Purakasastra edisi 8

Page 1

Purakasastra | JUNI 2016 1


Kata Pengantar Drama merupakan salah satu karya sastra. Ia sering dirilis dalam bentuk percakapan atau dialog. Dialog dalam drama merupakan unsur penting dalam pentas. Ia adalah pokok yang tak digugat lagi. Muatan isi dalam drama menampilkan tema yang khas. Para penikmat, (pembaca dan penonton) diajak untuk aktif terlibat. Terlibat dimengerti sebagai penonton yang aktif mendengarkan alur kisah, berusaha ikut merasakan pergulatan para pelakon, menerka ekspresi-mimik dan makna dari drama yang ditampilkan Berkenaan dengan itu, Majalah Purakasastra pada edisi ke VIII, mengambil tema, “DRAMA�. Pada edisi ini, pembaca dihadapkankan pada berbagai ulasan yang menarik, menohok dan menukik tajam. Ada berbagai gagasan, artikel, cerpen dan puisi, yang menyuguhkan refleksi tentang pergulatan realitas hidup manusia. Selamat Membaca!

‘Ricky’

Kami menerima naskah berupa esai, proses kreatif, kritik sastra, cerpen, puisi, cerita mini, tips menulis, info komunitas, biografi dan opini sastra cyber. Silakan kirim naskah anda dengan menyertakan biodata dan foto penulis melalui email redaksipuraka@gmail.com. Purakasastra | JUNI 2016 2


EDISI 8 TAHUN II –

JUNI 2016

PEMIMPIN REDAKSI : Ricky Richard Sehajun REDAKTUR PELAKSANA: Ade Junita DEWAN RUBRIK : Dian Rusdi Muhammad Ridwan Kholis Nurul Latifah Alfa Anisa Ellyas Rawamaju Adi Septa Suganda Zahara Putri Keterangan sampul edisi 8: Judul: Menemukan Penjelmaan Oleh: Ade Junita Media: Photoshop CS5 Ukuran: 670 px X 728 px Resolusi: 72 pixels/inch

EDITOR : Nurul Latifah Zahara Putri Ricky Richard Sehajun

DESAIN GRAFIS DAN TATA LETAK : Ade Junita

Purakasastra adalah majalah sastra independen yang turut serta dalam usaha membangun dan mengembangkan dunia kesusastraan nasional.

DESAIN SAMPUL : Ade Junita

Untuk informasi pemasangan iklan, kritik dan saran silakan layangkan melalui email redaksipuraka@gmail.com.

Temukan kami di: Purakasastra Majalahpurakasastra

@purakasastra

Majalah Purakasastra

purakasastra.blogspot.com

Kontak person: 0852 3346 7893 #Beberapa foto ilustrasi dalam majalah ini diambil dari Google.

Purakasastra | JUNI 2016 3


CATATAN ANOMALI

Drama 

7

KAJIAN SASTRA

Karakter Tokoh dan Alur “Lakon Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi” Karya Gusmel Riyadh

10

Watak Tokoh Dalam Naskah “Bila Malam Bertambah Malam” Karya Putu Wijaya 

14

Parasastra. Hal. 17

PARASASTRA

Si Tangan Emas Dari Indonesia: Arifin C. Noer 

17 PURAKARYA Cerpen:

Mencari Picolino: Anggita Akai

22

Puisi: Drama di Kelas Kami Pada Pukul Tujuh Pagi

24

Pertunjukkan Sayap-Sayap

25

Teater Musim Panas

26

Bukan Perempuan Murahan

27

Purakarya. Hal. 22

SASTRA CYBER

Definisi Strukturalis Alur Dalam Drama

29

Perbedaan Drama Dalam Kancah Sastra

31

Mengenal Panggung Dalam Teater

34

Sastra Cyber. Hal. 29 PURAKASASTRA | APRIL 2016 4


PURAKASASTRA | APRIL 2016 5


PURAKASASTRA | APRIL 2016 6


CATATAN ANOMALI CATATAN ANOMALI

Buih dan Kenangan. Karya: Pea

D

rama merupakan kristalisasi ide, rasa, dan imajisinasi pengarang. Ia tidak termasuk karya halusinatif. Kepentinganya terletak pada aktivitas real panggung. Aktivitas panggung itu, merupakan jelmaan kerangka berpikir teks. Ada sebuah teks yang dijelaskan melalui diaalog, bercampur tata gerak yang didukung oleh kreativitas koreografi yang menakjubkan. Situasi ketakjuban, dihasilkan dari persentuhan realitas yang dilihat, didengarkan, dirasakan dengan suguhan makna yang diberikan teks atau naskah yang ditulis. Apa yang ditulis bersumber dari gejolak dan pampangan realitas. Ia menggugat, mengeritik sekaligus memberi solusi atas wajah buram anak -anak pertiwi. Gugatan, kritikan dan solusi itu dilontarkan di atas panggung. Lontaran di atas panggung, meluapkan karakter pertanggungjawaban ilmiah-rasional dari aplikasi ide, yang kemudian dipentaskan dengan dialog, gerakan dan eksprasi-mimik.

Demikianlah, panggung menjadi tempat menumpahkan ide cemerlang dan refleksi rasional-kritis atas realitas. Drama mengeksplorasi realitas. Ia mengemas problematika kehidupan. Baik susah maupun senang. Bagi seorang sutradara eksploitasi masalah senang dan susah, membawa kesenangan tersendiri. Sutradara bisa memberi inspirasi bagaimana cara mengerti realitas dengan segala eksisistensinya. Mengerti realitas, memang ditelusuri dengan berbagai teknik. Seperti kita mengerti drama politik manusia Indonesia. Cara mengerti politik indonesia bukan dalam bingkai drama pentas seni panggung real. Tetapi dimengerti dalam kerangka pikir nada analitis bahasa khas drama. Dalam alur bahasa analitik, terlebih dahulu menetapkan negara Indonesia sebagai panggung perrtunjukan drama. Para pelakonnya adalah pejabat-politikus dan rakyat. Alur teks dan keteraturan pentas panggung, dikaitkan unsur hukum sebagai pembanding dalam narasi drama politik Indonesia. PURAKASASTRA | APRIL 2016 7


CATATAN ANOMALI Panggung politik Indonesia sangat dramatis. Ada suguhan drama silang sengketa yang berakhir menyedihkan. Pun pula adu debat kebijakan dengan akhir yang membinggungkan. Konfusius benar, sewaktu dia memgatakan, “politik itu drama yang sangat misteri“. Kita tidak tahu persis, bagaimana spiritualitas seorang politikus. Apa yang menggerakan dia masuk dalam bingkai politik. Kita hanya bisa menduga-duga saja. Inilah karakter misteri drama politik. Dasar yang dipijak tak sepenuh diketahui khalayak. adegan terakhit kerap kali mengejutkan penonton (rakyat). Jika politik itu didasarkan pada jejak uang dan gensi, maka politik akan kehilangan kesucian. Jika politik kehilangan kesucian maka politik bisa memeroduksi banyak manusia berdosa. Lantas, bicara kesucian, kerjasama, dan kebijaksanaan hanya dalam tataran imajinasi. Realitas kerap kali berperan antagonis. Proses kerja politik yg menampilkan karakter antagonis, memberi cara berpikir baru soal tata ruang dan tata kelola negara. Tata ruang dan tata kelola, masingmasing terarah pada tampilan sistematis menuju keteraturan, keharmonisan dan kebaikan.

Socrates pernah berujar tentang kebaikan. Begini dia bilang, “apapun yang dilakukan oleh manusia, terarah untuk mengejar kebaikan”. Kebaikan yang dirujuk oleh Socrates, seolah olah tidak digubris. Apalagi dihayati. Malah diburuk burakan. Ketidakikutsertaan nilai kebaikan dalam panggung politik menghilangkan karakter moralitas dan etika. Akibatnya, politik menjadi pertunjukan drama amoralitas dan kata- tindakan tanpa etika. Drama ini memang dramatis. Ia bisa membawa haru. Menyertakan tawa dan memberi rasa duka cita. Para pelakon drama politik, tentu punya teks sendiri yang menjadi konstruksi gerakan dan logika panggung. Namun, pentas panggung politik, kerap kali di luar kerangka teks. Sebab, ia sekaligus sutradara dan pelakon drama. Berbeda dengan pentas panggung real. Antara sutradara dan pelakon, berbeda peran.Pelakon disiplin dengan aturan teks. Kalaupun berimprovissasi, ia tidak pernah menghilangkan faktual teks. Jadi, drama Politik punya kerangka pikir sendiri, drama panggung juga demikian. Kedua drama ini, sama-sama memiliki karakter misterium. ¤ (Ricky/red.)

Simpang. Karya: Pea

PURAKASASTRA | APRIL 2016 8


Purakasastra | JUNI 2016 9 ZC. Karya: Pea


KAJIAN SASTRA

Di Sana. Karya: Pea

Oleh: Putri Bayu Pungkasari 1. Analisis Karakter Tokoh Dalam Lakon Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (LDMdKM) karya Gusmel Riyadh ini di dalamnya terdapat lima karakter tokoh, yaitu Pak. RT, Hansip, IbuIbu, Zus dan Lelaki. Pengidentifikasian tokoh Pak. RT dalam lakon ini dapat kita ketahui dari jabatannya. Dilihat dari jabatannnya saja Pak. RT ini pasti mempunyai sikap wibawa dan menjadi penengah dalam setiap masalah di desanya, hal tersebut dapat kita ketahui dari penggalan percakapannya.

“lho, lho, lho, sabar dulu. Semuanya harus dibicarakan baikbaik. Dengan musyawarah, dengan Mufakat, jangan main hakim sendiri. Dia kan tidak membuat kesalahan apa-apa?,... Banyak penyanyi Jazz suaranya serak-serak basah, tidak menimbulkan masalah. Padahal lagu-lagunya tersebar ke seluruh dunia.“ Tidak hanya mempunyai sikap yang berwibawa dan selalu menjadi penengah, Pak. RT juga mempunyai sikap atau rasa yang dia tidak mahu menyalahkan

Purakasastra | JUNI 2016 10


KAJIAN SASTRA seseorang atas sesuatu yang sebenarnya itu tidak salah, akan tetapi banyak orang yang menganggap hal itu salah maka hal tersebut menjadi salah.

“Terlalu! Pikiran sendiri kemanamana, orang lain disalahkan.” “Bukan salah wanita itu dong! Salahnya sendiri kenapa mesti membayangkan yang tidak-tidak? Apa tidak ada pekerjaan lain?” “Pengalamannya yang panjang sebagai ketua RT membuat saya hafal, segala sesuatu bisa disebut kebenaran hanya jika dianut orang banyak..., karena dianggap memang sudah seharusnya.” “Tidak mungkin, wanita itu tidak bersalah. Bahkan melarangnya nyanyi saja sudah keterlaluan. “ Memang tidak mudah menjadi seorang pemimpin yang harus mengatur berratus-ratus, bahkan berribu-ribu juta masyarakat atau warga dengan berbagai macam tujuan dan berbagai macam fikiran serta kemauan mereka. Pemimpin harus tegas dan harus cepat mengambil keputusan sebelum masalah yang ada tambah runyam.

“Aduh, terimakasih banyak Zus. Harap maklum Zus, saya cuma tidak ingin masyarakat menjadi resah.” “Begitulah Zus, saya harap Zus berbesar hati menghadapi semua ini. Maklumlah orang kampung Zus, kalau sedang emosi semaunya sendiri.” Karakter yang kedua adalah “Zus” Dia adalah seorang wanita yang mempunyai kelapangan hati dan sabar menerima segala sesuatu, serta mau mengerti sebuah keadaan yang sebenarnya bukan salahnya. Tapi kesalahan orang lain saja yang terlalu berlebihan mengimajinasikannya.

“Baiklah Pak RT, Saya usahakan untuk tidak menyanyi di kamar mandi. Akan saya usahakan agar mulut saya tidak mengeluarkan suara sedikit pun.” “Wanita itu lagi-lagi tersenyum penuh pengertian.” “Sudahlah Pak, jangan dipikir, saya mau pindah ke kondominium saja, supaya tidak mengganggu orang lain.” Karakter yang ketiga adalah para lelaki Dalam lakon ini para lelaki mempunyai sifat yang negatif, dalam arti fikirannya jorok dan kelakuannyapun juga tidak baik. Itu terbukti dari kegemaran mereka yang selalu di balik tembok ketika Zus mandi dan fikirannya pun juga melayang ke hal-hal negatif itu dapat diketahui dari prolog sebagai berikut.

“Suara wanita itu serak-serak basah, entah apa pula yang dibayangkan orang-orang dibalik tembok dengan suara yang serak-serak basah itu. Wajah mereka seperti orang lupa,...mereka sungguh-sungguh senang berada disana.” “Kalau dia menyanyi suaranya sexy sekali,... aku tidak bisa tidak membayangkan tubuh yang begitu penuh dan berisi. Seandainya tubuh itu kupeluk dan kubanting ke tempat tidur. Seandainya ..” Karakter keempat adalah Ibu-ibu Cemburu itu memang wajar, tapi kalau cemburu manjadi iri dan menimbulkan masalah itu baru tidak wajar. Dalam lakon ini para ibu-ibu memiliki sifat egois, menilai seseorang sesukanya dan main hakim sendiri. Sebenarnya masalah yang timbul itu bukan dari Zus akan tetapi dari suaminya

Purakasastra | JUNI 2016 11


KAJIAN SASTRA sendiri dan para istri yang tidak bisa menjaga suaminya agar tidak berpaling ke wanita lain dan juga karena rasa cemburu yang berlebihan.

“Ya, sampai begitu! Bapak kan tahu sendiri, suaranya yang serakserak basah itu disebabkan karena apa! “Karena sering dipakai dong! “Kami ibu-ibu sepanjang gang ini sudah sepakat, dia harus diusir! “Apa Pak RT tidak tahu apa yang dimaksud dengan adeganadegan erotis? Apa Pak RT tidak tahu dampaknya bagi kehidupan keluarga?...wanita yang indekost di tempat ibu Saleha, kehidupan seksual warga masyarakat harus terganggu? Sampai kapan semua ini berlangsung?.”

Sedangkan sifat seperti para lelaki di atas dapat dilihat dari jawaban hansip atas pertanyaan yang diajukan Pak. RT.

Pak. RT: Aku tahu, maksudku kamu membayangkan adeganadegan erotis atau tidak kalu mendengar dia mandi? Hansip: Iya, Pak. 2. Analisis Alur Dalam lakon “ Dilarang Menyayi Di Kamar Mandi” karya Gusmel Riyadh ceritanya tidak diawali dengan perkenalan tokoh-tokohnya, melainkan langsung pada peristiwa demi peristiwa, langsung diawali dengan paparan situasi awal yang oleh pengarang diangkat sebagai pendahuluan untuk masuk ke dalam cerita. Setelah itu pengarang mengembangkan isi ceritanya kemudian pengarang mengembangkan cerita tersebut menuju klimaks dan yang

Karakter kelima adalah “Hansip” Dalam lakon ini hansip juga mempunyai karakter seperti para lelaki di atas akantetapi hansip ini masih mempunyai rasa hormat terhadap pekerjaannya. Bukti kalau hansip masih menghormati tugasnya adalah sebagai berikut.

“Pak RT dan ibu-ibu bentrok lagi. Sampai akhirnya, situasi bisa diamankan oleh hansip. Hansip kembali datang dengan terengah-engah setelah berhasil mengusir ibuibu.” Seperti. Karya: Pea

Purakasastra | JUNI 2016 12


KAJIAN SASTRA terakhir peleraian yang sekaligus sebagai penyelesaian. Situasi awal yang oleh pengarang sebagai pendahuluan untuk masuk ke dalam cerita adalah adanya rasa ketidaknyamanan para ibu-ibu kompleks terhadap Zus yang setiap mandi sambil bernyanyi yang kemudian mengakibatkan para suami ibuibu tersebut menjadi dingin terhadap para istri dan sering membayangkan sesuatu adegan dengan Zus.

IBU-IBU Bapak boleh tidak percaya, tapi suara itu telah merugikan warga di kampung ini IBU-IBU Betul Pak, terutama yang sudah berkeluarga seperti kami. IBU-IBU Semenjak suara itu mulai muncul, kebahagiaan rumah tangga kami terganggu. Pengembangan ceritanya adalah para ibu-ibu menginginkan Zus diusir dari kampung itu, sedangkan Pak.RT juga tidak tega, karena itu bukan sepenuhnya salah Zus. Itu salahnya para suami yang daya khayalnya terlalu tinggi dan berlebihan.

“Kami ibu-ibu sepanjang gang ini sudah sepakat, dia harus diusir!” Sedangkan klimaksnya adalah para lelaki masih saja terus menguping Zus mandi, sambil membayangkan sesuatu yang tidak-tidak. Padahal jelas-jelas para ibu-ibu sudah seperti orang kebakaran jenggot.

“Dendang kecil itu segera menjadi nyanyian yang mungkin tidak teralu merdu tapi ternyata merangsang

khayalan menggairahkan. Suara wanita itu serak-serak basah, entah apa pula yang dibayangkan orang- orang dibalik tembok dengan suara yang serak-serak basah itu. Wajah mereka seperti orang lupa dengan keadaan sekelilingnya. Agaknya nyanyian wanita itu telah menciptakan sebuah dunia di kepala mereka dan mereka sungguh-sungguh senang berada disana.” Peleraian masalah ini adalah Pak. RT meminta secara baik-baik kepada Zus untuk meningglakan kampung itu dan kemudian Pak.RT mendirikan. Fitness centre yang mengajarkan Senam Kebahagiaan Rumah Tangga. Dikarenakan para lelaki masih saja membayangkan Zus yang sedang mandi dan berlanjut ke adegan-adegan erotis selanjutnya.

“Baiklah, Bapak-bapak Ibu-Ibu saya sudah memutuskan, akan mendirikan fitness centre di kampung ini. Di fitness centre itu akan diajarkan Senam Kebahagiaan Rumah Tangga yang wajib diikuti ibu-ibu, supaya bisa membahagiakan suaminya. pembukaan fitness center itu kelak, kalau bisa dihadiri Jane Fonda, Ade Rai, Viki Burki, dan Miyabi.” ¤

Sumber: http://esaisastrakita.blogspot.tw/2013/05/es ai-kritik-drama-putri-bayu-pungkasari.html

“Seseorang semestinya memutuskan bersama orang lain karena menemukan keutuhannya tercermin, bukan ketakutannya akan sepi.” Dee Lestari, Rectoverso Purakasastra | JUNI 2016 13


KAJIAN SASTRA

Ada. Karya: Pea

Oleh: Rizqa Era Fithriya

Dari teks drama yang berjudul “Bila Malam Bertambah Malam� kita bisa melihat jika semua yang ada di dunia ini adalah takdir Tuhan yang memang telah digariskan untuk kita jalani. Meskipun itu hal yang terburuk sekalipun. Kita tidak boleh membeda-bedakan antar sesama manusia. Di hadapan Tuhan kita itu semua sama. Tidak ada manusia yang sempurna, semua pasti mempunyai kekurangan. Di dalam teks drama ini terlihat sekali jika antara yang dianggap di bawah dan di atas sebenarnya sama. Tokoh-tokoh dalam naskah drama yang berjudul “Bila Malam Bertambah Malam� ini mempunyai watak/karakter yang berbedabeda. 1. Gusti Biang Gusti biang adalah seorang Janda yang begitu membanggakan ebangsawanannya. Gusti biang mempunyai watak yang pemarah, keras, angkuh dan egois. Dalam kehidupan sehari-harinya dia selalu marahmarah terhadap kedua abdi nya yang sangat setia. Namun pada suatu malam dia telah menuduh Nyoman ingin meracuninya dengan maksud membunuh dan mengambil hartanya. Seperti tampak pada teks berikut NYOMAN : Obat-obat ini dikirimkan dokter Gusti. Harus dihabiskan. GUSTI BIANG : Tidak, tidak. Aku tahu semuanya itu. Kalau aku menelan semua obat-obatmu itu, aku akan tertidur

seumur hidupku, dan tidak akan bangunbangun lagi, lalu good bye. Lalu kau akan menggelapkan beras ke warung cina. Kau selamanya iri hati dan ingin membencanaiku ... Kalau sampai aku mati karena racunmu, Wayan akan menyeretmu ke pengadilan. Rasa tidak senang Gusti Biang semakin memuncak ketika tahu bahwa Ngurah anak satu-satunya mencintai Nyoman. Dia tidak setuju karena perbedaan kasta yang tidak sepadan. Sikap Gusti Biang yang masih ingin mempertahankan tatanan lama yang menjerat manusia berdasarkan kasta,membuat ia sombong dan memandang rendah orang lain. Keangkuhan dan sifat semena-mena terhadap dua abdinya juga di landasi oleh semangat kebangsawanan yang ditinggal oleh mantan suaminya. Apalagi dia selalu menganggap Purakasastra | JUNI 2016 14


KAJIAN SASTRA bahwa suaminya adalah seorang pahlawan sejati.

lakukan dengan sengaja untuk melupakan kesedihan, kehilangan masa muda yang tak bisa dibeli lagi.

2. Nyoman Nyoman adalah seorang gadis desa tinggal di puri tempat tinggal gusti biang. Selama itu kebutuhan nyoman tercukupi oleh gusti biang. Namun karena Sikap Gusti Biang yang masih ingin mempertahankan tatanan lama yang menjerat manusia berdasarkan kasta,membuat ia sombong dan memandang rendah orang lain. Begitu pula terhadap Nyoman. Nyoman yang selalu setia melayani Gusti Biang,harus rela bersabar akibat sikap Gusti Biang yang menginjak-injak harga dirinya.Telah lama Nyoman ingin meninggalkan puri itu karena ia sudah tidak sanggup menahan kemarahan terhadap Gusti Biang. Nyoman tak kuasa lagi menahan emosi yang bertahun-tahun ia pendam manakala Gusti Biang benar-banar menindasnya. Gusti Biang menuduh Nyoman akan meracuninya dengan obatobatan yang Nyoman berikan. Bahkan Gusti Biang tidak segan-segan memukul Nyoman dengan tongkat. Akhirnya Nyoman meninggalkan puri itu.

(Memandang Ngurah dengan lembut. Tapi tiba-tiba ia teringat sesuatu dan kemudian berkata)

3. Wayan Wayan adalah salah seorang abdi gusti biang, wayang adalah seorang lelaki tua yang dulu menjadi ajudan dan teman seperjuangan almarhum suami gusti biang yang telah meninggal pada saat pertempuran melawan Belanda. Wayan memiliki watak yang baik hati, setia, dan lucu. Kesetiaannya terhadap orang yang dicintainya tampak pada teks berikut. WAYAN : Tiyang menghamba di sini karena cinta tiyang kepadanya. Seperti cinta Ngurah kepada Nyoman. Tiyang tidak pernah kawin seumur hidup dan orang-orang selalu menganggap tiyang gila, pikun, tuli, hidup. Cuma tiyang sendiri yang tahu, semua itu tiyang

Tidak. Ngurah tidak boleh kehilangan masa muda seperti bape hanya karena perbedaan kasta. Kejarlah perempuan itu, jangan-jangan dia mendapatkan halangan di jalan. Dia pasti tidak akan berani pulang malam-malam begini. Mungkin dia bermalam di dauh pala di rumah temannya. Bape akan mengurus ibumu. Pergilah cepat, kejar dia sebelum terlambat. 4. Ngurah Ngurah adalah anak gusti biang yang sedang menyelesaikan pendidikannya di universitas di pulau jawa. Ngurah sangat mencintai nyoman, namun seperti yang dimaksudkan dalam lakon tersebut bahwa cinta mereka terhalang oleh kasta. Karena pada dasarnya sama dengan cinta gusti biang terhadap wayan yang terhalang oleh kasta. Sehingga cinta itu berubah menjadi kemarah-marahan kesombongan dan keegoisan Gusti Biang. Ngurah mempunyai watak yang berbeda dengan ibunya, ngurah mempunyai watak yang sangat baik terhadap semua orang, bahkan dia sangat bijaksana terlebih ketika mengetahui cerita sebenarnya tentang siapa ayah kandungnya sendiri yang ternyata adalah wayan. Dia sama-sekali tidak marah bahkan karena kejujuran itu cerita dalam lakon itu menjadi lebih baik. Pada akhirnya Gusti biang mengijinkan Ngurah menikah dengan Nyoman. ¤

Sumber tulisan: http://esaisastrakita.blogspot.tw/search/labe l/Rizqa%20Era%20Fithrya

Purakasastra | JUNI 2016 15


I-S-T-I. Karya: Isiti Syarifah

Purakasastra | JUNI 2016 16


PARASASTRA

S

astra memiliki banyak jenis, di antaranya adalah drama. Istilah drama seringkali disandingkan dengan istilah teater. Kedua istilah tersebut, memiliki perbedaan. Drama berasal dari kata dran (bahasa Yunani) yang berarti berbuat, beraksi dan berlaku, sedangkan kata ‘teater’ berasal dari kata theatron (bahasa Yunani kuno) yang artinya gedung atau tempat pertunjukan. Drama memiliki kecenderungan ke seni sastra, yang di dalamnya terdapat puisi, esai ataupun prosa. Sedangkan teater dapat tercipta karena adanya drama. Tanpa adanya drama, teater hanya diartikan sebagai tempat atau gedung pertunjukan. Jadi, drama termasuk jenis karya sastra, sedangkan teater menjadi bagian dalam seni peran. Indonesia memang kaya akan sumber daya alam dan manusia. Sudah banyak negara asing yang mengakui akan kekayaan alam negeri ini dan sudah banyak pula anak bangsa yang mengharumkan nama Indonesia dari berbagai bidang. Salah satunya ialah Arifin Chairin Noer, yang lebih akrab disapa Arifin C. Noer. Dari tangan emasnyalah banyak terlahir karya-karya fantastis. Ia adalah seorang penulis naskahlakon, skenario, sutradara, produser handal dari negeri ini. Banyak penghargaan yang diraihnya, mulai dari Piala Citra yang

diperolehnya berkali-kali, piala The Golden Harvest dan memenangkan sayembara Teater Muslim. Naskah-naskahnya menarik minat para teaterawan dari generasi yang lebih muda, sehingga banyak dipentaskan di mana-mana. Karyanya memberi sumbangan besar bagi perkembangan seni peran di Indonesia. Ia menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu pencetus bentuk teater modern Indonesia. Naskah lakon Kapai-Kapai yang ditulis tahun 1970, terpilih sebagai salah satu karya dalam antologi seratus tahun drama Indonesia yang diterbitkan Yayasan Lontar. Naskah itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Moths. Kapai-Kapai dipilih karena merupakan karya Arifin C Noer yang paling sering dipentaskan serta menandai titik balik penting dalam penulisan lakon di Indonesia, yakni dari teks drama realistis menjadi penulisan puitis yang menuntut agar dikonkretkan di atas panggung. Kapai-Kapai berada di antara drama absurd Barat dan drama rakyat Indonesia. Menggambarkan dongeng masa kecil Arifin di Cirebon, Jawa Barat, dengan bahasa puitis yang kaya metafor, kata-kata berirama dan struktur ritmik. Arifin mulai bekerja dengan kamera ketika Wim Umboh membuat film Kugapai

Sumber foto dalam halaman ini: http://pujies-pujies.blogspot.tw201001arifin-c-noer.html

Purakasastra | JUNI 2016 17


PARASASTRA

Cintamu, 1976. Berbekal pengalaman sebagai sutradara teater, terjun ke dunia film. Indonesia pernah memiliki sebuah karya film yang boleh dibilang cukup sukses pada zamannya. Film itu berjudul Pengkhianatan G 30 S/PKI yang digarap awal tahun 80-an, dan menelan biaya sejumlah Rp 800 juta. Sebanyak 120 tokoh dan lebih dari 10 ribu figuran terlibat dalam produksi film era orde baru tersebut. Film yang juga dibintangi oleh Umar Kayam, Amoroso Katamsi, dan juga Keke Tumbuan ini mampu menyedot penonton yang jumlahnya tak terhingga. Bukan itu saja, film ini menjadi rujukan rezim orba untuk diputar rutin setahun sekali. Film ini mampu membawa para penontonnya “sangat percaya� dan turut larut dalam kisah yang disajikannya. Itulah hasil karya yang dahsyat dari tangan terampil bernama Arifi n C. Noer. Kerja Keras dan Profesional Meski bukan film kolosal yang pertama, namun tetap harus menghabiskan waktu selama dua tahun dalam menggarap film Pengkhianatan G 30 S/PKI. Pekerjaan ini tidak gampang. Apalagi Arifin C. Noer menjadi sutradara, yang harus mengurus dan menata casting yang sangat detail dan besar. Dan meski hanya mengisahkan

periode sejarah pada enam hari masa genting Indonesia saja, namun sang sutradara harus membaca sebanyak mungkin sumber, mewawancarai sebanyak mungkin sosok saksi sejarah, dan mencari properti asli. Langkah yang dilakukan oleh Arifi dalam membuat film tersebut, menuai kontroversial karena penuh dengan muatan politik dari pihak penguasa. Namun demikian, banyak yang menilai bahwa film ini cukup kaya dengan detail. Latarnya juga berpindahpindah dari Istana Bogor menuju ke rapatrapat gelap PKI dan kemudian ganti adegan di rumah para pahlawan revolusi, yang selanjutnya menuju Lubang Buaya. Selain cerita utama berwujud pemberontakan, beberapa fakta mengenai kerawanan ekonomi juga dilukiskan dalam sketsa “antri�. Lukisan tersebut menunjukkan rakyat telah dilanda kemiskinan. Sementara mengenai kerawanan politik digambarkan melalui serangan PKI pada sebuah masjid di Jawa Timur, sisi penyiaran berita radio, dan onggokan koran yang tergunting, serta komentar-komentar tajam. Tak ketinggalan gambar poster Bung Karno juga menyeruak di sana-sini, dan latar lingkungan bertulisan Manipol Usdek (Manifesto Politik/UndangUndang Dasar 1945) juga bertebaran di sana-sini, di tembok, di pagar, serta pada atap rumah. Sebagai sarana propaganda, film Pengkhianatan G 30 S/PKI garapan Arifin C. Noer ini dinilai sangat berhasil, sebab mayoritas yang pernah menontonnya benarbenar percaya terhadap adegan dan cerita yang tersaji.

Sumber foto dalam halaman ini: https://m.tempo.co/read/news/2012/09/29/078432688/proses-arifin-c-noer-bikinpengkhianatan-g30s-pki

Purakasastra | JUNI 2016 18


PARASASTRA Meski menuai sikap kontroversi dari banyak pihak, film ini merupakan karya terlaris dan dijuluki superinfra box-office. Dan dari film Pengkhianatan G 30 S/PKI ini, tahun 1985 Arifin berhasil meraih kembali sebuah penghargaan Piala Citra sebagai penulis skenario terbaik. Film ini diwajibkan pemerintah Orde Baru untuk diputar rutin oleh seluruh stasiun televisi nasional pada tiap akhir bulan September, demi memperingati insiden Gerakan 30 September 1965. Dan selanjutnya tahun 1990, Taksi adalah judul film hasil karya Arifin yang juga tak kalah suksesnya karena berhasil meraih 6 piala Citra. Siapa Arifin C. Noer? Sutradara film Pengkhianatan G 30 S/PKI bernama lengkap Arifin Chairin Noer ini dikenal sebagai seniman multitalenta. Seni teater dan baca puisi telah digelutinya sejak menempuh pendidikan di Surakarta dan juga Yogyakarta. Ia menikah dengan Nurul Aini(istrinya pertama) dikaruniai dua anak, Vita Ariavita dan Veda Amritha. Pasangan ini bercerai pada 1979. Kemudian Arifin menikah lagi dengan Jajang Pamontjak(putri tunggal dubes RI pertama di Prancis dan Filipina) yang memberinya pula dua anak, Nitta Nazyra dan Marah Laut. Lalu, ia menderita sakit kanker hati dan lever. Ia sempat menjalani operasi kanker di Singapura, sebelum kemudian sejak 23 Mei 1995 dirawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta. Namun nyawanya tidak tertolong. Ia meninggal dunia pada Minggu, 28

Mei 1995, pukul 06.25. 

PENDIDIKAN 1. SD Taman Siswa, Cirebon 2. SMP Muhammadiyah, Cirebon 3. SMA Negeri Cirebon (tidak selesai) 4. SMA Jurnalistik, Solo 5. Fakultas Sosial Politik Universitas Cokroaminoto, Yogyakarta (1967) 6. International Writing Program, Universitas Iowa, AS (1972)



KARIR 1. Manajer Personalia Yayasan Dana Bantuan Haji Indonesia 2. Wartawan Harian Pelopor Baru 3. Sutradara Teater Muslim (1962) 4. Anggota Studi Grup Drama Yogyakarta (1962) 5. Pendiri dan pemimpin Teater Kecil (1968-1995) 6. Kepala Humas Dewan Kesenian Jakarta (1969-1972) 7. Penulis skenario film (19711995) 8. Sutradara film (1977-1995)



Naskah Drama dan Film 1. Kapai-kapai (1970)

Sumber foto dalam halaman ini: http://citizen6.liputan6.com/read/2212346/mega-mega-dalam-persembahan-untukarifin-c-noer

Purakasastra | JUNI 2016 19


PARASASTRA 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Rio Anakku (1973) Melawan Badai (1974) Suci Sang Primadona (1977) Petualang-Petualang (1978) Harmonikaku (1979) Yuyun Pasien Rumah Sakit Jiwa

2.

3. 4.

(1979) 8. Serangan Fajar (1981) 9. Djakarta 1966 (1982) 10. Pengkhianatan G-30-S/PKI (1984) 11. Matahari-Matahari (1985) 12. Biarkan Bulan Itu (1986) 13. Cas Cis Cus (1989) 14. Taksi (1990) 15. Bibir Mer (1991) 16. Tasi Oh Tasi (1992)

BUKU 1. Mega, Mega: Sandiwara Tiga Bagian(1966) 2. The Bottomless Well : a Play in Four Acts(1992) 3. Good morning, Jajang.

4.

5.

Singapore: Dept. of Malay Studies(1995) Orkes Madun, Atawa, Madekur dan Tarkeni; Umang-umang; Sandek Pemuda Pekerja; Ozone; Magma(2000) Ideologi Teater Modern Kita(2000)

PENGHARGAAN 1. Pemenang pertama sayembara penulisan lakon Teater Muslim

5. 6. 7. 8. 9.

Pemenang kedua sayembara naskah drama Lampu Neon dan juga Nenek Tercinta(1967) Anugerah Seni dari pemerintah RI(1971) Pemenang pertama sayembara penulisan lakon DKJ naskah drama Kapai-kapai(1972) Piala The Golden Harvest untuk film Pemberang pada FFA, 1972 Piala Citra untuk film Rio Anakku pada FFI, 1973 Piala Citra untuk film Melawan Badai pada FFI, 1974 Piala Citra untuk film Serangan Fajar pada FFI, 1982

Pengkhianatan G-30-S/ PKI

pada FFI, 1984 10. Piala Citra untuk film Taksipada FFI, 1990 11. Sea Write Award dari Kerajaan Thailand, 1990. (Fina/Red) ¤ Sumber: http://ensiklo.com/2014/09/sekilas-profilarifin-c-noer-sutradara-film-kontroversial-g30-spki/ https://id.wikipedia.org/wiki/Arifin_C._Noer http://perbedaanterbaru.blogspot.com/2015 /07inilah-perbedaan-drama-danteater.html?m=1 http://www.tokohindonesia.com/biografi/art icle/285-ensiklopedi/775-sutradara-film-g30-s-pki

Mega, Mega: Sandiwara Tiga Bagian (1966)

“Orang-orang itu telah melupakan bahwa belajar tidaklah melulu untuk mengejar dan membuktikan sesuatu, namun belajar itu sendiri, adalah perayaan dan penghargaan pada diri sendiri." Andrea Hirata-Padang Bulan Purakasastra | JUNI 2016 20


Purakasastra | JUNI 2016 21 Hong Kong Flower Show. Karya: Isti Syarifah


PURAKARYA CERPEN

Oleh: Anggita Akai

Sering dikatakan bahwa anjing adalah sahabat terbaik manusia, bukan, Hortense? Apakah karena kesetiaannya? Kurasa tidak. Ada makhluk yang lebih setia daripada anjing. Mata kelam itu terbuka untuk pertama kalinya pagi ini. Ia mengerjap; merasakan kekosongan di sisi kiri. Tangannya meraba sepetak tempat yang kosong di ranjangnya, lalu Rindu dan Secangkir Teh. Karya: Isti Syarifah melonjak; menyadari dirinya ditinggal sendiri. Sepi–hanya perabotan sederhana “Picolino!” Ia berteriak separuh yang catnya telah terkelupas dan jendela memaki. Tubuh kurusnya terisi penuh oleh terbuka yang menampilkan suasana pagi energi. Cahaya mentari menembus jendela buta. Ada es pada udara yang ia hela; dan menerangi rambutnya yang sewarna tubuhnya pun menggigil di bawah balutan jerami. piyama. Ia berdiri, kemudian berlari. Pintu Ia mencapai meja makan. Ada kamarnya terbuka lebar sejak tadi. sekeranjang roti dan buah-buahan. Selai Dugaannya, Picolino sudah meluncur ke jeruk dan irisan daging panggang. Dan, dapur untuk mencari kudapan pagi. melengkapi kepenuhsesakan itu: berbotolDi ambang pintu, kakinya menginjak botol obat-obatan. Setiap darinya dilengkapi tali leher berwarna merah tua. Milik Picolino, sticky notes warna-warni: ‘minum tiga pil’, anjingnya. Bertambah kesallah si gadis belia. ‘satu sendok tiga kali sehari’, ‘dua kapsul Ia meneriaki anjingnya tanpa nada. Tungkai sekali makan’. Gadis itu mengernyit, tidak kecilnya tergesa-gesa menuruni tangga. tahu mana yang harus diminum duluan. Antara dapur dan ruang keluarga; ia memilih Setelah dipikir-pikir, Hortense, apa dapur sebagai tempat Picolino seharusnya yang bisa dilakukan seekor anjing? Bisakah berada. ia membuatkanmu sarapan? Bisakah ia

mengingatkanmu obat apa yang harus kau

Purakasastra | JUNI 2016 22


PURAKARYA CERPEN minum? Bisakah ia merawatmu dan menjagamu tanpa membuat dirimu ‘berkurang’ setiap harinya? Tetapi tetap saja kau kembali memilih anjing. Dan hanya itu yang membuatmu bahagia. Tak peduli setiap kali kau mencari anjing itu–Picolino–umurmu semakin berkurang sedangkan Picolino semakin abadi. Gadis itu, setelah puluhan kesah, menyerah untuk menyayat roti ataupun menyelipkan seiris daging ke dalamnya. Pikirannya terlalu kusut dan hampa–ia kerahkan seluruh tenaga untuk membalik meja. Lengkingan nama Picolino menyayat udara. Gadis itu memegangi kepala, melangkahi apel dan anggur yang menggelinding ke sini dan sana. Semakin lama pekikannya semakin histeris. Kerapuhannya tumbuh menjadi bengis. Seluruh lemari penyimpanan dan jendela tak berteralis; engsel-engsel berderit gaduh, panel-panel kayu bertubrukan, ruang-ruang gelap terbuka di depan matanya, mengepulkan debu dan menamparinya dengan rasa kehilangan. “Picooo!!” Jejaknya berdebam-debam di atas lantai kayu yang berkeriat. Menggeratak seisi rumah bagai berburu hewan pengerat. Dari ruangan besar di sisi Selatan hingga lubang kecil tempat pembuangan.

Jangan mengiraku jahat, Hortense. Tetapi kau memang harus belajar bahwa sewaktu-waktu anjing tidak akan datang saat dipanggil. Bisa jadi karena dia telah pergi jauh, atau menolak dipanggil dengan nama itu. Putus asa, gadis itu kembali ke kamar, meringkuk di samping ranjang, menangis sejadi-jadinya. Tungkainya menendang-nendang, berharap rumah ini akan mengeluarkan Picolino dari udara kosong untuk menghiburnya.

Lalu, di sela tangis, terdengar gemerasak dari bawah ranjang. Seorang pemuda menyembulkan kepala dari balik bed cover yang menjuntai. Tatapannya menahan ratusan rasa letih dan ribuan kasih sayang. “Ciluk… ba…!” ucap pemuda itu, tersenyum penuh derita. Si gadis berhenti menangis seketika. Diulurkannya tali leher berwarna merah tua. “Pakai ini, Picolino,” katanya. “Iya, iya, Dik,” pemuda itu mengalungkannya di lehernya sendiri, lalu memasang pengaitnya. “Hortense sudah sarapan?” Gadis itu menggeleng. Pemuda itu bangkit di atas kedua kakinya, menepuknepuk lutut yang bernoda debu. “Mau digendong?” Gadis itu menjawab, “Ya”.

Sering dikatakan bahwa anjing adalah sahabat terbaik manusia, bukan, Hortense? Apakah karena kesetiaannya? Kurasa tidak. Ada makhluk yang lebih setia daripada anjing. Tetapi tetap saja kau kembali memilih anjing. Dan hanya itu yang membuatmu bahagia. Tak peduli setiap kali kau mencari anjing itu–Picolino–umurmu semakin berkurang sedangkan Picolino semakin abadi. ¤ *** Catatan penulis:

Ide cerita ini sangat sederhana. Seorang gadis dengan Gangguan Spektrum Autisme (GSA) yang setiap bangun tidur mencari anjingnya yang sudah mati. Sang kakak pernah mencoba untuk memelihara anjing baru, tetapi anjing itu sepertinya tidak mau dinamai Picolino. Dan akhirnya sang kakaklah yang menjadi sang Picolino demi adiknya.

Purakasastra | JUNI 2016 23


PURAKARYA PUISI

Drama di Kelas Kami Pada Pukul Tujuh Pagi Oleh: Real Teguh

Pukul tujuh pagi, di kelas kami praktikum drama siap dipentaskan seorang murid membeku pada bangku memandangi wajah sang guru. “Kamu tidak ingin lulus pelajaranku?” tanya Sang Guru. “Maaf, Pak, saya tidak mau memerankan drama impor, apabila nasib budaya Indonesia kalah pamor, dan membuat wakil rakyat kerjanya molor,” cetus gadis itu. “Betul, Guru. Kami setuju,” sahut murid lainnya. Surabaya, 19 Maret 2016

Ada Kamu Pada Jingga di Kampung Nelayan Itu. Karya: Isti Syarifah

Purakasastra | JUNI 2016 24


PURAKARYA PUISI

Pertunjukan Sayap-Sayap Oleh: Real Teguh

: kepada capung seberat zarah pun kepak sayap transparanmu akan dimintai pertanggungjawaban dan cara terbangmu inspirasi bagi semua orang terbang rendah mengitari pelataran Tuhan. : kepada belalang sembahan sujudmu tak akan sirna terus mengisi hari-hari menuju mati sesudah ruh lepas dari hayat mayat-mayat merintih di akhirat. : kepada kupu-kupu menyerbuk madu bunga-bunga di halaman kampung ibunda angin piara susut di rumputan sawah pasukan ulat memasuki rumah-rumah. : kepada rama-rama berputar-putar di atas kepala tua bangka penunjuk jalan petang menuju gubuknya “Antarkan aku pada rumah bercahaya,� katanya. sedetik kemudian malaikat menusuk ruhnya. Surabaya, 18 Maret 2016

Purakasastra | JUNI 2016 25


PURAKARYA PUISI

Teater Musim Panas Oleh: Real Teguh

Teater apa lagi ini disuguhkan di tungku ibu pertiwi terpanggang asap pembakaran perampokan komoditas hutan Teror apa lagi ini masih pagi dengan kesegaran sulur mentari diledakkan bom bunuh diri mati, matilah minum darahmu sendiri. Surabaya, 19 Maret 2016

Matahari Terawang. Karya: Pea

Purakasastra | JUNI 2016 26


PURAKARYA PUISI

Bukan Perempuan Murahan Oleh: Real Teguh

Ditabuh bersungut-sungut, orkestra-orkestra para perempuan gaib dalam wajahnya jatilan tarian, selendang, dan kebaya sekilas mimik khas nan tegas menantang para penindas instrumen digubah nada satiran kepada pelaku kejahatan sindiran dingin menembus kematian Surabaya, 19 Maret 2016

Biodata: Real Teguh adalah nama pena dari Teguh Wibowo. Tulisannya pernah dimuat di majalah Mimbar, tabloid Warta Trenggalek, jurnal sastra Aksara, harian Malang Post, Merah Putih Pos, Koran Madura, dan terhimpun dalam 36 buku antologi bersama. E-mail: realteguh3@gmail.com. Facebook: Real Teguh.

Purakasastra | JUNI 2016 27


PURAKASASTRA | APRIL 2016 28 Pagi II. Karya: Isti Syarifah


SASTRA CYBER

Teduh. Karya: Pea

Definisi Strukturalis Alur Dalam Drama Bersama Agus Irawan Sami

Sebuah cerita baik cerpen, novel, novelet, maupun dongeng dapat diubah menjadi drama. Cerita disusun dari berbagai peristiwa. Ada peristiwa yang menyenangkan, menyedihkan, ataupun mengharukan. Begitu pula drama, drama juga disusun dari beberapa peristiwa. Peristiwa yang membentuk cerita dan drama memiliki hubungan sebab akibat. Hubungan sebab akibat itu akan membentuk alur cerita. Struktur alur dalam drama secara umun biasa disebut plot. Alur merupakan urutan peristiwa yang menghasilkan cerita. Urutan peristiwa ini menunjukkan hubungan sebab akibat. Peristiwa yang menghasilkan alur saling berhubungan. Hubungan antar peristiwa menghasilkan tahapan-tahapan alur. Apa saja definisi Strukturalis alur dalam drama? Di bawah ini beberapa ulasan dari salah seorang pegiat drama yaitu Mas Agus Irawan Sami. Ketua Forum Komunikasi Pengkajian dan Pengembangan Teater

Mataram-NTB mengenai struktur alur dalam drama: Seperti lazimnya karya sastra lainnya drama dibangun oleh unsur-unsur tertentu yaitu unsur intrinsik. Hanya saja drama memiliki unsur intrinsik yang khusus sperti pada alur atau yang biasa disebut plot meliputi: 1. Pemaparan atau eksposisi Bagian yang mengenalkan situasi awal cerita, sering disebut prolog dalam pementasan drama. 2. Komplikasi PURAKASASTRA | APRIL 2016 29


SASTRA CYBER

Musim Tak Pernah Berdusta. Karya: Isti Syarifah

Bagian yang mempertahankan mulai munculnya konflik atau pertikaian (masalah). 3. Klimaks Bagian yang memperlihatkan puncak konflik/krisis. Biasanya di sinilah para pemain secara total menampilkan watak atau karakter para tokoh yang diperankannya. 4. Peleraian atau anti klimaks Bagian yang memperlihatkan mulai menurunnya konflik dan menuju pada peleraian. 5. Penyelesaian atau ending cerita Bagian akhir sebuah cerita drama yang dipentaskan dengan kemungkinan happy ending, tragis, atau mengambang. Sehingga, penonton bebas berimajinasi untuk membuat ending yang diinginkannya. Tahapan-tahapan alur dalam drama juga meliputi beberapa hal di antaranya:

1. Mengadakan Observasi atau pengamatan. Pengamatan dilakukan untuk menentukan latar/setting dan tokoh. Dalam sebuah pengamatan sseluruh indra harus bekerja. Misalnya, sedang berada di pantai. Bisa jadi ombak yang terdengar dapat dipakai untuk memperkuat latar suasana. 2. Penciptaan latar (Creating Setting) Penulis dapat menciptakan sebuah latar dari hasil pengamatan yang berupa apa yang terlihat, terdengar, dan terasa, atau tercium. Namun, penulis harus tetap mengingat bahwa latar terdiri atas latar tempat, waktu, dan suasana. Contoh: Latar tempat: tepi pantai Latar waktu: senja hari Latar suasana: menyenangkan 3. Penciptaan tokoh hidup (Freshing Out Character) Penulis dapat menciptakan seorang tokoh dari orang-orang yang dia lihat saat mengadakan pengamatan. Misalnya, melihat seorang anak kecil. Anak ini dapat dijadikan sebagai tokoh dalam naskah drama. 4. Penciptaan Konflik Sebuah konflik yang terlihat saat mengadakan pengamatan dapat diubah menjadi naskah drama. Misalnya, melihat sebuah perkelahian. Penulis dapat mengambil penyebab dari perkelahian itu menjadi sebuah konflik dalam naskah drama. Karena konflik dalam sebuah naskah drama adalah pertentangan dan ketegangan. Bersambung ke halaman 33 PURAKASASTRA | APRIL 2016 30


SASTRA CYBER

Pelajaran. Karya: Isti Syarifah

Drama, bukan hanya peristiwa

lewat proses kreatif berkesenian,

seputar panggung dan auditorium saja.

menyiratkannya. Masyarakat mungkin

Drama adalah pengembaraan kreatif yang

menyerap pementasan lewat bermacam

memiliki proses panjang. Perjalanan dari

persepsi. Ada yang senang memahami, lalu

sejak 'Yang Tak Nyata' seperti gagasan, ide,

menghargai. Tapi bukan tak mungkin, ada

ilham, inspirasi, dan konsep hingga menjadi ada dan 'Nyata' seperti pemanggungan, respon masyarakat, dan kritik. Diperlukan berbagai pendukung agar yang mulanya 'Tak Nyata' bisa terwujud di atas pentas dengan baik, berbobot, dan bermanfaat bagi kemanusiaan. Drama butuh persiapan memadai seperti sumber daya terlatih, multi pengetahuan, keahlian khusus, totalitas, tanggung jawab, dan disiplin jadi modal utama, juga kesetiaan dan keyakinan. Drama bukan pekerjaan main-main.

pula yang berkeberatan, marah, dan protes. Di titik ini, kebebasan berekspresi mengalami ujian. Apalagi jika terjadi perbenturan pro dan kontra. Baiklah di sini akan saya sampaikan beberapa ulasan dan pendapat beberapa orang dari kalangan sastra mengenai 'Perbedaan Drama Dalam Kancah Sastra

Perjalanan menuju panggung yang dilakoni

PURAKASASTRA | APRIL 2016 31


SASTRA CYBER Perbedaan Drama Dalam Kancah Sastra Drama, di zaman seperti sekarang ini

rasa dan fakta dengan para pendukung drama yang justru

tampaknya kurang begitu diminati pembaca

mengimajinasikan karakter tokoh dan

dan bukunya jarang dibeli.

pesan moral yang ingin disampaikan

Penulis drama bahkan sering disebut bukan sastrawan oleh sebagian kalangan

pada khalayak penikmatnya." Jadi menurut ulasan di atas bahwa

sastra sendiri. Ada juga sebagian kalangan

drama adalah memang sebuah karya sastra.

sastra telah mengupas perbandingan, juga

Dialih formatkan menjadi sebuah skript

pembedaan, antara drama, puisi, esai, dan

semacam skenario dengan dialog-dialog

novel. Intinya meraka menolak keras naskah

para tokoh sehingga lebih mudah untuk

drama serupa skenario film, bukanlah sastra.

dilakonkan atau dipentaskan.

Karena, sering bisa berubah ketika naskah dipentaskan atau difilmkan. Celakanya, pandangan 'miring' itu

Namun, Benarkah drama nilainya tak lebih dari karya tulis 'aplied'? Mari kita simak pendapat dari seorang mantan

hanya terjadi di Indonesia. Di Negara-negara

pemain drama tahun 1967. Beliau adalah

maju rasanya lebih proporsional. Terbukti,

Bapak Drs, Achmad Madani seorang

Dario Fo dan Harold Pinter, keduanya

pensiunan guru Sekolah Dasar:

penulis drama, berhasil meraih nobel.

"Beberapa hal yang menjadikan

Begitupun ketika saya menanyakan kepada

drama terkesan berbeda di kancah sastra

salah seorang tokoh yang memang mengerti

adalah kisah di luar panggung, sebelum

dan banyak perannya dalam pentas drama,

drama digelar, mungkin malah menyimpan

yaitu Bapak Yusman Nasution. Menurut

lakon tak kalah seru, penuh liku-liku. Proses

beliau waktu saya bertanya tentang

menuju panggung. Terjalin dalam kisah suka

pendapatnya mengenai perbedaan drama

ataupun duka. Bahkan sesudah layar

dalam kancah sastra adalah bahwa:

panggung menutup, akan melengkapi

"Sangat berbeda drama dengan

cerpen atau novel. Khalayak

perjalanan drama. Pada tahun 1990 ketika naskah

penikmat cerpen dan novel saat

drama menyabet anugerah sastra ASEAN

membaca cerita tersebut, juga

adalah sudah selayaknya, jadi saat ada yang

mengimajinasikan suasana, tempat,

mengatakan bahwa drama tak lebih dari

waktu dan karakter tokoh dalam

karya tulis 'aplied' adalah mereka yang

cerpen dan novel itu.

mengusung pandangan bodoh!"

Sedangkan pada drama saat

Dari pendapat di atas dapat

dipentaskan khalayak tidak lagi

disimpulkan bahwa drama bukan hanya

berimajinasi. Tapi telah bersentuhan

sekedar 'Peristiwa Hiburan' sejak layar PURAKASASTRA | APRIL 2016 32


PARASASTRA panggung dibuka. Pagelaran disimak hingga usai. Semua terhibur dan layar menutup kembali. Padahal, itu hanya sebagian dari keseluruhan peristiwa drama. Meski tak bisa dipungkiri saat yang paling ditunggu memang peristiwa pementasannya. Lalu bagaiman dengan pendapat sebagian masyarakat bahwa drama adalah sekedar 'Peristiwa Hiburan' semata? Mari sejenak kita simak lagi pendapat dari Mas Agus Irawan ketua teater 'Bengkel Aktor Mataram' NTB: "Drama, memang tak bisa dipungkiri adalah sebuah 'Peristiwa Hiburan'. Namun, naskah drama yang bagus, dialog-dialog yang ber-nas dan sarat dengan pesan moral yang dapat mencerahkan kehidupan masyarakat, tidak akan mampu melansir pesan itu kepada khalayak. Jika lakon itu cuma dimainkan oleh aktor dan aktris yang tidak mampu mengungkapkan karakter tokoh-tokohnya." Dari beberapa ulasan dan pendapat ini dapat disimpulkan bahwa drama adalah sebuah 'Perjuangan Kreatifitas' yang membuatnya berbeda di kancah sastra. (Hany. J/Red) ¤

*Petikan wawancara :

Drs, Achmad Madani : mantan pemain drama tahun 1967 Agus Irawan : ketua teater 'Bengkel Aktor Mataram' NTB.

Lanjutan dari halaman 30 Dari beberapa tahapan-tahapan alur dalam drama di atas biasanya penulis drama dapat langsung mengubahnya menjadi sebuah adegan. Adegan adalah bagian dari babak (bagian dari suatu drama) yang terbentuk dari Latar tokoh hidup dan konflik Contoh konflik : Berebut boneka Hello Kitty Rina : “Dewi! Boneka itu buat aku! Aku yang menemukan lebih dulu.” Dewi : “Enak saja! Kamu yang lihat, tapi aku yang ngambil! Jadi, aku yang berhak mendapatkan boneka itu!” Rangkaian adegan demi adegan dapat dibuat menjadi sebuah babak. Kemudian babak demi babak yang dibuat bisa dirangkaikan lagi menjadi sebuah naskah drama. Ada beberapa aturan dalam penulisan naskah drama, yaitu: 1. Kalimat dalam naskah drama berupa kalimat langsung. 2. Sebelum kalimat langsung diawali dengan penulisan tanda titik dua (:) 3. Keterangan cara memerankan atau ekspresi tokoh ditulis diantara tanda kurung dan ditulis dengan huruf kecil tanpa tanda titik atau berawal huruf besar tanpa tanda titik. 4. Deskripsi tempat dan suasana ditulis seperti kalimat pada umumnya. (Hany. J/Red) ¤

Sumber : Agus Irawan Sami (Ketua Forum Komunikasi Pengkajian dan Pengembangan Teater Mataram-NTB)

Terkadang kita memang harus berpisah dengan diri kita sendiri; dengan proyeksi. Diri yang telah menjelma menjadi manusia yang kita cinta. Dee-Rectoverso

PURAKASASTRA | APRIL 2016 33


SASTRA CYBER

Oleh : Imam Mudindi TATA PANGGUNG Tata panggung disebut juga dengan istilah scenery (tata dekorasi). Gambaran tempat kejadian lakon diwujudkan oleh tata panggung dalam pementasan. Tidak hanya

Senja dan Star Ferry. Karya: Isti Syarifah

sekedar dekorasi (hiasan) semata, tetapi segala tata letak perabot atau piranti yang

akan digunakan oleh aktor disediakan oleh penata panggung. Penataan panggung disesuaikan dengan tuntutan cerita, kehendak artistik sutradara, dan panggung tempat pementasan dilaksanakan. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan penataan panggung seorang penata panggung perlu mempelajari panggung pertunjukan. MEMPELAJARI PANGGUNG Dalam sejarah perkembangannya, seni teater memiliki berbagai macam jenis panggung yang dijadikan tempat pementasan. Perbedaan jenis panggung ini dipengaruhi oleh tempat dan zaman di mana teater itu berada serta gaya pementasan yang dilakukan. Bentuk panggung yang berbeda memiliki prinsip artistik yang berbeda. Misalnya, dalam panggung yang penontonnya melingkar, membutuhkan tata letak perabot yang dapat enak dilihat dari setiap sisi. Berbeda dengan panggung yang penontonnya hanya satu arah dari depan. Untuk memperoleh hasil terbaik, penata panggung diharuskan

PURAKASASTRA | APRIL 2016 34


PARASASTRA memahami karakter jenis panggung yang akan digunakan serta bagian-bagian panggung tersebut. JENIS–JENIS PANGGUNG Panggung adalah tempat berlangsungnya sebuah pertunjukan di mana interaksi antara kerja penulis lakon, sutradara, dan aktor ditampilkan di hadapan penonton. Di atas panggung inilah semua laku lakon disajikan dengan maksud agar penonton menangkap maksud cerita yang ditampilkan. Untuk menyampaikan maksud tersebut pekerja teater mengolah dan menata panggung sedemikian rupa untuk mencapai maksud yang dinginkan. Seperti telah disebutkan di atas bahwa banyak sekali jenis panggung tetapi dewasa ini hanya tiga jenis panggung yang sering digunakan. Ketiganya adalah panggung arena, panggung proscenium, dan panggung thrust. Dengan memahami bentuk dari masing-masing panggung inilah, penata panggung dapat merancangkan karyanya berdasar pada lakon yang akan disajikan dengan baik. 1. Arena Panggung arena adalah panggung yang penontonnya melingkar atau duduk mengelilingi panggung. Penonton sangat dekat sekali dengan pemain. Agar semua pemain dapat terlihat dari setiap sisi maka penggunaan set dekor berupa bangunan tertutup vertikal tidak diperbolehkan karena dapat menghalangi pandangan penonton. Karena bentuknya yang dikelilingi oleh penonton, maka penata panggung dituntut kreativitasnya untuk mewujudkan set dekor. Segala perabot yang digunakan dalam panggung arena harus benar-benar dipertimbangkan dan dicermati secara hatihati baik bentuk, ukuran, dan penempatannya. Semua ditata agar enak dipandang dari berbagai sisi.

Panggung arena biasanya dibuat secara terbuka (tanpa atap) dan tertutup. Inti dari pangung arena baik terbuka atau tertutup adalah mendekatkan penonton dengan pemain. Kedekatan jarak ini membawa konsekuensi artistik tersendiri baik bagi pemain dan (terutama) tata panggung. Karena jaraknya yang dekat, detail perabot yang diletakkan di atas panggung harus benar-benar sempurna sebab jika tidak maka cacat sedikit saja akan nampak. Misalnya, di atas panggung diletakkan kursi dan meja berukir. Jika bentuk ukiran yang ditampilkan tidak nampak sempurna - berbeda satu dengan yang lain - maka penonton akan dengan mudah melihatnya. Hal ini mempengaruhi nilai artistik pementasan. Lepas dari kesulitan yang dihadapi, panggung arena sering menjadi pilihan utama bagi teater tradisional. Kedekatan jarak antara pemain dan penonton dimanfaatkan untuk melakukan komunikasi langsung di tengah-tengah pementasan yang menjadi ciri khas teater tersebut. Aspek kedekatan inilah yang dieksplorasi untuk menimbulkan daya tarik penonton. Kemungkinan berkomunikasi secara langsung atau bahkan bermain di tengahtengah penonton ini menjadi tantangan kreatif bagi teater modern. Banyak usaha yang dilakukan untuk mendekatkan pertunjukan dengan penonton, salah satunya adalah penggunaan panggung arena. Beberapa pengembangan desain dari teater arena melingkar dilakukan sehingga bentuk teater arena menjadi bermacammacam. 2. Proscenium Panggung proscenium bisa juga disebut sebagai panggung bingkai karena penonton menyaksikan aksi aktor dalam lakon melalui sebuah bingkai atau lengkung proscenium (proscenium arch). Bingkai yang dipasangi layar atau gorden inilah yang PURAKASASTRA | APRIL 2016 35


SASTRA CYBER memisahkan wilayah akting pemain dengan penonton yang menyaksikan pertunjukan dari satu arah. Dengan pemisahan ini maka pergantian tata panggung dapat dilakukan tanpa sepengetahuan penonton. Panggung proscenium sudah lama digunakan dalam dunia teater. Jarak yang sengaja diciptakan untuk memisahkan pemain dan penonton ini dapat digunakan untuk menyajikan cerita seperti apa adanya. Aktor dapat bermain dengan leluasa seolaholah tidak ada penonton yang hadir melihatnya. Pemisahan ini dapat membantu efek artistik yang dinginkan terutama dalam gaya realisme yang menghendaki lakon seolah-olah benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Tata panggung pun sangat diuntungkan dengan adanya jarak dan pandangan satu arah dari penonton. Perspektif dapat ditampilkan dengan memanfaatkan kedalaman panggung (luas panggung ke belakang). Gambar dekorasi dan perabot tidak begitu menuntut kejelasan detil sampai hal-hal terkecil. Bentangan jarak dapat menciptakan bayangan arstistik tersendiri yang mampu menghadirkan kesan. Kesan inilah yang diolah penata panggung untuk mewujudkan kreasinya di atas panggung proscenium. Seperti sebuah lukisan, bingkai proscenium menjadi batas tepinya. Penonton disuguhi gambaran melalui bingkai tersebut. Hampir semua sekolah teater memiliki jenis panggung proscenium. Pembelajaran tata panggung untuk menciptakan ilusi (tipuan) imajinatif sangat dimungkinkan dalam panggung proscenium. Jarak antara penonton dan panggung adalah jarak yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan gambaran kreatif pemanggungan. Semua yang ada di atas panggung dapat disajikan secara sempurna seolah-olah gambar nyata. Tata cahaya yang memproduksi sinar dapat dihadirkan

dengan tanpa terlihat oleh penonton di mana posisi lampu berada. Intinya semua yang di atas panggung dapat diciptakan untuk mengelabui pandangan penonton dan mengarahkan mereka pada pemikiran bahwa apa yang terjadi di atas pentas adalah kenyataan. Pesona inilah yang membuat penggunaan panggung proscenium bertahan sampai sekarang. 3. Thrust Panggung thrust seperti panggung proscenium tetapi dua per tiga bagian depannya menjorok ke arah penonton. Pada bagian depan yang menjorok ini penonton dapat duduk di sisi kanan dan kiri panggung. Panggung thrust nampak seperti gabungan antara panggung arena dan proscenium. Untuk penataan panggung, bagian depan diperlakukan seolah panggung Arena sehingga tidak ada bangunan tertutup vertikal yang dipasang. Sedangkan panggung belakang diperlakukan seolah panggung proscenium yang dapat menampilan kedalaman objek atau pemandangan secara perspektif. Panggung thrust telah digunakan sejak Abad Pertengahan (Medieval) dalam bentuk panggung berjalan (wagon stage) pada suatu karnaval. Bentuk ini kemudian diadopsi oleh sutradara teater modern yang menghendaki lakon ditampilkan melalui akting para pemain secara lebih artifisial (dibuat-buat agar lebih menarik) kepada penonton. Bagian panggung yang dekat dengan penonton memungkinkan gaya akting teater presentasional yang mempersembahkan permainan kepada penonton secara langsung, sementara bagian belakang atau panggung atas dapat digunakan untuk penataan panggung yang memberikan gambaran lokasi kejadian.

PURAKASASTRA | APRIL 2016 36


PARASASTRA FUNGSI TATA PANGGUNG Dalam perancangan tata panggung selain mempertimbangkan jenis panggung yang akan digunakan ada beberapa elemen komposisi yang perlu diperhatikan. Sebelum menjelaskan semua itu, fungsi tata panggung perlu dibahas terlebih dahulu. Selain merencanakan gambar dekor, penata panggung juga bertanggungjawab terhadap segala perabot yang digunakan. Karena keseluruhan objek yang ada di atas panggung dan digunakan oleh aktor membentuk satu lukisan secara menyeluruh. Perabot dan piranti sangat penting dalam mencipta lukisan panggung, terutama pada panggung Arena, dimana lukisan dekor atau bentuk bangunan vertikal tertutup seperti dinding atau kamar (karena akan menghalangi pandangan sebagian penonton) tidak memungkinkan diletakkan di atas panggung. Tata perabot kemudian menjadi unsur pokok pada tata panggung Arena. Unsur-unsur ini ditata sedemikian rupa sehingga bisa memberikan gambaran lengkap yang berfungsi untuk menjelaskan suasana dan semangat lakon, periode sejarah lakon, lokasi kejadian, status karakter peran, dan musim dalam tahun di mana lakon dilangsungkan. ELEMEN KOMPOSISI Desain tata panggung sebaiknya dibuat dengan mudah dan bebas. Artinya, imajinasi dapat dituangkan sepenuhnya ke dalam gambar desain tanpa lebih dulu berpikir tentang kemungkinan visualisasinya. Pemikiran lain di luar desain akan menghambat imajinasi dan akhrinya memberikan batasan. Penyuntingan atau pengolahan bisa dilakukan setelah gagasan tertuang. Dalam pembuatan desain gambar tata panggung yang terpenting adalah cara mengatur, menata, dan memanipulasi elemen komposisi yang menjadi dasar dari

seluruh kerja desain. HUKUM PERSFEKTIF Hukum perspektif mengikuti garis lengkung muka bumi, sehingga benda yang terlihat jauh nampak kecil. Jika mata dibiarkan menatap cakrawala–misalnya di pantai–maka akan kita lihat garis pertemuan antara laut dan pantai. Pada garis ini semua benda terlihat seperti titik. Kemudian ketika benda mendekat maka volumenya akan semakin membesar. Demikian pula ketika kita menatap puncak gedung bertingkat maka lantai paling atas akan semakin kecil karena berada di kejauhan. Demikianlah perspektif. DESAIN LANTAI Desain lantai adalah gambar tata letak piranti set tampak. Dengan demikian gambar desain lantai seolah-olah merupakan gambar komposisi bidang dan atau bentuk dimana setiap bidang dan atau bentuk tersebut mewakili piranti set. Desain lantai dibuat sebagai panduan tata letak set sehingga pada saat penataan yang sesungguhnya kerja menjadi lebih mudah. Pembuatan desain lantai, bisa dilakukan sebelum membuat sketsa ataupun setelahnya. KERJA PENATA PANGGUNG Kerja tata panggung adalah kerja yang menyeluruh, artinya penata panggung tidak hanya menggunakan kemampuannya secara teori dan praktis tetapi juga harus mampu mengembangkan imajinasinya. Ketiga hal tersebut merupakan senjata ampuh bagi sang penata panggung untuk menciptakan kreasinya. Akan tetapi untuk menjadi penata panggung handal dibutuhkan proses yang tidak sebentar serta kontinyuitas dan konsistensi dalam profesi

PURAKASASTRA | APRIL 2016 37


SASTRA CYBER STUDI NASKAH Membaca naskah lakon adalah proses wajib sebelum memutuskan segala sesuatu baik itu berkaitan dengan akting ataupun kerja artistik. Naskah lakon harus dibaca dengan pemahaman sebagai sebuah cerita sampai ditemukan apa maksudnya. Kata kerja operatif di sini adalah “APA”. Seorang pekerja artistik dalam hal ini penata panggung tidak akan bisa mewujudkan sebuah karya tata panggung sebelum ia tahu betul “APA” yang akan dikerjakan. Banyak penata panggung yang lebih dahulu bertanya ‘bagaimana’ menciptakan karya di atas pentas sementara ia belum menangkap apa maksud naskah lakon yang hendak digarap. Keadaan ini membuat ia berada dalam kebingungan atau justru menciptakan imajinasi-imajinasi yang hasilnya melenceng jauh dari apa yang dikehendaki oleh naskah lakon. Untuk itu membaca naskah berulangulang sangat diperlukan. Bukan dalam arti Satu Diduakan. Karya: Pea kajian yang mendalam tetapi dalam rangka menemukan “APA” yang dimaksud oleh lakon tersebut. Dengan menangkap maksud lakon maka gambaran global laku lakon di atas pentas akan didapatkan. Jadi, memang kerja tata panggung bukan dalam wilayah memahami makna teks ataupun sub teks, tetapi memahami maksud lakon tersebut, bercerita tentang apa lakon tersebut.

Setelah mengerti apa maksud lakon maka perlu diketahui pula “DI MANA” peristiwa itu berlangsung. “DI MANA”menggambarkan latar berlangsungnya cerita, menggambarkan ruang berlangsungnya cerita, menggambarkan keadaan/situasi cerita, dan menggambarkan waktu berlangsungnya cerita. Pemahaman tentang ruang dan waktu sangat dibutuhkan untuk menciptakan suasana peristiwa seperti yang dikehendaki oleh lakon. Dalam sebuah kasus jual beli misalnya, suasananya akan tampak sangat berbeda antara yang terjadi di pasar dengan yang terjadi di lingkungan pertokoan. Dengan memahami “DI MANA” peristiwa berlangsung maka penata panggung akan memiliki gambaran komplit setting cerita tersebut. Berikutnya adalah wilayah kreatif si penata panggung untuk mewujudkan gambarangambaran tersebut dalam karyanya. Pada tahap ini barulah kata “bagaimana” digunakan. Jika sudah sampai di sini maka ini adalah medan merdeka untuk berekspresi sepanjang tidak lepas dari konteks “APA” maksud/makna cerita dan “DI MANA” cerita tersebut berlangsung sehingga keutuhan pesan cerita dapat disampaikan melalui bahasa dan kode-kode artistik yang hadir secara visual di atas pentas.

PURAKASASTRA | APRIL 2016 38


SASTRA CYBER ragam pilihan. Kemudian dengan berbagai pertimbangan termasuk konsep dasar yang telah ditentukan maka sketsa yang paling cocok dipilih untuk selanjutnya disempurnakan dalam gambar desain tata panggung

Pagi I. Karya: Isti Syarifah

secara perspektif. KONSEP Setelah menemukan ‘Apa’ dan ‘Di mana’ maka kerja berikutnya adalah menentukan konsep garapan. Untuk hal yang satu ini penata panggung berkonsultasi dengan sutradara atau produser karena merekalah yang memiliki wewenang terhadap konsep dasar pementasan. Selanjutnya, kreasi sang penata panggung mengikuti alur konsep dasar yang telah ditentukan tersebut. Tetapi dalam hal ini pun penata panggung harus dapat bekerjasama dengan penata rias dan busana, serta penata cahaya semua dimaksudkan agar terjadi satu kesatuan SKETSA Gambaran kasar tata panggung secara sederhana tetapi jelas sehingga maksud atau tujuan tata panggung yang sebenarnya dapat dibaca secara visual. Pada gambar sktesa ini, penata panggung memiliki kebebasan menuangkan berbagai ekspresi artsitik dalam desain karya tata panggung. Sketsa yang dibuat jumlah dan bentuknya bisa banyak untuk memberikan

GAMBAR DESAIN TATA PANGGUNG Berdasar dari sketsa yang telah dipilih, gambar desain tata panggung dibuat secara perspektif. Untuk memberi gambaran yang jelas, sebaiknya gambar dibuat berwarna persis seperti apa yang nantinya dituangkan dalam tata panggung. Jika desain tata panggung menggunakan banyak piranti atau banyak konstruksi, biasanya desain dibuat dari berbagai sudut pandang. Hal ini selain memudahkan kerja berikutnya, juga dapat memberikan gambaran sejelas-jelasnya rancangan yang telah dibuat sehingga, gambaran tata panggung asli dapat ditangkap. MAKET Maket atau miniatur tata panggung dibuat untuk memberikan gambaran sejelasjelasnya kepada produser, sutaradara, serta pemain. Biasanya maket dibuat untuk kerja tata panggung dalam proyek yang besar yang melibatkan berbagai unsur pendukung sehingga semua orang yang terlibat dalam proyek tersebut mengetahui maksud dan PURAKASASTRA | APRIL 2016 39


SASTRA CYBER tujuan dari tata panggung tersebut. Selain itu, untuk kepentingan studi tata panggung, maket merupakan satu bentuk kerja praktik yang jauh lebih murah dibanding membuat tata panggung yang sesungguhnya pengerjaan. Setelah semua tahap dilakukan, sekarang tiba saatnya kerja yang sesungguhnya. Sebelum memulai kerja, tentukan dulu teknik yang akan digunakan dalam pengerjaan. Tata panggung biasanya dibuat dengan teknik knockdown (bongkar pasang) jika nanti pada pementasan terjadi penggeseran tata letak dari adegan satu ke adegan yang lain. Selain itu teknik bongkar pasang memudahkan pengangkatan piranti set, terutama ketika pentas dikerjakan secara keliling. Teknik yang kedua adalah permanen, dalam artian set tidak akan berpindahpindahdan pentas dikerjakan hanya dalam satu tempat dalam waktu yang lama. Pemilihan teknik ini mempengaruhi kebutuhan alat dan bahan. Dalam teknik bongkar-pasang bahan yang digunakan biasanya bersifat ringan dan mudah dibentuk serta ringkas dibawa. Sedangkan setting permanen menggunakan bahan yang lebih kuat dan solid serta biasanya berat. Jadi, alat dan bahan pembuatan setting bersifat relatif. Hal mendasar yang paling penting untuk diketahui adalah karakter bahan yang digunakan serta alat yang tepat. Sebagai misal untuk merekatkan antara papan yang satu dengan yang lain dapat menggunakan paku atau baut, tetapi untuk merekatkan kertas harus menggunakan lem. Demikian juga dalam hal pengerjaan, karakter bahan sangat menentukan

pembentukan objek yang dinginkan. Oleh karena itu, kenalilah alat dan bahan dengan baik. Setelah semua dikerjakan maka langkah berikutnya adalah finishing atau penyelesaian. Untuk menyelesaikan keseluruhan rangkaian kerja tata panggung, penata panggung tidak bisa bekerja sendiri. Pada saat ini peran penata artistik lain terutama tata cahaya dan busana dibutuhkan. Perbedaan karakter bahan tata busana dan tata panggung menimbulkan efek perbedaan warna, tekstur yang signifikan. Biasanya yang paling rumit adalah penggunaan warna, karena wana yang dihasilkan dari kain (busana), dengan warna yang ada pada set dan, warna cahaya sangat berbeda. Oleh karena itu dibutuhkan waktu tersendiri untuk uji cobabusana, set dekor, dan cahaya. Percobaan dilakukan berulang hingga perpaduan tepat ditemukan. Harmoni adalah kunci utama dari tata artistik pementasan. (D. Rusdi/Red) ¤

Alam. Karya: Ade Junita

“Hidup akan mengikis apa saja yang memilih diam, memaksa kita untuk mengikuti arus agungnya yang jujur tetapi penuh rahasia. Kamu, tidak terkecuali.� DeeFilosofi Kopi PURAKASASTRA | APRIL 2016 40


PURAKASASTRA | APRIL 2016 41


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.