8 minute read

Menjaga Laju Cash Flow dengan

Menjaga Laju Cash Flow

dengan Pengembangan Industri Non Kayu

Advertisement

di masa lalu, Perhutani dikenal mengandalkan bisnis utamanya di sektor tanaman keras. seiring perjalanan waktu, perkembangan dan perubahan dunia yang cepat, sudah menjadi sebuah tuntutan untuk mengubah tumpuan utama pendapatan perusahaan. sektor non kini diupayakan untuk menjadi solusi bagi kelancaran jalannya cash flow Perhutani. sektor tanaman industri agro, sektor wisata, dan sektor non kayu lainnya pun beranjak menjadi solusi realistis dalam rangka menjawab ketersediaan cash flow perusahaan.

Perum Perhutani senantiasa menjaga keberlangsungan nafas perusahaan di tengah kondisi perubahan yang demikian cepat. Demi menyikapi perubahan yang begitu cepat itu,

Perhutani harus menitikberatkan pada sektor tanaman industri agro, sektor wisata dan sektor non kayu lainnya, untuk dikembangkan sebagai solusi realistis dalam rangka menjawab ketersediaan cash flow perusahaan. Hal itu dikatakan

Direktur Utama (Dirut) Perum

Perhutani, Wahyu Kuncoro, dalam kunjungan kerja di wilayah Rayon II

Madiun, Jumat, 7 Agustus 2020.

Menurut Wahyu Kuncoro, jika terus berharap dari core business inti Perhutani selama ini yaitu kayu jati sebagai tumpuan utama pendapatan perusahaan, akan dibutuhkan waktu puluhan tahun untuk menuai hasilnya. “Maka dari itu, para Administratur harus dapat mengidentifikasi karakteristik wilayahnya dan berkreasi menggali potensi guna mencari terobosan sumber-sumber pendapatan baru yang masih ada di wilayah kerjanya,” ujarnya.

Di dalam kunjungannya di wilayah kerja Perhutani KPH Saradan, Wahyu Kuncoro melihat langsung lokasi penanaman tebu di kawasan hutan Petak 118a seluas 18 hektare dan Petak 123 seluas 13 hektare di wilayah Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Teguhan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Rejuno, yang dikerjasamakan dengan PTPN XI dan masyarakat setempat melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Kerja sama tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.81 Tahun 2016 tentang Kerjasama Penggunaan dan Pemanfaatan Kawasan Hutan Untuk Mendukung Ketahanan Pangan. ”Kerja sama ini bisa berkontribusi kepada pemerintah dalam pemanfaatan lahan hutan yang

Foto : Eko/Kompersh KPH Lawu DS

selama ini belum dimanfaatkan dengan optimal. Harapannya, dapat menguntungkan kedua belah pihak, yaitu PTPN XI bisa terpenuhi kapasitas bahan baku untuk produksinya dan Perhutani bisa sambil belajar berbisnis tebu sekaligus untuk meningkatkan pendapatan perusahaan,” katanya.

belajar dari masa lalu Lokasi lain yang menjadi tujuan kunjungan kerja Dirut saat itu adalah tempat Wana Wisata Srambang Park di kawasan hutan Perhutani KPH Lawu Ds. Lokasi Wana Wisata itu berada di Desa Manyul, Kecamayan Girimulyo, Kabupaten Ngawi. Di hari yang sama, Dirut Perhutani juga mengunjungi industri pabrik minyak kayu putih di Sukun Ponorogo.

Usai melihat langsung kegiatan industri non kayu tersebut, Wahyu Kuncoro yakin bahwa sektor industri non kayu akan mampu mendongkrak pendapatan perusahaan dengan sangat signifikan. “Mari belajar dari pengalaman masa lalu, kita bangun kembali industri Perhutani ke depan menjadi lebih baik. Kita kembangkan industri minyak kayu putih ini dengan mengkaji ulang perencanaannya dan kita hitung kembali secermat mungkin mengenai survey marketnya, persiapan on farm-nya. Bikin pabriknya gampang, punya uang kita beli teknologinya,” ucapnya.

Selama kunjungan kerja tersebut, Wahyu Kuncoro didampingi oleh Kepala Perhutani Divisi Regional Jawa Timur, Oman Suherman, beserta jajaran Divre Jawa Timur. Wilayah yang menjadi tujuan kunjungan tersebut antara lain Perhutani KPH Madiun, KPH Saradan, KPH Lawu Ds, dan KPH Ngawi.

Wana Wisata

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wanawisata

Foto : Eko/Kompersh KPH Lawu DS

Kita kembangkan industri minyak kayu putih ini dengan mengkaji ulang perencanaannya dan kita hitung kembali secermat mungkin mengenai survey market-nya, persiapan on farm-nya. Bikin pabriknya gampang, punya uang kita beli teknologinya,” ucap Wahyu Kuncoro.

merupakan wisata yang tujuan atau sasarannya adalah hutan. Menurut Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor 687/Kpts II/1989 Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat 1, "bahwa hutan wisata adalah kawasan hutan diperuntukkan secara khusus, dibina dan dipelihara guna kepentingan pariwisata dan wisata buru, yaitu hutan wisata yang memiliki keindahan alam dan ciri khas tersendiri sehingga dapat dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi dan budaya disebut Taman Wisata."

Wanawisata adalah sebuah tempat wisata alam dan buatan yang ada di daerah tertentu yang dipelihara dan dirawat secara khusus untuk kepentingan budaya dan pariwisata sehingga bermanfaat bagi para pengunjung wisata. Jadi,

Foto : Misbakhul Munir/Kompersh Divre Jatim

wana wisata merupakan kawasan hutan yang diperuntukkan secara khusus, dibina, dan dipelihara untuk kepentingan pariwisata.

Di Indonesia, potensi kawasan wana wisata sangat besar. Obyek tersebut tersebar di darat (dalam kawasan hutan konservasi) maupun di laut (dalam bentuk taman nasional laut). Potensi Wana wisata terdiri dari beberapa elemen penawaran wisata yang sering disebut sebagai Triple A`s, yang terdiri dari atraksi, aksesibilitas dan amenitas.

Atraksi terbagi menjadi beberapa yaitu buatan, alam dan budaya. Atraksi wisata terdiri dari potensi flora, fauna, bentang alam dan atraksi buatan berupa seni dan budaya masyarakat. Atraksi alam meliputi pemandangan

Amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan seperti bank, telekomunikasi, buku panduan wisata dan seni pertunjukan.

alam seperti danau Kelimutu atau Gunung Bromo. Atraksi budaya meliputi peninggalan sejarah seperti candi Prambanan, adat istiadat masyarakat semisal Pasar Terapung di Kalimantan. Aksesibilitas mencakup infrastruktur transportasi yang menghubungkan wisatawan “dari”, “ke” dan “selama di” daerah tujuan wisata. Amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan seperti bank, telekomunikasi, buku panduan wisata dan seni pertunjukan”.

Perhutani memiliki potensi wisata yang besar untuk dikembangkan. Potensi itu bisa menjadi salah satu hal yang dapat memberikan pendapatan bagi perusahaan. Begitu juga dengan besarnya potensi-potensi dari industri non kayu. Maka, langkah Perhutani untuk mengidentifikasi karakteristik wilayahnya dan berkreasi menggali potensi guna mencari terobosan sumber-sumber pendapatan baru yang masih ada di wilayah kerjanya kiranya sudah merupakan langkah yang on the

track. • DR/DivreJatim/Mnr/Tim Kompersh Kanpus

Perhutani KPH Pekalongan Timur Terus bangun Sinergi bersama Stakeholder

siapa pun tahu, membangun dan menjaga hutan tidak bisa dilakukan sendiri. kerja sama di antara para pemangku kepentingan harus selalu dikembangkan. dari kerja sama yang baik, akan lahir sinergi yang solid. ujung-ujungnya adalah harmoni yang indah untuk mewujudkan hutan lestari yang memberikan banyak manfaat bagi banyak orang. nah, seperti itulah yang selalu dan terus dibangun Perhutani kPh Pekalongan timur dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) setempat. antara lain dengan Polsek dan koramil reban batang serta masyarakat sekitar hutan.

Sinergi dan kerja sama itu ditunjukkan Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pekalongan Timur di hari Rabu, 29

Juli 2020. Ketika itu, para personel

Perhutani KPH Pekalongan Timur bersama Polsek dan Koramil Reban

Batang serta Masyarakat Peduli Api, mengadakan patroli gabungan.

Patroli Gabungan untuk mengantisipasi gangguan keamanan hutan serta kebakaran hutan dan lahan itu dilakukan di hutan Perhutani yang secara administratif termasuk wilayah

Kecamatan Reban, Kabupaten

Batang, Jawa Tengah.

Kegiatan patroli gabungan tersebut diikuti oleh 22 personel. Di antaranya adalah Asisten Perhutani (Asper) BKPH Bawang, Tulus. Ia hadir beserta jajaran Perhutani

BKPH Bawang, Kapolsek Reban

Iptu Suharsiyanto beserta anggota,

Komandan Koramil Reban Kapten (Inf) Sumargiono bersama jajaran, dan anggota Masyarakat Peduli Api wilayah Reban.

Kegiatan patroli gabungan tersebut juga untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran hutan atau gangguan keamanan hutan lainnya. Sasaran kegiatan tersebut adalah masyarakat sekitar hutan dan para penggarap lahan. Kepada mereka diberikan sosialisasi tentang antisipasi karhutla dan pencegahan illegal loging. Wilayah lingkup patroli petak hutan yang berbatasan dengan desa dan petak rawan gangguan keamanan hutan, yaitu dari petak hutan Resor Ngadirejo lanjut ke Resor Gerlang.

Di kesempatan itu, mewakili Administratur Perhutani KPH Pekalongan Timur, Tulus menyampaikan apresiasi kepada seluruh stakeholder, atas kepedulian dan kebersamaan mereka dalam menjaga keamanan hutan dan melakukan pencegahan kebakaran hutan dan lahan di wilayah Perhutani BKPH Bawang.

“Perhutani selalu berkoordinasi dengan instansi terkait, sehingga dalam kegiatan Perhutani selalu didukung dan dibantu oleh stakeholder dengan hubungan yang kompak dan harmonis,” ucap Tulus.

Sementara itu, Iptu Suharsiyanto menyampaikan, pihak Kepolisian Sektor Reban siap membantu Perhutani dalam kegiatan pengelolaan hutan, utamanya dalam antisipasi gangguan kamhut (keamanan hutan) dan pencegahan karhutla (kebakaran hutan dan lahan) dengan sosialisasi, patroli gabungan, dan kegiatan aksi.

Profil KPH

Perhutani KPH Pekalongan Timur adalah salah satu unit manajemen Perum Perhutani di wilayah Divisi Regional Jawa Tengah. Luas wilayah Perhutani KPH Pekalongan Timur adalah 52.793.67

Foto: Kompersh KPH Pekalongan Timur

Hektare. Luas wilayah itu meliputi kawasan hutan yang berada tiga kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, dan Kabupaten Pemalang. Berdasarkan hasil evaluasi tentang potensi sumber daya hutan tahun 2014, kawasan hutan Perhutani KPH Pekalongan Timur adalah Hutan Produksi (HP) seluas 3.577,56 Hektare (6,8%), Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 42.454,59 Hektare (80,4%), dan Hutan Lindung (HL) seluas 6.761.52 Hektare (12,8%).

Wilayah hutan Perhutani KPH Pekalongan Timur merupakan hutan produksi yang berdasarkan topografi terdiri dari lahan datar (0,40%), landai (9,40%), bergelombang (22,20%), agak curam (41,00%), dan curam 27,00%. Perhutani KPH Pekalongan Timur berada di ketinggian 0 sampai dengan 1.800 meter di atas permukaan laut (mdpl). Berdasarkan Geologi, kondisinya terdiri dari jenis batuan. Iklim di kawasan Perhutani KPH Pekalongan Timur termasuk tipe A, B dengan curah hujan sedang.

Kawasan hutan Perhutani KPH Pekalongan Timur memiliki tiga Bagian Hutan dengan kelas hutan Rimba dan jenis tanah tertentu. Pertama, Bagian Hutan Randudongkal, dengan jenis tanah: Latosal, Padsolik, Regosol, Grumosol. Kedua, Bagian Hutan

Foto: Kompersh KPH Pekalongan Timur

Paninggaran, dengan jenis tanah: Latosal, Padsolik, Regosol, Grumosol. Ketiga, Bagian Hutan Bandar, dengan jenis tanah: Latosal, Padsolik, Regosol, Grumosol.

Tujuh BKPH 28 RPH

Sedangkan kawasan hutan di KPH Pekalongan Timur diorganisasikan dalam 7 BKPH dan 28 RPH. Masing-masing RPH tersebut punya pelaksana lapangan untuk kegiatan tanaman, pemeliharaan, penjarangan, keamanan, penyadapan getah pinus, pembantu penyuluh/ sosial, pembantu lingkungan, dan tebangan (BKPH).

Ketujuh BKPH yang terdapat di wilayah Perhutani KPH Pekalongan Timur tersebut adalah Randudongkal, Kesesi, Paninggaran, Doro, Bandar dan Bawang. Luas BKPH Randudongkal adalah 8.850,75 Hektare, meliputi wilayah kerja RPH Bongas, RPH Bulakan, RPH Majalangu, RPH Watukumpu dan RPH Wisnu. BKPH Kesesi memiliki luas 7.766,30 Hektare, meliputi RPH Brondong, RPH Pedagung, RPH Pringsurat dan RPH Tambaksari. BKPH Paninggaran seluas 8.680,10 Hektare membawahi RPH Kandangserang, RPH Paninggaran, RPH Sigugur dan RPH Winduaji.

Sedangkan BKPH Karanganyar punya luas 7.091,09 Hektare, meliputi RPH Kapundutan, RPH Lebakbarang, RPH Pakuluran, dan RPH Rogoselo. Lalu BKPH Doro memiliki luas 7.683,33 Hektare, membawahi RPH Gumelem, RPH Jolotigo, RPH Lemahabang, dan RPH Tlogopakis. Sementara BKPH Bandar yang mempunyai luas 5.997,47 Hektare, meliputi RPH Sodong, RPH Tombo dan RPH Kembanglangit. Sedangkan BKPH Bawang memiliki luas 6.724,63 Hektare meliputi RPH Banteng, RPH Candigugur, RPH Gerlang dan RPH Ngadirejo. Selain itu, wilayah Perhutani KPH Pekalongan Timur juga meliputi alur seluas 478.57 Hektare.

Keseluruhan wilayah Perhutani KPH Pekalongan Timur itu diorganisasikan dengan mengedepankan semangat kerja sama dan membangun sinergi yang harmonis dengan seluruh pemangku kepentingan. • DR/Kom-Pht/

Div Jateng/ldk

This article is from: