9 minute read

Dari Kawasan Galunggung, Curug Cikahuripan Menyapa

Dari Kawasan Galunggung, Curug Cikahuripan Menyapa

Tanah Pasundan seakan tak pernah henti menghadirkan pesona keindahan panorama alam. Banyak sekali obyek wisata alam yang memanjakan mata dan hati wisatawan terdapat di Jawa Barat. Kini, tambah lagi satu lokasi yang menampilkan potensi wisata alam yang menjanjikan. Berada di antara lekuk indah kawasan Gunung Galunggung di Tasikmalaya, panorama indah Curug Cikahuripan pun menyapa. Ingin tahu keindahan alam air terjun yang satu ini? Simak saja.

Advertisement

Selama wabah pandemi Corona Virus Deasease 2019 (Covid-19) melanda, sektor pariwisata memang seakan tiarap lantaran terkena dampak pandemi. Setelah masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan pemerintah, sejumlah lokasi wisata mulai membuka kembali wahananya. Termasuk Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Ecotourism Perhutani Divisi Regional (Divre) Jawa Barat dan Banten.

Setelah membuka kembali wisata ternama Gunung

Galunggung pasca pandemi Covid-19, KBM Ecotourism Perum Perhutani Divre Jawa Barat dan Banten (Janten) melakukan launching lokasi wisata terbaru mereka. Lokasi wisata bernama Curug Cikahuripan itu pun resmi diluncurkan pada Sabtu, 20 Juni 2020. Air terjun cantik Curug Cikaruripan yang ketinggiannya sekitar 60 meter lebih ini masih berada dalam satu klaster dengan kawasan wisata Galunggung.

Berjarak sekitar 1 kilometer dari Kawah Galunggung, keindahan Curug Cikahuripan ini sudah terasa mulai saat menyusuri perjalanan membelah hutan yang asri dan alami dengan iringan nyanyian burungburung. Yang menarik, unsur-unsur hidup terasa sangat kental melekat di sana. Maka tak heran jika nama air terjun ini adalah Curug Cikahuripan.

Foto: Kompersh KBM Ecotourism

Foto: Kompersh KBM Ecotourism

Nama Curug Cikahuripan sendiri diambil dari bahasa Sunda. Curug artinya air terjun. Ci atau cai berarti air. Kahuripan berarti kehidupan. Maka, nama Curug Cikahuripan berarti air terjun kehidupan. Konon, nama itu disematkan karena air terjun tersebut dipercaya oleh masyarakat sebagai air yang memberikan kehidupan bagi makhluk-makhluk di sekitarnya.

Eksotis Berundak-undak

Daya tarik dari air terjun setinggi 60 meter lebih ini adalah bentuk landscape-nya yang berundakundak. Bentuk alamiah itu membuat air terjun ini unik, sehingga nampak sangat eksotis. Keeksotisan itulah yang kini akan terus diangkat agar kian dikembangkan. Rencana pengembangan Curug Cikahuripan ini lokasinya ada di dalam wilayah pengembangan wisata Galunggung itu dituturkan oleh General Manager KBM Ecotourism Perhutani Divre Jabar dan Banten, Agus Mashudi. “Harapannya, Curug Cikahuripan ini bisa menambah obyek wisata di kawasan Galunggung, selain kawah dan pemandian air panas. Jadi, kita manjakan pengunjung Galunggung

Daya tarik dari air terjun setinggi 60 meter lebih ini adalah bentuk landscape-nya yang berundak-undak. Bentuk alamiah itu membuat air terjun ini unik, sehingga nampak sangat eksotis. Keeksotisan itulah yang kini akan terus diangkat agar kian dikembangkan.

dengan banyak pilihan obyekobyek yang menarik dan tentunya memberikan pengalaman baru,” jelasnya.

Agus menuturkan, di masa depan pengembangan wisata Galunggung akan dijadikan wisata air yang dilengkapi dengan kolam renang dan plaza pandang ke arah curug. Mereka juga akan memberikan fasilitas tambahan yaitu wahana yang digunakan sebagai area bagi pengunjung untuk menikmati curug sekaligus bird watching. Nah, ini juga hal yang menarik. Lokasi wisata air terjun Cikahuripan ini memiliki kekayaan fauna yaitu burung-burung yang banyak sekali, baik jumlah maupun jenisnya.

Cluster Manager Galunggung, Yaya Sutia, menambahkan, Curug Cikahuripan merupakan salah satu inovasi pembukaan wahana baru setelah terlebih dahulu mereka melakukan eksplorasi atas Curug Cikahuripan. Awalnya, air terjun ini sering dikunjungi para peziarah dengan akses jalan kaki menyusuri sungai. Aktivitas itu memerlukan waktu sekitar 1 jam perjalanan.

“Kini dibuatkan akses untuk kendaraan roda empat sepanjang 500 meter dan jalan trap sepanjang 300 meter. Sehingga, untuk sampai di Curug Cikahuripan hanya perlu waktu 20 menit,” tuturnya.

Yaya melanjutkan, aktivitas yang bisa dilakukan di Curug Cikahuripan antara lain photo hunting, prewedding, bermain air di sekitar tempat jatuhan air terjun, camping, susur sungai, dan lainnya. “Karena

Air Terjun Cikahuripan terletak tepat di sebelah kanan kawah Gunung Galunggung (jika kita menghadap ke tangga kawah). Udara di sekitar air terjun ini cukup dingin, selain karena airnya banyak, juga karena terletak tepat di gunung yang berhawa sejuk.

Foto: Kompersh KBM Ecotourism

saat ini masih promo, maka untuk masuk ke area curug, pengunjung tidak dipungut biaya alias gratis,” ujarnya.

Pesona Alami

Air Terjun Cikahuripan terletak tepat di sebelah kanan kawah Gunung Galunggung (jika kita menghadap ke tangga kawah). Udara di sekitar air terjun ini cukup dingin, selain karena airnya banyak, juga karena terletak tepat di gunung yang berhawa sejuk. Jarak dari Kawah Galunggung ke Curug Cikahuripan ini tidak jauh, tetapi untuk menuju ke sana tidak mungkin berjalan lurus. Maka, pengunjung harus memutar dulu dan kembali ke kampung Ciakar 3 yang terletak di kaki Gunung Galunggung. Setelah itu, kita berjalan kaki menapaki bukit-bukit dan menikmati keindahan alam khas pegunungan nan eksotis.

Untuk mencapai Kampung Ciakar 3, pengunjung tidak bisa menggunakan mobil atau kendaraan roda empat. Pengunjung harus menggunakan sepeda motor. Jadi jika pengunjung datang dengan mengendarai mobil, mereka harus memarkir mobilnya lebih jauh lagi, yaitu di Kampung Ciakar 1, sekitar 5 km dari Ciakar 3. Dari sana, mereka dapat menggunakan jasa ojek sepeda motor dari warga sekitar.

Jadi rute untuk menuju Curug Cikahuripan adalah Tasikmalaya - Sukaratu - Ciakar 3 - ke arah kawah Gunung Galunggung - Curug Kahuripan. Memang, jalurnya masih cukup berat dan cukup menyulitkan bagi pengunjung yang tidak biasa melakukan aktivitas jalan kaki lintas alam. Selain jalurnya menanjak, banyak terdapat hewan kerbau liar, harus menelusuri jalur naik-turun sungai berbatu-batu dengan tinggi 5-7 meter, dan untuk mencapai lokasi yang bagus tepat di depan curug harus naik bukit berbatu kerikil.

Tetapi, dijamin semua kesulitan itu terbayar lunas tatkala sudah tiba di hadapan Curug Cikahuripan. Keindahan terjun ini benar-benar menyajikan pesona indah nan alami. Keindahan alami yang rasanya sulit ditemukan di tempat lain, apalagi di tengah kehidupan yang telah tersentuh ingar-bingar kota besar.

Siapa pun pengunjung akan sangat terpesona menatap keindahan luar biasa ciptaan Sang Maha Kuasa. Tidak percaya? Datang saja ke Tasikmalaya dan saksikan keindahan alam Cikahuripan yang

menyapa. • DR/Divre/Ren

Foto: Suwarno/Kompersh KPH Saradan

Kerja Sama Penerapan Teknologi Tepat Guna

di Masa Pandemi Covid-19

Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Saradan menggandeng Universitas PGRI Madiun (Unipma), untuk mengembangkan teknologi tepat guna yang dapat diakses oleh masyarakat. Terutama di masa berjangkitnya pandemi Covid-19 ini, masyarakat mengalami keterbatasan dalam beraktivitas. Keberadaan teknologi tepat guna dirasakan akan banyak membantu masyarakat dalam beraktivitas di tengah banyak pembatasan akibat pandemi. Maka, langkah kerja sama ini pun diharapkan hadir sebagai solusi itu.

Rabu, 4 Juni 2020, ruang kerja Administratur Perhutani KPH Saradan menjadi tempat pertemuan dengan delegasi dari Universitas PGRI

Madiun (Unipma). Lima orang Dosen dari Unipma yang datang ke kantor

Perhutani KPH Saradan saat itu dipimpin oleh Dosen Ketua Program

Study Bahasa dan Sastra Unipma,

Dwi Rochman. Kedatangan mereka disambut langsung oleh

Administratur Perhutani KPH

Saradan, Noor Rochman, di ruang kerjanya.

Usai pertemuan, Noor Rochman pun memberikan penjelasan tentang kerja sama yang mereka jalin. Di dalam keterangannya,

Noor Rochman menyampaikan, kedatangan lima dosen Unipma tersebut bertujuan untuk melakukan kerja sama dalam hal teknologi tepat guna (TTG) yang mampu diakses oleh masyarakat di masa pandemi Covid-19. Lebih spesifik, TTG tersebut yaitu peralatan untuk pertanian.

“Atas nama pimpinan manajemen Perhutani KPH Saradan, kami memberikan apresiasi dan sangat mendukung kegiatan penerapan TTG dari Unipma tersebut, terutama untuk halhal prioritas yang manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat,” katanya. Program TTG yang akan dikerjasamakan dengan Unipma Madiun tersebut, menurut Noor Rochman, adalah berupa pembuatan peralatan pertanian yang bisa dipakai untuk mendukung kegiatan Agroforestry di lahan Perhutani. Misalnya, pembuatan alat perajang umbi porang (membuat chip porang), alat pengering chip porang (oven), alat untuk menanam jagung, dan lain sebagainya. Semua peralatan tersebut menggunakan teknologi tepat guna, yang dapat dengan mudah digunakan oleh masyarakat.

Di tempat yang sama, Dwi Rochman mengatakan, sinergi dengan Perhutani KPH Saradan merupakan hal positif. Apalagi, pengembangan teknologi tepat guna akan sangat besar manfaatnya bagi masyarakat. Terutama untuk masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dan sehari-hari menjadi mitra

Perhutani. Terlebih di masa pandemi ini. ”Di masa pandemi Covid-19 ini, Unipma Madiun akan bekerjasama dan bersinergi dengan Perhutani KPH Saradan untuk membuat kegiatan atau program teknologi tepat guna (TTG) yang pas dan mudah untuk diterapkan oleh para pihak, sehingga dapat bermanfaat untuk masyarakat sekitar hutan, khususnya LMDH yang menjadi mitra Perhutani. Hal itu untuk mendukung peningkatan produktivitas bidang agroforestry di Saradan,” ujar Dwi Rochman.

Bukan Sinergi Pertama

Sebenarnya, ini bukan kali pertama Perhutani KPH Sarana bersinergi dengan Unipma. Terutama dalam hal mengembangkan inovasi. Sebelumnya, Universitas PGRI Madiun bersama Perhutani KPH Saradan juga telah melakukan pembahasan tentang kerja sama di bidang pengembangan obyek wisata religi.

Obyek wisata religi yang dibahas untuk dikerjasamakan

pengelolaannya itu adalah situs Ki Ageng Mangir yang berlokasi di Petak 19g Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Pepe, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Petung, KPH Saradan. Lokasinya berhimpitan dengan wilayah Desa Sidorejo, Dusun Mangir, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Univesitas PGRI Madiun juga pernah menjalin sinergi dengan Perhutani, khususnya Pusdikbang SDM Perhutani di Madiun. Tepatnya, bulan Oktober tahun 2019 lalu Unipma bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten

Madiun, PPPPTK BOE, dan LP2KS mengadakan kegiatan pelatihan penguatan kepala sekolah seluruh Kabupaten Madiun.

Kegiatan tersebut saat itu terbagi menjadi 3 angkatan. Angkatan pertama dilaksanakan tanggal 30 September –7 Oktober 2019. Angkatan kedua dilaksanakan tanggal 10 –17 Oktober 2019. Dan Angkatan ketiga dilaksanakan tanggal 21 – 28 Oktober 2019.

Total Peserta pada kegiatan itu adalah 443 orang. Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Penguatan Kepala Sekolah Kapupaten Madiun itu dilaksanakan

Foto: Suwarno/Kompersh KPH Saradan

Foto: Suwarno/Kompersh KPH Saradan

Ruang lingkup perjanjian kerja sama ini mencakup pembuatan peralatan pertanian yang bisa dipakai untuk mendukung kegiatan Agroforestry di lahan Perhutani. Misalnya, pembuatan alat perajang umbi porang (membuat chip porang), alat pengering chip porang (oven), alat untuk menanam jagung, dan lain sebagainya.

selama delapan hari untuk masingmasing angkatan. Tujuan dari kegiatan pembekalan kepada seluruh kepala sekolah di Madiun itu adalah untuk menguatkan SDM Kepala Sekolah di Kabupaten Madiun.

Pada hari pertama di setiap angkatan, dilaksanakan pembukaan yang bertempat di Graha Cendekia Universitas PGRI Madiun. Hari kedua sampai hari keenam bertempat di Ruang Ebony, Pusdikbang SDM Perhutani Madiun. Kegiatannya berupa penyampaian materi. Dan pada Hari ketujuh dilaksanakan Post-test untuk mengukur penilaian bagi seluruh peserta mengenai materi yang sudah diberi selama kurang lebih 6 hari. Pada Hari terakhir ditutup dengan penyerahan piagam yang dilakukan secara simbolis kepada perwakilan peserta.

Sangat Bermanfaat

Pemanfaatan teknologi tepat guna yang kini dikerjasamakan antara Perhutani KPH Saradan dengan Unipma dirasakan sangat bermanfaat. Selain dapat membantu pelaksanaan kegiatan agroforestri di kawasan hutan Perhutani KPH Saradan, juga dapat menjadi

sarana penerapan keterampilan mengembangkan teknologi tepat guna di kalangan perguruan tinggi.

Apalagi, ruang lingkup perjanjian kerja sama ini mencakup pembuatan peralatan pertanian yang bisa dipakai untuk mendukung kegiatan Agroforestry di lahan Perhutani. Misalnya, pembuatan alat perajang umbi porang (membuat chip porang), alat pengering chip porang (oven), alat untuk menanam jagung, dan lain sebagainya. Semua peralatan tersebut menggunakan teknologi tepat guna, yang dapat dengan mudah digunakan oleh masyarakat. Hal itu sejalan dengan tridarma perguruan tinggi. Yaitu pengabdian kepada masyarakat. Selain Pendidikan dan Pengajaran, serta Penelitian dan Pengembangan, darma ketiga perguruan tinggi yaitu Pengabdian Kepada Masyarakat juga penting untuk dilakukan. Maka, jalinan kerja sama antara Perhutani KPH Saradan dengan Unipma dalam

hal penerapan teknologi tepat guna itu merupakan sebuah terobosan atau inovasi yang layak diapresiasi. •

DR/Srd/Swn

This article is from: