Purakasastra edisi #3

Page 1

Sastra kabarkan Segala

1


Kata Pengantar CATATAN ANOMALI

LENTERASASTRA

KAJIANSASTRA

KOMUNITASSASTRA

PARASASTRA

KAJIANSASTRA

PUISI

INFOSASTRA

CERITA RAKYAT

PUISI 2


INFOSASTRA

LENTERASASTRA

CERPEN

PUISI

KAJIANSASTRA

KOMUNITASASTRA

LIPUTAN KHUSUS

PUISI

CERPEN

PUISI

PUISI

KAJIAN SASTRA

3


KATA PENGANTAR

Sahabat Sastra, Edisi Ketiga Majalah Pusakasastra telah hadir di hadapan Anda. Tema yang diusung kali ini adalah Sastra Cyber. Kehadiran dunia cyber telah memberikan rangsangan imajinatif dalam bingkai kesusastraan. Kian hari, urusan sastra, semakin mengalami reinterpretasi. Dunia cyber seolah-olah menjadi pemicu dan pemacu, atas lahirnya penulispenulis sastra dengan wajah baru. Lantas, dunia cyber menjadi ruang terbuka, bagi setiap jiwa untuk berekspresi, realisasi bakat, mengkristalkan imajinasinya dalam bentuk tulisan sastra. Kajian sastra, puisi, cerpen, informasi sastra, artikel, yang kami tampilkan dalam edisi ini, begitu menakjubkan. Ulasan demi ulasan menyuguhkan makna mendalam soal pergumulan identitas manusia dan segala dimensi keberadaannya. Pertanyaan-pertanyaan soal gairah sastra, barangkali telah termaktub dalam setiap tulisan yang ada. Penasaran anda akan segera terjawab. Salam Sastra,

Redaksi

4


Redaksi Pemimpin Umum Pemred Wapemred Redaktur Pelaksana Waredpel

: : : : :

Manaek Sinaga Rizal Ricky Richard Sehajun Irfan Purnama Muhammad Ridwan Kholis

HUBUNGI KAMI : redaksipurakasastra@ gmail.com / 0897 925 8669

EDITOR : Sindi Violinda Heti Nuraisah Ricky Richard Sehajun Elfridus Silman Dewan Redaksi:

Desain & Artistik

Irfan Purnama Martono Loekito

Adi septa suganda Ade junita Dian rusdi Yessy oktaviani Nurul latifa Dianie apnialis M Elfridus silman Alfian nawawi Israwati samad Kisnawati Itur yualistik Enung karwati Syaihun nafahad Bonifasius asvian Riska hermawati Ellyas rawamaju Nilam 5


CATATAN ANOMALI

Oleh : Ricky Richard Sehajun

Manusia kian berubah. Seperti alunan air menembus batas cadas. Menari lenggok, menyertakan riak. Memberi percik. Begitulah. Eksistensinya dinamis. Tetapi ada yang tidak berubah. Itu adalah esensi kemanusiaan manusia. Seiring kedinamisan eksistensi manusia, peta sastra ikut bergerak. Pola pergerakan beranjak dari beranda totalitas akal budi yang gegap berziarah menuju hal-hal baru. Untuk sebuah kebaruan, manusia di hadapkan pada lingkup penafsiran berbeda. Perbedaan menghadirkan dialog dalam ruang rasionalitas yang diperkuat retorika bahasa dengan sentuhan logika sistematis. Karena itu, mentalitas kemarahan irasional sangat menciderai sistem dialog rasionalitas. Pejabat pernah menunjukan pencideraan tersebut, sehingga menyembulkan keputusan rancu. Ambigu. Benar-benar menggelisahkan. Bahasa sebagai celoteh kebenaran kian buram. Adalah esensi beserta eksistensi bahasa dipertaruhkan dalam tata ruang rasionalitas. Ia menjelma menjadi medium mutlak. Menghubungkan pikiran satu dengan yang lainnya. Dibuat lekat-merapat. Intim. Dari dialog antar pikiran, harus memproduksi keputusan yang mengindahkan nilai kemanusiaan. Penataan skenario rasional wajib mengedepankan perlindungan sekaligus penghargaan atas hak asasi manusia. Membangun pola pengertian yang rasional. Merancang keharmonisan yang dilandasi perasaan senasib, sepenanggungan. Demikianlah bahasa tampil memecahkan kebuntuan tak saling mengerti. Ini juga berlaku untuk Bahasa Indonesia.

6


CATATAN ANOMALI Bahasa Indonesia tampil mendobrak. Ia mengarak manusia Indonesia dalam panggung saling mengerti. Tengoklah. Indonesia memiliki banyak bahasa daerah. Beratus-ratus macam. Dianggap sebagai kekayaan budaya bangsa. Manusia Indonesia berkontemplasi, “Tatkala orang menggunakan bahasa daerah masingmasing, akan terjadi festival kebingungan mengerikan.Terkecuali digunakan pada lingkup daerah dan konteks tertentu.� Penemuan refleksi tersebut melahirkan idealisme baru. Bahwasanya, harus ada bahasa yang mempersatukan seluruh bahasa. Itulah bahasa Indonesia. Suatu bahasa yang sangat dibanggakan. Bangga, sebab lahir dari pergelutan nurani bangsa di bawah tekanan penjajah asing. Karena itu, bahasa Indonesia menjadi cetusan semangat kemerdekaan. Ia muncul dari kungkungan belukar bahasa asing. Menghirup udara kebebasan. Manusia Indonesia lantas bebas bicara dengan bahasa yang satu. Sejarahnya, putra-putri Indonesia pernah dijajah oleh bangsa lain. Baik fisik maupun ideologi. Bahasa Indonesia secara cemerlang menyatukan umat bumi Indonesia dari perspektif bahasa. Tanggal 28 Oktober 1928, Sumpah Pemuda berikrar. Tanda goresan saksi sejarah, soal waktu pengukuhan kesatuan bahasa. Putra-putri Indonesia bergema lantang berucap sumpah. Sebagai bukti, ditaruhkan tinta di atas kertas. Ikrar sumpah adalah kristalisasi perjuangan bangsa untuk menegaskan identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Putra-putri Indonesia menjadi pemenang festival atas bahasanya sendiri. Ia tidak lagi dikelabui bahasa asing. Identitas, beserta harga diri bangsa dipertaruhkan dalam bahasa Indonesia. Manusia Indonesia tidak lagi ingin dikorupsi ideologi bahasanya. Apalagi diberi struktur politik “Adu Domba�. Indonesia menolak. Tegas menyatakan TIDAK atas perendahan martabat Bangsa dan nilai bahasa Indonesia. Bukan bermaksud, tidak boleh belajar bahasa asing. Tetapi memberi ruang pengertian soal konteks penggunaan, sejarah dan pergulatan bahasa.

Siapa menyangka, penggunaaan bahasa asing dinilai sebagai ruang perenggutan mentalitas kemerdekaan Indonesia dari lingkup bahasa? Barangkali ada persepsi keliru dalam ranah bahasa. Bahwasannya, menggunakan bahasa asing di negeri sendiri adalah cemerlang. Dan karenanya, patut digembirakan. Kita amnesia mengenai sejarah bangsa. Bukankah penggunaan bahasa asing disinyalir sebagai bentuk imperialism terhadap bahasa Indonesia? Bahasa asing telah menjajah logika berpikir manusia Indonesia. Tetapi banyak orang yang tidak disentuh oleh kesadaran soal sejarah bangsa. Yang pada gilirannya menentang cara berpikir seperti ini. Bangga menggunakan bahasa asing berarti bangga menjadi manusia yang dijajah. RED/ Ricky Richard Sehajun

7


LENTERA SASTRA

Menulis karya sastra yang berpengaruh bagi pembaca di internet merupakan kesulitan terbesar bagi siapa pun penggiat sastra cyber. Melalui karya-karya yang berpengaruh itulah, pembaca seperti terbius dan memberi persetujuan atas apa yang dituliskan. Sebuah karya sastra yang berpengaruh bagi pembaca internet, memiliki makna tulisan itu “rajin dikunjungi,� dibaca dan akhirnya disukai banyak orang. Jika seorang penggiat sastra cyber di blog, website, jurnal, sosial media dan apa pun bentuknya, sudah memiliki karya berpengaruh, pembaca akan selalu kembali datang kepadanya untuk mendapatkan segala karya terbaru dari situs tempatnya berkarya. Lebih jauh lagi kepercayaan pembaca terhadapnya akan semakin meningkat.

Seorang pegiat sastra yang berkutat di media cetak (buku, koran, majalah dan sebagainya) sangat membutuhkan pengakuan dari penikmatnya. Bagaimana dengan pegiat sastra cyber? Internet begitu kompleks dan komplit. Sebuah karya yang bagus akan dibaca dan disukai, manakala karya itu sama sekali “tidak ditemukan� oleh para pengguna internet. Karena sastra cyber berada di internet, maka pesastra cyber pun harus mengetahui banyak hal tentang karakter pengguna internet. Berbeda dengan pembaca buku atau novel, yang biasanya menempatkan waktu khusus puluhan jam untuk menikmati sebuah sajian karya. Jika konten blog anda berupa tulisan, maka anda akan membutuhkan pembaca bukan? Jika blog anda masih dalam tahap berkembang, tentu artikel yang bisa mempengaruhi pembaca akan mempercepat perkembangan blog anda. Pembaca sangat suka dengan sebuah tulisan yang memberi nilai lebih.

8


LENTERA SASTRA

Belajar SEO SEO (Search Engine Optimization) adalah suatu cara atau teknik untuk membuat situs atau blog kita, berada pada halaman/posisi satu di mesin pencarian (search engine) seperti : •Google < http://www.google.com >, •Bing< http://www.bing.com >, •dan Yahoo< http://www.yahoo.com >. Pengertian dari SEO, sesunguhnya sangat luas. Tetapi semuanya mencakup hal yang sama yaitu mengoptimisasi suatu halaman website/ blog, agar berada pada halaman/posisi satu di search engine dengan kata kunci yang ditarget. Agar semakin banyak pembaca karya sastra di situs anda, maka satu-satunya cara adalah anda harus belajar SEO. Tentu saja setelah SEO, anda perlu meyakinkan pembaca mengenai tulisan yang anda buat. Keunggulan internet adalah anda tidak perlu menjadi ahli untuk bisa menjadi “berpengaruh” di dunia online. Anda hanya memerlukan untuk kesan masuk akal tentang karya anda. Lantaran, situs anda berada di halaman utama pencarian. Sebagai contoh, anda mempunyai sebuah puisi berjudul “Puisi Satu”. Kemudian, anda optimasi halaman artikel tersebut dengan teknik SEO yang digunakan, dengan menargetkan kata kunci “puisi satu”. Setelah dioptimasi dengan baik, halaman tersebut dapat ranking satu dengan kata kunci yang anda target. Bisa jadi, hasilnya adalah bukan hanya penggemar puisi yang menemukan anda, namun juga yang bukan penikmat sastra sekalipun. Setiap kali jari jemari para user mengetik sesuatu di mesin pencari “Google” dan “Yahoo”, pastikan ada saja user yang akan segera menuju situs anda. Mau tidak mau, situs yang memuat karya anda, harus selalu berada di halaman pertama mesin pencari. Di sinilah bedanya seorang pesastra cyber murni, yang belum punya nama besar sekelas Acep Zamzam Noor. Seorang Acep tidak perlu belajar SEO, karena memang nama dan karyanya selalu dicari orang-orang setiap saat. Di dunia maya maupun dunia nyata. Alhasil, blog milik seorang Acep senantiasa berada di halaman pertama karena keuntungan tersendiri itu. 9


LENTERA SASTRA

Riset, Interaksi dan Tampilan Situs Pembaca kebanyakan menyukai konten yang memberi manfaat. Mereka tidak suka membuang waktu percuma, untuk membaca cerpen atau menonton video pembacaan puisi, yang bagi mereka biasa-biasa saja. Jika bertemu dengan pembaca semacam itu, tidak ada jalan lain. Anda harus bisa membuka ruang interaksi yang luwes dengan siapa pun. Selain membuat tulisan yang menarik, juga harus membuat tampilan situs yang menarik. Alasanya, ketika pengunjung datang mereka merasa nyaman untuk membacanya. Di internet banyak tutorial blog dan website, yang bisa memandu dalam menemukan dan memasang template dengan desain cantik dan menarik. Tujuannya adalah agar situs anda tidak menjemukan dipandang mata. Seorang pesastra cyber, yang mengelola sendiri situsnya, seperti blog pribadi, harus menggunakan ukuran font dan jenis font yang indah. Misalnya, anda dan penikmat tulisan, merasa nyaman jika menggunakan ukuran font 16px dan jenis tulisan helvetica pada blog. Jadi pembaca blog anda akan merasa lebih nyaman menikmati sajian karya anda. Untuk menambah kenyamanan lagi, atur jarak perbaris tulisan. Misalnya, line heightnya 24px untuk font 16px (ini tergantung jenis font). Bagaimana mengetahui selera pembaca anda? Tentu saja melalui riset. Riset mengenai kecenderungan pembaca, bisa diketahui melalui riset kecil-kecilan dalam interaksi virtual. Anda harus rajin membalas komentar mereka. Baik di blog, website, maupun di sosial media. Pembaca karya anda adalah penggemar anda. Mereka harus direspon dengan baik dan santun.

Konsistensi Menulis di Internet Seperti halnya menulis dalam kehidupan nyata, konsistensi merupakan bumbu utama dalam meraih kesuksesan menulis. Apalagi dalam dunia maya, frekuensi anda memuat tulisan juga dapat berakibat kepada banyak atau tidaknya pengunjung blog, situs, atau media sosial anda. Pastikan anda selalu memiliki gairah dan semangat yang selalu terjaga utuk menulis, terlepas dari segala macam kesibukan di dunia nyata. Mengatur tema dan subyek tulisan dapat membantu anda untuk menghindari kejenuhan yang dapat menurunkan semangat menulis anda. Pastikan anda tidak juga terlalu terburu-buru untuk memasukkan ide tulisan kedalam blog, situs atau medsos anda. 10


LENTERA SASTRA

Lakukanlah kunjungan balik kepada para penulis lain dan pembaca anda yang juga memiliki blog, situs atau media sosial tempat mereka memajang karyanya. Siapa tahu anda juga bisa mendapatkan inspirasi segar saat membacanya. Istilahnya adalah Blogwalking, selain untuk meningkatkan trafik blog masingmasing, hal ini juga dapat menjalin silaturahmi sesama blogger.

Bagaimana cara agar penggemar konten sastra mengetahui keberadaan anda dan karya anda? Tidak ada pilihan lain. Anda harus menemukan mereka di media sosial, komunitas blogger, dan tempat-tempat lainnya. Dibutuhkan sedikit kreatifitas agar anda berkenalan dengan mereka. Pada akhirnya, mereka sudi datang ke situs anda dan bercengkerama dengan karya-karya anda. Sebagaimana penggiat pemberi informasi lainnya di internet, maka seorang pesastra cyber, harus mempelajari dan mengetahui juga pengetahuan, seperti tips dan tutorial blog, tutorial website, SEO, dan semacamnya. Memilih sastra cyber berarti memilih menguasai pengetahuan teknis seputar internet. RED/Alfian Nawawi

JANGAN BIARKAN BEBEK INI MENJADI LEBIH TERKENAL DARI PRODUK ANDA‌ PEMASANGAN IKLAN : 0897 925 8669 (RIZAL)

11


KAJIAN SASTRA

Sastra telah merambah dunia teknologi komunikasi dengan berbagai situs-situs yang kian canggih. Misalkan; blog, Facebook, Twitter, dll. Jejaring sosial tersebut dapat dimanfaatkan sebagai wadah publikasi dan belajar bagi para penggiat beserta penikmat sastra. Lihat saja, Fecebook memiliki banyak grup yang bergelut dalam bidang sastra. Grup “Ruang imajinasi, pengungkapan RASA dan kreatif bermain kata-kata� merupakan salah satu grup yang bergerak dalam bidang sastra yang memperkenalkan beberapa Puisi Pasca Kontemporer. Salah satu puisi yang diangkat pada tulisan ini adalah Puisi Rischjun. Puisi Rischjun adalah salah satu bentuk puisi pasca kontemporer yang terbilang sangat baru. Berikut kami sajikan, penjelasan mengenai Puisi Puisi Rischjun.

Puisi Rischjun termasuk puisi pasca Kontemporer. Pasca, secara harafiah disamakan dengan kata setelah. Kontemporer dimengerti sebagai masa kekinian atau sekarang. Maka, menyebut pasca Kontemporer, logika pikiran kita diarahkan pada definisi masa setelah kekinian atau setelah sekarang. Dalam lingkup puisi, Pasca Kontemporer tidak dimengerti demikian. Ia bukan dimengerti secara future time ( waktu / masa mendatang). Tidak dimengerti sebagai masa setelah sekarang. Ia juga bukan sebuah masa orientasi yang berada di depan. Puisi pasca Kontemporer dimengerti sebagai antithesis dari puisi Kontemporer. Semacam auto-kritik sekaligus memberi catatan baru atas dimensi kebebasan puisi kontemporer. Sejatinya, Puisi Pasca Kontemporer lahir dari sebuah cara berpikir kritis mengenai kekurangan-nyamanan atas struktur puisi kontemporer. Puisi pasca Kontemporer hadir untuk mengingatkan kembali berkenaan dengan tekanan pola puisi yang menyertakan rima teratur, ketat dan terstruktur. Puisi Rischjun ini, hanya salah satu dari puisi aliran Pasca Kontemporer. Puisi Rishjun memiliki dua macam yakni Rischjun sempurna dan tidak sempurna.

12


KAJIAN SASTRA Puisi Rischjun memiliki dua kata sebagai judul. Judul puisi punya rima akhir a-a. Setiap larik empat kata. Setiap kata dalam satu larik memiliki rima yang sama yakni a-a-a-a. Lain kata, setiap kata dalam satu larik memiliki akhiran (huruf) yang sama. Setiap bait terdiri dari empat baris. Rima akhir setiap bait menggunakan rima silang (a-b-a-b). Setiap kata depan (awalan) yang ditulis bersambung masih dianggap sebagai satu kata dengan yang mengikutinya. Contoh : Baju Berdebu Baju baruku berdebu kelabu (1) Silang menyilang ditimang gamang (2) Keringatku membeku berlaku batu (3) Terpasung arang lantang bergarang (4) Debu berpacu menjangkau tubuhku (5) Tulang berlalang diguncang kencang (6) Aku berlaju menuju surau (7) Menggulung arang yang terpampang (8)

Oleh : Ricky Richard sehajun Puisi di atas, memiliki judul “baju berdebu”. Rima setiap kata yakni a-a (rima akhiran : u, u). Pada puisi “baju berdebu” Setiap larik memiliki rima a-a-a-a. Misalkan, larik pertama (1): Baju baruku berdebu kelabu (akhiran setiap katannya adalah u-u-u-u). Begitupun larik 2-8. memiliki huruf akhir yang sama. Puisi Rischjun, bisa dibuat lebih dari 2 bait. Puisi “baju berdebu” memiliki dua bait dan 8 larik, serta memiliki rima silang pada setiap bait dan rima a-a-a-a untuk setiap larik. Lebih rincinya, Bait pertama dinamai baris 1234 dan bait ke dua dinamai baris 5678. Perhatikan! Akhiran huruf pada larik 1 dan 3 sama dengan akhiran pada lirik 5 dan 7. Akhiran larik 2 dan 4 sama dengan akhiran larik 6 dan 8. Begitu selanjutnya, bila dibuat lebih dari 2 bait.

13


KAJIAN SASTRA Pada Rischjun sempurna dan tak sempurna, rima setiap larik dan setiap bait sama. Puisi Rischjun tak sempurna memiliki dua kata sebagai judul. Judul puisi punya rima akhir a-a. Setiap larik empat kata. Setiap kata dalam satu larik memiliki rima yang sama yakni a-a-a-a. Lain kata, setiap kata dalam satu larik memiliki akhiran (huruf) yang sama. Setiap bait terdiri dari empat baris. Rima akhir setiap bait menggunakan rima silang (a-b-a-b). Letak perbedaan puisi Rischjun yang tidak sempurna dengan yang sempurna yakni Pertama :Setiap kata depan (awalan) yang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya dihitung sebagai bagian dari kata (nama) yang mengikutinya. Misalnya, merujuk pada tempat ( di bawah, di Jakarta). Kedua : Kalaupun menggunakan rima silang a-b-a-b untuk setiap bait tetapi dengan akhiran(huruf) yang berbeda. Contoh ; Janji Suci Berani lari mendapati hati (1) Terus menerus lintas batas (2) Hari ini berjanji suci (3) Menggagas tulus spiritualitas kudus (4) Ketika asa diterpa nestapa (5) Diriku termangu galau malu (6) Sucinya cinta kita di dada (7) Bersatu padu meramu janjimu (8) Oleh : Ricky Richard Sehajun Puisi “janji Suci� memiliki dua bait dan 8 larik, serta memiliki rima silang pada setiap bait dan rima a-a-a-a untuk setiap larik. Lebih rincinya, Bait pertama dinamai baris 1234 dan bait ke dua dinamai baris 5678. Perhatikan! Akhiran huruf pada larik 1 dan 3 TIDAK SAMA dengan akhiran pada lirik 5 dan 7. Akhiran larik 2 dan 4 TIDAK SAMA sama dengan akhiran larik 6 dan 8. Begitu selanjutnya, bila dibuat lebih dari 2 bait. Dan kata depan DI dalam kata (DI DADA) pada baris ke tujuh ditulis terpisah, tetapi masih dihitung satu dengan kata DADA. Pada Puisi Rischjun yang sempurna tidak memuat kata depan yang ditulis terpisah. RED/ Adi. SS, Kisna, Ade J.

14


KAJIAN SASTRA

15


Komunitas SASTRA

Generasi saat ini, siapa yang tidak kenal internet, bahkan anak batita pun sudah sangat dekat dengan kecanggihan teknologi tersebut. Disadari atau tidak, semua melakukan aktifitas menulis, entah itu sekedar menginformasikan sesuatu atau yang lebih serius lagi, seperti menyelesaikan tugas. Penyimpanan berkas, penyebaran tulisan, promosi, informasi, diskusi, juga kerap menggunakan sarana tersebut. Bagi yang mempunyai keaktifan dalam menulis, mereka akan membuat suatu ruang yang bisa menampung segala hasil tulisannya. Tidak hanya sampai di situ, untuk menambah ilmu, wawasan dan pendewasaan tulisan mereka akan mencari komunitas. Sebuah komunitas akan membuat seorang penulis semakin giat dan belajar, karena di sanalah ada kegiatan bertukar pikiran, berbagi pengalaman, informasi dan tentu saja ilmu. Dalam konteks pembelajaran, bisa membaca bahan pustaka, baik dalam media cetak maupun lisan. Dalam dunia maya kita dapat membuat atau bergabung dengan komunitas dan grup diskusi. Sebuah komunitas diskusi dapat menambah pengetahuan seseorang. Di situ akan ada ruang pertukaran ide, dialog, memberi banyak informasi. Bagi pemula, tentunya belajar untuk bisa menulis. Bagi para penulis, ia belajar untuk semakin baik dalam menulis. Blog merupakan satu ruang yang semakin menjadi tren, apalagi di kalangan muda. Para blogger selain berinteraksi di dunia cyber, pada suatu waktu mereka juga melakukan pertemuan nyata atau kopdar. Seru pastinya. Terkadang mereka juga mengadakan kompetisi blog dengan tema-tema unik dan menantang. Kualitas tulisan dan kekayaan wawasan menjadi hal yang lebih diprioritaskan bagi para blogger ketika mereka beradu dalam kompetisi. Pada masing-masing daerah pasti memiliki cara khas dalam berkomunikasi terhadap sesama blogger di komunitasnya. Kawan sastra bisa bergabung dan memperkenalkan karya sastranya. Dengan aktif menulis dan berbagi dalam komunitas maka akan melahirkan karya-karya serta akan turut berpartisipasi 16 memajukan literasi dan sastra Indonesia.


Komunitas SASTRA Berikut adalah alamat blog komunitas para blogger yang tersebar di kota-kota di Indonesia: : . 1. Komunitas Blogger Aceh : http://.acehblogger.or.id 2. Komunitas Blogger Medan : http://bloggermedan.org 3. Komunitas Blogger Sumatera Barat : http://palanta.org 4. Komunitas Blogger Pekanbaru (Riau) : http://bertuah.org 5. Komunitas Blogger Batam : http://batamblogger.com 6. Komunitas Blogger Jambi : http://komunitasbloggerjambi.info 7. Komunitas Blogger Sumatera Selatan : http://wongkito.net 8. Komunitas Blogger Lampung : http://blog-lampung.blogspot.com 9. Komunitas Blogger Jakarta : http://komunitasbloggerjakarta.blogspot.com 10. Komunitas Blogger Bogor : http://blogor.org 11. Komunitas Blogger Jawa Barat : http://bloggerjabar.org 12. Komunitas Blogger Bandung : http://batagor.net 13. Komunitas Blogger Indramayu : http://bloggermangga.com 14. Komunitas Blogger Solo : http://bengawan.web.id 15. Blogger Banyumas : http://bloggerbanyumas.net 16. Komunitas Blogger Semarang : http://loenpia.net 17. Komunitas Blogger Kudus : http://bloggerkudus.com 18. Komunitas Blogger Jogja : http://bloggerjogja.net atau http://bloggerjogja.org 19. Komunitas Blogger Surabaya : http://tugupahlawan.com 20. Komunitas Blogger Malang : http://malangselatan.com 21. Blogger Kediri : http://bloggerkediri.org 22. Komunitas Blogger Madura : http://plat-m.com 23. Komunitas Blogger Bali : http://.baliblogger.org 24. Komunitas Blogger Lombok : http://komunitasbloggerlombok.blogspot.com 25. Komunitas Blogger NTT : http://bloggerntt.info 26. Komunitas Blogger Pontianak (KalBar) : http://borneoblogger.org 27. Komunitas Blogger Banjarmasin (KalSel) : http://bloggerbanua.com 28. Komunitas Blogger Palangkaraya (KalTeng) : http://komunitasbloggerpky.blogspot.com 29. Perkumpulan Blogger Samarinda (KalTim) : http://dtepian.blogdetik.com 30. Komunitas Blogger Tarakan (KalUt) : http://.baisblogger.org 31. Komunitas Blogger Sulawesi Utara : http://kawanuablogger.com 32. Komunitas Blogger Makassar (SulSel) : http://angingmammiri.org 33. Komunitas Blogger Maluku http://arumbai.org atau https://twitter.com/bloggermaluku 34. Komunitas Blogger Manado : http://kawanuablogger.com 35. Komunitas Blogger Papua http://bloggerpapua.org RED/ LATIFA 17


PARASASTRA

2 PUSARA ACEP ZAMZAM NOOR

“Pesastra di sastra cetak, ketika mati hanya akan terkubur di pusara sastra cetak dan pesastra seperti Acep akan memiliki dua pusara sekaligus, di pusara cetak dan pusara cyber.� (Acep Zamzam Noor) Kehadiran Sastra Cyber, memunculkan berbagai pergumulan tentang perkembangan sastra. Ada berbagai macam perspektif yang dilontarkan. Ada yang menaruh minat padanya, tetapi ada juga yang tidak. Ada apresiasi, ada juga kritikan. Ada satu yang pasti dari kemunculan sastra cyber yakni orang bisa berekspresi dan mempublikasikan karyanya dengan nada kebebasan. 18


PARASASTRA Polemik Sastra Cyber Ada berbagai pandangan dan komentar mengenai kehadiran sastra cyber, di Indonesia. Hal itu diperkirakan terjadi pada awal-awal tahun 2001. Ketika orang berkomentar, Acep Zamzam Noor justru diam-diam jatuh cinta kepada sastra cyber. Sastra cyber menjadikan Acep, seperti memiliki sebuah sayap baru, yang menggairahkan dalam http://acepzamzamnoor.blogspot.com.

Kritikan pedas dari Ahmadun Yosi Herfanda (Redaktur Koran Republika) dalam salah satu artikel yang dimuat dalam Republika, berjudul, “Puisi Cyber, Genre atau Tong Sampah”. salah satunya menyebutkan bahwa sastra yang dituangkan melalui media cyber, cenderung hanyalah sebagai ”tong sampah”. Menurut Herfanda, sastra cyber merupakan karya-karya yang tidak tertampung atau ditolak oleh media sastra cetak (2001). Lebih lanjut dikatakan, media cyber membuka ruang yang luas bagi tumbuhnya sastra alternatif yang memberontak terhadap kemapanan – terhadap estetika yang lazim—dan bukan hanya menjadi media duplikasi dari tradisi sastra cetak. Di sanalah tempat kebebasan kreatif, yang liar sekalipun, yang selama ini tidak mendapat tempat selayaknya di media sastra cetak. Seperti di rubrik sastra koran, majalah sastra, maupun antologi sastra. Selanjutnya, Sutarji Calzoum Bachri (dalam Efendi, 2004:90) yang dikenal sebagai presiden Penyair Indonesia, mengatakan (maaf) “tai yang dikemas secaramenarik akan lebih laku, dibandingkan dengan puisi yang dikemas secara asal- asalan.” Pernyataan ini dilontarkan berkaitan dengan cover yang tampak pada buku antologi sastra cyber yaitu “Graffiti Gratitude”, yang dipandang kurang baik sehingga buku itu tidak layak untuk dijual. 19


PARASASTRA Masih berkaitan dengan sastra cyber, Maman S. Mahayana (dalam Situmorang, 2004:62) menyatakan bahwa kualitas penyair-penyair cyber masih dipertanyakan. Ada yang masih dalam kategori penulis yang baik. Belum sebagai penyair. Kemudian Juniarso Ridwan, seorang penyair dari Bandung, (dalam Situmorang, 2004:255) menanggapi pernik-pernik yang tampak pada sastra cyber seperti background, backsound, dan variasi yang terdapat pada kata-kata. Ia mengatakan bahwa apa artinya loncatan-loncatan huruf, selain memperlihatkan kecanggihan teknologi digital. Apa pengaruhnya suara-suara musik yang secara esensial tidak terkait dengan teks yang muncul, selain hanya untuk konsumsi telinga yang secara historis-biologis sulit untuk melakukan korespondensi makna. Berkaitan dengan pernyataan Ahmadun, Sutarji Coulsoum Bachri, Maman S. Mahayana, dan Juniarso Ridwan di atas timbul reaksi dari berbagai pihak. Antara lain dari Sutan Iwan Soekri Munaf (2004:95). Ia mengatakan bahwa penilaian yang dilakukan Ahmadun adalah penilaian yang terburu-buru. Ahmadun hanya memberikan sampel yang terbatas dan rentang waktu yang pendek sehingga perlu dipertanyakan kesahihan penilaiannya. Lebih lanjut dikatakan bahwa sebagai sarana, dunia cyber pada akhirnya, sebagaimana alam nyata, akan memberikan ujian tersendiri bagi penyair maupun sastrawan. Hanya penyair dan sastrawan teruji di dunia cyber yang akan menghasilkan karya �berbunyi�. Tentu saja �berbunyi� di sini mempunyai batasan sendiri yang disepakati masyarakat dunia cyber. Sekali waktu Acep Zamzam Noor mengaku tidak pernah menceburkan diri dalam polemik di masa itu. Menurut Acep, sastra cetak atau sastra cyber atau apapun itu, tidak akan ada yang pernah masuk kategori sampah. Dan prinsip itu membuat Acep, hingga kini, tetap bergelimang di sastra cetak dan sastra cyber sekaligus. Salah satu seloroh Acep, pesastra di sastra cetak ketika mati hanya akan terkubur di pusara sastra cetak dan pesastra seperti Acep akan memiliki dua pusara sekaligus. Di pusara cetak dan pusara cyber. RED/ Alfian Nawawi

Referensi: http:// acepzamzamnoor.blogspot.com/ http://id.wikipedia.org/wiki/ Acep_Zamzam_Noor

20


True Murders Dimas Pettigrew

Impian Esok Pagi Maeva

The Beetles Without Wings Arif Jmsh

Tanah Ilalang Di Kaki Langit Rini Intama

21


KAJIAN SASTRA

Oleh : Ahun Sumbang Dalam perkembangan zaman dewasa ini, dunia internet telah merambah segala macam sendi kehidupan. Berbagai pengaruh pun telah terjadi dan perubahan kebiasaan semakin nampak seiring fasilitas yang ditawarkan oleh internet. Di samping memperlancar komunikasi, interaksi kecepatan pengiriman data, penghematan waktu, efisiensi, efektivitas informasi dan tentunya berbiaya relatif lebih murah. Hal ini berimbas kepada mudahnya pelbagai hal dalam segala aspek kehidupan,dan perkembangan literasi, dunia sastra, hingga akhirnya kita mengenalnya dengan istilah “cybersastra� atau Sastra Cyber. Sekitar tahun 2001. Sastra cyber muncul ditengarai dengan terbitnya buku Graffiti Gratitude yang merupakan buku antologi puisi cyber pada tanggal 9 Mei 2001. Penerbitan antologi tersebut dimotori oleh Sutan Iwan Soekri Munaf, Nanang Suryadi, Nunuk Suraja, Tulus Widjarnako, Cunong, dan Medy Loekito yang tergabung dalam satu komunitas yaitu Yayasan Multimedia Sastra (YMS). Dalam waktu singkat kehadiran sastra cyber telah mampu memberikan ruang segar bagi penulis pemula yang selama ini terbelenggu dengan ruang ekskulsivisme dunia sastra. 22


KAJIAN SASTRA Para pemula telah mendapatkan ruang khusus untuk mampu menunjukkan eksistensi diri mereka di tengah jejaring komunikasi global tanpa batas yang telah menghilangkan jarak dan sekat antara sastrawan mula dan sastrawan senior. Penulis pemula seolah mampu menjebol dinding pemisah yang telah menjadi kendala mental dan merupakan indikasi positif yang paling digadang-gadang para kalangan muda. Meski kehadiran cyber sastra justru memunculkan kontra dari beberapa kalangan. Salah satunya adalah karya yang diorbitkan tidak dibarengi dengan penekanan kualitas para penulis pemula di dunia maya. Bukan hanya itu, dunia industri penerbitan pun terancam mengalami kerugian finansial yang tak sedikit. Banyak orang lebih memilih menikmati sebuah puisi melalui layar telepon genggam dan laptop dibandingkan dengan harus membeli sebuah buku puisi. Berbagai wacana pun bermunculan menanggapi hadirnya sastra cyber dengan memberi perbandingan bahwa sastra koran atau sastra majalah dan buku mutunya lebih baik daripada sastra cyber. Dikatakan oleh Rahman bahwa menisbahkan sastra pada media, tempat karya sastra disiarkan dapat dipastikan bertolak dari asumsi bahwa setiap media menentukan corak dan kecenderungan karya sastra itu sendiri.

Rahman (2002:4). Istilah sastra majalah, koran, dan cyber bagi Rahman lebih sebagai �politik identitas� dalam percaturan wacana sastra. Istilah-istilah tersebut tidak pernah dirumuskan secara jelas, kecuali sebagai pembeda belaka, dengan asumsi-asumsi yang dibangun di atas karakter atau sifat setiap media. Oleh karena itu, istilahistilah tersebut cenderung beroperasi dengan kesan, bahkan klaim subjektif, positif dan negatif, tergantung pada posisi si pemberi klaim. Dengan demikian, Rahman mengatakan bahwa karya sastra yang baik adalah klaim yang subjektif bukan kesimpulan yang ditarik dari pemeriksaan yang cermat, teliti, dan saksama dalam sebuah bagan perbandingan. Suryadi (dalam Situmorang, 2004:9) bahwa jika selama ini para sastrawan hanya menampilkan karyanya pada buku, majalah, koran—yang berwujud kertas—maka saat ini ditemukan karya-karya mereka yang tersebar di media internet. Sebuah media maya yang menghubungkan satu komputer dengan berjuta-juta komputer lainnya.

23


KAJIAN SASTRA Suryadi (dalam Situmorang, 2004:9) bahwa jika selama ini para sastrawan hanya menampilkan karyanya pada buku, majalah, koran—yang berwujud kertas— maka saat ini ditemukan karyakarya mereka yang tersebar di media internet. Sebuah media maya yang menghubungkan satu komputer dengan berjuta-juta komputer lainnya. Sementara itu Saut melihat bahwa kehadiran Sastra Cyber bukan untuk membunuh sastra cetak, tetapi memberikan ruang yang lebih luas dan bebas untuk berekspresi. "Dunia cyber menciptakan wadah dan bentuk baru. Belum lagi hambatan senioritas, di mana penulis yang sudah terkenal akan memiliki kesempatan lebih besar untuk dimuat dibandingkan penulis baru. Bisa saja lantaran saking banyaknya karya yang masuk para redaktur tidak lagi menyeleksi karya berdasarkan kualitas, tetapi berdasarkan nama besar," ujar Saut Situmorang Di tengah perbedaan yang meregang dunia nyata dan dunia maya Sastra Cyber terus berkembang. Semakin banyak penulis yang mempublikasikan karyanya di dunia maya. Tidak ada kasta, semuanya berada dalam satu ruang dan setara, tanpa mengharuskan penulis ternama atau penulis pemula. "Seseorang dengan mudah dapat mengakses penulis favoritnya dan bukan tidak mungkin penulis itu juga akan

mampir ke blog dia," ungkap Eka Kurniawan kepada Jurnal Nasional. Pemahaman keberadaan sastra cyber memunculkan fungsi menarik tersendiri. Dengan adanya Sastra Cyber memberikan kemudahan untuk mengembalikan hasil kontemplasi dan analisis pemikirannya dari masyarakat untuk masyarakat dan menjadi peran komunikasi dengan para konsumennya di dunia maya. Bukan hanya itu, dalam tulisan yang dibuat oleh Rulli Nasrullah berjudul „‟Cyber Culture‟‟ yang dimuat di Harian Padang Ekspres pada 6 Mei 2007 yang lalu, menurut Rulli. Keberadaan internet telah mampu membentuk sebuah kultur baru dimana batas-batas geografis, demografis, etnisitas, ras, dan agama, hingga budaya menjadi tersamarkan. Kultur baru tersebut merupakan perwujudan dari keinginan para netter untuk hidup secara demokratis. Tanpa ada intervensi, sikap egois, ingin menyamakan kehidupan dunia maya seperti dunia nyata.

24


KAJIAN SASTRA Di satu sisi, kehadiran cyber sastra justru memunculkan kegelisahan pada banyak kalangan. Salah satunya adalah produktivitas yang tidak dibarengi dengan penekanan kualitas terhadap karya-karya yang dilahirkan para penulis mula di dunia maya. Bukan hanya itu, dunia industri penerbitan pun terancam mengalami kerugian finansial yang tak sedikit. Banyak orang lebih memilih menikmati sebuah puisi melalui layar handphone dan laptop dibandingkan dengan harus membeli sebuah buku puisi. Namun Sastra cyber dengan usianya yang masih muda meski belum mempunyai etos yang mapan, seperti sastra yang ditulis dengan media lain (sastra koran atau buku). Sastra cyber tetap dapat dikaji dan dinilai. Dikatakan oleh Endraswara (2008:184) bahwa untuk mengkaji sastra cyber ini sama dengan sastra yang bermedia koran atau buku. Kita dapat menerapkan kode-kode seperti yang disampaikan oleh Teeuw yaitu kode sastra, kode budaya, dan kode bahasa. Ketiga kode itu ternyata semua ada dalam sastra cyber sehingga mau tidak mau sastra tersebut harus mendapat perlakuan yang sama dengan sastra lainnya.

Dalam sastra cyber memberi ruang kebebasan siapa pun dari kalangan mana pun dapat menuangkan perasaan maupun pikirannya melalui media internet. Walaupun keberadaan cyber sastra tidak bisa lagi ditolak dalam kancah kesusastraan modern dan masih banyak kalangan yang memperdebatkannya. Diakui atau tidak, masyarakat telah mengakui bahwa secara faktual telah muncul media alternatif yang dianggap baru untuk menyalurkan karya sastra. (Anggoro, 2004) Sebenarnya yang menjadi peranan strategis sastra cyber menurut Theora Aghata adalah bahwa sastra cyber merupakan wahana berkreasi yang mampu mengupdate karya secara singkat sehingga menunjang produktivitas dan mendorong perkembangan sastra selain juga mengembangkan wacana kritis dan mengasah kemampuan maupun pemikiran. Peran awal hanyalah sebatas penunjang produktivitas, selebihnya kualitas diri akan terpulang kepada bagaimana cara seorang pemula tersebut menyikapi dirinya

Sumber : Anggoro, Donny. 2004. Sastra yang Malas, Obrolan Sepintas Lalu. Solo: TigaSerangkai. Rahman, Jamal D. 2002. �Sastra, Majalah,Koran, Cyber�. Dalam Horison Situmorang,Saut (Ed.). 2004. Cyber Graffiti: Polemik Sastra Cyberpunk. Bandung: Angkasa.Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: MedPress. http://sriwidayati58.blogspot.com/2012/08/sastra-cyber-dan-sejarah-sastra.html http://www.jendelasastra.com/wawasan/ artikel/sastra-cyber http://cabiklunik.blogspot.com/2013/08/ quo-vadis-sastrawan-digital.html Jurnal Nasional, Minggu, 8 Februari 2009

25


PUISI

Keretaku Tak Jua Tiba Di sela-sela jemarimu kutemu keresahan yang tertahan dari obrolan dan geremang tersisa gumam di meja makan Di belantara rambutmu kulihat detik meloncat pucat sepasang mata alirkan sungai kering tanpa muara

Keretaku sedang dalam perjalanan menujuku, puan bersama kopor, buku-buku, seteguk pengetahuan dan kecemasan Maaf saja jika aku tak membuai bulanmu Maaf saja jika aku malah membuai isak tangismu Sebab waktu akan menggaris jarak antara mataku-matamu menutup palang pintu, saat kutuntaskan kalimat keramat kalimat seperti peluru, meninggalkan lubang di tubuhmu Di kota ini, puan di persimpangan nasib kita sendiri kita simpulkan ketegaran dengan bahasa yang lain dan bila tak jadi kuangkat koperku masihkah kau teruskan sedu-sedanmu itu? Jombang, 05 September 2014 Oleh : Aditya Ardi N

26


INFOSASTRA

SASTRA BULAN PURNAMA Sastra Bulan Purnama edisi ke-39 lalu yang diselenggarakan Tembi Rumah Budaya, berlokasi di Sewon Bantul, Yogyakarta, pada Senin 8 Desember 2014 pukul 19.30 diisi oleh pertunjukan puisi dari 18 penyair Magelang, Jawa Tengah. Para penyair mengolah puisi menjadi jalinan kisah pertunjukan. Diberi tajuk “Kilometer Nol : Pertunjukan Puisi Dalam Jalinan Kisah". Pertunjukan puisi ini diadakan sekaligus untuk me-launching antologi puisi Kilometer Nol, yang menyajikan puisi karya 18 penyair dari berbagai usia yang tinggal di Magelang.

27 Foto : Siluet Tarian Dramatisasi Puisi


Pertunjukan puisi ini menggabungkan antara sastra, musik dan teater. Gepeng Nugroho, yang bertindak sebagai sutradara dalam pertunjukan puisi ini menjelaskan bahwa puisi-puisi dari 18 penyair tersebut dipilih lalu dirangkai menjadi semacam jalinan peristiwa zaman dan waktu, dan dikolaborasikan dengan tatanan musik dan bebunyian oleh Kelompok Jodo Kemil dan Komunitas Hongwilaheng. “Ruang pertunjukan digambarkan sebagai sebuah tempat, sebut saja sebagai Kilometer Nol. Di sana terpadu antara pembaca puisi dan para pemain musik. Ada dua pemeran yang berkarakter kontras yang menjadi media penghubung sebuah pertunjukan”. Tentrem Lestari, salah satu penyair yang puisinya tergabung dalam antologi puisi Kilometer Nol mengatakan bahwa puisi sebaiknya tidak selalu dibacakan secara publik. Ketika disajikan dalam bentuk semacam reportoar atau puisi dramatik, maka puisi telah naik ke jenjang yang lebih impresif. “Selama ini puisi dibacakan di sebuah podium sebenarnya karena penyairnya juga ingin lebih eksis sebagai penampil. Oleh karenanya, dalam pertunjukan ini, sesekali penyair perlu rendah hati untuk merelakan puisinya tampil sendiri ke ranah publik sebagai sebuah pertunjukan,” jelas Tentrem Lestari. Foto : Adegan Dramatisasi Puisi

Foto : Wicahyati Rejeki

INFOSASTRA

Ke-18 penyair dari Magelang yang puisinya tergabung dalan antologi puisi ‘Kilometer Nol’ ialah, Agus Munaji, Atika Sekar, Cholifatul Ridwan, Damtoz Andreas, Dedet Setiadi, Gepeng Nugroho, Hari Atmoko, Hernadi Sasmoyo Aji, Joko Supriyono, M. Dani, A. Aronds, Melur Seruni, Munir Syalala, Nindito Nugroho, Purnawan Andra, Rekki Zakia, Tentrem Lestari, Triman Laksana dan Wicahyanti Rejeki. “Kilometer Nol merepresentasikan wajah sastra hari ini, setidaknya di Magelang. Puisi mereka ditulis tanpa pamrih ingin populer, ingin eksis, dan ingin bombas. Mereka tidak disebut penyair juga tidak masalah. Kilometer Nol adalah terminal tempat berangkat dan pulang, titik perjalanan yang tak ada ujungnya. Perjalanan kreatif tidak akan pernah selesai dan penyair tidak akan pernah berhenti untuk berkarya.” Begitu kata Darmanto Andreas, salah satu editor dan penggagas antologi puisi ‘Kilometer Nol’ yang sering menggunakan nama Damtoz Andreas dalam puisi-puisinya. RED/ Latifa 28


CERITA RAKYAT

Alkisah. Sawerigading, putra Mahkota kerajaan Luwu di pesisir Sulawesi Selatan baru saja pulang. Sang Pangeran yang gagah perkasa ini baru pulang melanglang buana. Di kampung halaman sendiri, ia justru jatuh hati pada saudara kembarnya, Watentri Abeng yang jelita. Tentu saja Sang Puteri menolak cinta terlarang ini. Raja dan Permaisuri pun murka. Itu tak boleh terjadi. Niat Sawerigading hanya akan mendatangkan petaka bagi bumi Luwu. Oleh karena itu, Sawerigading harus dilaknat. Tetapi, meski menolak cinta terlarang Sawerigading, Watentri Abeng ikut berduka. Walau bagaimana pun, Sawerigading adalah tetap saudara kembarnya.

29


CERITA RAKYAT Untuk menghibur Sawerigading, Watenri menyuruh saudara kembarnya itu pergi ke negeri Tiongkok. Watentri berkata, “Di negeri Tiongkok ada seorang puteri yang wajahnya sangat mirip dengan wajahku. Puteri We Cudai namanya.� Sawerigading menerima usulan adiknya itu. Celakanya, Sawerigading tidak dapat berlayar karena kapalnya sudah tua dan rapuh. Untuk membuat sebuah kapal yang baru dan tangguh, ditunjukkanlah kepadanya pohon welengrenge, sebatang pohon milik Dewata di Mangkutu. Pohon bertuah itu coba ditebang. Tetapi, sekuat daya diupayakan, pohon itu tidak bisa tumbang. Atas saran Wetenri Abeng, diadakanlah upacara besarbesaraan,yang dipimpin Iangsung oleh nenek Sawerigading, seorang sakti mandraguna. Namun, tatkala pohon bertuah itu rubuh, Pohon welengrenge langsung masuk ke perut bumi membawa serta nenek Sawerigading. Aneh memang, bersamaan dengan itu sesat kemudian muncul sebuah perahu, bagai muncul dari perut bumi, megah dan indah menakjubkan. Sawerigading Terkesima memutuskan untuk menggunakan kapal itu Maka berlayarlah Sawerigading dengan perahu ajaib itu menuju negeri Tiongkok yang sangat jauh disana. Sebelum Sawerigading berlayar, sempat dia mengucapkan sumpah bahwa dia tidak akan pulang ke tanah Luwu, kecuali bila tulangnya dibawa tikus.

Singkat cerita, Sawerigading pun berhasil mempersunting Puteri We Cudai dari Tiongkok . Namun setelah sekian lamanya dia tinggal di negeri Tiongkok timbul juga rasa rindu ke tanah kelahirannya. Suatu ketika akhirnya ia memutuskan berlayar kembali ke tanah Luwu. Rupanya dia lupa akan sumpahnya, dan dia kembali berlayar pulang dengan perahu Walengrenge dulu. Dewata menjadi murka, menjelang perahu mendekat ke pantai Luwu, tiba-tiba perahunya pecah menjadi beberapa bagian. Pecahan perahunya terdampar di tiga tempat di Bulukumba, yaitu seluruh papan lambung perahu terdampar di Ara. Tali temali dan layarnya terdampar di Bira, Sedangkan lunas yang ada pada haluan sampai buritan terhempas di Lemolemo. Oleh masyarakat setempat bagian-bagian perahu itu dirakit kembali menjadi sebuah perahu yang megah dan kelak perahu itu dinamakan perahu Pinisi atau Penes. Dari cerita rakyat inilah konon muncul ungkapan "Panre patangan’na Bira, Paingkolo tu Arayya, Pabingkung tu Lemo-lemoa" yang artinya,�Ahli melihat dari Bira, ahli memakai singkolo (alat untuk merapatkan papan) dari Ara, dan ahli menghaluskan dari Lemo-lemo. Ungkapan ini berkaitan dengan kemampuan membuat perahu yang akhirnya diwariskan turun-temurun. Para pengguna perahu pinisi yakin, bila para ahli dari ketiga daerah ini terlibat dalam pembuatan perahu, dapat dipastikan hasilnya akan sangat prima.

30


CERITA RAKYAT Walau kemudian perahu pinisi sangat populer sebagai armada pelayaran rakyat, menjadi alat pengangkut dan menjembatani kebutuhan masyarakat dari pulau ke pulau di Indonesia, namun ada juga yang mengatakan bahwa nama pinisi yang dilekatkan pada perahu pelaut-pelaut Bugis dari Sulawesi Selatan itu, sebenarnya berasal dari sebuah bandar di Laut Tengah (Italia) bernama Venice. Bandar itu termasuk bandar yang ramai disinggahi oleh kapal-kapal dari berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Khususnya ketika rempah-rempah dari bumi nusantara ini mengalir ke Eropa. Suku Bugis Makassar memang biasa mengabadikan nama-nama tempat yang penuh kenangan atau yang mempunyai kesan istimewa pada perahunya. Suku Bugis Makasar juga mengidentikkan perahunya dengan sejenis ikan yang berenang sangat cepat di laut lepas. Berharap perahunya dapat lari seperti ikan itu, pemilik perahu pinisi banyak pula yang menamakan perahunya dengan ‘Pinisi Palari’. Dari proses perkembangan Pinisi dapat kita jumpai dari macam prototypenya yang dinamakan "Adarak", yaitu papan yang bersusun tanpa paku, lalu berkembang menjadi "Nisikkok", diikat, kemudian menjadi "Salompong" yaitu memiliki undakan pada haluannya.

dengan teknologi modern, sehingga sulit akhirnya kita mengidentifikasikan yang mana pinisi yang asli. Tapi pada dasarnya Pinisi yang asli adalah yang bertiang dua. Pinisi banyak terlihat di pelabuhan Sunda Kelapa (Pasar Ikan), masih digunakan untuk angkutan tradisionil intersuler. Tana Beru adalah salah satu bukti dimana kemegahan pinisi dilahirkan. Dari Ibukota Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan - 176 KM dari Makassar atau 23 KM dan Bulukumba inilah sekarang perahu pinisi banyak diproduksi. Para pembuat perahu tradisional ini, yakni: orangorang Ara dan Bira, yang secara turun temurun mewarisi tradisi kelautan nenek moyangnya. Upacara ritual juga masih mewarnai proses pembuatan perahu ini. Hari baik untuk mencari kayu biasanya jatuh pada hari kelima dan ketujuh pada bulan yang berjalan. Angka 5 (naparilimai dalle’na) yang artinya rezeki sudah di tangan. Sedangkan angka 7 (natujuangngi dalle’na) berarti selalu dapat rezeki. Setelah dapat hari baik, lalu kepala tukang yang disebut "punggawa" memimpin pencarian.

Zaman menuntut Pinisi bermetamorphosa menjadi "Jonggolang", dengan haluan tertutup. Sampai pinisi ini harus menyesuaikan

31


CERITA RAKYAT Sebelum pohon ditebang, dilakukan upacara untuk mengusir roh penghuni kayu tersebut. Seekor ayam dijadikan sebagai korban untuk dipersembahkan kepada roh. Jenis pohon yang ditebang itu disesuaikan dengan fungsi kayu tersebut. Pemotongan kayu untuk papan selalu disesuaikan dengan arah urat kayu agar kekuatannya terjamin. Setelah semua bahan kayu mencukupi, barulah dikumpulkan untuk dikeringkan.

Peletakan lunas juga memakai upacara khusus. Waktu pemotongan, lunas diletakkan menghadap Timur Laut. Balok lunas bagian depan merupakan simbol lelaki. Sedang balok lunas bagian belakang diartikan sebagai simbol wanita. Setelah dimantrai, bagian yang akan dipotong ditandai dengan pahat. Pemotongan yang dilakukan dengan gergaji harus dilakukan sekaligus tanpa boleh berhenti. Karena itu, pemotongan harus dilakukan oleh orang yang

ber-tenaga kuat. Ujung lunas yang sudah terpotong tidak boleh menyentuh tanah. Bila balok bagian depan sudah putus, potongan itu harus dilarikan untuk dibuang ke laut. Potongan itu menjadi benda penolak bala dan dijadikan kiasan sebagai suami yang siap melaut untuk mencari nafkah.Sedangkan potongan balok lunas bagian belakang disimpan di rumah, dikiaskan sebagai istri pelaut yang dengan setia menunggu suami pulang dan membawa rezeki. Pemasangan papan pengapit lunas, disertai dengan upacara "Kalebiseang". Upacara "Anjerreki" yaitu untuk penguatan lunas, disusul dengan penyusunan papan dari bawah dengan ukuran lebar yang terkecil sampai keatas dengan ukuran yang terlebar. Jumlah seluruh papan dasar untuk perahu pinisi adalah 126 lembar. Setelah papan teras tersusun, diteruskan dengan pemasangan buritan tempat meletakkan kemudi bagian bawah. Apabila badan perahu sudah selesai dikerjakan, dilanjutkan dengan pekerjaan "a’panisi", yaitu memasukkan majun pada sela papan. Untuk merekat sambungan papan supaya kuat, digunakan sejenis kulit pohon barruk.

32


CERITA RAKYAT Selanjutnya, dilakukan allepa, yaitu mendempul. Bahan dempul terbuat dari campuran kapur dan minyak kelapa. Campuran tersebut diaduk Selama 12 jam, dikerjakan sedikitnya 6 orang. Untuk kapal 100 ton, diperlukan 20 kg dempul badan kapal. Sentuhan terakhir adalah menggosok dempul dengan kulit pepaya. Proses terakhir kelahiran pinisi adalan peluncurannya. Upacara selamatan diadakan lagi. Untuk perahu dengan bobot kurang dan 100 ton, biasanya dipotong seekor kambing. Sedangkan untuk kapal 100 ton keatas, dipotong seekor sapi. Ketika pinisi sudah mengapung di laut, barulah dipasang layar dan dua tiang. Layarnya kadang-kadang berjumlah tujuh. Kapal yang diluncurkan biasanya sudah siap dengan awaknya. Peluncuran kapal dilaksanakan pada waktu air pasang dan matahari sedang naik. Punggawa alias kepala tukang, sebagai pelaksana utama upacara tersebut, duduk di sebelah kiri lunas. Setelah itu doa atau tepatnya mantra pun diucapkan: Bismillahir Rahmanir Rahim Bulu-bulunnako buttaya, patimbonako bosiya, kayunnako mukmamulhakim, laku sareang Nabi Haidir (Artinya: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Kau adalah bulu-bulunya tanah, tumbuh karena hujan, kayu dari kekayuan dari Mukmanul Hakim saya percayakan kepada Nabi Haidir untuk menjagamu). RED/ Israwaty Samad

33


PUISI

MENUA MAYA Sewarna magenta menyapa senja Jiwamu ayu membelenggu rasaku Segara arta menjeda raga Engkau hulu rinduku menuju Menyapa bunda senyata maya Waktu sewindu memburu lalu Nelangsa sukma mendamba sua Syahdu doaku merayu temu

Oleh:Ema

34


INFOSASTRA

Seleksi Penulis Emerging Indonesia Narasumber: Triny Tresnawulan, Koordinator Komunikasi UWRF REP : Latifa

Diselenggarakan di Ubud, pusat seni dan budaya Bali, Ubud Writers &Readers Festival (UWRF) telah menjadi acara budaya dan sastra tersohor dan paling inovatif se-Asia Tenggara. Pertama kali diadakan tahun 2004 oleh Janet DeNeefe sebagai proyek pemulihan pasca tragedi bom Bali pertama. Ubud Writers & Readers Festival merupakan festival sastra berkelas internasional yang bertujuan mengangkat dan menyampaikan ceritacerita luar biasa dan suara-suara berani, baik berkenaan dengan permasalahan global maupun gagasan-gagasan besar. Sejak 2008, berkolaborasi dengan lembaga non-profit asal Belanda, mitra festival, Hivos, setiap tahunnya UWRF mengadakan pemilihan penulis

emerging Indonesia. Triny Tresnawulan, sebagai Communication Coordinator UWRF menjelaskan bahwa penulis emerging adalah penulis yang sedang ‘bersinar’. Mereka yang berbakat tetapi belum diakui sebagai penulis besar (ternama/established). Istilah emerging writer dipakai di dunia sastra Barat untuk para penulis ‘muda’ (muda dalam segi berkarya, bukan umur), atau calon penulis besar (established writer). Hal ini seperti pernah diungkapkan Janet DeNeefe (Pemrakarsa/Direktur Festival) bahwa salah satu misi utama pengadaan UWRF adalah memperkenalkan cerita-cerita memikat dari bakat-bakat muda yang tersebar di seluruh Indonesia pada komunitas sastra dan budaya internasional. 35


INFOSASTRA Pada bulan Oktober 2014 lalu, selama 5 hari, Ubud Writers & Readers Festival ke-11 telah sukses digelar. Dihadiri oleh lebih dari 150 penulis, ahli dan seniman yang berasal lebih dari 25 negara, serta dikunjungi lebih dari 26,000 pengunjung pada penyelenggaraannya. Dua tokoh besar Indonesia yang hadir meramaikan Festival saat itu adalah Goenawan Mohamad dan Azyumardi Azra. Sementara yang hadir dari luar negeri diantaranya adalah penulis besar peraih penghargaan sastra: Hassan Blasim (Independent Foreign Fiction Prize), Eimear McBride (Baileys Women’s Prize) dan Cyrus Mistry (2014 DSC Prize). Ratunya penulis novel kriminal Val McDermid terbang ke Festival dari Skotlandia. Mewakili Asia, tampil penulis avant-garde ternama Cina Can Xue, novelis Jepang Minae Mizumura serta penulis Malaysia Tash Aw yang menambah kehangatan di Festival.

Hadir pula tokoh-tokoh yang bersentuhan dengan isu kemanusiaan yaitu perwakilan PBB di Sudan Mukesh Kapila, jurnalis terdepan Pallavi Aiyar, penulis Indonesia etc. Elizabeth Pisani hingga editor surat kabar nasional Polandia Adam Michnik. Tak ketinggalan pula hadir pemerhati isu lingkungan, Keibo Oiwa, Nadya Hutagalung dan Willie Smits. Dengan berakhirnya UWRF ke-11 pada tahun 2014, panitia UWRF telah kembali membuka kesempatan bagi para penulis berbakat Indonesia untuk mendaftarkan dirinya sebagai penulis emerging Indonesia 2015. Berikut adalah pengumuman SELEKSI PENULIS EMERGING INDONESIA UWRF 2015 sebagaimana terkutip dari web resminya : www.ubudwritersfestival.com Narasumber: Triny Tresnawulan, Communication Coordinator UWRF REP : Latifa

FOTO : Pembukaan UWRF 2014

36


4

5

1

6

2 7

3

Keterangan : 1. Matt Oldfield, mengenai Lingkungan Hidup 2. Salah satu kegiatan Diskusi 3. Salah satu kegiatan Diskusi 4. Makan Malam bersama penulis – media 5. Presentasi salah satu acara 6. “rasa nusantara� Bondan Winarno 37 7. Konferensi pers, tampak hadir cendikiawan Azyumardi Azra


INFOSASTRA

Sumber : http://www.ubudwritersfestival.com/seleksi-penulis-uwrf-2015/

38


LENTERA SASTRA

MENULIS di MEDsos, kemudahan aktualisasi Oleh: El Fietry Jamilatul Insan Banyak jalan menuju Roma. Banyak cara untuk mengasah kemampuan menulis. Menulis adalah kemampuan yang bukan berasal dari bakat, melainkan dari latihan yang dilakukan secara terus menerus. Menulis bisa diibaratkan dengan sebilah besi tumpul. Semakin sering mengasahnya, semakin cepat bilah besi itu tajam. Dari berbagai cara mengasah kemampuan menulis, salah satunya adalah memanfaatkan dunia maya/internet yang modern, karena kemudahaanya untuk diakses. Hadirnya fitur-fitur media sosial di internet, memungkinkan orang untuk membuat tulisan yang bisa dibaca banyak orang. Memungkinkan para penulis pemula, yang awalnya menyimpan malumalu tulisannya di buku hariannya, kini berani membuka tulisannya untuk dipajang di internet, terutama Facebook. Dari media ini dapat dilihat, sejauh mana tulisan kita berkembang. Lebih dari itu, bisa mempelajari banyak hal-hal lain, mengenai tulis-menulis dari internet. Fakta itu lebih semarak lagi, karena didukung dengan menjamurnya grup-grup yang memang khusus dibuat untuk setiap orang yang gemar membuat tulisan (dibaca penulis). Selama lima tahun terakhir, kehadiran grup-grup menulis di media sosial Facebook, menjadi angin segar bagi mereka yang memiliki minat dalam menulis. Ada sebuah ambisi untuk menjadi penulis terkenal. Tentunya, dari titik inilah orang bisa memanfaatkan dunia maya (terutama Facebook) untuk mengasah kemampuan menulisnya. Mengapa?

39


LENTERA SASTRA

Ada beberapa alasan yang akan dikemukakan: • Mudah. Kemudahan mengakses informasi melalui sosial media. Artinya, siapa pun di belahan bumi manapun kita berada, kita bisa mereguk ilmu menulis tanpa harus repot-repot menyediakan waktu dan biaya untuk datang ke tempat kursus menulis. Tinggal duduk manis di depan gadget, melihat, membaca dan mengetik. • Gratis. Beberapa penulis kenamaan, ada yang menyediakan kursus menulis secara daring dengan biaya tertentu. Namun, dengan watak yang melekat di diri orang Indonesia. Banyak orang lebih menyukai sesuatu yang gratis. Melalui media sosial, orang bisa mendapatkan ilmu menulis secara gratis. Misalkan, lewat grup-grup menulis yang bertebaran di sana. Asal rajin meluangkan waktu untuk menelusuri setiap jadwal di grup yang ada. Bahkan jika beruntung, bisa dibimbing oleh penulis profesional yang suka wara wiri di Facebook dan tak pelit berbagi ilmu.

• Membangkitkan semangat. Bergabung dengan grup kepenulisan selain bisa menimba ilmu secara gratis, juga akan membangkitkan semangat untuk terus menulis. Grup-grup menulis, biasanya selalu mengadakan lomba atau event yang berhadiah. • Merangsang ide untuk terus menulis. Ilmu tidak akan berguna tanpa praktik. Adanya lomba atau event yang diadakan sebuah grup menulis secara tidak langsung merangsang orang untuk terus berlatih menulis. Memunculkan ide-ide baru dengan tema yang disyaratkan oleh lomba tersebut. Hal tersebut, membantu orang untuk semakin mengasah kemampuan menulisnya. • Menjalin silaturahmi sesama penulis Melalui fasilitas seperti grup memungkinkan kita mempunyai banyak teman untuk berbagi ilmu mengenai dunia kepenulisan. 40


LENTERA SASTRA Selanjutnya adalah bagaimana kita memanfaatkan kesempatan tersebut dengan cara : • Pintar mencuri. Pintar mencuri, dalam pengertian yang positif, yaitu sebisa mungkin kita harus bisa mengambil setiap pelajaran sekecil apapun dalam diskusi-diskusi yang sering diadakan di sosmed. Dari seringnya mencuri inspirasi dari komunitas maya tersebut sedikit atau banyak pasti akan mendapat ilmu kepenulisan untuk kemudian diterapkan dalam metode penulisan kita. • Sering-sering ikut dalam acara-acara sastra. Menulis adalah keterampilan. Tidak akan cukup setumpuk teori tanpa berlatih. Setelah mencuri ilmu kepenulisan dari diskusi-diskusi karya, saatnya menerapkan ilmu itu dengan menuliskan ide, dalam berbagai acara yang bertebaran di media sosial. • Adu nyali. Lambat laun ilmu yang didapat dari dunia maya pun semakin banyak. Namun seperti ungkapan di atas, bahwa tidak akan cukup setumpuk teori tanpa berlatih. Karenanya, ketika pengetahuan mengenai tulisan sudah cukup memadai dan sudah menerapkannya pada tulisan sendiri, saatnya menyimpan tulisan kita untuk kemudian dikirim ke media yang lebih luas. Seperti, koran atau majalah berskala nasional. Kenapa disebut menyimpan dan bukan langsung

memuat karya untuk mendapatkan masukan dari penulis lainnya? Karena media seperti koran atau majalah berskala nasional tidak akan menerima tulisan yang pernah dimuat sebelumnya bahkan di media sosial. Namun bukan berarti tidak bisa memantapkan naskah, sebelum dikirim ke koran atau majalah. Kita masih bisa mendapat masukan untuk karya kita sebelum kita kirim. Caranya dengan melalui pesan pribadi kepada orang-orang yang telah kita percaya untuk memberi masukan darinya. • Tetap semangat. Terkadang, orang puas hanya dengan memenangkan sebuah lomba di sebuah penerbit indie. Namun, barangkali masih diingat dengan kiat mengikuti lomba pada Purakasastra edisi 2 kemarin. Bahwasanya, kemenangan bukanlah akhir dari totalitas karya. Karenanya, tidak perlu uncang-uncang kaki bersantai, setelah memenangkan sebuah lomba. Tetapi harus lebih rajin lagi untuk berinteraksi dengan temanteman penulis. Perluas pertemanan dengan penulis lainnya sangat penting. Semakin banyak teman penulis di dunia maya dan semakin rajin kita bergabung dalam berbagai acara di grup-grup atau acara lainnya maka akan semakin matang pula tulisan kita.

Sebagai penutup, mari mulai giat mencari ilmu kepenulisan. Ilmu tidak akan datang jika kita hanya berdiam diri saja. Salam Sastra! 41


CERPEN

DI UJUNG INGATAN Oleh : Herry Sutresna

"Untuk Pam, Linggo, Aszy, Reggi, Gembel, Harold dan mereka yang pernah datang di satu alam, mengingatkan saya untuk menjaga kewarasan. Di manapun kalian sekarang," Menuju subuh di Bandung yang mulai dingin menggigit. Hari merayap menuju akhir penanggalan. Tak lama lagi tahun berujung dan almanak-almanak baru dibuat. Pemujaan terhadap Desember dimulai, kenangan-kenangan tercecer dikumpulkan, doa-doa dipanjangkan, harapan-harapan dibungkus, botol-botol berdenting, dan kesibukan ritual di altar ingatan dimulai dan berakhir. 42


CERPEN Media- media dengan kleidoskop tahunan, para pecundang dengan resensi album terbaik, saya dan kamar redup, kopi mendingin dan monitor menyala. Saya tak punya memori khusus perihal menutup tahun. Saya berusaha keras membuatnya terkesan merayap, ketika saya paham betul bagaimana semuanya bergegas ditahun ini. Entah untuk apa. Mungkin beberapa memori belum selesai saya buat totem. Beberapa lain belum tuntas dilupakan. Oleh karena itu, nampaknya, saya kembali berhutang banyak pada penghujan di penghujung tahun. Hujan sore di bulan ini membuat saya bisa menerima kesenduan sebagai sesuatu yang jauh lebih baik dibanding mengutuk kehilangan dan ketertinggalan di hadapan waktu. Ditahun yang membuat saya harus memaklumi banyak hal, membiarkan kebanalan rutinitas tanpa perlawanan berarti dan mengikhlaskan beberapa kawan pergi dan beberapa mimpi memudar. Kekalahan dan kehilangan memang harus lebih penting untuk dicatat ketika kemenangan lebih layak dirayakan. Ada yang penting sekaligus mubazir dalam hal mengenang waktu. Meski agak buram, saya masih mengingat mengucapkannya ketika menenangkan seorang sahabat mabuk dan mengamuk di suatu malam. Menangis dan marah. Ingatan tak akan mengembalikan waktu yang hilang. Namun mungkin salah satu cara untuk menjaga kewarasan adalah mengingat waktuwaktu waras. Ketika memori tentang segala hal yang diinginkan sebagaimana dimimpikan menemui kenyataan di perempatan jalan. Konon di situ harapan disembunyikan. Saya ingat saat tak lama tahun ini dimulai, beberapa malam sebelumnya, kami berbicara di angkringan Magelang di Tugu Pahlawan yang sebenarnya tak pernah cocok untuk dipakai ngalorngidul berlama-lama. Ia hanya membeli tiga tusuk sate telur puyuh, saya membeli semua lauk dan 2 kepal nasi. Kelaparan. Saya berpikir, mungkin dengan sedikit kenyang, saya bisa dengan lancar mengutarakan kejujuran saya perihal kekecewaan terhadap dirinya yang saya simpan rapi berbulan-bulan, hingga akhirnya kehilangan ruang, berdesakan dengan kepingan-kepingan strategi politik, manajemen konflik, pengorganisiran komunitas, utopia basi dan omong kosong sejenis. Saya tak menyangka jika malam itu menjadi titik balik dari apa yang hampir setengah dekade kami jalani. Dengan sedikit terbata, saya mencoba jujur dan sedikit kurang ajar. Mempertanyakan banyak hal, keanehan, gosip-gosip jalanan dan mendungnya langit Bandung. Ada raut yang tak biasanya datang, kombinasi dari kekecewaan dan kelelahan di wajahnya. Kami pulang dengan obrolan menggantung. Meski tak tuntas, saya tak pernah mempersoalkannya lagi. Namun sejak itu, malam-malam di tangkringan tak pernah lagi sama. Malam yang mengajari kami untuk tetap menyediakan ruang untuk mengikhlaskan banyak hal, sebelum menjadi duri dan gejah yang membuat kepenasaran menjadi luka. Saya dan kawan-kawan lain memeluknya ketika malam mabuk itu.

43


CERPEN Tak bisa disembunyikan lagi kekecewaan besar darinya yang merasa ditinggalkan saudara dan sahabat. Kami membisik dan berteriak meyakinkannya bahwa bagaimanapun kami tetap ada. Kami tak mungkin melupakan kehadirannya selama ini ditengah- tengah kami, sebagai saudara, mengorbankan banyak hal berdiri di samping kami selama bertahun mempetisi jalanan Bandung. Tak pernah akan ada yang merubah dan menggantinya. Malam kadung terluka namun ia tahu, meski mabuk, di pojokan bumi manapun kami akan selalu datang ketika ia meminta meski langit mulai terbelah poros memisahkan apa yang dahulu kami kerjakan bersama. Dan tiba-tiba saya teringat Bani, pada suatu malam yang berakhir dengan berjalan kaki menyusuri Terusan Pasteur. Dahulu sekali saya sering melakukannya, ketika saya dan Ibu Bapak masih tinggal di Gunung Batu.

Saya menyaksikan bus khusus rombongan Suharto melewati tol Pasteur saat jalan pemendek jarak itu diresmikan. Jalan itu adalah jalan paling nyaman digunakan berjalan kaki dahulu. Sekarang menjadi jalan paling sibuk di Bandung pada akhir pekan dan liburan. Saya berhenti tepat di depan Hotel Grand Aquilla, ada bayangan sosok almarhum di benak saya. Beberapa tahun lalu kami sempat menghabiskan banyak waktu disitu, beberapa bahkan tinggal bersama para buruh hotel itu yang mogok dan mendirikan tenda posko protes tepat di bibir Hotel. Pada suatu malam isu sweeping beredar, kami datang kesana berpuluh. Rombongan SBY akan datang lewat pintu Pasteur dan walikota tak ingin ada keriuhan tak jelas yang mengotori jalanan yang akan dilewati sang Presiden. Kami diminta korlap aksi dan LBH sebagai koordinator solidaritas untuk datang berjaga jika keadaan memburuk, bala bantuan bisa siaga. Bani pun datang dengan botol gepeng. Sebagian kawan mengutuknya, sebagian lagi tertawa senang. Isu sweeping tak terbukti menjadi kenyataan, kami bersyukur, malam itu berubah menjadi salah satu malam kami yang tak perlu susah payah untuk mengingatnya. Bani pergi empat bulan lalu, beberapa hari sebelumnya kami sempat bercanda gurau di Bandung Zine Fest. Tak ada seorangpun yang mengira ia akan pergi dalam waktu dekat, meski wajahnya menguning, petanda penyakitnya tak kunjung bisa disembuhkan. Kehadirannya hari itu mengejutkan, lama ia absen, semengejutkan kepergiannya tak lama kemudian. Saya berhenti tepat di bekas lokasi tenda posko itu. Hujan tak turun malam itu, langit malam memprovokasi beberapa ingatan hadir. Saya nyalakan rokok, membuka botol dan mengangkatnya tinggi-tinggi ke arah bintang paling terang di langit. Ada semburat kepergian seporsi banyak kegelisahan malam itu. Lagi-lagi, malam mengajari kami untuk tetap menyisakan ruang untuk mengikhlaskan banyak hal. 44


CERPEN Ada sepertiga malam lain, ada janji yang akhirnya kami realisasikan. Seorang sahabat bersikeras berminggu-minggu menagihnya dengan militan. Ia ingin saya meluangkan waktu bertemu lagi sahabat lama kami, kali ini tanpa kawan-kawan lain, setelah entah berapa lama ada jarak yang memisahkan untuk bisa seperti dahulu lagi.Ada sengkarut masalah yang entah berawal dan berakhir di mana yang membuat saya tak bertegur sapa dengan salah satu sahabat terdekat saya ini bertahun-tahun lalu. Sedemikian rupa hingga kami sampai pada kesimpulan bahwa saling diam dan jalan dengan hidup masing-masing adalah jalan terbaik kala itu. Kami menghabiskan malam itu dengan kekonyolan lama dan minuman baru, satu kawan lain bergabung hingga tiba waktu saya pamit sebelum subuh datang. Kami berbicara banyak hal dan melupakan sedikit perihal. Menghitung kehilangan dan mempetakan perjalanan. Seperti banyak hal lain di muka bumi, ada yang tak lagi sama, banyak yang masih. Tak cukup memang. Namun saya akan mencatatnya sebagai marka waktu ingatan-ingatan yang saya sengaja kubur hadir kembali bukan hanya untuk diikhlaskan namun pula untuk ditertawakan bersama. Saya akan selalu mengingat jalan pedang yang dahulu kami pilih, tak ada belokan memutar, dan mengingat mereka berdua sebagai sahabat yang tak pernah benar-benar pergi. Ini subuh terakhir di tahun ini. Hujan mengguyur Bandung sejak malam dan belum ada tanda-tanda akan berhenti. Saya membiarkan sendunya berkelebatan sebagai sesuatu yang jauh lebih baik dibanding mengutuk kehilangan dan keterpurukan di hadapan waktu. Ingatan tak akan mengembalikan waktu-waktu yang hilang. Saya hanya manusia dengan kebanalan biasa-biasa dan sama sekali bukan binatang jalang meski kadang terbuang dari kumpulan-kumpulan. Tapi saya ingin hidup seribu tahun lagi.

Kumpulan Puisi : TUHAN DIMAKAN BELATUNG Soetan Radjo Pamoentjak

45


PUISI

Dandelion dalam sepi Sepasang mata yang teduh… Namun tajam seperti elang… Seputih kapas menyelimuti tubuhnya… Karya indah yang Maha Kuasa… Namun, jiwanya dingin sepi.. Hamburan tannya pikirku… Tak ada yang tau… Bertemankan sepi juga tak mengerti… Entahlah… Seperti seuntai dandelion dalam ribuan ilalang… Tampak indah namun siapapun tak melihatnya.. Hanya tertiup angin sajaa… lalu terbang bersamanya… ke tempat sepi yang membelenggunya… teriak lalu pantulan gelombang menjawabnya.. akupun tak mengerti terlalu absurd!!! Namun, hatiku terpanah di titik tengahnya…

Oleh:Noer Azizah 46


KAJIAN SASTRA

MENGUNGKAPKAN CITRAAN REALITAS Oleh : Usman Ganggang

CORAK puisi beragam. Ada yang lebih mementingkan unsur formal seperti terlihat dari penonjolan rima, larik dan bait. Namun ada yang lebih memperhitungkan unsur puitis yang tidak terikat oleh kehadiran unsur formal. Puisi yang bercorak terakhir itu lebih mementingkan suasana puitis, melalui imajinasi-imajimasi yang diciptakan penyairnya. Salah satu bagian yang cukup diakrabi belakangan ini adalah corak kontemporer. Kontemporer (Bahasa Prancis : contemporaire) yang mengandung konsep historis itu berarti kekinian. Di Indonesia, puisi tersebut bersifat inkonvensional. Artinya, sistem penulisan puisi menyimpang dari tata cara penulisan puisi pada umumnya. Penyimpangan itu terjadi, dari segi bentuk dan bahasa sebagai media ekspresinya.

Dalam perkembangannya, jenis puisi kontemporer Indonesia dapat dicatat nama seperti : Sutardji Calzoum Bachri, Darmanto, Yudhistira Nugraha Marendra Marsadi, Jeihan, Darmanto, Ibrahim Sattah, Hamid Jabar. Dan khusus di kawasan Timur Indonesia, tercatat : Elkacen, Aris Swastono, dan masih ada lagi yang tidak sempat dicatat di sini. Sasaran kajian puisi kontemporer adalah lebih mengungkapkan kehidupan sosial masyarakat yang menunjukkan sikap-sikap seperti: blakan-blakan, skeptis, individualis, dan anarkis. Penyair-penyairnya kurang mengindahkan simbolik, lambanglambang imajinatif dan intuitif. Mereka menulis apa adanya. Penikmat silakan menilainya sendiri. Untuk tidak sekadar berbincangbincang, berikut ini akan ditampilkan beberapa puisi yang tergolong kontemporer dari Sdr.Aris Swastono dan Sdr. Elkacen.

47


KAJIAN SASTRA Pasar Cita-cita Jalan pinggir, jalan jalan pinggir pasar pasar Orang lewat lewat pinggir pasar pasar pinggir jalan Pasar sayur Pasar kirab Pasar firman Pasar nabi Pasar tuhan Pasar bubar bubar, jalan jalan pinggir pasar

Aku ingin jadi insinyur Jadi insinyur jadi pragawati Jadi dokter Jadi ibu Kalau kamu Dan jawabnya “Andaikan dia itu ada, aku tak tahan Untuk tidak menjadi Dia!�

Mencermati dua puisi di atas, terbersit suatu kesimpulan bahwa puisi tersebut tergolong puisi kontemporer, karena coraknya inkonvensional. Kedua puisi itu mengandalkan unsur formal seperti : pola-pola rima, larik, dan bait dan terutama lebih pada pembentukan suasana melalui imajinasi-imajinasi yang diciptakan penyairnya. Sdr.Aris, nampaknya, ia buang jauh-jauh nilai estetik dan puitik. Yang penting baginya adalah berusaha menampilkan citra lihatan dan citra dengaran tentang realitas yang ada di lingkungannya seperti masalah pasar dan cita-cita. Kalau dipenggal mengacu pada makna denotatif (= makna yang sebenarnya atau makna mengacu pada kamus) maka untuk larik pertama dan kedua puisi pasar maka hasilnya demikian : jalan pinggir jalan, jalan pinggir pasar, pasar orang lewat, lewat pinggir pasar, pinggir jalan. Kemudian Sdr Aris tutup dengan pasar bubar, bubar jalan, jalan pinggir jalan. Kata pasar dominan sekali dalam puisi tersebut. Rupanya Aris mau mengeritik, apa saja tujuan orang kalau ke pasar, iya kalau hanya jalan di pinggir jalan, mengapa tidak terus ke pasar untuk membeli sayur, membeli lain-lainnya seperti kitab atau mendengar firman dan sabda nabi dan Tuhan kalau memang di pasar ada ceramah agama? Tapi agama apa yang memberi ceramah di pasar? Bukankah pasar tempat bertemunya penjual dan pembeli? Begitu pun dengan Puisi Cita-cita, mengapa cita-cita seseorang itu begitu banyak? Ya, pada akhirnya, tentu bakal membingungkan, bukan? Sampai akhirnya, aku –lirik =aku yang diceritakan), mengatakan:/ Andaikan dia itu ada, aku tak tahan untuk tidak menjadi DIA//. 48


KAJIAN SASTRA Benar, kata kritikus sastra bahwa puisi merupakan hasil pengamatan dan pencernaan penyair terhadap suatu objek. Pengungkapan rada unik (tidak ada tandingannya), karena itu, pilihan katanya pun yang berunik dan berbobot. Selain itu, kata-katanya mengandung ide yang sukar untuk dicarikan sinonimnya dengan satu atau dua kata. Kejelasannya baru diperoleh setelah menalar (=menghubung-hubungkan fakta atau data menuju pada sebuah kesimpulan atau pendapat) dengan sungguh-sungguh melibatkan dunia dalam dan dunia luar puisi sehingga plong rasanya.

Puisi berikut ini salah satu contoh.

Perempuan-perempuan Tikopia Oleh : Aris

Perempun-perempuan Tikopia Anyam tikar tikar kuil suci Puja dewa-dewa Perempuan-perempuan Tikopia Punggung pantai muka danau Hormat altar suci uta Perempuan-permpuan Tikopia Hening-hening lengang tenang

Mencermati puisi di atas, maka kita butuh baca sejarah, dengan demikian ditemukan nama dewa Uta yang terdapat di Tikopia. Pertanyaannya, apa yang dikerjakan oleh perempun-perempuan Tikopia? Ternyata, mereka menganyam tikar kemudian dipasang pada kuil-kuil yang mereka sucikan dengan tidak boleh berbicara juga pantang untuk membelakangi kuil. Punggung mereka harus mengarah ke pantai dan wajah harus ke a rah danau tempat kuil itu berada. “Nah,apakah ini merupakan ketaatan yang sejati?� Apakah diberi sanksi kalau dilanggar? Atau apakah semua orang yang ke sana harus menaati peraturan seperti itu kalau menganyam tikar?

49


KAJIAN SASTRA Nah, bagaimana lagi dengan puisi Persiapan Upacara 17 Agustus karya Sdr.Elkacen berikut ini? Meski suasana puitis dihadirkan oleh penyairnya, tetapi setelah dicermati, ternyata penyairnya mau mengkritik persiapan perayaan Agustus yang cukup melelahkan tapi hasilnya tidak memuaskan. Puisi berisi kritik yang blak-blakan ini contoh praktis dari puisi kontemporer. Kritikannya tajam, terserah orang mau menilainya. Yang jelas penyair hanya mendeskripsikan sebuah fakta yang bisa saja fakta objektif tapi bisa juga fakta imajiner(=fakta yang ada dalam otak penyairnya). Cermati saja kritikan tajamnya:/ Maju jalan !/ Balik kanan tidur gerak/ Bersama kita memompa badai//

Persiapan Upacara 17 Agustus Oleh : Elkacen

Peserta upacara memasuki lapangan upacara Lapangan upacara disirami air mata Aku terduduk menunggu Mimpi yang masih berlabuh Di sana Di atas trotoar Lalu lalang anak sekolah Mengunyah pagi yang tak berbugkus Memendam makna yang tak terfahami Lalu lalang mentari di kepala Seakan berkata: Kupandang matamu sampai kau mati ! Lalu lalang polantas di jalan Mengatur langkah pramuka Maju jalan ! Balik kanan tidur gerak Bersama kita memompa badai.

50


PEMESANAN IKLAN : 0897 925 8669 (RIZAL) 51


Komunitas SASTRA

FORUM SASTRA INDONESIA DAN SASTRA CYBER Perkembangan sastra di dunia cyber seakan tak pernah berhenti. Bagai sebuah ekspresi jiwa yang telah lama terpendam dan kembali mencuat. Bukan mustahil, dunia cyber menjadi salah satu pengembangan daya intelektualitas, dalam mengasah talenta-talenta diri serta pertumbuhannya. Di situ, mereka bisa mencoba kepiawaiannya, terutama dalam bidang sastra. Mereka menguji karya-karyanya dengan berani. Era digital memang sangat memudahkan untuk publikasi. Perkembangan publikasi dalam dunia cyber, memungkinkan lahirnya penafsiran baru dalam bidang sastra. Sastra cyber bisa disebut dengan sastra postmodernisme. Keberadaannya berkembang pesat, seiring dengan berkembangnya dunia cyber atau digital. Di dunia cyber, dijumpai berbagai event dan perlombaan menulis. Kita mudah mengikutsertakan diri dalam berbagai event. Tentu saja, hal tersebut berbeda dengan konteks event dalam dunia nyata. Dalam dunia nyata, sering memerlukan waktu, tenaga dan persyaratan yang banyak, sehingga tak sedikit orang merasa minder dan tak punya waktu.

Perkembangan sastra cyber, membuktikan dengan cemerlang bahwa dunia sastra telah bangkit dan ramai kembali. Para pegiat sastra, penulis, penyair, bangkit dan berdiri. Sejarahnya, setelah sastra era modernisme melemah, sastra cyber seolah-olah megumandangkan kebangkitan sastra serta banyak melahirkan jenis tulisan baru. Tak dapat dipungkiri sastra era modernisme memang terikat dengan pakem-pakem tertentu, tetapi memberi wawasan baru dalam dunia sastra. Sastra jenis itu, berkembang pesat di dunia nyata, jauh sebelum era digital atau cyber. RED/ Dian Rusdi

52


Komunitas SASTRA

Dunia cyber menjadi saksi lahirnya aliran-aliran puisi baru. Melahirkan tokoh-tokoh baru dalam kesusastraan Indonesia. Diskusi aliran sastra, interaksi sesama pegiat sastra sangat ramai dalam dunia cyber. Misalkan, dalam Facebook, Twitter, Fanspage (Facebook), Blog, Wordpress dsb. Untuk membantu kefokusan dalam diskusi dan interaksi, maka dibuatlah situs-situs khusus yang membahas bidang sastra. Salah satu contoh grup sastra, yang membidangi sastra adalah grup Forum Sastra Indonesia (Forsasindo). Grup yang dibentuk Pak Manaek Sinaga beserta pegiat sastra lainnya, pada tanggal 22 desember 2012 ini, berhasil memikat puluhan ribu pegiat-pegiat sastra dari berbagai kalangan. Di grup ini, dapat dilihat para pegiat sastra, penyair, penulis, sastrawan dari berbagai golongan dan aliran puisi. Dari yang masih belajar sampai pada tahap pengajar. Termasuk juga ada para budayawan, seniman, sejarawan dll. Grup ini seakan tak pernah sepi dari postingan karya dan diskusi. Berbagai debat “panas� kerap dilontarkan, misalnya, masalah postingan, tulisan, kritikan, plagiator, dll. Forum Sastra Indonesia (Forsasindo), merupakan grup publik. Karena itu, setiap anggota bisa mempublikasikan karya-karyanya. Setiap anggota dengan mudah dan bebas membaca, menganalisis, mengapresiasi karyanya sendiri maupun orang lain. Tentunya, nilai kebebasan postingan karya, tetap bersentuhan dengan tanggungjawab, nilai etika dan moral. Admin grup mengemban tugas membentengi, menjaga, memelihara, dan bertanggung jawab terhadap berjalannya grup agar sesuai dengan etika dan moral. Akhirnya, kehadiran Grup Forum Sastra Indonesia (Forsasindo) merupakan wadah belajar-mengajar, interaksi-diskusi yang bertujuan memelihara, menjaga dan meningkatkan kemajuan sastra Indonesia. Salam Jiwa sastra. RED/ Dian Rusdi

53


Meski Lelaki, Kumpulan Cerita Yoga Frazt

Nadhom Cinta Dimas Indiyanto S.

AYIN Rini Intama

54


LIPUTAN KHUSUS

Sekolah Sastra Bulukumba dan Ruang Alternatif Andhika DM dan Arum Spink mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Sekolah Sastra Bulukumba (SSB). Sekolah tersebut diresmikan di Warung Kopi Ezpresso, Jalan Jenderal Sudirman, Bulukumba, Sulawesi Selatan pada 8 November 2012.

“Kota kecil macam apakah ini, sebuah kota tanpa sastra?” Sejak bertahuntahun entah berapa kapan lampau, pertanyaan itu menggedor-gedor kepala sastrawan dan budayawan muda, Andhika Daeng Mammangka bersama intelektual muda, Arum Spink. Bukan karena alasan Bulukumba dulu adalah tempat bermain masa kecil Krishna Pabicara, cerpenis nasional. Bukan karena Bulukumba adalah tempat kelahiran penyair dan aktor film nasional Aspar Paturusi. Bukan pula karena Bulukumba adalah kampung halaman Dul Abdul Rahman, novelis yang karya-karyanya tersebar dan dibaca di beberapa negara Asia. Sejarah pada akhirnya mencatat Andhika DM dan Arum Spink yang berani melabrak “prosedur” dan pakem sekolah formal di kampung halaman, Bulukumba.

Tidak tanggung-tanggung, seorang Akbar Faisal, politisi Senayan anggota DPR RI periode 2009-2014 menyempatkan diri seharian hadir pada pembukaan SSB.Menghadirkan seorang politisi Senayan tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena meskipun ada jaringan dan sudah ada janji, bisa saja kehadiran seorang politisi Senayan tiba-tiba batal karena berbagai hal yang tidak bisa dihindari. Arum Spink, Direktur Bulukumba Forum yang saat itu masih menjabat Ketua KPU Kabupaten Bulukumba, memfasilitasi SSB yang untuk sementara beralamat di Jalan Jenderal Sudirman, samping Penjara Tua, depan eks Kantor Polres Bulukumba. Seiring berjalannya waktu, kelas SSB berpindah-pindah tempat. Ruang kelas SSB bisa di mana saja. Salah satu kelas mereka adalah pelataran Radio Cempaka Asri FM Bulukumba. 55


LIPUTAN KHUSUS 1

Keterangan Foto: 1. Aksi baca puisi salah seorang santri SSB dalam Tadarrus Ramadhan SSB & Ekspresi RCA 2012.

2

Puluhan kegiatan sastra maupun pelbagai genre seni telah diselenggarakan oleh SSB. Kegiatan pertama mereka yang begitu bersejarah adalah Tadarrus Puisi Ramadhan Sekolah Sastra Bulukumba & Ekspresi RCA. Disiarkan langsung dari pelataran studio Radio Cempaka Asri 102,5 FMBulukumba, 4 Agustus 2013. Kegiatan pertama itu terselenggara atas kerjasama Sekolah Sastra Bulukumba (SSB) dan Program Ekspresi RCA 102,5 FM dimana program Ekspresi merupakan program sastra dan seni budaya yang saat itu masih diasuh oleh Ivan Kavalera. Banyak kalangan berharap kehadiran SSB bisa menambah wadah berlatih dan sarana untuk menghasilkan karya-karya seni budaya di Bulukumba. Seperti telah dirintis dan dilakukan oleh Darsyaf Pabottingi dan kawan-kawan yang berhimpun di Teater Kampong, dan atau Icdar Yeneng bersama Sanggar Seni Al Farabi. Wadah-wadah yang ada tersebut, selain berlatih dan berkarya, juga dapat menggali seni budaya khas Bulukumba, serta mendapat ruang dan waktu untuk melakukan eksplorasi.

2. Sastrawan dan aktor film nasional asal Bulukumba, Aspar Paturusi bersama Andhika DM, pendiri SSB.

Ruang Alternatif Dalam bincang-bincang khusus bersama Andhika Daeng Mammangka di sela-sela aktivitasnya mengajar di SSB pada 28 Nopember 2014, pesastra muda itu menjelaskan SSB memang telah jauh hari diproyeksikan menjadi ruang alternatif dalam melakukan pendidikan seni dan kebudayaan bagi masyarakat Bulukumba. Penulis belasan buku sastra dan sejarah, kelahiran Bulukumba tahun 1980 itu juga menegaskan bahwa siapa pun dapat terlibat untuk mengembangkan SSB. “Siapa pun dapat terlibat untuk mengembangkan SSB. Alhamdulillah. Saat ini kami juga telah mewujudkan beberapa mimpi, di antaranya Rumah Baca Malewa, pelatihan menulis karya fiksi dan non-fiksi, penelitian, pemutaran film dan sebagainya, yang dapat mendorong tumbuhnya penggiat seni sastra atau apresiator seni secara umum. Kami pun menghadirkan pelatih dan guru yang profesional di bidang kajian masing-masing, dari berbagai wilayah di Indonesia,� jelas sang guru yang juga pegiat sastra cyber dihttp://kelongpajaga.blogspot.com itu. 56


LIPUTAN KHUSUS

Sastra Radio dan Sastra Cyber Para santri dan santriwati (sebutan untuk siswa-siswi SSB) sejak SSB didirikan mereka langsung diajak berkenalan dan terlibat maksimal dalam berbagai seni pertunjukan. Para santri SSB sejak dini terlibat dalam sastra radio. Wadah mereka adalah Radio Cempaka Asri FM. Dua program acara sastra dan budaya di radio lokal tersebut menjadi ajang berkarya, baik karya tulis maupun pembacaan karya sastra secara live. Bermula dari radio itu pula para santri SSB mulai berkenalan dengan sastra cyber. Beberapa santri SSB saat ini bahkan dikenal sebagai pesastra cyber yang cukup aktif. Salah seorang diantaranya, Ahmad Muthahier dengan situs blognya di http://ahmadmuthahier.blogspot.com. Bulukumba kini selalu punya penjelasan terhadap pertanyaan “Kota kecil macam apakah ini, kota tanpa sastra?� Bulukumba memiliki SSB dengan Rumah Baca Malewa-nya, dengan ruang-ruang kelas di mana saja, di tengah alam terbuka pun jadi. Di ruang-ruang alternatif itu juga ada Sanggar Seni Al Farabi, Teater Kampong dan lain-lainnya yang lebih dulu ada. *Bulukumba 28/11/2014.[Liputan: Israwaty Samad/Foto: dokumen SSB] RED/ Istawaty Samad

57


PUISI

?

MENGAPA Atas nama kami

Tuan.... Kau tahu saku kami tak cukup tebal membeli hidup Mengapa tetap kau rogoh? dan kau bilang atas nama kami Tuan.... Sejak kemarin perut kami kosong dan baru bisa terisi pagi nanti lalu kau hanya duduk di kursi dan kau bilang atas nama kami Tuan.... Mungkin kami tak sebesar engkau namun ketahuilah karena kamilah kau besar Ya, kami yg kecil ini yang kau bilang kau adalah kami Saat kami tak lagi bernama.... Kau berdiri untuk siapa? Saat kami tak lagi kecil, namun berubah sirna Kau duduk untuk siapa? Tanpa kami apa bisa? Kami berdiri di gerbang kematian.... dan kau mempersiapkan surga untuk para raja di seberang Jika kau adalah kami, bukankah bersama kami kau pun akan mati? lalu mengapa masih saja kau bilang atas nama kami? Oleh : Lia herliawati Ciputat, 21 November 2014

58


CERPEN

REINKARNASI DI MALAM NATAL “Pokoknya hari ini engkau dan kelompokmu harus membawa pulang paling tidak 3 kaloon sari bunga nomor satu. Ratu berada dalam tahapan kritis. Dia harus memperoleh nutrisi kelas satu. Generasi baru kita harus lebih hebat kualitasnya dibandingkan dengan generasi terdahulu.� Yang diberi perintah manggut-manggut dan menggoyang ekor tanda mengerti sementara sayap-sayap tetap mengepak teratur melawan gravitasi. Itulah perintah yang diberikan oleh komandan pekerja tepat sesaat ketika fajar mulai merekah. Perintah ini sebenarnya tidak berbeda dengan perintah yang diberikan kemarin. Tetapi memang begitulah kerja komandan. Perintah yang sama harus diulang kembali untuk menunjukkan bahwa dia tetap berkuasa dan memegang komando. 59


CERPEN Pagi itu ternyata cerah sekali. Sesuai dengan perintah yang diberikan, seluruh kelompok pekerja bekerja benar-benar keras. Di sana-sini rumahrumah yang berdekatan dengan taman, mulai dihias dengan pernik-pernik hiasan natal, menambah semarak suasana pekerjaan. Sari bunga diambil dan disimpan di tempat penyimpanan. Ratu harus memperoleh makanan terbaik yang dapat diberikan oleh taman bunga ini. Suasana mungkin akan tetap tenang sampai sore, jika dua pembawa pesan, tidak tiba-tiba saja muncul. Dari jauh kedatangan mereka sudah tampak nyata. Lenggangnya adalah lenggang pembawa pesan. Mereka berdua juga membunyikan sirene. Sesaat kemudian, setelah seluruh lebah di taman itu berkumpul, pesan yang dibawa segera disampaikan. “Malam nanti salah seorang dari kalian akan memperoleh kesempatan istimewa. Reinkarnasi.â€? Teman yang beruntung ini dijadwalkan akan berreinkarnasi tepat malam Natal. Menjadi apa? Itu yang rahasia. Tetapi desa-desusnya teman ini akan menjadi manusia! Apa? Menjadi manusia? Wah ‌ ini baru berita! Suara riuh segera memenuhi taman. Mereka tahu reinkarnasi itu apa. Mereka bahkan berharap reinkarnasi diberikan pada mereka, khususnya jika mereka dijadwalkan terlahir kembali sebagai manusia. Menjadi manusia

adalah impian. Menjadi manusia adalah tujuan. Tak ada yang lebih membahagiakan kecuali memperoleh kabar akan menjadi manusia. Manusia mungkin bukan mahluk terkuat di muka bumi ini. Tetapi tidak banyak kelompok mahluk hidup lain yang dapat mengungguli ras manusia. Begitulah, mereka berulang kali mendengar dari para guru ketika masih bersekolah dulu. Bahkan pada dasarnya manusia adalah kelompok mahluk yang dapat melakukan apa saja. Mulai dari merusak hal-hal yang sebenarnya paling mereka butuhkan, sampai dengan menciptakan hal-hal yang paling tidak mereka perlukan. Sebuah kemampuan yang amat paradoks. Sebuah kemampuan yang tidak mungkin dapat ditandingi oleh kelompok mahluk hidup lainnya. Merusak yang diperlukan tetapi pada saat sama selalu mencipta hal-hal yang tidak diperlukan, hanya bisa dan pernah dilakukan oleh manusia. Tak ada kelompok mahluk hidup lain yang pernah dan mau melakukan hal ini. “Boleh kami mengetahui siapa teman yang beruntung tersebut?� Kalau ini bukan saja rahasia tetapi kami benarbenar tidak mengetahuinya. Kalau begitu beri saja ciri-cirinya. Kami tidak tahu. Lalu, bagaimana dapat memberitahu ciri-cirinya? Tetapi yang jelas, dan ini yang sangat penting, bukan?, salah satu dari antara kalian yang ada di taman inilah yang akan memperoleh kesempatan itu. Kalau tidak seperti itu, lalu untuk apa kami mengumumkan berita itu di tempat ini?

60


CERPEN Waktu bekerja memang masih panjang tetapi suasana benar-benar berubah. Berita yang diterima pagi itu benarbenar mampu mengubah banyak hal. Para pekerja bukan saja menjadi lebih bersemangat tetapi juga lebih gembira. Memang hanya satu yang memperoleh kesempatan istimewa tetapi yang satu ini adalah teman mereka, anggota kelompok mereka. Kalau giliran reinkarnasi untuk mereka, mereka akan sangat gembira. Kalau giliran reinkarnasi untuk salah seorang teman mereka, mereka juga akan sangat bergembira untuk sang teman. “Bagaimana kalau dirimu yang terpilih?” Yang ditanya memang tersenyum tetapi pompa penghisap sari bunga terus dioperasiksn. Dia tersenyum tetapi tidak menjawab. Kau pasti tidak akan ingat pada kami dan hobi utamamu. Merusak banyak hal yang diperlukan dan menciptakan banyak hal yang kurang diperlukan, akan segera kau praktekkan. Bahkan mungkin juga di taman ini. Yang ditanya tetap diam dan terus bekerja giat.

Yang bertanya, ternyata gigih. Dia memutuskan untuk terus bertanya sampai ada jawaban. Sampai ada komentar. “Kau akan reinkarnasi malam Natal nanti? Kau masih ingat cerita di balik kisah Natal kelahiran sang nabi besar, nabi Isa Almasih? Kau benarbenar sangat beruntung dapat dilahirkan pada malam Natal. Paling tidak ulang tahun yang biasa diperingat

oleh kaummu nanti, akan diperingati bersama-sama, dengan hari kelahiran seorang nabi yang tidak ada tandingannya sepanjang masa. Apa pendapatmu kawan?” “Kawan apa? Kawan dengkulmu, ya? Kau ini terlalu banyak bacot! Tidakkah engkau lihat aku sedang sibuk bekerja? Orang tidak bisa berkonsentrasi dan sibuk bekerja sambil sibuk ngobrol?” “Lho, ayo kawan! Kau harus memberi tanggapan! Pekerjaan ini akan semakin menyenangkan jika dilakukan sambil berdiskusi. Kau tentu masih ingat kisah kelahiran nabi Isa, bukan? Kalau kau memperoleh kesempatan seperti beliau, apakah engkau akan memilih untuk dilahirkan di kandang? Atau apakah engkau akan memilih untuk dilahirkan di rumah sakit kelas satu bertaraf internasional? Yang mana?” “Apa tidak sebaiknya aku berpindah ke rumpun bunga yang di sana itu? Aku bisa bekerja lebih tenang.” “ Apa perlu kusegarkan semangatmu dengan menceritakan kembali kelahiran nabi Isa yang diyakini sebagai sang Mesias, sang Penebus, dan sang Penyelamat itu?” “Waduh, tidak bisakah engkau menutup mulutmu sementara aku bekerja?”

61


CERPEN “Begini ceritanya. Nabi Isa lahir karena Yang Maha Kuasa beranggapan bahwa moral dan perilaku manusia semakin tidak karuan. Semua jenis larangan, yang disampaikan oleh para nabi terdahulu, dilanggar bahkan tidak jarang dijadikan rambu-rambu dan pedoman hidup. Kurang ajar tidak kalau sudah begini? Maka dari itu, jika ternyata memang engkau yang nanti dilahirkan kembali di malam Natal, meskipun engkau tentu saja tidak akan menjadi Nabi Isa ke II, tetapi paling tidak, engkau dapat meneladan kehendakNya dan menyebarluaskan gagasan dan ajaranNya.” “Kalau ini baru bicara yang ada maknanya. Aku tidak boleh mengumpat lagi sekarang. Masalah ini terlalu serius untuk ditanggapi dengan kekesalan, apalagi umpatan. Tetapi … bukankah belum pasti aku?” Menjadi manusia adalah sebuah kesempatan. Kesempatan seperti ini akan berubah menjadi berkah dan karunia jika berguna bagi banyak orang. Begitu aku sering mendengar khotbah para pendeta ketika dulu aku masih sering mendatangi kebun bunga di dekat gereja. “Kau tahu, bukan? Kalau hari minggu banyak manusia pergi ke gereja. Kau juga mungkin akan pergi ke gereja, kalau hari minggu. Ada banyak juga khotbah-khotbah yang menarik, bernas dan cerdas. Meskipun ya harus diakui, ada juga khotbah yang konyol, menjengkelkan, dan tidak bermutu! Kau harus menjadi manusia yang berguna.

Teladani nabi Isa. Jalankan dan amalkan semua ajaranNya. Kau pasti menjadi berkah, kau pasti menjadi karunia! Tetapi itu kalau aku yang terpilih.” Akhirnya tidak tahan juga dia. Jawaban dan komentar yang diharapkan muncul juga meskipun belum seperti yang diharapkan. “Ya memang belum tentu engkau tetapi sudah pasti salah satu di antara kita, bukan? Pembawa pesan belum pernah berbohong dan tidak akan pernah berbohong. Kita semua tahu ini! Maka dari itu aku sekarang permisi, akan kulakukan hal yang sama pada temanteman yang lain. Aku tidak ingin reinkarnasi pada malam Natal nanti tidak menjadi berkah dan karunia bagi umat manusia. Mereka satu persatu harus kuingatkan bahwa setiap orang yang dilahirkan dimalam Natal mempunyai kesempatan yang luar biasa hebatnya. Mereka harus siap mengubah kesempatan baik ini menjadi berkah dan karunia bagi sesama manusia.” “Ya, engkau boleh melakukannya!” Kemudian si pengingat pesan dan ajaran terbang ke kuntum bunga yang lain. Di sana ada banyak teman sedang sibuk bekerja. “Selamat bertugas kawan! Ternyata di balik cerewetmu ada misi mulia yang sedang engkau emban. Selamat, kawan!” Lagu natal pun mulai sayupsayup sampai ke taman itu. Holy night … Silent night …!

Oleh : Dr. Tri Budhi Sastrio 62 Seorang Doktor dalam bidang pendidikan bahasa dan budaya.


PUISI

SURAT CINTA DARI JAUH Kutitipkan sepucuk kata pada helai daun Yang angin terbangkannya lintasi pohon kerinduan Kupatahkan sepenggal pena dalam kalimat kiasan Yang tinta mewarnanya pada lembar kosong tulisan

Belai aroma dalam kembang taman bahasa rasa Yang penuh bunga bunga beraneka aksara Surat ini kulampirkan di sepinya malam yang gulita Sampaikan rindu yang sekian lama ku rasa di dada Kau berselimut cinta Wajah kekasih yang ku puja bermata jelita Senyum mu mengembang rasa ingin mendekap mesra Dalam bayangan ketika masa itu masih tak kendala Kini, jurang waku memisahkan jarak pada kita Yang jejak tak bisa lagi mengikuti keinginan rasa Hanya lewati kertas saja ku sampaikan cerita Tentang asmara yang merindukan di kejauhan kilometer menyita

Oleh : Hany Nuraeni Zulkarnaen Pelabuhan Ratu 291114 SKB/WRK

63


Sekumpulan Puisi, Sajak Tentang Sebuah Buku Trisnatun, M.Pd.

Secangkir Cincin, Kumpulan Cerita Fenti Enawati

Rumah Yang Kita Sebut Pelangi Chaery Ma 64


PUISI

VIA DOLOROSA Bagian dari cinta mana yang tak melukaiku Batang-batang rindu yang kau tanam dulu mengering bersama cambium cintaku disapu waktu dahan-dahan rindu yang dulu menjelma panel surya kini ia cuma bisa gugurkan daun-daun sendu Bagian dari cinta mana yang tak melukaiku angin agustus mengabar kekeringan menggusah burung-burung di atas pohonan terus-terusan merontokkan daunan di taman batinku menjelma pekuburan dan seperti kau tau, puan menunggu membuatku seperti pepohonan yang mengubur diri ke dasar bumi tapi tak juga kuputuskan masuk ke jantung angin justru sibuk menyiapkan kematian yang flamboyan. Jombang, 21 September 2014 Oleh : Aditya Ardi N

65


Belajar Bisnis Ala Rasullullah Selagi Mahasiswa, Why Not? Wildan Fuady

JAKARTA ARTS The Complete 1st Season Dimas Pettigrew

Gagalnya CSR Agribisnis Mulia Jaya. S.IP, M.Si Nazia Ibrahim. S.IP

TAN MALAKA, GURU REVOLUSIONER Penggagas Pendidikan Kritis Fridiyanto

66


KAJIANSASTRA

BEDAH PUISI INVESTOR KOTOR

Investor Kotor Oleh : Wiwi Ardhanareswari

Beradu tinju memburu perdu Tamu terjamu seribu candu Mari sini mengisi kursi Bersatu padu berburu madu Mentri berdasi ingkari janji Serdadu babu berbaju abu Instansi kuasai isi konstitusi. Inflasi kuasai negeri pertiwi

67


KAJIANSASTRA

MARI KITA BEDAH PUISI INI !

Puisi sebagai karya sastra yang sarat akan makna, membius perhatian pembaca dan penikmat sastra. Bagi para penikmat sastra khususnya puisi, tak cukup hanya membaca sekilas sekadar menikmati dilidah saja. Sebagai salah satu penikmat puisi, saya berusaha menelan dan mengolah pergulatan penulis puisi menjadi bagian dari saya. Puisi berjudul, “Investor Kotor” ini memiliki daya tarik tersendiri bagi saya. Kata per kata dari puisi ini menyimpan makna mendalam. Namun, tak dapat berdiri sendiri tanpa rangkulan kata-kata lain yang membentuknya menjadi kalimat mematikan. Mematikan di sini dalam arti begitu telaknya menyentuh obyek yang dituju. Beralaskan semua ini, saya berkeinginan membangun sebuah tulisan yang merupakan hasil pergumulan saya terhadap puisi berjudul INVESTOR KOTOR karya Wiwi Ardhanareswari ini.

JUDUL Judul puisi, “Investor Kotor”. Termasuk aliran puisi pasca Kontemporer. Nama spesifikasinnya adalah Puisi rischjun, aliran sempurna. Puisi ini memiliki identifikasi negatif terhadap perilaku para pelakon investasi. Terlihat dari kata "Investor Kotor". Dengan akhiran-OR yang sama pada dua kata ini, perhatian pembaca dicuri untuk menghirup luapan emosi dari penulis. Luapan emosi yang membonceng identifikasi negatif ini, begitu terasa dengan penggunaan kata "Kotor".Tajam, berani, lugas, dan tegas menyuguhkan ajakan yang menyentak berbagai persepsi hingga menularkan tanda tanya di kepala pembaca. 68


KAJIANSASTRA Inflasi kuasai negeri pertiwi Jelas diketahui bahwa kata "inflasi" adalah kata serapan yang mengungkapkan tentang keadaan. Nilai mata uang rupiah menurun akibat lajunya peredaran uang (KBBI). Namun penulis di sini, ingin memberi nyawa pada kata inflasi. Dengan kata lain, penulis menggunakan majas personifikasi. Penulis melihat, bagaimana inflasi sebagai suatu keadaan, dapat mempengaruhi bahkan menggerakkan para petinggi negara yang bertanggung jawab terhadap keadaan ini. Kata "menggerakkan" ini, menunjukkan bahwa inflasi memiliki sifat layaknya manusia, yaitu menguasai. Begitu jelas dan secara langsung digambarkan, bagaimana kocar-kacirnya negeri pertiwi di bawah kekuasaan inflasi sebagai penguasa.

Tamu terjamu seribu candu Pada baris kedua ini, penulis ingin mengibaratkan para investor yang dinilai negatif di atas tadi sebagai tamu undangan. Undangan di sini berasal dari ketertarikan para investor melihat peluang besar memperoleh keuntungan di tengah situasi kacau negeri pertiwi. Inflasi menjadi jamuan istimewa yang memberi candu untuk berpacu menyantap peluang investasi sebelum situasi berganti.

Mari sini mengisi kursi Kekesalanlah yang sesungguhnya ingin di tampakkan penulis sebagai salah satu dari orang-orang yang prihatin akan keadaan negeri pertiwi. Ajakan di atas, menegaskan kembali makna dari baris kedua. Penulis menggambarkan, betapa menggiurkannya candu keadaan inflasi ini, sehingga banyak pihak yang merasa diuntungkan. Namun, sedikit tempat yang ada akibat persaingan. Itulah gemaan kata "Mari".

Bersatu padu berburu madu Manis semanis madu keadaan ini. Perlu diingat, bahwa kemanisan hanya milik para investor yang berhasil mendapat kursi. Namun, bagi penulis yang berpihak pada kebenaran dan masyarakat pada umumnya, serta tahu akan permainan yang dimainkan oleh pihak tertentu, madu ini bukan madu, melainkan buah yang pahit. Inflasi sebagai penguasa, diincar eksistensinya oleh para investor kotor. Mangsa buruan ini bukan untuk dijatuhkan, melainkan untuk memelihara eksistensinya di atas negeri pertiwi. Tidak ada maksud lain selain menabung hasil kerja kotor para investor, sebab mereka menganggap lebih lama, lebih baik. 69


KAJIANSASTRA

Menteri berdasi ingkari janji Sungguh dalam makna yang tersirat pada kata "Mentri berdasi". Dasi yang disematkan sebagai busana khas para mentri ini melambangkan harapan serta kepercayaan penuh masyarakat negeri pertiwi. Ikrar janji menyematkan pandangan bahkan nilai positif bagi harga diri para mentri guna mendapat rasa percaya masyarakat yang mahal. Tepat, jika janji berarti berdasi. Namun bila ingkar janji berarti dasi menjadi tali untuk modal gantung diri. Fakta berbicara lain. Janji tak lagi berharga sebagai amanah yang menuntun cara kerja para mentri menghapus kesenjangan sosial. Situasi membutakan mata dan merendahkan harga diri. Janji yang di dalamnya terdapat kepercayaan masyarakat. Janji tak lagi cukup mengangkat harkat dan martabat yang menjamin kesejahteraan hidup. Namun, ikut ambil kursi bersama para investor kotor. Menambah keuntungan diri. Maka, para mentri berdasi ingkari janji.

Serdadu babu berbaju abu Tak mau ketinggalan aksi para penegak hukum. Julukan abdi negara bagi para serdadu, mengibaratkan mereka adalah babu bagi negeri pertiwi apa pun dan siapa pun lawannya. Namun fakta malu berbicara lagi. Keadaan yang menggiurkan mengakibatkan komitmen terhadap kebenaran menjadi abu (warna). Tidak hitam, tidak putih. Tidak menolak negosiasi para investor dan mentri. Namun, di mata masyarakat pun hukum serta kebenaran tetap terlihat dijunjung tinggi. Abu tidak hitam, tidak juga putih. Dalam peribahasa,"sambil menyelam, minum air�.

Instansi kuasai isi konstitusi. Penulis lugas menembak dengan kata, semua pihak yang kehilangan konsistensinya. Benar adanya instansi kepemerintahan yang dalam konteks ini, kepemerintahan negeri pertiwi, menguasai isi konstitusi. Apa gunanya bagi sebagian besar masyarakat mengetahui konstitusi negara ini. Anggapan lumrah masyarakat ini, memberi ruang gerak bagi para instansi pemerintahan untuk sesuka hati menggelindingkan ke sana-kemari konstitusi negara. Perilaku ini berguna, agar keterlibatan mereka dalam kerja kotor para investor, tak tertangkap kepolosan masyarakat luas. 70


KAJIANSASTRA Beradu tinju memburu perdu Seperti tumbuhan perdu yang bercabang cabang, tumbuh rendah dekat permukaan tanah (KBBI). Semua pihak beradu. Cabangnya yang banyak menjadi kursi lowong bagi beribu investor kotor. Untuk yang sudah memegang cabang, bukan berarti aman. Hidung singa pemangsa lain, selalu mencium kelengahan mangsa yang telah memegang cabang perdu. Terus dan terus diadu inflasi sebagai pemegang kekuasaan. Entah siapa yang akan menang, selama kepicikan masih membumi, terlihat di permukaan tanah, matahari tetap memberi cahaya pada mata polos masyarakat, walau malam dengan gelapnya terkadang membebaskan.

Kesimpulan

Ketertarikan akan karya sastra puisi memberi rangsangan pada setiap pembaca agar tak merasa cukup dengan mengecap keindahannya saja. Kecaplah, kunyahlah makna setiap kata, dan telanlah agar dapat diproses sebagai pergumulan ulang yang terjadi dalam diri kita sendiri.

71


Purakasastra adalah media independen yang bertujuan untuk ikut membangun dan memajukan dunia kesusastraan nasional. Kami menerima semua bentuk sumbangan naskah untuk dapat dipublikasikan secara nasional melalui media ini. Sumbangan tersebut dapat berupa kajian-kajian kesusasteraan, liputan kegiatan sastra , tips-tips menulis, karya sastra, buku-buku sastra, dan lain-lain.

72


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.