2 minute read

Mengapa Baby Blues Bisa Terjadi?

BABY Blues sering menjangkiti mamah muda atau ibu-ibu baru saat ini. Kesehatan mental ibu mulai terganggu karena beberapa faktor. Salah satunya karena belum siap menjadi seorang ibu, sehingga yang seharusnya menyambut bayi dengan suka cita namun stress seketika.

Apalagi kurikulum pendidikan sekarang hanya mencetak generasi produktif di jenjang karir bukan produktif menjadi ibu rumah tangga yang berpahala surga. Padahal kesiapan menjadi orangtua sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki setiap orang.

Menjadi seorang ibu baru memang melelahkan, harus standby bergadang di setiap malam jika anak minta disusui apalagi jika merengek tidak jelas. Maka butuh perhatian dari lingkungan dekat seperti suami dan keluarga tercinta. Jangan diberikan penilaian ini dan itu, tapi yang dibutuhkan adalah perhatian. Berilah seorang ibu rasa kasih sayang dari suami untuk menemani di tengah malamnya mengasuh anak saat terbangun.

Berilah makanan dan minuman terbaik untuk menjaga kandungan ASI yang baik.

Tapi apadaya, apalagi suami tidak mapan. Keluarga yang tinggal berdekatan pun hanya bisa “menghukumi” koq kamu begini, koq kamu begitu.

Padahal ibu baru ini masih belajar menjadi seorang ibu.

Oleh karena itu butuh semangat spiritual agar ibu tetap tenang dalam jiwanya. Biasakan mendengar syair yang menenangkan hati. Makan yang cukup dan minum susu juga agar kesehatan ibu tetap terjaga. Sungguh sistem Kapitalisme sangat mempengaruhi tingkat stress seorang ibu. Bagaimana tidak? Tayangan di televisi yang menyajikan kuliner ini itu. Hanya bisa membuat si ibu muda ini “kabita” tanpa mampu membelinya. Ditambah lagi krisis ekonomi yang membuat suami tidak mampu membeli perkakas baru untuk sang buah hati, harus bersedia menahan malu demi meminta baju bekas kepada saudara terdekatnya. Kadang ini pun mempengaruhi psikologis seorang ibu.

Maka dibutuhkan perhatian dari negara untuk menyiapkan mental ibu agar siap menjadi madrasah pertama bagi anakanaknya. Sayangnya sistem kapitalisme tidak mampu menjadi support sistem dalam menjaga mental ibu. Sudah saatnya kembali kepada sistem Islam yang sesuai dengan fitrah penciptaan seorang ibu. Siti Wilda Malik Bogor

DIAKUI: Pemasangan jas biru sebagai simbol agen perisai BPJS Ketenaga kerjaan.

BPJS Ketenagakerjaan Latih Agen Perisai se-Kabupaten Bogor

CILEUNGSI–Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan memberikan program Jaminan Tenaga Kerja dan Perlindungan Sosial kepada seluruh pekerja di Indonesia. Tidak terkecuali, bagi para pekerja sektor non formal. Mereka bisa menjadi peserta

BPJS Ketenagakerjaan. Belum lama ini, Kantor BPJS Ketenagakerjaan Bogor Cileungsi mengakan pelatihan Agen Perisai BPJS Ketenagakerjaan se-Kabupaten Bogor. Kegiatan tersebut dibuka langsung Kepala Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Bogor

Cileungsi, Dedi Mulyadi. ”Pelatihan itu diikuti sekitar 50 peserta yang terdiri dari perisai dan agen BPJS Ketenagakerjaan,” kata dia kepada Radar Bogor.

Dedi menuturkan, kegiatan itu dilaksakan di Kantor BPJS Ketenagakerjaan Bogor Cileu- ngsi. Adapun tujuan pelatihan agen perisai, di antaranya untuk para agen perisai satu dan lainnya bisa silaturahmi dan saling mengenal lebih jauh.

“Kami berterima kasih kepada seluruh peserta yang hadir hari ini, terutama para perisai dan agen BPJS Ketenagakerjaan yang sudah meluangkan waktunya bersilaturahmi agar kita saling mengenal dan saling menyemangati,” kata dia, dalam sambutannya. Dalam kegiatan itu juga, para peserta melakukan diskusi dan tanya jawab seputar program BPJS Ketenagakerjaan. (all/c)

This article is from: