10 minute read

Berdayakan LMDH untuk Kelola Wisata Bukit Hyangdora di Majalengka

Pengelolaan obyek wisata yang baik merupakan salah satu alternatif pendapatan besar dari sektor non kayu untuk Perhutani. selain sebagai sumber pendapatan, kelola wisata juga berpotensi mengoptimalisasi fungsi dan manfaat kawasan hutan. Juga untuk pembangunan wilayah desa hutan sesuai dinamika sosial masyarakat desa hutan. di dalam rangka peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan obyek wisata, Perhutani menjalin kerja sama dengan pihak lmdh.

Rabu, 5 Agustus 2020 menjadi hari penting di Wana Wisata Situs Cibaringkeng, Majalengka. Di hari itu,

Advertisement

Perhutani Kesatuan Pemangkuan

Hutan (KPH) Majalengka dan

Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Hyangdora melaksanakan penandatanganan Perjanjian Kerja

Sama (PKS) pengelolaan Wana

Wisata Bukit Hyangdora. Lokasi objek wisata seluas 7,70 Hektare ini berada di Petak 31a, 32a, 33e,

Resort Pemangkuan Hutan (RPH)

Leuwimunding, Bagian Kesatuan

Pemangkuan Hutan (BKPH)

Ciwaringin, KPH Majalengka.

Penandatanganan PKS tersebut dihadiri oleh Jajaran Perhutani KPH Majalengka, Pengurus LMDH Hyangdora, Kelompok Masyarakat Penggerak Pariwisata (Kompepar) dan jajaran pemerintahan Desa Leuwikujang, Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

Administratur Perhutani KPH Majalengka, Andi Mulya, mengatakan, maksud penandatanganan ini adalah dalam rangka optimalisasi fungsi dan manfaat kawasan hutan dengan melakukan kegiatan pengelolaan jasa lingkungan. Tujuannya untuk meningkatkan tanggung jawab dan peran para pihak terhadap keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya hutan dan menyelaraskan pengelolaan sumber daya hutan dengan pembangunan wilayah desa hutan sesuai dinamika sosial masyarakat desa hutan.

“Semoga kerja sama pengelolaan wisata ini akan meningkatkan pendapatan Perhutani sebagai BUMN sektor kehutanan dan juga dapat meningkatkan pendapatan LMDH, yang akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Kami berharap hak dan kewajiban para pihak dapat kita sepakati dan patuhi bersama,” paparnya. Sementara itu, Ketua LMDH Hyangdora, Taufik Arachmansyah, menyampaikan harapannya, dengan kerja sama pengelolaan wisata ini, pengelolaan hutan

menjadi aman, hijau, dan lestari, serta geliat ekonomi meningkat. “Dari sisi ekonomi, kegiatan pengelolaan wisata ini berdampak pada lajunya ekonomi masyarakat,” ungkapnya.

bukit Hyangdora

Bukit Hyangdora terletak di Desa Leuwikujang, Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Bukit ini memiliki ketinggian sekira 385 mdpl. Bukit Hyangdora bisa dijangkau menggunakan sepeda motor. Dari Kota Cirebon, perjalanan dengan sepeda motor dapat ditempuh dengan memakan waktu kurang lebih selama satu jam.

Bukit Hyangdora memiliki panorama pemandangan yang

Foto : Dodo RH/Kompersh KPH Majalengka

sangat indah. Di tempat tersebut, wisatawan bisa menikmati gugusan perbukitan yang memanjakan mata. Selain itu, pemandangan Gunung Ciremai yang berada di dekat lokasi Bukit Hyangdora juga menambah keeksotisan pemandangan di tempat tersebut.

Di tempat ini, para pelancong bisa menikmati pemandangan alam perbukitan yang masih asri dan

Foto : Dodo RH/Kompersh KPH Majalengka

sejuk. Selain itu, para wisatawan juga dapat mendirikan tenda untuk melakukan aktivitas berkemah di sana.

Situs cibaringkeng

Wana Wisata Situs Cibaringkeng tepatnya berada di tanah seluas 2,70 Hektare fungsi hutan HPT < 15 % Kelas Hutan KPS di Petak 31a dan 32a, wilayah RPH Leuwimunding, BKPH Ciwaringin, KPH Majalengka. LMDH Hyangdora masuk wilayah administratif Desa Leuwikujang, Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

Harga Tiket Masuk yang diterapkan di wana wisata ini cukup terjangkau. Tiket uji coba area wana wisata adalah Rp 2000, untuk anak–anak Rp 1.000. Aksesibilitas ke wana wisata ini juga tidak susah. Dari arah Majalengka-RajagaluhLeuwimunding, turun di Desa

Leuwikujang menuju lokasi dengan

jarak tempuh +⁄- 20 Km. Alternatif lain dapat menempuh jalur dari arah Cirebon-Rajagaluh, turun di Desa Leuwikujang jarak tempuh 24 Km.

Jalan menuju lokasi relatif mudah dengan menaiki angkot dan Elf dengan kondisi jalan hotmik sampai Desa Leuwikujang, namun agak sempit menuju ke lokasi karena merupakan jalan desa. Jarak ke lokasi dari sana +⁄- 2,5 km.

Fasilitas pendukung wisata pun telah hadir di wana wisata itu. Beberapa fasilitas pendukung yang sudah ada di kompleks wana wisata situs Cibaringkeng antara lain adalah tempat parkir untuk motor atau mobil yang terletak di dalam lokasi Cibaringkeng, warung dan tempat makan yang dikelola oleh warga, toilet, mushala, hiking track di perkebunan pinus, area bumi perkemahan. Dan di masa depan, area ini direncanakan akan dikembangkan menjadi wisata alam terpadu yang lengkap. Di dalam konteks itulah, kerja sama dengan LMDH menjadi sesuatu yang

penting. • DR/MJL/A/Tim Kompersh Kanpus

Pujasera "Cafe Djati" di Cepu Resmi dibuka

setiap potensi selalu menjanjikan peluang. selanjutnya adalah bagaimana memanfaatkan semaksimal mungkin setiap peluang yang ada. hal itu juga ditunjukkan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Perhutani di Cepu, yang melakukan optimalisasi aset sekaligus membantu peningkatan ekonomi masyarakat sekitar, dengan membuka sebuah Pusat Jajanan serba ada (Pujasera). seperti apa konkretnya?

ada hal yang berbeda di Kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Perhutani pada Selasa, 18 Agustus 2020. Di hari itu, jajaran Puslitbang Perhutani mengadakan acara Peresmian dan Pembukaan Pujasera (Pusat Jajanan Serba Ada) "Cafe Djati". Di kesempatan tersebut, turut hadir unsur Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Kasiman, antara lain Camat, Danramil, dan Kapolsek.

Pujasera "Cafe Djati" yang diresmikan itu bertempat di Kantor Puslitbang Perhutani, Cepu. Acara peresmian dan pembukaan Pujasera "Cafe Djati" diawali dengan pemotongan pita oleh Kepala Puslitbang, Yahya Amin. Pemotongan pita yang menandai resminya Pujasera itu dibuka lantas dilanjutkan pembukaan selubung papan nama ‘Cafe Djati’ yang ditandai dengan penarikan kain tabir oleh Camat Kasiman, Agus P.

Saat menyampaikan kata sambutan pembukaan Pujasera, Kepala Puslitbang Perhutani, Yahya Amin, mengucapkan selamat atas dibukanya "Cafe Djati". Yahya Amin menambahkan, pihaknya berharap, semoga dengan adanya "Cafe Djati", tidak hanya akan mengoptimalkan aset yang dimiliki Perhutani, namun juga dapat membantu ekonomi masyarakat Kasiman, Batokan, Sambeng, Sekaran, dan sekitarnya. Menurut dia juga, Cafe tersebut dibangun dengan tujuan untuk juga mengoptimalkan aset-aset yang ada di Puslitbang Perhutani.

“Kita nyatakan dibuka. Semoga sukses, laris manis, dan barokah,” ujar Yahya.

Di kesempatan yang sama, saat menyampaikan kata sambutan, Camat Kecamatan Kasiman, Agus P, mengatakan, pihaknya memberikan apresiasi kepada teman-teman Puslitbang Perhutani. Sebab, kehadiran Pujasera "Cafe Djati" itu setidaknya telah membantu memberikan lapangan kerja untuk masyarakat Kecamatan Kasiman. “Dengan adanya ‘Cafe Djati’ ini bisa meringankan beban kami. Kami tidak harus menertibkan pedagang depot pinggir-pinggir jalan, dari sisi higienis lokasi kebersihan di sini lebih terjamin, dan nantinya juga akan memudahkan saat penerimaan tamu Kecamatan ketika ada jamuan tamu. Saya berharap, Cafe Djati berkembang menjadi 'Cafe and Resto Djati' karena masih banyak fasilitas Puslitbang yang masih bisa dimanfaatkan lebih optimal,” jelas Agus.

Kehadiran Pujasera "Cafe Djati" memang memberi angin segar bagi warga sekitar. Para pedagang depot Pujasera makanan dan minuman tersebut umumnya berasal dari masyarakat sekitar Puslitbang Perhutani. Di antaranya dari Desa Batokan, Desa Sekaran, Desa Kasiman, dan Desa Sambeng. Pujasera menyediakan berbagai jajanan makanan dan minuman, antara lain nasi soto ayam, nasi

Foto: Harnoto/Kompersh Puslitbang Perhutani

Foto: Harnoto/Kompersh Puslitbang Perhutani

krawu, nasi goreng jagung, nasi goreng bersa, nasi ayam sambalan, dan menu makanan khas lainnya.

Tentang Puslitbang

Awalnya, Puslitbang Perum Perhutani merupakan Pusat Pengembangan Hutan, Pusat jati di Cepu, Jawa Tengah. Puslitbang Perhutani beralamat di Jalan Wonosari Batokan Tromol Pos 6, Cepu, Jawa Tengah. Puslitbang Perhutani dibangun atas dasar Keputusan Direksi nomor 3090/Kpts./Dir/1997 tanggal 29 September 1997. Pada awal diresmikannya pada 5 Februari 1998, lembaga itu dinamakan Pusat Jati (Teak Centre) dan bertujuan untuk Pengelolaan Tanaman Jati. Jadi, awal berdirinya, lembaga itu dipusatkan untuk penelitian dan pengembangan jati.

Kemudian, dalam perkembangannya pada pertengahan tahun 1999, namanya diubah menjadi Pusat Pengembangan Hutan (PUSBANGHUT) yang kegiatannya tidak hanya pengelolaan jati tetapi juga tanaman lainnya. Di tahun 2000, namanya diubah lagi menjadi Pusat Pengembangan Sumber Daya Hutan (PUSBANG SDH) dan tugasnya ditambah dengan pengelolaan lingkungan. Di tahun 2005 namanya diubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Perum Perhutani sampai dengan saat ini. Di dalam kegiatan sehari-hari, penelitian dan pengembangan di Puslitbang meliputi 4 aspek. Yaitu, sumber daya hutan; Lingkungan, Sosial, Ekonomi; Bioteknologi; dan Produksi, industri, pemasaran dan manajemen.

Kegiatannya antara lain meliputi dua aspek. Yaitu, melaksanakan hasil penelitian, serta memberi rekomendasi dan kritik yang membangun bagi atasan untuk mengatasi permasalahan yang timbul pada perusahaan guna mencapai tujuan pengelolaan hutan berkelanjutan.

Di Puslitbang, terdapat sarana dan prasarana, antara lain laboratorium dan plot-plot tanaman uji di kampus Puslitbang dan di beberapa wilayah kerja di Perhutani. Luas kampus Puslitbang adalah 16,91 hektare, terdiri dari zonasi gedung kantor dan laboratorium seluas 5,65 hektare, persemaian seluas 2,35 hektare, kebun pangkas seluas 2,54 hektare, arboretum seluas 6,37 hektare.

Puslitbang juga memiliki Pusat Pinus. Pusat Pinus Puslitbang berlokasi di Baturraden. Juga ada Laboratorium Genetika yang terdiri dari Laboratorium Genetika Molekuler, Laboratorium Biologi Seluler, dan Laboratorium Kultur Jaringan. Di Puslitbang ada Laboratorium Benih yang merupakan tempat untuk memroses hasil panen benih, menyimpannya, dan menguji mutu benih hingga benih siap untuk didistribusikan ke pengguna. Laboratorium Mikrobiologi Hama dan penyakit. Laboratorium ini berfungsi untuk mengidentifikasi hasil-hasil penelitian berupa mikrobia tanah, hama dan penyakit untuk diuji lanjut bagi keperluan penelitian. Juga terdapat Kebun Pangkas Jati.

Kebun Pangkas merupakan pertanaman yang dibangun dengan asal materi vegetatif dari indukan pohon plus dengan tujuan untuk menyediakan materi stek (pucuk). Kebun pangkas Puslitbang dibangun sejak tahun 1997 dengan luasan 2,54 hektare, meliputi kebun pangkas untuk mengamankan materi genetik 1,9 hektare, berisi 307 klon pohon plus dan kebun pangkas untuk

diproduksi 0,64 hektare. Kapasitas produksi kebun pangkas mencapai 650.000 bibit per tahun. Persemaian. Lokasi persemaian Puslitbang dengan luas 2,35

hektare berkapasitas menampung 1.000.000 plances merupakan tempat untuk mendewasakan bibitbibit sampai bibit siap tanam. Bibit dipelihara selama +⁄- 2 (dua) minggu di bawah naungan (shading area), dan 1 - 2 bulan di open area sebelum didistribusikan ke lokasi-lokasi penanaman.

Arboretum Jati. Arboretum dibangun seluas 2,06 hektare berisi 42 varietas jati, berasal dari 31 varietas jati lokal dan 11 varietas jati luar negeri. Asosiasi jati meliputi luasan 4,31 hektare, berisi jenis-jenis tanaman non jati yang dapat hidup bersamaan dengan jati di lapangan.

Bank Klon Jati. Bank klon dibangun tahun 1983, berasal dari materi vegetatif asal pohon plus jati, bertujuan menyimpan salinannya, luas total 23,4 hektare berlokasi di Cepu (Blora), Randublatung (Blora), Kendal, Bojonegoro, Parengan, Saradan dan Ciamis. Ada lagi aset Perhutani di bawah Puslitbang, yaitu Kebun Benih Klon (KBK) Jati, yang merupakan kebun benih yang dibangun melalui cara vegetatif (bud grafting) asal materi indukan dari pohon plus dengan maksud untuk menghasilkan benih. KBK dibangun dalam kurun 1983 – 2011 dengan luas total 1.422,9 hektare, terdiri dari KBK Sekaran di KPH Cepu seluas 600,6 Hektare; KBK Randublatung di KPH Randublatung seluas 172 Hektare; dan KBK Padangan di KPH Padangan seluas 650,30 Hektare.

Kebun Benih Semai (KBS) Pinus. Di antaranya Kebun Benih Klon Semai merupakan kebun benih yang dibangun untuk menghasilkan benih pinus. KBS dibangun sejak tahun 2009 dengan luas total 287,4 hektare, terdiri dari KBS Cijambu di KPH Sumedang seluas 75 Hektare, KBS Baturraden di KPH Banyumas Timur seluas 116,4 Hektare, KBS Sempolan di KPH Jember seluas 966 Hektare.

Kebun Benih Uji Keturunan (KBUK) Kayu Putih. Kebun Benih Uji Keturunan Kayu Putih merupakan kebun benih yang dibangun dengan tujuan khusus untuk meningkatkan produktifitas kayu putih yaitu dengan melakukan upaya pemuliaan kayu putih dan mengkaji perolehan individu dengan rendemen yang tinggi dengan kadar sineol yang tinggi pula. KBUK dibangun sejak tahun 2001 dengan luas total 3,7 hektare, terdiri dari KBUK Cepu seluas 0,7 Hektare; KBUK Madiun seluas 1,5 Hektare; KBUK Gundih seluas 1,5 Hektare

Konsep Pujasera

Pujasera yang kini dikembangkan di Puslitbang Perhutani, merupakan kependekan dari Pusat Jajanan Serba Ada. Di dalam Bahasa Inggris, ia disebut food court, atau di Asia Pasifik juga disebut food hall. Pujasera adalah sebuah tempat makan yang terdiri dari gerai-gerai (counters) makanan

Produk-produk yang ditawarkan adalah produkproduk siap saji (maksimal 10-15 menit untuk proses produksi dan penyajian). Biasanya pujasera lebih banyak berada di mal-mal yang ramai dan di area perkantoran yang para pengunjungnya punya waktu terbatas.

yang menawarkan aneka menu yang variatif.

Pujasera merupakan area makan yang terbuka, bersifat informal, dan biasanya berada di mal, pusat perbelanjaan, perkantoran, universitas, atau sekolah modern. Pemilik gedung biasanya memekerjakan beberapa orang untuk mengelola dan menjalankan pujasera di gedung miliknya. Di dalam pengelolaan pujasera ini, pemilik gedung dapat juga memberikan penawaran kepada sebuah perusahaan pengelolaan properti atau pengelola acara (event organizer) yang berpengalaman dalam mengelola pujasera.

Terdapat beberapa konsep dalam mengelola pujasera, yaitu konsep "makanan cepat saji" dan konsep "pesan di meja makan". Konsep "makanan cepat saji" adalah suatu konsep yang mengarahkan para pengunjung untuk langsung memesan makanan atau minuman di gerai-gerai yang siap melayani mereka. Produk-produk yang ditawarkan adalah produk-produk siap saji (maksimal 10-15 menit untuk proses produksi dan penyajian). Biasanya pujasera lebih banyak berada di mal-mal yang ramai dan di area perkantoran yang para pengunjungnya punya waktu terbatas.

Konsep "pesan di meja makan" adalah suatu konsep yang memanjakan para pengunjung dengan pelayanan seperti di restoran. Pramusaji (waiter) yang disediakan siap melayani pesanan pengunjung dengan cepat dan ramah. Produk-produk yang disajikan juga terkadang membutuhkan waktu yang lama dalam proses produksi hingga penyajian. Biasanya pujasera dengan konsep ini berada di mal-

mal yang dinamis. • DR/Puslitbang/HRT/Tim

Kompersh Kanpus

This article is from: