5 minute read

Cermin Keluhuran Budaya Bangsa

“Grebek Suro” di Pantai Serang, Blitar Cermin Keluhuran Budaya Bangsa

Bangsa Indonesia sudah dikenal di seluruh pelosok dunia sebagai bangsa yang memiliki keluhuran budaya dan betapa tingginya filosofi yang terkandung di dalam budaya Indonesia. Salah satu wujud budaya luhur itu adalah tradisi, perayaan-perayaan tertentu, filosofi, budi pekerti, dan etika. hal itu pun tercermin dari Perayaan Grebek Suro di kawasan wisata Pantai Serang, Blitar. Tahun ini, perayaan “Grebek Suro” diselenggarakan saat masih di tengah situasi pandemi Covid-19. Sehingga, protokol kesehatan tetap dijalankan. Seperti apa pelaksanaannya?

Advertisement

Perayaan "Grebek Suro" di tahun ini dilakukan dengan cara berbeda dibandingkan tahuntahun sebelumnya.

Sebab, Grebek Suro tahun ini dirayakan saat masih dalam situasi wabah pandemi Covid-19. Sehingga, serangkaian protokol kesehatan tetap harus dijalankan. Hal itu terlihat pada Jumat, 21 Agustus 2020.

Di hari itu, Administratur

Perhutani Kesatuan Pemangkuan

Hutan (KPH) Blitar, Teguh Jati

Waluyo, mendampingi Bupati Blitar,

H Rijanto, saat melakukan upacara "Sesaji Grebek Suro" di kawasan wisata Pantai Serang, Blitar.

Tepatnya, Pantai Serang berada di Petak 59d KPH Blitar. Secara administratif, Pantai Serang masuk wilayah Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. “Grebek Suro merupakan wujud nyata rasa syukur masyarakat akan nilai-nilai budaya dengan kearifan lokal melakukan larung sesaji di Pantai Serang, dengan tujuan mengharapkan lindungan Allah SWT dalam mengelola Pantai Serang,” ujar Teguh Jati Waluyo.

Menurut Teguh, kearifan lokal berupa larung sesaji yang dilakukan di Pantai Serang itu merupakan satu bentuk kegiatan faktual yang berada di hutan lindung. Sehingga, aktivitas yang punya nilai wisata tinggi tersebut sangat bermanfaat pada lingkungan Perhutani KPH Blitar. “Selain pengembangan bidang wisata, di lokasi tersebut sudah diperbanyak kegiatan pengayaan tanaman pelindung mata air yang dikerjasamakan dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Blitar Desa Serang,” tambah Teguh.

Di kesempatan yang sama, Bupati Blitar, H. Rijanto, mengatakan, hubungan antara Perhutani dengan Pemerintah Kabupaten Blitar selama ini sudah berjalan dengan sangat bagus. Sehingga, setiap event daerah yang diselenggarakan dengan lokasi di wilayah Perhutani bisa dilaksanakan dengan lancar, baik, dan sukses. Termasuk perayaan Grebek Suro yang tahun tetap dapat dilakukan

Foto : Kompersh KPH Blitar

Foto : Foto : Kompersh KPH Blitar

kendati dengan sederhana dan dipagari protokol kesehatan.

“Pada acara Sesaji Suro ini, meskipun dilaksanakan dengan sederhana, tetapi tetap sangat berbobot dan berkualitas. Semua unsur kompak. Baik Forkopimda, Pemerintah Desa, Pokdarwis, LMDH, dan Perhutani,” katanya.

Rijanto pun menegaskan, pihaknya akan terus menjalin kerja sama yang harmonis dengan Perum Perhutani KPH Blitar. “Saya merencanakan, dalam waktu dekat ini di sekitar Pantai Serang akan diadakan penanaman pohon untuk tujuan pengayaan tanaman,” tutupnya.

Sedekah Laut

Di kalangan warga pesisir yang tinggal di Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, tradisi Larung Sesaji merupakan ritual budaya yang terus terus dilestarikan. Tradisi itu secara turun temurun diyakini sebagai upaya masyarakat untuk mensyukuri nikmat Tuhan berupa

Di dalam ritual budaya Sedekah Laut, masyarakat Desa Serang menggelar kirab tumpeng dan sesaji. Kemudian, tumpeng dan sesaji tersebut diarak keliling kampung. Setelah diarak, selanjutnya tumpeng dan sesaji tersebut dibawa ke tengah laut dengan diiringi puluhan perahu nelayan.

kekayaan alam dan keragaman binatang laut.

Di dalam ritual budaya Sedekah Laut, masyarakat Desa Serang menggelar kirab tumpeng dan sesaji. Kemudian, tumpeng dan sesaji tersebut diarak keliling kampung. Setelah diarak, selanjutnya tumpeng dan sesaji tersebut dibawa ke tengah laut dengan diiringi puluhan perahu nelayan. Di tengah laut, mereka melakukan Larung Sesaji.

Jadi, tumpeng dan sesaji itu lalu dilarungkan di tengah laut. Diiringi gamelan dan tembang Jawa, sesaji yang terdiri dari tiga gunungan masing-masing gunungan lanang (laki-laki), gunungan wadon (perempuan), serta gunungan hasil bumi berisi buah dan sayur, itu dilarungkan ke laut. Larung Sesaji itu sendiri merupakan agenda tahunan di Pantai Serang, yang dilakukan untuk memeringati datangnya bulan Suro sekaligus Tahun Baru Islam (Hijriyah). Di dalam penanggalan sistem kalender Jawa, bulan Suro adalah bulan pertama. Di sistem kalender Hijriyah, bulan pertama adalah Muharram.

Bupati Blitar, Rijanto, berharap tradisi ini terus dilestarikan. Selain sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan, diharapkan dengan dilaksanakannya tradisi ini dapat mendongkrak sektor wisata khususnya Pantai Serang. Sebab, Pantai Serang punya potensi wisata yang besar.

Foto : Foto : Kompersh KPH Blitar

"Ini adalah tradisi yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun, turun temurun. Di pantai selatan sejak dulu selalu dilakukan upacara tradisional larung sesaji. Di era modern, kita maknai hal ini sebagai sesuatu yang positif, yaitu untuk bersyukur atas kuasa Tuhan serta dapat sekaligus mempromosikan wisata dan budaya Kabupaten Blitar," ucap Bupati Rijanto.

Ritual larung sesaji ini menjadi agenda tahunan yang rutin dilakukan. Menurut Kepala Desa Serang, Dwi Handoko, selain diyakini akan mendatangkan berkah bagi warga yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, acara ini terbukti mampu mendongkrak sektor wisata di pesisir Blitar Selatan. Khususnya di Pantai Serang yang sebelumnya lesu pengunjung. "Ini adalah agenda rutin kami yang dikemas dalam Festival Serang. Selain larung sesaji, kami juga menggelar berbagai event lainnya seperti lomba patung pasir, lomba layang-layang, festival jazz, dan pelepasan tukik," katanya.

Di Pesisir Samudera Hindia

Pantai Serang merupakan pantai yang terletak di pesisir Samudra Hindia. Pantai Serang tepatnya berada di Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar. Jaraknya kurang lebih 45 Km arah barat daya Kota Blitar. Sebagai pantai selatan, sama seperti kebanyakan pantai di Blitar, Pantai Serang juga menjadi pantai yang dipakai untuk ritual tradisional Larung Sesaji setiap tanggal 1 Suro.

Pantai Serang sendiri merupakan satu kompleks pantai yang terdiri dari 3 kawasan. Pantai itu memiliki hamparan pasir putih yang landai dengan ombak yang tidak begitu deras. Dahulu, di sekitar pantai ini dipenuhi oleh batu-batuan putih yang indah. Warga sekitar menyebut batu-batu tersebut dengan sebutan batu Lintang

karena model batunya yang putih berkilauan.

Sebenarnya ada 3 pantai yang terdapat dalam kompleks kawasan wisata ini. Selain pantai utama tempat diadakannya upacara larung sesaji, jika kita menelusuri jalan setapak yang melintasi bukit di sebelah barat, maka kita akan sampai pada pantai kedua. Pantai kedua ini juga menarik, dengan hamparan pasir putih yang tidak terlalu luas jika dibandingkan dengan pantai yang pertama.

Jika perjalanan diteruskan dengan menyusuri jalan setapak ke arah barat, maka setelah mendaki bukit yang tidak terlalu terjal, maka kita akan sampai pada pantai ketiga. Pantai ketiga ini merupakan pantai yang paling luas di antara pantai-pantai sebelumnya. Pantai ketiga itu pun menarik, dengan hamparan pasir putih yang indah dengan jarak lebih dari 5 km yang landai dengan ombak yang tidak begitu deras.

Nah, dengan pemandangan alam yang indah dan menarik itu, wisatawan dapat datang dan merasakan relaksasi kendati bukan di tanggal 1 Suro. Tetapi, untuk wisatawan yang tertarik mengikuti tradisi yang mencerminkan betapa luhur tradisi warisan budaya bangsa kita, Acara Grebek Suro perlu

menjadi salah satu agenda untuk dihadiri. • DR/Btr/Ag

This article is from: