2 minute read
FOODREVIEW INDONESIA
Memeringati Hari
Keamanan Pangan Sedunia
Advertisement
2023:
Standar Pangan
Menyelamatkan
Kehidupan
CODEX UPDATE: KOMITE CODEX
PELABELAN PANGAN (CODEX COMMITTEE ON FOOD LABELLING, CCFL)
PEMBARUAN PRINSIP UMUM HIGIENE PANGAN CODEX (CXC 1-1969): VERSI 2020
Safety First: Budaya Positif Keamanan Pangan
“Culture matters... Failure to understand culture and take it seriously can have disastrous consequences for an organization”. The Corporate Culture Survival Guide by Edgar H. Schein (1999).
If you are trying to improve the food safety performance of FBO, an organization with thousands of employees, what you are really trying to do is change people’s behavior (Frank Yianas, Food Safety = Behavior, 2015)
Pada tahun 2020, terjadi perubahan penting dalam sejarah standar pangan, khususnya Codex. “Sejarah” penting itu adalah diadopsinya topik revisi utama dari naskah klasik (diadopsi pertama kali tahun 1969) standar Codex, yang berjudul General Principles of Food Hygiene (CXC 1-1969). Pada tahun 2020 tersebut, disepakati klausul pada standar yang menyatakan bahwa “Pelaku Usaha Pangan/PUP (Food Business Operator/FBO) perlu menerapkan praktik-praktik higiene dan prinsip keamanan pangan yang ditetapkan dalam dokumen CXC 1-1969 ini, sekaligus untuk membangun budaya keamanan pangan yang positif, dengan menunjukkan komitmen manajemen PUP (FBO) untuk menghasilkan pangan aman dan layak serta mempromosikan praktik keamanan pangan yang tepat. Masih pada dokumen yang sama, ditekankan bahwa hal mendasar yang akan menentukan berfungsi sukses atau tidaknya suatu sistem higiene pangan adalah pembentukan dan pemeliharaan budaya keamanan pangan yang positif, yaitu budaya yang menganggap dan menghargai pentingnya perilaku manusia dalam menangani dan menghasilkan pangan aman dan layak konsumsi.
Karena itu, komitmen manajemen PUP (FBO) terhadap keamanan pangan ini perlu diarahkan untuk dapat menumbuhkan budaya positif keamanan pangan. Manajemen PUP perlu menyadari betul bahwa pada akhirnya keamanan pangan produk yang dihasilkannya, akan dipengaruhi oleh banyak variabel, antara lain variabel teknologi, ekonomi, serta budaya. Karena itu, sebagaimana kutipan Edgar H. Schein (1999) di atas, manajemen perlu memahami budaya keamanan pangan dari karyawan dan semua pihak yang terlibat (dari hulu sampai hilir), dan berkomitmen bersama-sama membangun budaya positif keamanan pangan. Dengan kata lain, berkomitmen menjadikan keamanan pangan menjadi bagian integral dari budaya perusahaan. Dalam lingkungan industri, komitmen ini perlu terus dikuatkan, sampai terbentuk budaya positif keamanan pangan yang dikehendaki, di mana setiap orang, setiap anggota dari perusahaan tersebut selalu mengedepankan perilaku yang positif untuk penjaminan keamanan pangan, walaupun tidak ada yang melihat (tidak ada yang mengawasi).
Namun demikian, pada akhirnya keamanan pangan ini dimanifestasikan ketika produk tersebut dikonsumsi. Dalam perjalanannya, dari bahan baku sampai ke konsumsi, tidak selalu melibatkan karyawan dan/atau anggota keluarga produsen, tetapi semua aktor pada rantai pangan dan pada akhirnya adalah konsumen itu sendiri. Karena itu, adalah benar bahwa keamanan pangan adalah tanggung jawab bersama. Termasuk, akibat dari pangan tidak aman juga menjadi beban bersama. Food safety is everyone's business. Karena itu pembangunan budaya positif keamanan pangan tidak hanya untuk karyawan yang memproduksi pangan, tetapi juga untuk otoritas kompeten keamanan pangan yang mengawasi, serta konsumen yang menangani dan mengonsumsi pangan.
Pada tataran produsen dan otoritas keamanan kompeten pangan, salah satu komponen budaya positif keamanan pangan ini adalah kesadaran tentang pentingnya standar pangan. Untuk itu, diperlukan pemahaman dan implementasi standar secara disiplin dan bertanggung jawab, untuk memastikan bahwa produk pangan yang diproduksi dan beredar di pasaran adalah aman sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
Dalam konteks tersebut di atas, pada tanggal 7 juni 2023, kita semua -insan pangan- akan memeringati Hari Keamanan Pangan Sedunia (World Food Safety Day) dengan tema food standard save lives. Dengan kesadaran tinggi, pemahaman baik, dan implementasi standar secara bertanggung jawab -antara lain dengan membangun budaya positif keamanan pangan- maka industri pangan Indonesia akan mampu menjamin bahwa produknya tidak akan “mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi”. Menjamin bahwa produk pangan yang dihasilkannya akan aman berarti berkontribusi mengurangi kasus penyakit karena pangan, mengurangi jumlah orang sakit karena konsumsi pangan, dan justru sebaliknya menyelamatkan kehidupan.
Semoga sajian FoodReview Indonesia kali ini dapat memicu dan memacu industri pangan di Indonesia untuk terus meningkatkan kapasitasnya dalam memahami dan mengimplementasikan standar pangan, sehingga berkontribusi pada pangan yang lebih aman dan lebih berdaya saing.
Purwiyatno Hariyadi phariyadi.staff.ipb.ac.id
6 FORUM
8 FOOD INFO
28