5 minute read
Tarif BisKita Tak Seragam
Sambungan dari Hal 12
Kepala Dinas Perhubungan, Eko Prabowo, menjelaskan bahwa tarif Biskita yang diusulkan merupakan hasil kajian Ability To Pay (ATP), atau kemampuan untuk membayar jasa pelayanan, dan Willingness To Pay (WTP), atau kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya.
“Awalnya kami usulkan Rp5.500. Namun dikembalikan. Kemudian kami sesuaikan menjadi Rp4.000. Pada Jumat (30/3) kemarin, tarif ini sudah ditanda tangani oleh
Kementerian Perhubungan,” jelas Eko.
Sebelum pemberlakuan tarif ini dimulai, BPTJ akan menggelar sosialisasi secara masif kepada masyarakat, pelajar, mahasiswa, melalui media sosial, penempelan stiker, dan focus group discussion (FGD).
Awalnya kami usulkan Rp5.500. Namun dikembalikan. Kemudian kami sesuaikan menjadi Rp4.000. Pada Jumat (30/3) kemarin, tarif ini sudah ditanda tangani oleh Kementerian Perhubungan.”
EKO PRABOWO Kepala Dinas Perhubungan
“Upaya ini dilakukan bersama pemkot, sembari menunggu keputusan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari Kementerian Keuangan,” kata dia.
Eko menyebut, tarif ini akan berjalan selama dua bulan, sebelum adanya penetapan tarif khusus, yang akan diberlakukan untuk pelajar, lansia dan para disabilitas.
“Untuk sementara Rp4.000 berlaku untuk semua penumpang. Setelah berjalan selama 2 bulan akan dievaluasi dan ada komparasi bagi penumpang pelajar, lansia, dan disabilitas,” terangnya.
Wali Kota Bogor, Bima Arya, menegaskan kebijakan ini akan dimulai setelah ada penetapan dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Bima menggaransi, tarif yang diberlakukan tidak akan memberatkan masyarakat, dan memberikan kemajuan pada aspek pelayanan BisKita.
“Pelayanannya akan semakin baik. Shelter bus dan profesionalitas supir akan menjadi atensi kami,” tegasnya, akhir pekan kemarin.(fat/c)
Tolong, Muarasari
Butuh Jembatan!
Sambungan dari Hal 12
Ambruknya jembatan pada
(27/2) lalu, membuat warga harus memutar ke jalur alternatif. Jarak yang mesti ditempuh semakin jauh, bertambah satu kilometer. “Kasihan warga yang tidak memakai motor. Mereka harus jalan jauh. Apalagi di sini banyak anak sekolah dan ibu-ibu yang mau atau pulang dari pasar,” ucap dia. Selain mempersulit akses warga, ambruknya jembatan juga mengancam sebuah rumah, dan ritel yang ada di sebelahnya. Aliran sungai yang terus menggerus tanah, dan dinding penahan, sewaktuwaktu dapat menyebabkan longsor. “Kami berharap segera diperbaiki. Minimal ada jembatan sementara untuk pejalan kaki. Supaya anak sekolah tidak perlu berjalan jauh lagi,” harapnya. (fat/c)
BOGORMasjid Nurul Maai Kantor Perumda Tirta Pakuan dipadati ratusan duafa dan anak yatim, Jumat (31/3). Mereka rupanya mengikuti acara tasyakuran hari jadi Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor yang ke-46 di hari yang sama. Wakil Wali Kota Bogor, Dedie Rachim turut hadir ditengah Direktur Utama Perumda Tirta Pakuan, Rino Indira Gusniawan, juga Direktur Umum, Rivelino Rizky dan Direktur Teknik, Ardani Yusuf. Dedie yang ikut memberikan santunan saat itu mengaapresiasi kegiatan Perumda Tirta Pakuan. Dedie juga memberikan apresiasi kepada jajaran direksi, dan karyawan, serta dewan pengawas Perumda Tirta Pakuan yang selama ini bekerja keras melayani masyarakat.
“Selanjutnya tinggal bagaimana meningkatkan kualitas layanan, kemudian menam- bah jumlah pelanggan yang sekarang ini harus kita penuhi, sisa 30 persen lagi, dengan rasio 1:4, kalau 1:6 kita sudah 100 persen lebih,” ujar Dedie. Penyediaan air minum bersih, kata dia, bukan untuk lima atau sepuluh tahun ke depan. Tapi untuk terus memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk itu, Dedie mengajak masyarakat untuk menjaga aliran air sungai sebagai air baku utama.
“Karena kita pakai air permukaan, masyarakat sepanjang sungai Cisadane dan Ciliwung dilarang membuang sampah ke dalam sungai, karena Ciliwung dan Cisadane digunakan sebagai sumber air baku bagi seluruh warga Bogor dan kota-kota lain,” imbuh dia. Sementara itu, Direktur Utama Perumda Tirta Pakuan, Rino Indira Gusniawan me- nyebut, acara itu sebagai bentuk refleksi rasa syukur kepada Allah SWT, atas terus membaiknya pelayanan perusahaan kepada masyarakat. Rino menjelaskan, saat ini Perumda Tirta Pakuan berusia 46 tahun, dan terus hadir memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Kota Bogor. Denganselalumengedepankan kinerja dan kualitas pelayanan bagi para pelanggannya.
“Momentum hari jadi ini, menjadi satu kesempatan bagi kami untuk melakukan refleksi, dan introspeksi, melakukan perbaikan dan pengembangan perusahaan secara lebih baik, dan berkelanjutan,” ucap dia.
Rino menambahkan, Tirta
Pakuan juga saat ini semakin rajin bertemu dengan pelanggan, untuk menampung masukan dan menindaklanjuti keluhan. Hal itu dilakukan, untuk mengejar target raihan pelanggan baru tahun 2023, yang dipatok 10 ribu sambungan rumah.
“Untuk mengejar target tersebut, pihaknya melakukan sosialisasi saat temu pelanggan di wilayah kelurahan. Dari awal digulirkan raihan pelanggan selama tahun 2023 ini target tetap sama dengan tahun 2022 yaitu 10 ribu sambungan rumah,” terang Rino.
Sementara itu, masih kata Rino, santunan diberikan kepada ratusan anak-anak yatim dari wilayah Kota Batu, Ciherang pondok, Tangkil, Rancamaya, Bantar Kambing, Palasari, Katulampa, Cibanon, Dekeng, Cipaku, yang merupakan lokasi SPAM Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor. Selain itu, santunan jug diberikan kepada anak-anak yatim dari karyawan Perumda Tirta Pakuan, dan dari empat yayasan yatim piatu. (ded/c)
Polisi Sita 20 Ribu Petasan
BOGORMenindaklanjuti larangan bermain petasan di bulan Ramadan, polisi akhirnya menyisir pedagang petasan yang berjualan di sejumlah titik, di Kecamatan Bogor Tengah, Sabtu (1/4). Hasilnya, sebanyak 20 ribu butir petasan korek disita. Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Bismo Teguh Prakoso mengatakan, peta- san disita dari dua pedagang yang berjualan di Jalan Dewi Sartika.
Para pedagang yang kedapatan menjual petasan itu, lanjut Bismo, diberikan tanda surat terima sebagai bukti penyitaan oleh polisi. Petasan tersebut dibawa untuk dijadikan barang bukti.
Dari hasil sitaan, polisi mengamankan petasan lem- par, atau petasan korek tanpa merek. “Dikemas dengan ikatan karet gelang, berjumlah 200 ikat, atau sebanyak 20.000 butir,” kata Bismo dalam keterangannya, Minggu (2/4).
Meski polisi terus bergerak menyita pedagang petasan, Bismo juga mengimbau warga
Kota Bogor untuk tidak bermain petasan. Larangan itu, kata dia, dilakukan demi ketentraman bersama. “Risiko bahaya yang ditimbulkan akibat dari petasan, juga dapat menggangu warga yang sedang melaksanakan ibadah di bulan Ramadan,” imbuhnya. Bismo juga meminta warga, jika melihat pedagang yang menjual petasan, agar dapat melaporkan kepada kepolisian terdekat.(ded/b)
BPTJ Janji Perbanyak Armada
Sambungan dari Hal 12
Masalah ini kerap dikeluhkan warga, sebagai pengguna transportasi massal Kota Bogor itu. Warga banyak yang harus me_ nunggu bis dengan waktu yang cukup lama. Tak sedikit mereka juga merasa kesal, karena terlambat kerja akibat menunggu bis yang tidak kunjung datang.
Beberapa kali, mereka juga tengah mengutarakan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, untuk menambahkan armada, di beberapa titik yang paling banyak diminati. Namun, permintaan itu pun belum mendapat respon yang baik. Sabtu kemarin (1/4), Direktur Angkutan Jalan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ),
Tatan Rustandi merespon keluhan warga. Dia berjanji, akan melakukan evaluasi pada jarak antar armada yang beroperasi (high way).
“Ada dua pola yang diterapkan dalam operasional BisKita. Pola operasi di jam sibuk dan di luar jam sibuk. Kami akan mengoreksi managemennya, di jam tertentu akan ada armada yang men- jemput setiap 5 menit. Di jam sibuk jumlah armadanya akan lebih banyak,” ucapnya usai menghadiri Focus Group Discussion (FGD) Penerapan Tarif BisKita, Sabtu (1/4). Upaya pengecilan jarak antar kendaraan itu, diharapkannya bisa mengangkut lebih banyak penumpang yang akan naik pada jam sibuk. (fat/c)
”Uji Nyali” Pengendara di Katulampa
Sambungan dari Hal 12
“Kalau dibiarkan terusmenerus, bisa habis nanti jalannya. Akses warga jadi terputus. Padahal ini jalur utama bagi warga untuk beraktivitas,” keluh warga sekitar, Suparman. Untuk mencegah longsoran bertambah parah, Suparman berinisiatif membangun pembatas sederhana.
Menggunakan batako untuk mencegah aliran air jatuh dan mengikis tebingan. Longsor yang sudah memakan sebagian aspal itu, membuat lebar jalan semakin menyempit. Akibatnya warga harus melintas secara bergantian. Sempitnya jalan juga kerap menimbulkan kemacetan panjang. Terkadang bahkan mengakibatkan kecelakaan.
“Jalan ini hanya bisa dilalui satu mobil. Jadi harus bergantian. Makanya saya inisiatif ngatur jalan, supaya tidak tersendat. Di sini juga sering terjadi kecelakaan karena jalan yang sempit,” tutur Ading, warga lainnya.
Tidak adanya pembatas jalan di titik longsor. Pengendara yang tidak mengetahui medan jalan, salah-salah bisa jatuh ke jurang. “Saya harap pemerintah segera memberikan pembatas jalan. Karena di malam hari ruas jalan ini sangat berbahaya. Jangan sampai menunggu ada korban,” tuturnya. (fat/c)