Power & New Renewable Energy (Pertamina

NRE). Sinergi Perhutani dengan anak perusahaan PT Pertamina NRE tersebut dalam rangka mendorong percepatan pencapaian Nationally

Determined Contribution Indonesia tahun 2030 serta perwujudan visi Net Zero Emission di lingkup

Kementerian Badan Usaha Milik

Negara (BUMN). Upaya memercepat pencapaian Nationally Determined

Contribution Indonesia tahun 2030 serta perwujudan visi Net Zero

Emission itu dilakukan dengan mengembangkan proyek Nature

Based Solution (NBS). Salah satunya melalui skema reduced emission from deforestation and forest degradation (REDD). Proyek tersebut bertujuan untuk mengintensifkan kegiatan pelestarian hutan guna mengurangi pelepasan emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan, serta memberikan dampak positif bagi penyerapan emisi karbon dan keanekaragaman lingkungan.

Sinergi tersebut diwujudkan dalam penandatanganan Head of Agreement (HoA) Kerja Sama Pengembangan Proyek NBS. Direktur Utama Perum Perhutani yang diwakili Direktur Operasi, Natalas Anis Harjanto; dan Chief Executive Officer Pertamina NRE, Dannif Danusaputro, menandatangani naskah HoA tersebut. Momen itu terjadi di Sentul Eco Edu Tourism Forest, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 20 Juni 2022. Penandatangan HoA tersebut disaksikan oleh Wakil Menteri I BUMN, Pahala Nugraha Mansury; serta Direktur Logistik dan Infrastruktur PT Pertamina (Persero), Mulyono.

Kerja sama tersebut diawali dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding / MoU) pada Desember 2021. MoU itu ditindaklanjuti dengan serangkaian pengerjaan Pra-Feasibilty Study (FS) pada bulan FebruariMei 2022, yang dilanjutkan audiensi dengan Kementerian LHK pada 7 Juni 2022, serta konsultasi regulasi melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan Kementerian LHK pada 15 Juni 2022.

Di dalam arahannya, Pahala Nugraha Mansury mengatakan, pembentukan perusahaan NBS dan kerja sama antara Perhutani dan Pertamina NRE ini merupakan satu dari inisiatif strategis Kementerian BUMN untuk mendukung dekarbonisasi. Menurut dia, dengan adanya NBS kita berharap bisa

Foto: Nanjar Munandar/Kompersh Kanpus

menjaga lingkungan di sekitar. BUMN mendorong adanya energi baru terbarukan, yang berkaitan dengan sektor energi, mengingat sebagai salah satu penghasil emisi terbesar.

Lebih lanjut, Pahala juga menyampaikan, Indonesia merupakan salah satu paru-paru dunia, dengan luasan hutan serta kekayaan dan keanekaragaman hayati yang dimiliki. Terkait dengan hal itu, Indonesia didorong untuk menurunkan emisi dengan target sampai dengan 29% dalam waktu 10 tahun. Dan di tahun 2030 nantinya diharapkan tercapai.

“Tentunya kita berharap proyek NBS untuk dapat memanfaatkan, mengelola, serta melestarikan wilayah hutan dengan potensi pengembangannya, yang dalam hal ini Perhutani beserta anak perusahaannya berperan sebagai penyedia lahan (land co), sementara Pertamina NRE sebagai pengelola bisnis NBS melalui NBS co,” terangnya.

Upaya Dekarbonisasi

Di kesempatan yang sama, Natalas Anis Harjanto menyatakan, selain menekan laju deforestasi, tujuan kerja sama tersebut adalah untuk memerluas tutupan lahan. Sebab, hal itu akan meningkatkan kemampuan kawasan hutan untuk menyerap emisi gas rumah kaca.

“Sudah teridentifikasi sebanyak 9 calon lokasi di wilayah kawasan hutan milik Perhutani Group yang akan menjadi obyek dan lokasi dari project ini. Terhadap kesembilan calon lokasi ini lebih lanjut akan dilakukan FS untuk mengetahui kelayakan project dari khususnya terkait dampak terhadap lingkungan serta sisi finansial maupun operasional,” katanya.

Natalas menambahkan, berdasarkan hasil Pre FS, maka NBS Project pada sembilan lokasi ini akan mampu menghasilkan karbon kredit lebih dari 11,6 juta ton CO2 per tahun, sehingga dengan skema bisnis yang tepat, maka project ini akan mampu menjadi bisnis baru yang memberikan nilai tambah pada kedua belah pihak.

Adapun upaya dekarbonisasi yang akan dilaksanakan oleh Perum Perhutani, lanjut Natalas, di antaranya adalah menekan atau mengurangi kerusakan hutan dan meningkatkan rehabilitasi lahan, menekan kebakaran hutan, mengganti penggunaan Marine Fuel Oil (MFO) menjadi Compressed Nature Gas (CNG) pada industri hasil hutan. Selain itu, di bidang tanaman Perhutani juga mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Nature Based Solutions (NBS) merupakan salah satu solusi yang mengacu pada pengelolaan dan optimasi sumber daya alam yang berkelanjutan melalui rekonfigurasi pengelolaan.

Sementara itu, Dannif Danusaputro menyampaikan, pihaknya bergembira dengan telah terjalinnya kerja sama dengan Perhutani. Sebab, Pertamina NRE mendapat amanah untuk mengawal transisi energi Pertamina.

“Salah satu fokus bisnis kami adalah low carbon solutions, dimana nature based solutions menjadi salah satu proyek utamanya. Proyek ini sangat berpotensi untuk mendukung target net zero emission. Untuk itu, kami sangat antusias dengan kolaborasi dengan Perhutani yang memegang konsesi kehutanan negara,” tutur Dannif.

Dannif menegaskan dalam sambutannya bahwa Pertamina NRE juga terus berupaya untuk meningkatkan utilisasi EBT di internal Pertamina, serta mengembangkan solusi dekarbonisasi seperti EV ecosystem, Green Hydrogen, dan energy efficiency sebagai upaya untuk dapat mencapai target penurunan emisi Pertamina Group. Diharapkan, dengan upaya-upaya tersebut serta kolaborasi dengan Perhutani Group, dapat mendukung aspirasi Net Zero Emission Pertamina pada tahun 2060. Pertamina juga berperan aktif dalam menyukseskan Presidensi G20, khususnya dalam isu transisi energi berkelanjutan.

Foto: Nanjar Munandar/Kompersh Kanpus

Energi Baru dan Terbarukan

Di dalam kegiatan tersebut, juga dilakukan kegiatan penanaman bersama bibit pohon damar di wilayah Sentul Eco Edu Tourism Forest. Kegiatan itu menjadi momen simbolis dimulainya kerja sama antara Pertamina NRE dan Perhutani.

Pertamina NRE sendiri merupakan subholding PT Pertamina. Power & New Renewable Energy (NRE) Subholding dioperasikan melalui PT Pertamina Power Indonesia. Subholding ini bertanggung jawab pada pelaksanaan sejumlah kegiatan, yang terdiri dari eksplorasi dan produksi sumber energi baru dan terbarukan (EBT) secara terintegrasi. Cakupan usahanya meliputi eksplorasi dan operasi wilayah kerja geothermal, pembangkit listrik panas bumi, pembangkit listrik tenaga gas, dan pengembangan energi baru dan terbarukan. Anak usaha di bawah subholding ini adalah PT Pertamina Geothermal Energi.

Jika bicara tentang energi baru dan terbarukan, mungkin banyak orang pernah mendengar istilah itu. Tetapi mungkin banyak orang yang belum paham tentang energi baru dan terbarukan. Sebenarnya apa yang dimaksud energi baru dan terbarukan itu?

Saat ini, Indonesia dan banyak negara lain bergantung pada sumber daya alam tak terbarukan, semisal batu bara dan minyak bumi, sebagai sumber energi. Sayangnya, sumber daya alam yang menjadi sumber energi tersebut bisa habis dan tidak dapat diperbaharui. Sebab, sumbersumber daya tersebut terbentuk secara alamiah lewat proses yang panjang dan lama sekali.

Selain itu, penggunaan sumbersumber daya alam tak terbarukan itu juga dapat menghasilkan polusi dan berpengaruh buruk terhadap perubahan iklim. Sebab itu, manusia kemudian berpikir, pelan-pelan beralih ke sumber energi baru dan terbarukan sepertinya menjadi sebuah solusi. Maka mulailah manusia mencari dan menemukan sumber energi alternatif yang baru dan terbarukan serta ramah lingkungan.

Energi baru dan terbarukan sebenarnya merujuk kepada energi alternatif sekaligus energi berkelanjutan (sustainable) yang dapat diperbaharui dan ramah lingkungan. Indonesia memiliki berbagai sumber energi baru yang dapat dimanfaatkan. Berikut adalah beberapa jenisnya yang dapat kita gunakan. Beberapa di antaranya dapat disebutkan di sini.

Pertama, Energi Matahari. Kita juga menyebutnya dengan istilah energi surya. Sebelumnya kita pasti pernah mendengar jenis energi ini. Juga pernah mendengar dan melihat panel surya.

Energi matahari merupakan salah satu energi baru dan terbarukan yang paling baik, karena kita memiliki akses terhadap sinar matahari sepanjang tahun. Untuk menggunakan energi matahari, kita memerlukan panel surya untuk menangkap sinar ultraviolet dari matahari sebelum diproses menjadi energi listrik. Energi matahari yang diserap itu juga bisa disimpan. Jadi tidak perlu khawatir kalau ternyata cuaca di hari itu sedang mendung atau hujan.

Kedua, Tenaga Air. Air sudah menjadi salah satu sumber energi terbarukan yang digunakan sejak zaman dulu, walaupun saat itu penggunaannya masih terbatas. Contohnya, untuk menggerakkan penumbuk gandum dan sejenisnya. Sebagai pembangkit listrik, arus air yang ada di sungai dapat dimanfaatkan dengan menggunakan kincir. Nantinya, kincir

Foto: Nanjar Munandar/Kompersh Kanpus

Penggunaan sumber-sumber daya alam tak terbarukan itu juga dapat menghasilkan polusi dan berpengaruh buruk terhadap perubahan iklim. Sebab itu, manusia kemudian berpikir, pelan-pelan beralih ke sumber energi baru dan terbarukan sepertinya menjadi sebuah solusi.

itulah yang akan menggerakkan turbin listrik. Dari turbin itulah listrik dihasilkan dan dapat digunakan. Tidak hanya di sungai, arus dari air laut pun bisa digunakan sebagai sumber energi.

Dibandingkan dengan tenaga angin, menggunakan arus air sebagai pembangkit listrik dipandang lebih menguntungkan karena sifatnya yang lebih stabil. Energi yang dihasilkan pun ramah lingkungan, karena tidak meninggalkan limbah. Di Indonesia, saat ini sudah terdapat beberapa pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang dibangun di bendunganbendungan.

Ketiga, Tenaga Angin. Di tempat-tempat yang lapang dan berangin kencang, diletakkan turbin pembangkit listrik yang kemudian digerakkan oleh angin. Angin juga merupakan salah satu sumber energi baru dan terbarukan yang ramah lingkungan. Karena tidak menghasilkan limbah sama sekali, angin dapat menjadi energi alternatif yang baik. Tetapi, kondisi angin selalu berubah berdasarkan musim. Karena itu, energi yang dihasilkan juga naik-turun.

Keempat, Biogas. Energi ini berhubungan dengan kotoran hewan. Kotoran hewan dapat diolah menjadi energi biogas, dan di pedesaan banyak warganya yang telah menggunakan energi biogas. Sebab, pengolahannya mudah dan tidak memerlukan peralatan yang mahal. Tetapi, untuk mengubah biogas menjadi sumber listrik itu memerlukan perlengkapan yang lebih rumit dibandingkan jika hanya menggunakannya sebagai pengganti gas.

Kelima, Panas Bumi atau geothermal. Istilah geothermal berasal dari Bahasa Yunani. Di dalam bahasa Yunani, kata “geo” berarti bumi dan kata “thermal” berarti panas. Jadi, kata geothermal berarti panas bumi. Energi panas bumi sendiri dihasilkan dan disimpan di dalam inti bumi.

Seperti diketahui, bumi terdiri dari berbagai lapisan dan di tengahtengahnya terdapat inti bumi. Energi panas dari inti bumi juga bisa dijadikan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Indonesia bahkan memiliki cadangan panas bumi yang sangat besar, yaitu mencapai 40% dari total energi panas bumi di dunia. Jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil, panas bumi merupakan sumber energi bersih dan hanya melepaskan sedikit gas rumah kaca.

Cara kerjanya adalah dengan memanfaatkan uap panas dari bumi. Uap panas dari bumi itu digunakan untuk memutar turbin pembangkit listrik. Pembangkit listriknya sendiri hanya menghasilkan limbah berupa uap air yang tidak berbahaya bagi makhluk hidup maupun lingkungan.

Menurut UU Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi, sumber daya panas bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi, dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik atau pemanfaatan langsung lainnya.

Salah satu pemanfaatan enegi panas bumi adalah untuk menghasilkan energi listrik. Pemanfaatan energi panas bumi untuk pembangkit listrik secara garis besar dilakukan dengan cara melihat resource dari panas bumi. Apabila suatu daerah memiliki panas bumi yang mengeluarkan uap air (steam), maka steam tersebut langsung dapat digunakan.

Steam tersebut secara langsung diarahkan menuju turbin pembangkit listrik untuk menghasilkan energi listrik. Setelah selesai steam tersebut diarahkan menuju condenser sehingga steam tersebut terkondensasi menjadi air. Air ini selanjutnya di recycle untuk menjadi uap lagi secara alami. Namun, jika panas bumi itu penghasil air panas (hot water), maka air panas tersebut harus di ubah terlebih dahulu menjadi uap air (steam). Proses perubahan ini membutuhkan peralatan yang disebut dengan heat exchanger, dimana air panas ini dialirkan menuju heat exchanger sehingga terbentuk

Foto: Nanjar Munandar/Kompersh Kanpus

uap air. • DR/PR/2022-VI-12t

This article is from: