12 minute read

• Pembaruan Budi Daya Kutu Lak dari Perhutani KPH Probolinggo

Pembaruan Budi Daya Kutu Lak

dari Perhutani KPH Probolinggo

Advertisement

Ada langkah inovasi yang ditempuh insan-insan Perhutani untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas lak. Hal itu ditunjukkan insaninsan Perhutani KPH Probolinggo. Di sana, mereka melakukan kegiatan pemberian perlakuan khusus untuk upaya meningkatkan produktifitas dan kualitas lak di cabang pada pohon kesambi. Caranya dengan mengembangkan pembaruan budi daya lak yang dihasilkan dari penularan kutu lak pada cabang pohon kesambi. Seperti apa langkah pembaruan tersebut? Seberapa besar inovasi tersebut akan berkontribusi pada peningkatan produktifitas dan kualitas lak?

Sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu, kutu lak juga menjadi perhatian Perhutani. Hal itu juga terlihat ketika Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Probolinggo melakukan kegiatan pemberian perlakuan khusus untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas lak cabang pada pohon kesambi, Senin, 20 Juni 2022. Kegiatan tersebut dilaksanakan di wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Taman dan BKPH Kabuaran, KPH Probolinggo.

Administratur Perhutani KPH Probolinggo, Ida Jatiyana, hadir di kesempatan itu. Menurut Ida, kini pihaknya sedang mengembangkan pembaruan budi daya lak yang dihasilkan dari penularan kutu lak pada cabang pohon kesambi. Salah satu tindakan pengembangan yang dilakukan adalah pemberian perlakuan khusus itu.

Perlakukan khusus untuk pembaruan ini, kata Ida, dimulai dari cara menularkan, cara menghitung calon panenan, kemudian cara memilih cabang. Dan yang lebih utama lagi adalah dengan cara menambahkan nutrisi makanan pada kutu Lak, sehingga budi daya Lak ini bisa berhasil kembali.

Menurut Ida, dari sisi penghasilan, budi daya lak ini memang masih kecil kontribusinya. Misalnya, pada panen perdana Desember 2021 lalu, pihaknya baru menghasilkan 1 ton seed lak. Tetapi, budi daya lak itu cukup menjanjikan mengingat tak banyak pesaing yang memroduksi seed lak.

“Budi daya lak ini sangat unik, karena mungkin satu-satunya hanya Perhutani yang memroduksi seed lak ini,” ujarnya.

Ida menjelaskan, untuk melakukan budi daya kutu lak, idealnya supaya ekonomis, kita harus punya 400 hektare kebun tanaman kesambi. Dan saat ini Perhutani KPH Probolinggo sudah memiliki kebun tanaman kesambi seluas itu. Yaitu seluas 200 hektare di BKPH Taman dan 200 hektare lagi di BKPH Kabuaran.

“Kenapa harus 200 hektare? Karena budi daya lak itu membutuhkan waktu 6 bulan untuk dipanen. Jadi, dalam satu tahun bisa dipanen dua kali, yaitu panen pertama pada luasan 100 hektare dan untuk panen kedua 100 hektare lagi,” terang Ida.

Dia melanjutkan, dengan adanya kebun kutu lak, produksi bibit lak akan terjamin. Sehingga, produksinya juga akan meningkat dengan baik. “Harapannya, keberadaan kebun kutu lak seluas 400 hektare di Perhutani KPH Probolinggo, budi daya kutu lak ini bisa membantu meningkatkan penghasilan perusahaan,” kata Ida.

Sementara salah satu Ketua LMDH di wilayah BKPH Taman, Ridwan, menyatakan pihaknya

Foto: Kompersh KPH Probolinggo

sangat mendukung program Perhutani tersebut. Sebab, dengan adanya kebun kutu lak ini, akan membawa dampak bagi masyarakat sekitarnya yang terlibat dalam kegiatan budi daya lak tersebut. Terutama dalam penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kutu Lak

Kutu itu berukuran tubuh kecil, berwarna merah keemasan, dan hidup berkoloni di pohon inang. Para peternak di Indonesia menyebut hewan itu kutu lak. Kutu lak hidup menempel di cabang-cabang pohon. Serangga itu mengeluarkan cairan untuk membungkus tubuhnya demi melindungi diri dari serangan musuh.

Sepanjang hidupnya, hewan yang punya nama ilmiah Laccifer lacca itu mengeluarkan sekresi dari kelenjar hipodermis yang disebut lak. Lak itu sejenis resin. Lak atau laksha dalam bahasa India, berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti seratus ribu. Nama itu merujuk pada kawanan kutu yang hidup berkoloni hingga mencapai ribuan ekor di setiap cabang pohon.

Di Indonesia, namanya memang masih asing. Apalagi manfaatnya. Padahal, sekresi kutu anggota famili Coccidae itu multiguna. Lak merupakan bahan yang digunakan untuk pelapis permen dan berbagai makanan ringan. Sebab, lak tidak beracun, tidak mengakibatkan kerusakan pada tubuh, larut bening tanpa endapan dalam larutan alkohol, melapisi secara sempurna, mampu mengilapkan, serta tahan terhadap minyak dan asam. Selain itu, lak juga masih memiliki banyak manfaat yang lain.

Manfaat lain lak adalah sebagai isolator yang baik, tidak larut dalam air, dan memiliki sifat pelapisan tahan lama. Lak digunakan sebagai pelapis, karena menghambat proses kelembaban. Proses kelembaban yang lambat itu berakibat pada terjadinya pertumbuhan bakteri serta memberikan hasil yang mengilap.

Di Indonesia, lak juga dimanfaatkan sebagai bahan baku pelitur. Di berbagai negara, industri furnitur, listrik, farmasi, makanan, dan musik, memerlukan lak. Industri piringan hitam, compact disc, kabel, mika, semir sepatu, cat rambut, industri karet, pelapis dan pengilap makanan, bahan pemerah bibir, perona wajah, cat kuku, serta kapsul, seluruhnya membutuhkan lak.

Foto: Kompersh KPH Probolinggo

Sepanjang hidupnya, hewan yang punya nama ilmiah Laccifer lacca itu mengeluarkan sekresi dari kelenjar hipodermis yang disebut lak. Lak itu sejenis resin. Lak atau laksha dalam bahasa India, berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti seratus ribu. Nama itu merujuk pada kawanan kutu yang hidup berkoloni hingga mencapai ribuan ekor di setiap cabang pohon.

Pelihara Hama

Kutu lak sebenarnya bukan serangga baru. India mengenal serangga itu sejak bertahun-tahun sebelum Masehi. Di sana, kutu lak bernilai ekonomis tinggi.

Sebenarnya, kutu lak adalah hama tanaman. Hal itu dikatakan oleh Dosen di Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor, Dra. Dewi Sartiami, MSi. Menurut dia, serangga-serangga bernama lak itu mengisap cairan dari dalam cabang pohon sebagai makanannya. Akibatnya, pohon inang bisa kering dan meranggas, meski tidak mati.

“Kutu lak merugikan pohon inangnya. Namun, kutu lak memiliki kelenjar sirkulasi nutrisi di seluruh tubuhnya, sehingga mengeluarkan sekresi yang berguna bagi industri. Melihat manfaat ekonomi yang lebih besar, maka kutu lak tidak dianggap sebagai hama,” ujar Dewi.

Sejak beberapa tahun lalu, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur telah memroduksi lak butir untuk memenuhi kebutuhan industri di dalam dan luar negeri. Pasokan getah lak berasal dari para pekebun kutu di Probolinggo. Di Provinsi Nusa Tenggara Timur,

Foto: Kompersh KPH Probolinggo Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Kupang memproduksi lak dan memasarkannya ke Surabaya, Tangerang, dan Cirebon, untuk elektronik dan pelitur. Volumenya mencapai 450 ton per tahun. Sedangkan untuk ekspor ke China dan Amerika, volumenya mencapai 25 ton per tahun.

Hal Unik KPH Probolinggo

Produksi Lak (bahan pelitur) dari budi daya Kutu Lak yang hidup sebagai parasit di pohon kesambi sebagai inangnya itu kini menjadi salah satu yang dikembangkan di Perhutani KPH Probolinggo. Dan hal itu menjadi hal unik yang tidak terdapat di KPH lain di Indonesia. Maka tak salah jika budi daya kutu lak menjadi hal yang diperhatikan.

Perhutani KPH Probolinggo memiliki kawasan hutan yang jenisnya beragam. Berdasarkan peruntukannya, kawasan hutan KPH Probolinggo terdiri dari hutan lindung dan hutan produksi yang terdiri dari kawasan untuk perlindungan, kawasan klas perusahaan, kawasan bukan klas perusahaan, dan kawasan untuk penggunaan lain.

KPH Probolinggo terdiri dari 5 Klas Perusahaan (KP). Yaitu Klas Perusahaan Jati, Klas Perusahaan Mahoni, Klas Perusahaan Damar, Klas Perusahaan Pinus, dan Klas Perusahaan Kesambi. Nah, Kesambi inilah yang kini juga menjadi perhatian karena merupakan pohon inang untuk kutu lak.

“Kutu Lak ditularkan di pohon kesambi, menghisap di kesambi, dan mengeluarkan sekresi yang dinamakan Lak. Sekresi itu sebenarnya untuk pertahanan diri Kutu Lak yang hidup hingga 135 hari,” ujar Ida Jatiyana.

Ida melanjutkan, budi daya Kutu Lak kini lebih mudah karena dapat dikembangkan di pohon kesambi yang rendah. “Dulu untuk produksi Lak, kita pakai metode lama, yaitu menularkan Kutu Lak di pohon kesambi yang tinggi. Tetapi dengan kemajuan teknologi, sekarang penularannya bisa di pohon kesambi yang rendah. Hal itu memudahkan kita untuk perawatan dan panen,” lanjut Ida Jatiyana.

Di dalam produksi Lak, KPH Probolinggo menyediakan lahan seluas 1800 Hektare. Selain itu, juga menyiapkan bibit Kutu Lak. “Kita siapkan bibit Kutu Lak sebanyak 6 ton. Dan sebenarnya KPH Probolinggo kekurangan bibit Kutu Lak, tetapi kita terus upayakan untuk meningkatkan produksi Bibit Kutu Lak,” terang Ida.

Ida Jatiyana juga menerangkan, setelah Lak dipanen, akan dibawa ke pabrik milik KPH Probolinggo untuk diproses lebih lanjut. “Setelah panen, kita pisahkan Lak dengan kayunya, dan dimurnikan dengan memisahkan Lak dari kotoran. Proses itu dilakukan di pabrik milik KPH Probolinggo. Hasil dari proses itu menghasilkan butiran Lak (Seedlac) dan lembaran Lak (Shellac),” urai Ida Jatiyana.

Di dalam proses Kutu Lak menghasilkan Lak yang maksimal, KPH Probolinggo mengunakan metode yang baru dalam hal perawatan. “Dalam perawatan membuat tanaman sehat yang namanya pengasapan, kita memakai metode teknologi, bukan metode lama. Dulu memakai metode lama dari bibit Kutu Lak 1 Kg, menghasilkan hanya 5 Kg Lak. Dengan sentuhan teknologi, sekarang dari bibit Kutu Lak 1 Kg dapat menghasilkan 14 Kg Lak. Metode baru itu meningkatkan pendapatan perusahaan,” kata Ida Jatiyana.

Memiliki kawasan hutan yang luas dan mempunyai sumber daya alam yang melimpah membuat KPH Probolinggo selalu siaga dalam pengamanan hutan. Hal itu ditunjukkan dengan adanya tim khusus penjaga hutan yang mereka punya. “KPH Probolinggo mempunyai Regu Patroli yang tergabung dari Polisi Hutan Mobil (Polmob) dan Polisi Hutan Teritorial (Polter), dibantu dengan masyarakat yang tergabung di LMDH, menjaga kawasan hutan secara bersama,” tutur Ida Jatiyana pula.

Hadirnya inovasi, terobosan, dan pengembangan baru dalam budi daya Kutu Lak di KPH Probolinggo tentu menjadi hal yang menarik. Harapannya, produktivitasnya akan naik dan produksi lak juga akan meningkat. Ujungnya tentu akan memberikan kontribusi yang besar untuk perusahaan. Semoga. • DR/Pbo/

Fek

Panen Perdana Kapulogo

ala Perhutani KPH Kedu Utara di Magelang

Jalinan kerja sama yang baik dengan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan membuahkan hasil yang baik pula. Hal itu terlihat di Magelang, Jawa Tengah, awal Juni 2022. Di hari itu, di kawasan hutan yang termasuk wilayah kerja Perhutani KPH Kedu Utara itu, berlangsung panen perdana tanaman herbal Kapulogo. Panen perdana itu merupakan hasil kerja sama yang sudah terjalin selama beberapa waktu di antara Perhutani KPH Kedu Utara dengan LMDH Sido Mulyo. Selain untuk menambah pendapatan perusahaan khususnya KPH Kedu Utara dari bidang agroforestry, jalinan kerja sama tersebut diharapkan juga dapat menambah penghasilan masyarakat di sekitar hutan.

Panen perdana tanaman herbal jenis kapulogo itu dilakukan Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Utara bersama Lembaga Masyarakat

Desa Hutan (LMDH) Sido Mulyo,

Desa Bawang, Kecamatan

Tempuran, Kabupaten Magelang,

Rabu, 1 Juni 2022. Panen perdana tanaman Kapulogo itu dilakukan di lahan yang masuk kawasan

Petak 16A, Resort Pemangkuan

Hutan (RPH) Temanggal, Bagian

Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Magelang, KPH Kedu

Utara. Administratur Perhutani KPH

Kedu Utara dan Pengurus LMDH

Sido Mulyo turut hadir dalam kegiatan panen tersebut.

Di kesempatan itu, Administratur Perhutani KPH Kedu Utara, Damanhuri, menyampaikan apresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada LMDH Sido Mulyo, atas sinergi dan kerja sama yang sudah terjalin selama ini, khususnya dalam pengembangan tanaman herbal Kapulogo di Magelang. Ia berharap, kerja sama itu akan memberikan hasil yang terus meningkat.

“Untuk menunjang pendapatan perusahaan, khususnya KPH Kedu Utara dari bidang agroforestry, Alhamdulillah, kita bisa panen perdana herbal Kapulogo. Walaupun hasil panen perdana ini belum banyak, baru 20 Kg. Semoga, seiring berjalannya waktu, ke depan setiap 40 hari bisa panen dan menghasilkan jumlah Kapulogo yang lebih banyak produktivitasnya, sesuai yang diharapkan,” katanya.

Di kesempatan yang sama, salah satu Pengurus LMDH Sido Mulyo, Madkodri, mengakui, hasil panen perdana Kapulogo tersebut memang belum sesuai ekspektasi. Hal itu menurut dia karena masih tahun pertama dari penanaman.

“Seiring bertambahnya rumpun Kapulogo, maka hasil produktivitasnya semakin meningkat juga. Biasanya, setelah umur 2 tahun budi daya Kapulogo akan menunjukkan hasil yang bagus,” jelas Madkodri.

Foto: Rohaniyatun/Kompersh KPH Kedu Utara

Dibutuhkan Industri Makanan

Kapulaga adalah salah satu jenis rempah-rempah yang banyak diminati masyarakat. Kapulogo tak hanya dibutuhkan untuk bahan masakan, tetapi juga untuk industri makanan, minuman, hingga farmasi. Dan tak hanya pasar dalam negeri, permintaan rempah-rempah ini juga datang dari pasar internasional dan jumlah permintaannya kian meningkat.

Di Indonesia, budi daya tanaman kapulaga tersebar di 20 provinsi. Wilayah terluas terdapat di Jawa Barat yang mencapai lebih dari 27.000 meter persegi dengan produksi 62.923 ton.

Kapulaga sering digunakan sebagai bahan untuk obat-obatan, rempah–rempah, dan kosmetik. Sehingga, kapulaga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Bahkan kapulogo merupakan komoditas ekspor yang penting, terutama untuk negara-negara Timur Tengah, Mesir dan India.

Tanaman kapulaga merupakan tanaman perdu yang tumbuh baik pada kondisi ternaungi. Tanaman kapolaga menghendaki tanah subur, gembur dan berdrainase baik. Tanah seperti ini banyak terdapat di Indonesia pada berbagai ketinggian di bawah 1000 m di atas permukaan laut (dpl), curah hujan 2000-4000 mm per tahun.

Kapulaga memiliki siklus hidup yang panjang. Produksi buah setelah melewati panen pertama kegiatan panen dapat dilakukan 4 kali dalam setahun. Setiap tahun, jumlah buah yang dipanen juga akan terus meningkat.

Nilai ekspor kapulaga semakin meningkat hingga mencapai 6.248 ton atau senilai hampir 8 juta dollar Amerika. Di dalam negeri sendiri, kebutuhan kapulaga juga masih besar karena luasnya pemanfaatan di industri makanan, minuman, dan farmasi. Harganya per kg kapulaga kering antara Rp 90.000 sampai Rp 110.000.

Selama tumbuhnya, tanaman kapulaga memerlukan naungan. Sehingga, sebelum ia ditanam terlebih dahulu dipersiapkan pohon pelindung untuk dia.

Foto : Rohaniyatun/Kompersh KPH Kedu Utara

Pohon pelindung itu dapat berupa pohon sengon, kelapa, petai, dan sebagainya. Jarak tanam 1 x 2 meter; 1,5 x 2 meter; atau 1 x 2,5 meter. Sebelum tanam, dipersiapkan lubang tanam dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm. Bibit berupa anakan ditanam seminggu setelah tanah dicampur pupuk kandang sebanyak 0,5 kg per lubang tanam.

Dua Kelas Perusahaan

Perhutani KPH Kedu Utara merupakan salah satu unit manajemen Perhutani di wilayah Divisi Regional Jawa Tengah. Luas wilayah kerja Perhutani KPH Kedu Utara adalah 36.343,39 hektare. Luas wilayah tersebut meliputi kawasan hutan yang berada di Kabupaten Kendal seluas 5.095,13 hektare; Kabupaten Magelang seluas 5.276,95 hektare; Kabupaten Semarang seluas 2.537,92 hektare; Kabupaten Temanggung seluas 13.504,93 hektare; dan seluas 9.928,46 hektare di Kabupaten Wonosobo.

KPH Kedu Utara terbagi ke dalam dua Kelas Perusahaan (KP). Masing-masing Kelas Perusahaan (KP) Pinus seluas 25.069,00 hektare dan KP Mahoni seluas 11.274,39 hektare. Berdasarkan fungsinya, kawasan hutan KPH Ledu Utara terbagi untuk Hutan Produksi Terbatas (HPT) > 15 % seluas 10.959,22 hektare; Hutan Produksi (HP) seluas 12.781,64 hektare; dan Hutan lindung (HL) seluas 12.602,53 hektare.

Secara geografis, KPH Kedu Utara terletak di antara 2°55” sampai dengan 3°45” BT dan 7°00” sampai dengan 7°42” LS. Wilayah kerja KPH Kedu Utara di bagian utara berbatasan dengan wilayah kerja KPH Kendal, di bagian timur berbatasan dengan wilayah kerja KPH Kendal dan KPH Surakarta, di bagian selatan berbatasan dengan wilayah kerja KPH Kedu Selatan dan PHW II Yogyakarta, serta di bagian barat berbatasan dengan wilayah kerja KPH Banyumas Timur.

Berdasarkan tata batas, KPH Kedu Utara terbagi menjadi 5 Bagian Hutan. Yaitu Bagian Hutan Ambarawa seluas 6.004,52 hektare, Bagian Hutan Magelang seluas 3.705,56 hektare, Bagian Hutan Temanggung seluas 5.430,46 hektare, Bagian Hutan Wonosobo seluas 9.928,46 hektare, dan Bagian Hutan Candiroto seluas 11.274,39 hektare.

Secara topografi kawasan hutan Perhutani KPH Kedu Utara juga beragam. Yaitu Datar (kelerengan 0% - 8%) = 1,10%; Landai (kelerengan 8% - 15%) = 5,25%; Bergelombang (Kelerengan 15% - 25%) =12,05%; Agak Curam (Kelerengan 25% - 40%) = 35,27%; dan Curam (kelerengan > 40%) = 46,32%.

Tipe iklim KPH Kedu Utara merupakan tipe iklim C menurut Schmidt Ferguson, dengan bulan basah tertinggi di bulan Agustus dan bulan basah terendah di bulan April. Pengelolaan Kawasan Hutan KPH Kedu Utara dibagi ke dalam 5 Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH), yaitu BKPH Ambarawa, BKPH Magelang, BKPH Temanggung, BKPH Candiroto, dan BKPH Wonosobo. Di bawahnya terdapat 21 Resort Pemangkuan Hutan (RPH). • DR/Kdu/AT

This article is from: