Catatan Proses dan Diskusi Lokakarya Kurator: Sejarah, Arsip dan Ingatan Warga 16-23 Januari 2022
PAMERTÉ Catatan Proses dan Diskusi
Buklet ini dicetak terbatas sebagai catatan proses peserta Lokakarya Kurator: Sejarah, Arsip, dan Ingatan Warga yang diadakan oleh Sudut Kalisat / Ruang Ingatan pada 16-23 Januari 2022. Tidak dibuat dalam tujuan komersial. Hak cipta © setiap tulisan dan foto dimiliki oleh setiap pembuatnya. Penyunting: Ayos Purwoaji & Rifandi S. Nugroho Desain isi: Rifandi S. Nugroho Desain sampul: Ayos Purwoaji Desain logo: Elmi Auliya B.P. Kolaborator: Kelompok Kurator Kampung, Komunitas Timur Lawu Diterbitkan oleh Sudut Kalisat / Ruang Ingatan Jl. KH Dewantara No.16 Kalisat, Jember 68193 Berkas buklet ini dapat disebarluaskan secara bebas melalui lisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International (CC BY-NC-SA 4.0)
Peserta Lokakarya Kurator Ahmad Syamsi Rohidi Ahmad Hafid H.R. Alfi Hidayati Annassyafa Laeda U. Bangkit Mandela Burhan Al Hafiz Cahaya Novalinda Chellsa Sevia C. Danny Hartanto K. Faiq Nur Fikri Farhan Fajar Setiawan Fikri Fadli Hasanudin Haqi Hamdan Tamimi Ivan Ardiansyah M. Amien Rais M. B. Zidan Fadlan M. Fals Witoyo M. Iqbal Mohammad Wafil Firmansyah Naula Qanita Qurratul Ayun Wildan Ariyanto
Ucapan terima kasih R.Z. Hakim Zuhana AZ Fabian Aldiano Novia Suryandari Fanggi Gusti Pranata Burhan Al Hafiz Eko Febriyanto Roni Purnawan S. Nuryono Kel. Krisna Kurniawan Kel. Cak Har Kel. Mienanti Kel. Lek Jumali
DAFTAR ISI
Sebuah Asejarah 1 Sejarah dan Bentuk Kurator 11 Artikulasi dan Kurasi 13 Anitha Silvia: Jalan Kaki dan Warung Kopi
16
Membangun Sumberdaya dan Bekerja Bersama
18
Skenografi dan Display
24
Menggali Ingatan: Metode Sejarah Lisan, Elisitasi, Wawancara
27
Mengumpulkan Ingatan yang Terserak
33
Memilih dan Memilah Arsip Warga
39
Unhistoried: Membaca Foto Temuan
42
Gintani Swastika: Manajemen Seni dan Siasat Kecil Lainnya
45
Arief Rachman: Merencanakan dan Menyiapkan Ruang Pamer
48
Sudut Lain Kalisat Jauh di Mata, Dekat di Rumah
59
MAraCANsapa 67 Jalan Minarti 73 Roma dan Jumali 79
Rifandi S. Nugroho & Ayos Purwoaji (Kelompok Kurator Kampung)
2022
Memasuki usia ketujuh, Sudut Kalisat ingin mengenal lebih jauh mengenai praktik kekuratoran yang lazim
mengawal sebuah pameran seni rupa maupun pameran arsip. Bermodal ketertarikan yang sama, sedikit pengalaman menguratori pameran arsip, serta beberapa kali menyaksikan langsung aktivitas teman-teman Sudut Kalisat, kami diundang berdiskusi menentukan format yang sekiranya tepat untuk diterapkan di Kalisat. Pada akhirnya terwujudlah lokakarya kurator yang berfokus pada presentasi dan artikulasi atas sejarah, arsip dan ingatan warga. Ketiganya, kami rasa, dekat dengan praktik kekuratoran yang sudah dikembangkan oleh Sudut Kalisat selama enam tahun terakhir. Kegiatan ini kemudian juga mengundang partisipasi dari teman-teman di luar Kalisat,
KALISAT
L
okakarya Kurator: Sejarah, Arsip dan Ingatan Warga adalah sebuah kegiatan yang diinisiasi oleh Sudut Kalisat, kolektif warga di Kecamatan Kalisat, Kabupaten Jember, Jawa Timur pada 16-23 Januari 2022. Selama enam tahun terakhir, mereka rutin menggelar pameran arsip “Kalisat Tempo Doeloe” (KTD), melakukan penelusuran arsip dan ingatan ke rumahrumah warga, menggalang dana, dan bergotong-royong mewujudkan kegiatan tahunan di sebuah tempat yang mereka beri nama Ruang Ingatan.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Sebuah Asejarah
1
2022
Di luar teori, praktik membuat pameran dilakukan dengan dua pendekatan: menggunakan ruang tamu warga sebagai ruang pamer dan melakukan penggalian ingatan warga melalui metode asejarah—sebutan warga Kalisat untuk aktivitas bersilaturahmi, berkunjung-kaji, atau berziarah. Kedua pendekatan tersebut merupakan tawaran yang dikembangkan dari praktik “kekuratoran” yang selama ini dilakukan Sudut Kalisat. Melalui lokakarya ini, pendekatan tersebut dikembangkan sebagai sebuah metode yang dapat dibagikan kepada para peserta. Bagi warga Kalisat, ruang tamu juga berperan sebagai “museum kecil”, di mana foto-foto keluarga, perabot, dan kenang-kenangan dari masa lalu disimpan dan dipamerkan. Ruang tamu ini kemudian menjadi pintu masuk menuju ingatan warga yang dapat digali untuk mengantar kita pada narasi mendalam sekaligus meluas. Sementara aktivitas mengunjungi kerabat atau tetangga, masuk ke dalam ruang tamu mereka, bagi warga Kalisat disebut asejarah. Tidak terbatas pada aktivitas bertamu saja, proses berziarah ke tempat-tempat yang dinilai sakral atau bersejarah, seperti makam leluhur, pun juga disebut asejarah. Jika ruang tamu menjadi laboratoriumnya, asejarah adalah kata kerjanya.
KALISAT
Lokakarya ini digelar selama enam hari dengan proporsi teori dan praktik seimbang: tiga hari untuk mengenal dan mendiskusikan teori, tiga hari sisanya peserta diminta untuk berpraktik membuat sebuah pameran sederhana. Sebelum merancang pameran, peserta dibekali pengetahuan dasardasar kekuratoran seperti sejarah dan bentuk praktik kurator; artikulasi dan kurasi; manajemen dan membangun sumber daya; metode menggali ingatan; skenografi dan display; juga memilah dan memilih arsip. Selain itu, di malam hari peserta juga diajak berdiskusi dengan beberapa praktisi yang bergelut di bidang serupa. Kami mengundang Anitha Silvia dari Pertigaan Map untuk bercerita mengenai praktik jalan kaki ngalor-ngidul di Surabaya sebagai usaha untuk mendokumentasikan Surabaya dan mencatat narasi yang tumbuh di warung-warung kopi; Arif Furqan dan Reza Kutjh dari kolektif Unhistoried berbagi kisah mengenai arsip temuan dan album foto keluarga di masa Orde Baru; Gintani Swastika dari Ace House Collective membahas perihal manajemen dan funding dengan contoh beberapa lembaga kesenian di Yogyakarta; sedangkan Arief Rachman dari kolektif Serrum berbagi
pengalaman perihal manajemen produksi dan perencanaan sebuah pameran.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
sehingga kemudian terdapat peserta lain yang datang dari Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Sumenep dan Jakarta.
2
2022
Di setiap ruang tamu tetangga yang kami
Melalui pengertian tersebut, kami ingin menempatkan aktivitas penelusuran sejarah sebagai sebuah praktik spasial, di mana ingatan selalu memiliki konteks meruang. Ia muncul dan mewujud dalam berbagai bentuk seperti “ruang tamu tetangga”, konfigurasi “letak-letak rumah”, patok “penanda-penanda kampung”, hingga “bekas-bekas gardu” yang sudah lama ditinggalkan. Kami percaya, bahwa ingatan tidak pernah lahir dari—dan menguap ke dalam—ruang hampa.
KALISAT
Dengan cara tersebut kami mengingat dan menghafal letak rumah-rumah, jenis tanaman, penandapenanda kampung, batasbatas tegalan, termasuk mengamati perubahannya dari tahun ke tahun. Jembatan berubah dari bambu menjadi kayu dan beton, bekas-bekas gardu kampling kayu yang dibangun seperti langgar dengan lantai papan menggantung di atas tanah masih terasa nyata dalam ingatan bahkan bau ketela curian yang pernah dibakar malam-malam di salah satu sudut tanahnya masih terasa jelas aromanya. Kami berkeliling sejak sore hingga malam.
singgahi, sejarah bangsa dan keluarga tampil nyata: foto Presiden dan wakilnya, lukisan syeikh dan kyai, souvenir penziarahan, potret masa muda pemilik rumah dan kisah-kisah yang menyembul dari silsilah keluarga, alat-alat pertanian yang tersengkelit di sabuk dinding bambu dan potret sejarah lainnya. Sejarah hadir kembali secara nyata lengkap dengan kegembiraan dan kesedihannya di tempat dan waktu yang akrab. Hal tersebut berulang setidaknya setahun sekali untuk menyegarkan pemaknaan akan sejarah spasial dan orang-orang yang hidup di dalamnya. (Isnadi, dalam Katalog KTD4, 2019)
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Penggunaan asejarah sebagai metode mulai berkembang menjadi diskusi saat Sudut Kalisat menyelenggarakan KTD4, di mana saat itu mereka mengundang Isnadi, seorang sastrawan Jember, untuk ikut menulis pada katalog yang diterbitkan. Dalam esainya Isnadi mengembalikan ingatan atas istilah asejarah bagi warga Kalisat sebagai sebuah aktivitas “berkeliling kampung…ke tetangga baik jauh atau dekat dalam lingkup satu kampung dengan jalan kaki, melalui jalan desa, tritisan rumah, [dan] gang antar rumah.”
*** Hari keempat, peserta mulai dibagi ke dalam empat kelompok
3
Gambaran di atas ditangkap oleh para peserta lokakarya sebagai sesuatu yang tidak mudah dilakukan di tempat lain tanpa
2022
Dalam sesi obrolan mengenai membangun dan mengelola sumber daya, teman-teman dari Sudut Kalisat membagikan refleksi pengalamannya menyelenggarakan KTD secara swadaya kepada semua peserta. Selama enam tahun, KTD terselenggara bermodalkan sumbangan warga, baik dalam bentuk biaya produksi maupun peminjaman sarana prasarana yang dibutuhkan, seperti pigura, lampu-lampu, sound system, hingga penyediaan konsumsi panitia. Segala laporan keuangan dilaporkan secara terbuka kepada warga yang menyumbang. Publikasi dilakukan dengan menyambangi rumahrumah warga, dibuka dengan menanyakan kabar, memohon izin acara, dan bercerita tentang format KTD tahun itu—secara tidak langsung proses asejarah tersebut juga membuat warga memiliki ikatan dengan kegiatan ini. Sederhananya, Kalisat Tempo Doeloe dibangun dari pintu ke pintu, dari ruang tamu ke ruang tamu, dari warga ke warga.
KALISAT
Selama lokakarya, dapat dilihat terjadinya proses pertukaran pengetahuan yang menarik dan terasa penting untuk didokumentasikan, baik untuk kami sendiri sebagai fasilitator, maupun bagi peserta. Pertukaran gagasan terjadi dalam suasana yang setara, santai, mengalami
langsung (live in), dan silang refleksi menjadi kunci penting dalam lokakarya ini. Dalam beberapa sesi obrolan, terjadi diskusi yang menarik, terutama pada topik membangun sumber daya dan menggali ingatan warga.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
yang diarahkan untuk membuat pameran di empat ruang tamu warga Kalisat, yaitu di rumah Lek Jumali, Krisna Kurniawan, Cak Har, dan Mbah Mienanti— keempat narasumber dan rumahnya dipilih berdasarkan keragaman latar belakang, karakteristik ruang tamu, dan dukungan untuk sedikit mengacak-acak ruang tamu mereka. Para peserta kemudian melakukan asejarah, baik ke penghuni rumah, maupun lingkungan sekitar. Dalam waktu yang relatif singkat mereka melakukan pengamatan, pendekatan, penggalian ingatan, sekaligus mencoba langsung proses membuat pameran (exhibition making) di masingmasing ruang tamu itu. Lewat proses kerja kuratorial kolektif, para peserta berbagi peran dan bernegosiasi menentukan cerita apa yang ingin disampaikan melalui pameran mereka. Pertukaran sudut pandang antar individu berdasarkan latar belakang yang beragam turut memperkaya nilai kerja kolektif, yang pada akhirnya menghasilkan konsekuensi bentuk artikulasi dan pilihan artistik pameran.
4
2022
Tentu saja, proses menggali ingatan dengan menyelami kehidupan warga merupakan
Di rumah-rumah warga, para setiap kelompok kerja menemukan ketertarikan yang berbeda-beda. Sejak malam kedua lokakarya, mereka sudah diajak untuk membayangkan beberapa potensi dan narasi yang dapat dikembangkan dari pengamatan mereka. Semula, para peserta membayangkan titik temu antara kisah personal narasumber, arsip yang dimiliki, dengan keahlian yang mereka kuasai masing-masing, ada yang berangkat dari pendekatan fotografi, sketsa, tulisan, desain, hingga teater dan seni performans.
KALISAT
Pada topik menggali ingatan, teman-teman dari Sudut Kalisat menyampaikan dengan sangat sederhana refleksi sejak awal proses terselenggaranya KTD. Memahami aspek keseharian seperti bahasa, perasaan, dan cara berbusana menjadi semacam pintu untuk masuk ke wilayah perjumpaan dan obrolan yang lebih dalam dengan warga. Di samping itu, ruang tamu dan tempat nongkrong seperti pasar dan kedai kopi bisa menjadi pembuka dari narasi sejarah kecil dan ingatan kolektif yang dimiliki warga. Pada ruangruang temu semacam itu cerita dan desas-desus beredar. Jika ditelusuri lebih jauh, segala informasi kecil itu dapat disusun menjadi sebuah sudut pandang untuk membingkai narasi yang lebih besar.
sebuah kemewahan (privilege) bagi mereka yang memang tinggal dan mengalami langsung keseharian itu. Biasanya, cara ini menghasilkan fragmen narasi dari ingatan yang mendalam, namun untuk memperoleh kedalaman tersebut memerlukan waktu yang tidak sebentar. Tentu saja metode ini perlu disesuaikan dengan ruang dan kebudayaan masyarakat di mana para kurator bekerja. Melalui lokakarya ini, para peserta diharapkan menguji coba pola-pola penggalian ingatan seperti ini dengan formula yang disesuaikan dengan lingkungan masing-masing; pendekatan untuk keluarga satu tentu saja berbeda dengan keluarga lain. Maka diperlukan fleksibilitas para peserta untuk beradaptasi dan melebur dengan warga di sekitar lokasi kerjanya.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
ada ikatan sosial sebagaimana yang telah dibangun seperti di Kalisat. Tantangan yang ditemui di tempat lain umumnya berupa sulitnya menjaga komitmen kelompok, silang sengkarut tata kelola kegiatan, intervensi pemberi dana, dan transparansi dalam mengelola keuangan. Di sini, para peserta dijelaskan bahwa pada dasarnya, membangun modal sosial dapat menjadi satu tawaran sendiri yang perlu dikembangkan lebih jauh untuk melakukan kerjakerja kolektif.
5
Setiap peserta, setiap kelompok, menunjukkan komitmen yang luar biasa dan hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana dalam waktu relatif singkat mereka mampu menggali ingatan, menyusun narasi, menghubungkannya pada konteks sejarah sosial yang lebih luas, melipat hingga mengartikulasikan dengan apik dalam ruang pamer yang berada di rumah-rumah warga. Tanpa upaya yang persisten, rasa ingin tahu, kemampuan untuk mendekat dan bernegosiasi, juga kerja kolektif, kami rasa pameran mereka tidak akan sekaya ini.
2022
Kemampuan untuk melakukan kerja kekuratoran secara kolektif ini juga menjadi salah satu tawaran yang diuji dalam lokakarya ini. Bagi Sudut Kalisat, bentuk kerja curatorial collective mungkin bukan barang baru karena sejak awal penyelenggaraan KTD seluruh perencanaan pameran dipikirkan dan dikerjakan bersama-sama. Tidak ada pembagian tugas yang bersifat tegas. Seluruh anggota Sudut Kalisat dapat mengusulkan tema, seleksi
KALISAT
Presentasi akhir pameran yang dibuat pun menjadi sangat beragam. Pameran berjudul “MAraCANsapa” berusaha menciptakan sejarah fiktif dari arsip yang dimiliki keluarga Krisna Kurniawan. Secara leluasa para kurator menarik hubungan antara arsip lama milik Karjodimoeljo dengan kegemaran mengoleksi motor Honda Tiger 2000 oleh anak cucunya. Sementara pada pameran “Sudut Lain Kalisat”, para kurator mengolah kisah kekerabatan dan hubungannya dengan bentang geografis, tata ruang tradisional, serta artefak benda warisan. Pameran “Jalan Minarti” mengetengahkan kisah hidup seorang janda pensiunan pegawai negeri yang tidak memiliki arsip foto satu pun namun narasinya berhasil ditarik pada konteks sosial yang lebih besar yaitu upaya penjinakkan gerakan perempuan oleh Orde
Baru. Sedangkan pameran “Roma dan Jumali” menukik pada kisah personal seorang tukang bangunan dengan berbagai ironi kehidupan yang ia jalani. Pameran ini dikemas apik dengan penceritaan yang disajikan dalam bentuk performans serta penguasaan tata ruang yang dinamis.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Seiring dengan proses penggalian ingatan, ditambah dengan kerja kolaboratif yang mereka lakukan, bayangan awal tersebut mulai berkembang dan berusaha menemukan bentuk akhirnya. Setidaknya ada dua titik tolak yang dapat dipetakan: (1) ada yang berangkat dari melihat arsip, lalu menentukan sudut pandang apa yang bisa dikembangkan; (2) ada yang berangkat dari cerita pemilik rumah, lalu menentukan objek apa saja yang dapat disusun atau didaur ulang sebagai medium bercerita.
6
Hari terakhir, kami menutup lokakarya dengan mengunjungi satu per satu ruang tamu yang sudah “diacak-acak” menjadi ruang pamer. Sebagaimana kami memulai perencanaan lokakarya dengan menyambangi satu per satu pemilik rumah, kami pun ingin menutup kegiatan ini dengan melakukan asejarah, karena selain sebagai upaya meminta ijin, menggali ingatan dan informasi, kini asejarah juga berfungsi sebagai penjaga tali perkenalan kami. Sewaktu-waktu kami kembali ke sini lagi, maka asejarah menjadi alat pengingat, bahwa kami pernah berkenalan dan diizinkan belajar membuat pameran di rumah mereka. Selain kepada warga Kalisat, kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Sudut Kalisat yang memastikan acara berlangsung lancar dan perut peserta lokakarya selalu dalam
2022
Kekayaan perspektif tersebut juga dapat kami lihat pada empat pameran yang dibuat dalam lokakarya ini. Misalnya saja dalam pameran “Sudut Lain Kalisat” terdapat pembacaan spasial yang kuat karena salah satu kuratornya berlatar peneliti arsitektur atau pada pameran “Roma dan Jumali” pengisahan narasi menggunakan pendekatan
***
KALISAT
Namun, apakah lantas kerja kolaborasi artistik semacam ini dapat menghasilkan sesuatu yang lebih baik secara mutu? Mungkin tidak selalu, namun harus dilihat bahwa kerja kekuratoran bersama ini bisa menjadi alternatif yang dapat digunakan sehingga sebuah visi kuratorial dapat menampung dan memunculkan perspektif yang lebih kaya. Sesuatu yang lebih sulit dicapai oleh kerja kurator individual.
dramaturgi juga menonjol karena dua kuratornya memiliki latar sebagai teaterawan. Bekerja dalam kerangka curatorial collective memungkinkan terjadinya pertukaran gagasan, paradigma dan pendekatan artistik secara dinamis. Bagi kami, format semacam ini perlu mendapat perhatian dan kesempatan untuk diuji dalam berbagai lokakarya kurator yang selama ini sebagian besar menonjolkan pengembangan praktik individu.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
arsip, hingga sentuhan artistik dalam menata ruang pamer. Jadi kerja kekuratoran dalam KTD tidak dibebankan kepada satu orang, melainkan ditanggung bersama oleh setiap anggota Sudut Kalisat. Beberapa tahun belakangan, dalam berbagai kesempatan, pendekatan “kekuratoran bersama” ini mulai dikembangkan. Sehingga kurator tidak lagi dianggap sebagai kerja perseorangan—yang selama ini dianggap penting karena sebagian besar ranah seni rupa modern menjadikan otonomi dan individual authorship sebagai sebuah nilai yang dianggap ideal.
7
KALISAT
Buklet sederhana ini dibuat sebagai catatan proses dan diskusi yang terjadi selama Lokakarya Kurator: Sejarah, Arsip dan Ingatan Warga. Di dalamnya terdapat struktur materi, rangkuman obrolan, dan dokumentasi peristiwa selama lokakarya. Harapannya, segala yang tercatat di dalam buklet ini dapat digunakan dan direplikasi di lain tempat dan kesempatan. Tentunya dengan harapan munculnya lebih banyak lagi kerja-kerja kekuratoran yang dilakukan bersama warga di tengah ruang keseharian, sehingga terjadi lebih banyak lagi pertukaran pengetahuan dan pengembangan model kekuratoran yang tidak berjarak dengan kehidupan masyarakat.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
keadaan kenyang: R.Z. Hakim, Zuhana A.Z., Fabian Aldiano, Novia Suryandari, Burhan Al Hafiz, dan Ahmad Hafid H.R.
2022 8
RANGKUMAN MATERI
Cahaya Novalinda
2022
Profesi kurator mulai dikenal di Eropa pada abad pertengahan,
tepat ketika masyarakat Eropa menjelajah dan memetakan dunia. Saat itu kurator dipekerjakan oleh para saudagar kaya atau orang terpandang yang gemar memamerkan barang-barang antik pada salah satu ruangan di rumah, yang dikenal dengan istilah cabinet of curiosity atau wunderkammer.
KALISAT
H
ari pertama lokakarya dimulai dengan paparan dari Ayos Purwoaji mengenai sejarah dan perkembangan bentuk kurator. Ayos menerangkan bahwa istilah kurator berasal dari bahasa latin curare yang memiliki arti to care; to take care of. Para peserta lokakarya memahami kurator sebagai selektor, produser pameran, atau navigator bagi sebuah acara kesenian. Selain fungsi-fungsi tersebut, bagi Ayos seorang kurator juga memiliki tugas untuk mengkaji, memilih, menulis, mengorganisir, menghimpun dana, mewacanakan, menegosiasi, hingga mempengaruhi pasar seni.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Sejarah dan Bentuk Kurator
Pergeseran mulai terjadi ketika Museum Louvre di Paris berdiri sesaat setelah terjadinya Revolusi Perancis. Para kurator yang sebelumnya bekerja merawat koleksi benda antik di rumah orang-orang kaya, kemudian mulai dipekerjakan di bawah institusi museum. Di dalam ekosistem museum dan galeri inilah para kurator bekerja dalam sebuah sistem yang dikenal sebagai white 11
Pada awal 1970-an mulai muncul istilah kurator independen yang merupakan kebalikan dari kurator institusi. Posisi mereka lebih bebas dan tidak terikat, kegiatannya tidak terpaku hanya di dalam museum atau galeri saja. Tokoh yang menjadi perintis kelahiran kurator independen ini adalah Harald Szeemann.
Ayos juga menjelaskan bahwa hari ini kerja kekuratoran tidak lagi bertumpu pada sosok perseorangan saja karena mulai bermunculan kelompok kuratorial (curatorial collective) yang bekerja bersama dan memungkinkan lahirnya perspektif kuratorial yang lebih luas. Sebagaimana saat ini yang terjadi ketika kolektif seni ruangrupa yang ditunjuk menjadi kurator bagi pagelaran documenta 15 di Jerman. Ayos juga bercerita bahwa meski pengertian dasar kurator adalah seorang pembuat pameran (austellungmacher/ exhibition maker), namun seorang kurator juga tidak terbatas dalam mengartikulasikan pandangan kuratorialnya menjadi berbagai kegiatan seni yang sifatnya melibatkan masyarakat umum.
2022
Kerja kekuratoran mulai muncul di Indonesia atau Hindia Belanda sejak dibangunnya institusi Bataviasche Kunstkring yang aktif membuat pameran seni rupa pada tahun 1914-1941. Setelah kemerdekaan, kerja kekuratoran di Indonesia mulai dilanjutkan oleh perupa Dullah yang menjadi penasihat seni bagi Presiden Sukarno di tahun 1950-an. Ayos juga menjelaskan pada tahun 1970-an mulai bermunculan kurator, tidak hanya di Pulau Jawa (Jim Supangkat) tetapi juga di Jayapura (Arnold C. Ap) dan Maumere (Pater Piet Petu, SVD). Sejak tahun 2000-an mulai bermunculan kuratorkurator perempuan di Indonesia antara lain Farah Wardhani, Alia Swastika, dan Grace Samboh. Pada masa yang sama, juga mulai dikenal istilah curatorial turn, di mana kurator menjadi
KALISAT
semakin dibutuhkan dalam penyelenggaraan sebuah pameran karena perkembangan seni konseptual yang semakin meluas dan membutuhkan sosok kurator untuk menjembatani karya seni yang ditampilkan dengan pemahaman publik.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
cube. Karena bekerja di dalam sebuah lingkungan kerja yang relatif steril, hal ini kemudian membuat para kurator perlahanlahan terlepas dari konteks sosial. Kurator yang bekerja di dalam museum atau galeri disebut sebagai kurator institusi.
12
Fikri Fadli
seorang kurator juga dapat membuat artikulasi artistik lain sebagai manifestasi visi kuratorialnya.
2022
Saat memberikan materi mengenai Artikulasi dan Kurasi, Rifandi Septiawan Nugroho menjelaskan bahwa dalam mengartikulasikan sebuah visi kuratorial terdapat beberapa pendekatan yang musti dilakukan. Pertama, seorang kurator perlu menajamkan sudut pandang atas sebuah isu yang akan diangkat. Semakin tajam sudut pandang seorang kurator akan berpengaruh pada bentuk dan pesan dari pameran yang dibuat. Ketajaman visi seorang kurator didapatkan dengan cara melakukan riset sebelum
KALISAT
H
ingga saat ini praktik kurator di Indonesia belum diakui sebagai profesi yang tersertifikasi atau terafiliasi secara kelembagaan seperti dokter, pengacara, atau arsitek. Sehingga siapa saja bisa mendaku diri sebagai seorang kurator. Apalagi di Indonesia sekolah formal kekuratoran masih tergolong baru dan masih sedikit jumlahnya. Oleh karena itu, masih terbuka banyak kemungkinan bagi kurator muda—terutama yang berasal dari luar akademi seni—untuk bereksperimentasi dalam membuat pameran. Tugas utama seorang kurator adalah membuat pameran atau exhibition making, tetapi hal itu bukan lagi menjadi satu-satunya pilihan karena
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Artikulasi dan Kurasi
13
Keempat, seorang kurator dapat memanfaatkan pameran yang dibuat untuk melontarkan pertanyaan, bukan hanya menjelaskan benda-benda yang dipamerkan. Misalnya, sebuah pameran arsip yang dibuat justru untuk mempertanyakan sejarah yang ditulis dan selama ini dipahami oleh masyarakat umum. Artikulasi kuratorial semacam ini mengajak pengunjung untuk berefleksi terhadap sesuatu yang selama ini mungkin dianggap sebagai sebuah kebenaran umum dan memperkaya imajinasi pengunjung untuk melontarkan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Kelima, pada tataran tertentu seorang kurator juga mampu memanfaatkan ruang pamer untuk menciptakan kontroversi dan memicu perdebatan dalam masyarakat. Hal semacam ini dilandasi oleh berbagai macam kesadaran, seperti memberi sorotan pada isu-isu genting yang selama ini terlewat atau dibungkam dari percakapan sehari-hari hingga bertujuan
2022
Kedua, seorang kurator perlu membangun percakapan, baik dengan seniman atau warga yang akan dilibatkan dalam pameran. Percakapan membangun ikatan dan kesepahaman, sehingga kurator dapat menjelaskan visi kuratorial dalam pameran yang akan dibuatnya. Tanpa jembatan percakapan, persepsi atas tema pameran dapat meluas dan membuat pameran kehilangan ketajaman. Percakapan juga berfungsi untuk mengembangkan sebuah pameran atau kegiatan seni sebagai sebuah peristiwa sosial yang berdampak luas. Ketiga, kurator dapat mengartikulasikan gagasannya dengan menciptakan benturan atau membuat lipatan dalam ruang pamer. Sebuah pameran yang baik tidak hanya melayani satu lapis pembacaan. Semakin banyak lapisan makna dan simbol menjadikan sebuah pameran menjadi lebih kaya dan terbuka atas pembacaan dari berbagai perspektif. Lapisan-lapisan makna ini dapat
KALISAT
diciptakan dengan menampilkan obyek-obyek (baik karya seni atau arsip) yang seolah saling berbenturan atau berhubungan secara bentuk, isi dan makna. Dari hubungan tak terlihat dari benda-benda yang dipamerkan, pengunjung dapat menarik interpretasi sendiri yang kemudian menciptakan lapisan pembacaan dan kekayaan perspektif.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
membuat pameran, dan jika ketajaman tersebut sudah didapatkan kemudian dapat diikat dengan memilih judul atau tema kuratorial yang sesuai. Pemilihan judul sangat signifikan dalam menunjukkan sudut pandang kurator. Judul sebuah pameran atau kegiatan seni juga bisa menjadi perangkat untuk memperkuat konten pameran yang diangkat.
14
KALISAT
Rifandi juga menjelaskan bahwa artikulasi kurasi dapat diterjemahkan ke dalam elemen–elemen berupa teks kuratorial, pemajangan karya (display), intervensi ruang, aktivasi, program publik, hingga menghadirkan pertunjukan (performance). Dengan memanfaatkan elemen-elemen tersebut seorang kurator dapat mengartikulasikan pandangan kuratorialnya secara maksimal.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
untuk mengkonstruksi pasar seni. Jika dilakukan secara tepat, baik waktu maupun bentuknya, maka masyarakat akan melihatnya sebagai sesuatu yang segar. Di sisi lain juga terbuka resiko munculnya resistensi dari masyarakat yang memiliki pendapat berbeda.
2022 15
Faiq Nur Fikri
Sayang, tradisi berjalan kaki ini kemudian menjadi sesuatu yang asing dan banyak orang semakin malas untuk melakukannya, terutama untuk menjangkau tempat-tempat tertentu yang relatif dekat dengan tempat tinggalnya. Pergeseran tersebut disinyalir mulai terjadi sejak masa kolonial, di mana pada masa tersebut kendaraan—baik bermotor atau tidak—mulai dikenal dan dipasarkan, sehingga memungkinkan orang berpindah tempat dengan memanfaatkan alat transportasi tersebut. Kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan berbagai moda transportasi membuat orang berfikir berkali-kali untuk berjalan kaki. Berjalan kaki bagi
2022
Tradisi berjalan kaki di Indonesia sebenarnya dapat ditelusuri sejak masa lampau ketika, pada masa tersebut orang terbiasa berjalan kaki di bawah naungan pohon tanpa terganggu oleh apapun. Praktik ini mereka lakukan tanpa paksaan dan dilakukan untuk menjangkau tempat-tempat tertentu seperti ke pasar, tempat penziarahan, ru
watan desa, dan lain sebagainya.
KALISAT
B
erangkat dari lingkungan yang tidak dapat memberikan banyak informasi secara menarik, Anitha Silvia akhirnya memutuskan untuk mencoba mengenal kota dengan jalan kaki. Menurutnya, jalan kaki juga bisa menjadi pilihan alternatif dari sarana transportasi yang semakin kompleks dan padat.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Anitha Silvia: Jalan Kaki dan Warung Kopi
16
Saat ini, tradisi berjalan kaki yang murah dan mudah ini mulai banyak dipraktikkan kembali, terutama bagi warga atau para pelancong yang ingin menikmati lanskap sebuah kota atau desa. Di Jawa misalnya dikenal dengan istilah mlaku, di Maluku disebut ronda dan di Madura lazim dikenal dengan istilah agàlajàr. Kegiatan semacam ini memberikan banyak keuntungan, tak hanya bisa dengan mudah merekam lingkungan sekitar, melainkan juga dengan mudah dapat bersosialisasi dan berjumpa dengan beragam kelompok sosial.
Dari hasil pengamatannya tersebut setidaknya ada kurang lebih 100 warung kopi tradisional di Surabaya yang bertahan selama lebih dari dua dasawarsa. Warung kopi tersebut biasanya dapat dijumpai di persimpangan jalan atau di sekitar pasar. Dari banyaknya warung kopi tersebut tentu saja akan menciptakan pola tersendiri yang dapat membedakan antara warung kopi satu dengan yang lainnya. Misalnya dalam hal penggunaan istilah-istilah tertentu dalam menyebutkan benda yang ada di warungnya.
2022
Tak hanya itu, Anitha juga menyampaikan bahwa di warung kopi kita juga dapat mendapatkan dan menggali banyak arsip dan ingatan warga. Tentunya bukan arsip yang umum kita kenal sebagai dokumen atau medium perekam, melainkan arsip tak berwujud yang bersumber dari ingatan-ingatan para pemilik warung. Bayangkan saja jika pemilik warung kopi tinggal di sebuah daerah selama puluhan tahun, tentu banyak cerita dan perubahan sosial yang ia tangkap dan ingat. Baginya warung kopi bisa menjadi alternatif bagi siapa saja yang ingin mengetahui cerita atau kejadian di lingkungan sekitar terutama bagi arsiparis, sejarawan, atau kurator partikelir seperti kita.
KALISAT
Pada kesempatan ini Anitha Silvia juga berbagi pengalaman menariknya saat berjalan kaki kepada kami peserta Lokakarya Kuratorial: Sejarah, Arsip dan Ingatan Warga. Ia menceritakan banyak terkait apa yang ia dapatkan selama beberapa tahun merekam kota Surabaya dengan jalan kaki. Dari hasil pengamatannya ternyata aktivitas di ruang luar ataupun di ruang-ruang publik banyak didominasi oleh lak-laki. Keberadaan mereka dirasa telah mempengaruhi banyak hal, seperti munculnya warung-warung kopi. Di Surabaya warung kopi dianggap sebagai ruang bagi laki-laki, meskipun demikian para perempuan bisa saja melakukan intervensi dengan nongkrong di warung
kopi untuk ngobrol dan melepas penat.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
sebagian masyarakat dirasa memakan lebih banyak waktu dan tidak efisien.
17
Bangkit Mandela
Diskusi Masalah Wildan bercerita bahwa dalam Hyang Art Festival, sebagian dana berasal dari Jatim Biennale IX. Namun karena nilainya kecil dan kesulitan mencari sponsor di Bondowoso, tetap ada kebutuhan patungan. Masalah berikutnya pada komitmen SDM sehingga jumlah panitia menyusut, sementara open call hanya mendatangkan satu orang.
2022
Ayos memantik diskusi dengan empat poin masalah yang kerap terjadi dalam suatu kegiatan seni. (1) Dari mana sumber pendanaan berasal? (2) Bagaimana mengelola volunteer (SDM)?
(3) Bagaimana mengatur waktu kerja dan memenuhi tenggat (4) Menanggapi persoalan konsep acara yang belum jelas. Pada sesi pertama peserta diminta untuk memaparkan masalah yang pernah dihadapi dalam kegiatan berkesenian.
KALISAT
H
ari kedua Lokakarya Kurator: Sejarah, Arsip, dan Ingatan Warga dimulai dengan materi dari tiga pembicara. Sasaran materi adalah mendiskusikan siasat agar acara kesenian dapat berjalan dengan baik, kemudian merefleksikan sepak terjang program KTD (Kalisat Tempo Doeloe) hingga dapat bertahan memasuki tahun ke-6. Diskusi dilakukan dalam 3 sesi, yakni membahas masalah dan solusi bersama peserta, refleksi oleh Sudut Kalisat, dan materi oleh Ayos Purwoaji.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Membangun Sumberdaya dan Bekerja Bersama
18
Ia melanjutkan, kemampuan negosiasi memegang peran penting untuk meloloskan proposal hingga menangani masalah-masalah di lapangan. Lalu transparansi, yakni keterbukaan informasi satu sama lain sangat mempengaruhi proses pengambilan sebuah keputusan. Sementara masalah tenggat waktu yang singkat merupakan situasi perseptif (kesan padat dan genting) yang dapat diatasi dengan menurunkan ekspektasi dan beban pekerjaan untuk memenuhi waktu yang tersedia. Masalah perizinan muncul ketika kita bersinggungan dengan kerja-kerja di ruang publik, sehingga koneksi seperti orang dalam dapat menjawab berbagai masalah. Ayos mencontohkan
2022
Safa dari SMAN Kalisat melihat hubungan antar anggota perempuan cenderung lebih sensitif sehingga mempengaruhi proses kegiatan. Sementara Bangkit menyampaikan kesulitan dalam pameran Desas-Desus Proklamasi terletak pada tenggat proyek yang singkat. Faiq menyebut permawsalahan izin dan komunikasi yang tidak transparan, sehingga menyebabkan sikap-sikap yang kurang profesional. Ia juga menyampaikan masalah publikasi di media sosial yang lesu. Hamdan menambahkan bahwa ia pernah menghadapi intervensi pemerintah provinsi yang menyebabkan jadwal acara terganggu. Fadlan pernah
Ayos membaca ulang masalahmasalah di atas dengan beberapa komentar. Ia melihat bahwa persoalan uang memang pelik. Jumlah yang sedikit maupun banyak akan tetap mebingungkan jika tidak memiliki cara pengelolaan yang baik. Kemudian, kecakapan merancang konsep merupakan modal penting untuk membentuk proposal. Lalu, di awal kegiatan seni, kita perlu menetapkan luaran (output) kegiatan secara jelas, sebab hal ini mempengaruhi produk akhir dan komitmen dari seluruh panitia.
KALISAT
Teman-teman DKK (Dewan Kesenian Kampus): Ayun, Haki, dan Els memberi contoh dalam acara Balung Kreatif. Konsep acara telah matang, tetapi persoalan jatuh pada pendanaan dan kurangnya tenaga relawan. Panitia telah bekerja sama dengan pengurus masjid sebagai rekanan penyedia tempat, namun kemudian muncul negosiasi yang tidak mencapai kesepakatan.
mengalami soal transparansi yang buruk sehingga acara dibatalkan dua hari sebelum tanggal pelaksanaan.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Mengenai konflik internal, Wildan membahas penjadwalan yang kurang baik karena kebiasaan bekerja anggota di malam hari dan bangun siang keesokan paginya. Ia juga menyoal masalah komitmen dari panitia yang mundur di tengah jalan, melihatnya terjadi karena tidak mengerti atau meremehkan rincian kerja.
19
Dari segi pengelolaan dana, Amin
Danny membagi pendapat bahwa sisi komersial kegiatan seni dapat dikembangkan. Ia melihat penjualan tiket, sistem tukar jasa, dan merchandising berupa kaos atau produk lainnya adalah sumber penghasilan sekaligus alat promosi yang efektif. Bidang dana usaha SMA Kalisat mencoba untuk menjual kerupuk atau bahan baku sembako sebagai bentuk usaha mandiri yang ternyata mampu mencukupi kebutuhan proyek. Bangkit mencontohkan pengajuan pendanaan terhadap industri yang berkaitan (acara mural kampung dengan pabrik cat) dapat menambah peluang untuk lolosnya proposal proyek. Ayos menambahkan bahwa sumber-sumber lainnya masih terbuka, seperti dana desa yang
2022
Ayos kemudian mengarahkan diskusi pada topik solusi. Ia meminta peserta untuk mencoba menjawab masalah yang telah dilontarkan bersama-sama. Faiq merespon isu manajemen dan komitmen bahwa komunikasi merupakan kunci untuk mencari jalan tengah persoalan, dari sana kita dapat mendelegasikan tugas sehingga beban kerja ditanggung secara merata. Ia juga menyarankan untuk memilih rekan kerja secara jitu sesuai tugas dan bobotnya. Mengenai manajemen dan komitmen, Fadlan melihat bahwa kontrak kerja dan persetujuan jadwal yang jelas dapat menjaga ketepatan pekerjaan. Faiq menambahkan, output atau tujuan kegiatan yang jelas dapat menjaga komitmen pekerja, dan menyusun rekam jejak karya (portfolio) perlu dimantapkan sebagai daya tawar untuk mengajukan proposal.
KALISAT
Diskusi Solusi
berpendapat bahwa keuangan perlu ditangani oleh dua pihak, yakni bendahara (internal) dan audit (dapat berasal dari pihak eksternal), sehingga perputaran uang dapat diproses dan diawasi dengan baik. Wildan menceritakan pengalaman bahwa di daerahnya beberapa tokoh masyarakat seperti haji dapat menjadi sumber uang karena citra yang ingin mereka bangun. Ayos merespon bahwa rivalitas antar pendana ini sebagai peluang bersiasat yang menarik. Di sisi lain, Wildan juga menceritakan bahwa pemerintah daerah sebenarnya punya jalur pendanaan, tetapi masih terkendala KKN berupa pungutan liar atas jumlah dana yang akan diterima panitia acara.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
sebuah kasus dimana suatu artefak berupa batu besar bisa dipindahkan dari site aslinya di sebuah hutan ke dalam Museum Balumbung, Situbondo dengan bala bantuan dan fasilitas aparat tentara. Ini terjadi karena salah satu pelindung Museum Balumbung merupakan pejabat petinggi militer setempat. Ia juga mengakui bahwa pemerintah dapat menjadi pendukung atau penghambat tergantung posisi dan agendanya.
20
Mengenai publikasi acara, Danny memberi pendapat bahwa publikasi kegiatan perlu dilakukan minimal tiga minggu sebelum acara. Publikasinya tidak berhenti di sosial media, tetapi juga email dan Whatsapp untuk terus mengingatkan peserta. Ayos menambahkan bahwa publikasi memang proses yang panjang dan perlu konsisten. Suatu acara tidak akan cukup hanya dengan satu poster saja.
Zuhana dan Nova membuka cerita dengan latar belakang Kalisat. Kalisat kaya dengan arsip dan kisah sejarah, begitu pula dengan subyek sejarah seperti Njoo, studio foto yang menyimpan foto-foto lama sejak tahun 1930an. Kekayaan ini mendorong minat untuk memamerkan arsip-arsip tersebut. Pameran Kalisat Tempo Doeloe yang pertama dilakukan dengan meminjam dan memajang arsip asli secara hati-hati. Acara digagas dan dilangsungkan tanpa kepanitiaan atau penjaringan relawan. Perkakas dan media pajang seperti pigura merupakan pinjaman dari warga setempat. Untuk menghemat biaya, pengeluaran pameran ditekan. Foto pamer menggunakan arsip asli sehingga tidak ada pengeluaran untuk mencetak. Acara pendukung seperti penampilan musik juga didukung oleh alat-alat pinjaman warga.
2022
Teaser, gimmick, giveaway, dan sokongan selebgram dapat menjadi cara publikasi. Sayembara juga dapat menjadi ajang untuk menjaga perhatian
Nafas Panjang Kalisat Tempo Doeloe
KALISAT
Ayos memberikan contoh pameran “Aku Diponegoro: Sang Pangeran dalam Ingatan Bangsa, dari Raden Saleh Hingga Kini” (2015) yang dinilainya sebagai pameran seni tersukses kala itu. Puluhan ribu peserta memenuhi Galeri Nasional selama pameran berlangsung. Hal ini dapat tercapai melalui sebuah media setting, yakni upaya publikasi pada media secara sistematis dari jauh-jauh hari. Dalam kasus ini, informasi mengenai Raden Saleh mulai muncul setahun sebelum pameran dilakukan. Media-media besar membuat feature tentang sosok Raden Saleh, penerbitan buka, dan diskusi publik yang terusmenerus, sehingga menumbuhkan ketertarikan publik sepanjang tahun.
publik terhadap acara yang akan dilaksanakan. Cara-cara sensasional juga boleh menjadi pilihan, seperti cerita Els bahwa pernah diadakan woro-woro dengan mobil pikap dan megafon sebagai aktivasi warga, hingga cerita Wildan tentang membentuk mitos atau gosip dari band Steak Daging Kacang Ijo yang dikabarkan batal manggung di berbagai tempat sehingga malah ditunggu-tunggu penampilannya.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
masih belum terserap untuk menyelenggarakan kegiatan budaya.
21
Karena acara Sudut Kalisat memanfaatkan waktu senggang dan sisa tenaga anggotanya, maka tidak ada tuntutan komitmen yang tinggi. Namun seiring berjalannya waktu, setiap anggotanya kini sudah mengambil mengisi perannya masing-masing sesuai minat, kapasitas, dan porsi kerjanya.
2022
Menjelang pameran, Zuhana selalu mengabari orang tua anggota
R.Z. Hakim menambahkan bahwa Sudut Kalisat dan program KTD dapat bertahan setelah melalui ketidaktahuan yang panjang. Mulai dari pameran tanpa kurator, hingga taktiktaktik berproduksi yang hemat. Sistem iuran juga merupakan hasil ketidakmampuan mencari pendonor. Sudut Kalisat terbuka terhadap pendonor dengan menetapkan persyaratan khusus bahwa calon pendonor bersikap adil, dan tidak memiliki catatan hitam dalam isu sosial dan lingkungan hidup. Iuran adalah solusi keuangan yang telah disepakati bersama di antara pilihan lainnya. Sudut Kalisat juga sudah mencoba sistem koperasi, tetapi mogok karena segan untuk menarik iuran saat pandemi.
KALISAT
Sepanjang KTD berikutnya, pengumpulan arsip-arsip warga berkembang dan semakin meluas. Setiap pameran KTD selalu diawali jauh-jauh hari, misalnya di awal tahun dengan pembicaraan yang ringan-ringan dan berkembang seiring berjalannya waktu. Hingga KTD ke-6 keuangan masih menggunakan sistem patungan. Namun ada usahausaha mandiri yang dijalankan bersama, antara lain penjualan kaos di Facebook yang ternyata mendatangkan banyak pesanan. Sebagian kaos juga dibuat dengan metode sablon on the spot seharga 10-15 ribu rupiah. Dengan memaparkan harga produksi dan keuntungan yang diterima pada informasi penjualan, panitia KTD menjelaskan bahwa hasil penjualan kaos ini akan digunakan untuk kebutuhan pameran.
Sudut Kalisat untuk meminta izin waktu anak mereka. Selain menjaga hubungan dengan lingkungan, langkah ini juga merupakan bentuk promosi yang tidak disengaja. Ketika informasi kedatangan pameran sudah masuk ke pasar, secara otomatis berita itu merambat ke seantero Kecamatan Kalisat.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Pengeluaran terbesar biasanya di makanan acara. Untuk ini juga berasal dari warga, biasanya berbentuk sumbangan sembako. Setelah acara berakhir selalu ada pelaporan keuangan kepada pihak-pihak yang telah membantu.
Materi Penutup Ayos kemudian memaparkan strategi manajemen yang disingkat sebagai P.O.A.C. yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling).
22
2022
Bekerja dengan banyak orang tidak sama dengan bekerja efektif. Berdasar pengalamannya, Ayos menyatakan jumlah paling
Ayos menutup materi dengan mengingatkan pentingnya keseimbangan antara aksi dan evaluasi, yakni sebuah proses menerus untuk bergerak dan melakukan refleksi dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Ia menutup materi dengan anekdot sistem rekrutmen supir bus Sumber Kencono, bahwa supir yang diterima untuk bekerja di sana justru supir yang pernah menabrak atau mengalami kecelakaan sebelumnya. Sebab, itu menandakan supir yang tahan banting, mampu untuk bangkit, belajar dari pengalaman dan bersedia untuk terus bergerak maju di jalur yang telah ia pilih.
KALISAT
Ayos melanjutkan, bahwa ada dua jenis modal kegiatan. Pertama pendanaan (funding), yakni sumber pendanaan berwujud uang dari pihak luar. Jenis lainnya disebut modal sosial (social capital), yakni aset berupa hubungan sosial, kepercayaan dari orang-orang di sekeliling yang mampu mendukung dengan berbagai cara, mulai dari pendanaan, promosi, penghubung pihak, dan lain sebagainya. Ayos mencontohkan bahwa Sudut Kalisat menggunakan iuran karena memiliki standar etika yang ketat dalam penerimaan donor. Meski demikian Sudut Kalisat memiliki modal sosial dan dukungan masyarakat sekitar yang kuat untuk menjalankan berbagai kegiatannya.
sedikit untuk menjalankan pameran adalah tiga orang yang terdiri dari kurator, desainer grafis, dan produser. Kurator berfungsi sebagai penulis dan periset, desainer grafis membantu untuk merancang identitas visual dan konten publikasi, sementara produser membantu mengelola sumber daya manusia (art handler, volunteer, wartawan) hingga mengusahakan pendanaan.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Sebelum mengadakan sebuah kegiatan, penyelenggara perlu melakukan planning yang merupakan fase konsepsi acara, pembuatan proposal, dan pencarian sponsor. Selanjutnya organizing merupakan usaha mengumpulkan sumberdaya, siasat atau rangkaian cara yang harus ditempuh sehingga kegiatan yang direncanakan dapat tercapai. Tahap berikutnya adalah actuating sebagai tahap mengeksekusi kegiatan yang dibarengi dengan controlling sebagai tahap akhir yang menjaga agar acara dapat berlangsung lancar hingga selesai.
23
Wildan Arianto
Setidaknya ada empat elemen besar montase di dalam ruang pamer, antara lain karya, ruang, kuratorial, dan penonton. Hubungan antar elemen ini dapat dijembatani dengan beberapa cara. Misalnya, antara
2022
Rifandi menjelaskan bahwa pada dasarnya praktik display mirip seperti teknik montase di dalam teater, film, atau fotografi. Sederhananya, praktik montase seperti menggunakan rumus "a+b=c". Teknik ini lahir dari perkembangan sinema Soviet di tahun 1920-an yang digunakan untuk memberi makna baru pada sebuah film, dengan menyusun antar potongan gambar. Apabila dua atau lebih gambar digabungkan, penonton akan menangkap interpretasi atau kesan yang berbeda dari hubungan antar gambar tersebut.
KALISAT
M
ateri Skenografi dan Display dibawakan oleh Rifandi Septiawan Nugroho. Rifandi memulai materinya dengan membuka pertanyaan kepada peserta tentang apa saja hal yang dipertimbangkan dalam pemajangan karya di ruang pamer menurut pengalaman para peserta. Faktor umum seperti ruang, karya, alur, penempatan, cahaya, dan latar menjadi poin-poin yang diungkapkan oleh para peserta. Pertimbangan-pertimbangan tersebut bekerja apabila display dilakukan di sebuah galeri white cube yang steril. Namun, Rifandi menambahkan, apabila pameran dilakukan pada ruang yang tidak spesifik untuk ruang pamer maka faktor kehadiran penonton menjadi penentu hal mana saja yang perlu ditonjolkan dan dikorbankan.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Skenografi dan Display
24
Kurator berperan sebagai penghubung negosiasi antara seniman, karya seni, art handler, dan pesan kuratorial. Terkadang apa yang diinginkan oleh seniman tidak dapat direalisasikan oleh tim produksi atau art handler, atau sebaliknya. Di sini posisi kurator krusial, untuk menentukan mana yang menjadi prioritas: seniman dan karyanya, art handler dan sistem kerjanya, atau penonton. Dalam presentasinya, Rifandi juga memberikan contoh kasus dari pameran "Desas-Desus Proklamasi" (2021) yang diadakan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta. Pameran tersebut digelar di sebuah bangunan cagar budaya, bekas rumah Laksamana Tadashi Maeda, yang kelak diubah menjadi museum. Kondisi lantai, dinding, dan langit-langit bangunan tidak dapat diintervensi, sehingga strategi display yang dilakukan
2022
Hubungan pameran dan kerangka kuratorial dapat dijembatani oleh teks dan katalog. Di samping sebagai penyampai pesan kuratorial, katalog juga dapat memperpanjang usia dari sebuah pameran, sebagai sebuah upaya produksi pengetahuan. Durasi pameran dan kunjungan pameran yang terbatas membuat upaya distribusi pengetahuan
Terakhir, hubungan antara kuratorial dan ruang dapat dibantu penerjemahannya dengan menggunakan layout dan struktur kategorisasi ruang atau program ruang. Mempersiapkan layout dan struktur ruang berfungsi untuk membuat pekerjaan display menjadi efisien, terutama apabila pekerjaan produksi pameran dilakukan oleh tim yang berbedabeda. Di sini, kurator idealnya tidak bekerja sendirian, namun berkolaborasi dengan perancang pameran (exhibition designer), perancang grafis (graphic designer), dan pemajang karya (art handler).
KALISAT
Pemahaman penonton atas karya yang ditampilkan dapat dimediasi dengan penulisan teks penjelasan (caption) dan media informasi tambahan. Penulisan caption perlu memperhatikan siapa penontonnya dan informasi apa yang ingin kita sampaikan, hal tersebut seringkali luput dari perhatian kurator. Seperti contoh, pemasangan caption biasanya tidak ramah terhadap anak-anak atau penyandang disabilitas. Dengan dijembatani media informasi tambahan, bentuk artistik baru juga dapat muncul dari hubungan antara caption dan karya. Di samping itu, kurator dapat memanfaatkan teks dan media informasi bukan hanya untuk menerangkan secara deskriptif, tetapi juga berupa media provokasi atau penegasan atas gagasan kurator atau seniman.
menjadi terbatas. Oleh karena itu, naskah kuratorial dan katalog menjadi perpanjangan dari upaya distribusi pengetahuan di luar ruang pamer.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
ruang dan karya dapat dibantu dengan penentuan medium, tata susunan display, dan detil-detil penyelesaian. Biasanya, karya seni cenderung ingin tampil menonjol dan terkadang menjadi terlalu mendominasi di dalam ruang pamer. Memperhatikan ketepatan medium, susunan karya, dan detail komposisi menjadi sangat penting agar penguasaan ruang untuk display terlihat seimbang.
25
Pameran tersebut menceritakan sejarah gedung yang dipakai sebagai tempat pameran itu sendiri. Strategi display pada pameran tersebut dimulai dari mengumpulkan dan menghubungkan karakteristik arsip dengan ruang yang ada, dengan membuat zonasi konten arsip berdasarkan karakteristik ruangnya. Setelah zonasi selesai dilakukan dan arsip selesai dikumpulkan, pembatas antar ruang dibuat sesuai dengan skenario kuratorial yang diinginkan. Kemudian, posisi karya dan arsip yang spesifik dapat ditentukan untuk rujukan kerja art handler.
Selain karya, arsip, dan teks, ruang pamer sendiri juga dapat menjadi medium yang menegaskan pesan kuratorial. Memahami ruang sama pentingnya dengan memahami pesan kuratorial yang ingin disampaikan. Terutama, apabila pameran tidak mengambil tempat di ruang pamer yang steril, seperti di ruang publik, gang kampung, bangunan tua, atau ruang-ruang lainnya. Strategi display di ruang publik dapat menggunakan beberapa pendekatan, antara lain menggunakan cara display yang interaktif, melibatkan penonton untuk merespon, beraktivitas dengan karya yang ditampilkan.
2022
Untuk membuat karakter display semakin kuat, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Seperti menampilkan pilihan objek serupa dengan kuantitas yang banyak, memahami budaya dan karakter penonton dan menyusun display yang sesuai, melibatkan pertimbangan desainer grafis, menjaga ketinggian pandangan (eye level), mempertegas karya dengan pencahayaan, eksplorasi medium, dan mempertimbangkan sudut pengambilan secara fotografis di dalam susunan display. Perancangan display sebuah pameran tidak hanya penting sebagai cara menyampaikan pesan, tetapi juga menentukan siasat produksi.
KALISAT
Pada tahap produksi, art handler menentukan durasi dan waktu kerja. Biasanya, produksi dibagi menjadi dua bagian. Struktur panel, pedestal, vitrine, dan objek-objek besar diproduksi di luar ruang pamer. Sedangkan karya-karya seni baru masuk setelah struktur dasar pameran telah siap di ruang pamer, untuk mengurangi resiko rusaknya karya seni apabila diletakkan bersamaan dengan proses instalasi struktur pameran di lapangan. Karya atau objek yang memiliki resiko kerusakan lebih tinggi bisa dipasang belakangan. Di dalam pameran arsip biasanya ada dua bentuk: menggunakan arsip asli atau reproduksi. Arsip asli memiliki resiko besar, oleh karena itu perlu diperlakukan secara khusus untuk menjaga keamanan arsip dari resiko kerusakan. Caranya dapat dilakukan dengan membuat vitrine atau lapisan
pelindung arsip. Arsip reproduksi memiliki resiko yang lebih kecil. Bahkan, arsip reproduksi memberi ruang eksplorasi yang lebih luas dalam penggunaan medium, mengingat tidak ada beban untuk menjaga keaslian dari mediumnya.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
sebisa mungkin minim sentuhan langsung kepada elemen bangunan. Kondisi ini memberikan pertimbangan material dan cara aplikasi display yang berbeda.
26
Hamdan Tamimi
2022
Desa Kalisat mempunyai ciri khas tersendiri dalam menjaga ingatan, seperti yang dilakukan teman-teman Sudut Kalisat. Mereka mengadakan pameran sederhana dengan menampilkan foto-foto milik warga sekitar. Mereka menggunakan metode penelusuran sejarah lisan yang
cukup sederhana, menggali informasi yang cukup luas berdasarkan narasi dan arsip warga. Mereka memulainya dengan menelusuri ruang-ruang tamu warga, tempat nongkrong, warung kopi, dan sebagainya. Pada rumah-rumah penduduk Kalisat, biasanya kita akan dijamu di ruang tamu, lalu dipersilahkan masuk ke ruang tengah apabila sudah cukup akrab dengan pemilik rumah. Di sana lah biasanya tersimpan banyak arsip dan objek-objek yang menyimpan sejarah warga. Dari ruang-ruang tersebut mereka mencari sumber lisan, lalu mencoba menghubungkan dengan informasi-informasi di tempat yang lain. Tentu, tidak semua informasi benar, ada yang berlebihan, ada yang
KALISAT
M
enjaga ingatan dalam sejarah lokal sebuah desa penting karena setiap desa mempunyai momen pengingatan yang beragam seperti adat istiadat, pernikahan, slametan, dan sebagainya. Oleh karena itu, menjaga ingatan sebuah desa bisa dilakukan dengan banyak cara, seperti menerbitkan tulisan, melakukan riset, pameran, dan lain sebagainya.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Menggali Ingatan: Metode Sejarah Lisan, Elisitasi, Wawancara
27
Ingatan warga, berdasarkan praktik Sudut Kalisat, bersumber pada beberapa ruang, antara lain:
Tempat Nongkrong/Warung Kopi: Di warung kopi, biasanya
Proses penggalian ingatan sangat berhubungan dengan aspek budaya dan etika dari sebuah kelompok warga. Pertimbangan atas aspek-aspek tersebut menentukan seberapa cepat kita dapat menggali informasi yang diperlukan, juga seberapa dalam informasi yang bisa kita dapatkan. Meskipun terdengar sederhana, menggali ingatan warga sebetulnya tidak mudah. Ada banyak elemen yang perlu dipertimbangkan sebagai metode menggali ingatan warga yang telah dipraktikan oleh temanteman di Sudut Kalisat dan para peserta lain di dalam lokakarya, antara lain:
2022
Ruang Tengah: Ruang tengah menjadi pembatas antara ruang tamu dan dapur. Di ruang tengah terdapat benda-benda yang lebih personal dan privat. Ingatan dan cerita yang tersimpan di ruang ini lebih sulit dijamah karena tidak sembarang orang bisa masuk ke ruang ini. Diperlukan ikatan yang lebih dekat agar mendapatkan kepercayaan untuk bisa menemukan informasi di ruang tersebut.
"Ingatan warga menjadi dasar dalam mencari sebuah seumbersumber lainya dalam peneltian sejarah lisan walaupun data tersebut masih tidak lengkap."
KALISAT
Ruang Tamu: Kenapa ruang tamu? Ruang tamu tanpa kita sadari serupa sebuah museum kecil. Ruang tamu menjadi ruang ingatan keluarga, kenangan, dan identitas dari sebuah keluarga tersebut. Sebagai contoh, di ruang tamu terdapat foto sebuah keluarga naik haji, dari sana kita dapat menandai bahwa mereka adalah keluarga berlatar belakang muslim. Selain itu, terkadang juga terpajang fotofoto liburan keluarga, wisuda, koleksi objek—gelas, piring, benda pusaka, perabot, souvenir—yang menyimpan cerita dari mana objek-objek itu berasal.
tersimpan gosip-gosip dan cerita warga, apalagi jika tempat tersebut sudah berusia puluhan tahun. Dari sana informasi dapat digali, mengenai siapa saksi sejarah, apa rumor yang beredar, apa kerjadian-kejadian penting di masa lalu yang terngiang, dan sebagainya. Di sana, mudah untuk membaur dengan sesama warga, sehingga informasi dapat didapatkan dengan cara yang lebih cair. Meski demikian, perlu diimbangi dengan pola pencarian di tempat lain sebab tidak semua informasi yang beredar selalu akurat. Seperti yang diungkapkan oleh Hakim berdasarkan pengalamannya menggali ingatan warga di Kalisat:
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
tidak lengkap, ada benar, ada pula yang bohong. Dengan menghubungkannya satu per satu, maka serpihan narasi yang kecil-kecil dapat tersusun menjadi sebuah sejarah.
28
Rasa: Dengan merasakan keadaan sekitar, memahami keadaan sekitar, apa yang dirasakan warga juga menjadi penting dalam menggali ingatan. Secara tidak langsung ketika kita merasakan apa yang dirasakan warga, membuat kita menjadi lebih peka terhadap kondisi sekitar lingkungan warga. Sudut Pandang Asing: Terkadang sudut pandang orang luar dalam membaca wilayah warga menjadi semacam "pemantik" yang membuka kemungkinan cerita lain dari warga. Rasa penasaran yang kita tunjukan, ditambah informasi atau sudut pandang yang kita tawarkan, menjadi semacam nilai tambah bagi warga yang sehari-hari mengalami langsung ruang di mana mereka berada. Fashion: Cara berpakaian menjadi salah satu aspek penting saat melakukan riset. Dengan memahami karakter cara berpakaian warga, kita dapat menyesuaikan diri seperti menjadi bagian dari warga juga. Sehingga tidak ada
2022
Tata Krama Setempat: Bertamu identik dengan tata krama. Misalnya, kita ketika partama kali bertamu ke rumah salah satu teman, tiba-tiba nyelonong tanpa salam, langsung duduk tanpa dipersilahkan maka pandangan pertama tuan rumah, "Lho kok anak itu tidak punya tata krama, apa tidak diajari tata krama sama orang tuanya." Itu akan terbesit
Tata krama pun menjadi penting dalam menggali ingatan karena ketika bertamu ia menjadi semacam "kunci" pintu masuk saat bertamu. Apabila saat berkomunikasi kita memegang penuh tata krama setempat, maka sumber informasi akan menanggapi kita dengan baik.
KALISAT
Ketika kita hanya bisa Bahasa Indonesia dan melakukan riset ke wilayah yang warganya bertutur bahasa lokal di keseharian, kita menjadi butuh penerjemah. Tetapi, terkadang informasi yang kita inginkan bisa jadi berbeda denhgan yang tersampaikan karena cara berkomunikasi dengan sumber informasi masih ada semacam jarak.
ketika orang bertamu tanpa adanya tata krama.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Bahasa: Bahasa menjadi cara masyarakat berkomunikasi sekaligus menjadi penanda identitas kelompok masyarakat. Ketika melakukan sebuah riset di daerah dan mengalami kendala dalam berkomunikasi dengan bahasa setempat, maka kemungkinan data yang didapatakan hanya sedikit karena keterbasan kita dalam memahami bahasa mereka. Sebaliknya, jika kita bisa berkomunikasi dengan baik, maka menjadi lebih mudah dalam percakapan, mengenal, dan memahami apa yang disampaikan. Menggunakan bahasa lokal juga memungkinkan percakapan masuk ke dalam wilayah narasi yang lebih personal dan intim yang mungkin jarang bisa didapatkan orang lain.
29
Desas-Desus: Bisa diartikan juga sebagai gossip, rumor, gibah, dan ini bisa digunakan dalam menggunakan dengan lebih menajamkan kepekaan kita dalam mendengar dan menyikapi desas-desus ini. Desas-desus memantik topiktopik, kemungkinan narasumber, dan akses informasi baru yang memperluas pemahaman kita tentang apa yang kita sedang teliti. Mengenal Keseharian: Mengenal keseharian seperti masakan, kegiatan, pekerjaan, dan pola perilaku dapat membantu kita untuk menggali informasi dari balik keseharian itu.
Rifandi menambahkan salah satu metode lain yang dapat digunakan untuk menggali ingatan—terutama sebagai orang lain yang datang ke sebuah tempat baru—adalah elisitasi arsip. Elisitasi arsip merupakan metode penelitian kualitatif yang menggunakan objek visual sebagai instrumen wawancara, dengan tujuan mengurangi kecanggungan antara peneliti dan sumber informasi, menggali informasi saksi sejarah, dan mengkonfirmasi informasi yang ada di dalam arsip dengan
2022
Di luar faktor-faktor yang dijabarkan di atas, Mas Yon, salah satu warga Kalisat,
Arsip keluarga juga bisa tidak kita temui hanya di Ruang Tamu, ia justru kebanyakan tersimpan di ruang tengah, gudang, dapur, atau ruang-ruang lain yang ada di rumah. Tetapi, untuk menembus ruang yang lebih dalam dari ruang tamu, hal tersebut cukup sulit. Butuh pendekatan yang tepat untuk bisa menembus batas-batas kecanggungan itu. Dibutuhkan kesabaran dalam menjalin ikatan sosial agar kita bisa mendapatkan arsip keluarga maupun ingatan warga di ruangruang tersebut.
KALISAT
Jujur dan Apa Adanya: Faktor ini membuat warga dapat memahami tujuan riset kita dengan lebih jernih. Warga dapat memberi rujukan-rujukan, referensi, dan informasi sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Akan tetapi, cara ini bergantung pada konteks sosial warga di mana kita melakukan penggalian informasi. Beberapa kelompok warga mungkin cenderung canggung menerima tamu untuk tujuan riset, sensitif, tidak terbuka. Tetapi, beberapa kelompok lain justru terbantu apabila kita jelas memberikan tujuan kita.
menyebutkan, "Mendekat menjadi salah satu langkah terbaik untuk mempengaruhi." Karena dengan mendekat saat melakukan penggalian informasi, kita pun menjadi terbiasa dengan keseharian warga, dekat dengan keadaannya, komunikasi bisa terjalin dengan baik, dan menjadikan istilah mendekat sebagai metode untuk menggali ingatan warga.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
kecanggungan saat menggali informasi dari lawan bicara.
30
Rifandi menambahkan, selain metode penggalian ingatan berbasis arsip visual, sebetulnya cara memancing ingatan juga bisa dilakukan dalam bentuk-bentuk lain yang tidak
Selain itu, simbol kota juga dapat berperan sebagai sumber ingatan. Rifandi menjelaskan, dewasa ini, banyak monumenmonumen baru pada kota-kota di Indonesia yang menunjukan “kebebasan mengingat”, yang dibuat oleh warga, khususnya pada periode pasca reformasi ‘98, seperti Tugu Fotokopi di Tanah Datar, Tugu Knalpot Purbalingga, Tugu Motor Klasik di Klaten, dan sebagainya. Karakter monumenmonumen tersebut berbeda jauh dari peninggalan monumen di era Orde Baru yang sebagian besar
2022
Meskipun cukup efektif, metode elisitasi juga memiliki beberapa kekurangan. Metode ini beresiko menyempitkan interpretasi dan persepsi narasumber ke dalam bingkai objek visual. Selain itu, narasumber juga mungkin saja memberi informasi yang terlalu luas dan cenderung ke manamana jika tanpa diarahkan. Oleh karena itu, topik-topik pertanyaan pengarah juga dibutuhkan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.
Pameran sendiri, seperti yang dilakukan oleh teman-teman Sudut Kalisat, juga dapat menjadi salah satu metode penggalian ingatan—alih-alih hanya sebagai tempat mempertontonkan arsip. Dengan menyadari pameran sebagai proses penggalian ingatan, medium pameran itu berperan sebagai instrumen elisitasi. Para pengunjung diajak bercerita, menyumbangkan lagi ingatannya, untuk modal penggalian ingatan berikutnya.
KALISAT
Metode elisitasi dapat dilakukan dengan tiga pendekatan. Pertama, peneliti menggunakan objek visual yang sudah ada (foto, sketsa, video, dsb.) sebagai instrumen wawancara. Kedua, peneliti membuat objek visual baru saat mewawancara narasumber (sketsa ilustratif, coretan di atas arsip, dsb.), berdasarkan keterangan atau cerita dari narasumber. Ketiga, dengan menggabungkan keduanya. Objek visual merupakan salah satu instrumen penggalian ingatan yang sampai saat ini masih cenderung lebih tidak "mengganggu" jika dibandingkan dengan kamera atau buku catatan, saat kita berhadapan dengan lawan bicara.
baku. Sebagai contoh, sebuah komunitas di sekitar Gunung Kidul mendokumentasikan resan, pohon-pohon penjaga mata air di wilayah sekitar Gunung Kidul. Proses pendokumentasian ini disertai dengan ritual tradisi, penanaman pohon baru, maupun perobohan pohon-pohon lama yang dinilai dapat merusak ekosistem sekitar. Pada contoh ini, resan dilihat sebagai arsip dan pekerjaan mengkonservasi sebagai dokumentasinya.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
menunjukan langsung arsip kepada saksi sejarah.
31
KALISAT
Kepekaan kita dalam mencari dan menemukan sesuatu yang menarik menjadi modal untuk menarik narasi untuk pembuatan pameran. Proses pemindahan data informasi menjadi narasi juga dapat dilakukan dengan berbagai medium, baik melalui penulisan artikel, buku, ataupun rekaman cerita warga dalam bentuk medium lain. Penentuan bagaimana ia diterjemahkan bergantung rencana kuratorial secara konseptual.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
terkesan menyampaikan pesan otoritatif lewat patung-patung polisi, tokoh militer, maupun relief Keluarga Berencana. Gaya arsitektur, rumah, kantor bekas instansi, gedung-gedung pertunjukan, juga menjadi penanda di sekitar kita yang menyimpan ingatan dari masa lalu.
2022 32
Chellsa Sevia C.
Ketika mulai tinggal di Kalisat beberapa tahun silam, pasangan suami istri R.Z. Hakim dan Zuhana A.Z. tidak dapat langsung
melakukan penggalian ingatan warga tanpa adanya pendekatan. Mereka berdua percaya pusat kebudayaan dalam skala kecil dapat berbentuk warung makan, kedai kopi, atau ruang jumpa rakyat kelas bawah. Pada “pusat kebudayaan kecil” semacam ini, kita tidak hanya menjumpai ingatan masa lampau tetapi juga desas-desus dan informasi terkini. Hakim bercerita, “Di Kecamatan Sukowono, tepatnya lima hari lalu, ada seorang lelaki dan perempuan muda berusia 19 dan 20 tahun terlibat pertengkaran karena asmara, si laki-laki mencekik leher perempuan tersebut sampai mati”. Ketika kita memakai sudut pandang orang asing, orang yang sama sekali tidak tahu tentang budaya di Kalisat, tidak akan bisa
2022
i masa kolonial, sesaat ketika Jepang kalah dan Belanda mencoba kembali lagi, Kalisat disebut sebagai wilayah “kampoang sekem”. Dalam bahasa Madura, sebutan itu bermakna api dalam sekam, karena menurut arsip kolonial Kalisat digambarkan sebagai daerah yang masyarakatnya tampak baik-baik saja di permukaan, namun berkecamuk panas sekali di bawahnya. Secara administratif, saat ini Kecamatan Kalisat terdiri dari 12 desa, di antaranya adalah Desa Kalisat, Desa Ajung, Desa Sumberjeruk, dan Desa Glagahwero.
KALISAT
D
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Mengumpulkan Ingatan yang Terserak
33
Hakim menjelaskan terdapat beberapa pendekatan yang ia sering gunakan untuk menggali ingatan. Dimulai dari kebiasaan nongkrong di kedai-kedai kopi di Kecamatan Kalisat sebagai sebuah modal untuk menggali ingatan masyarakat di sekitarnya. Namun, pendekatan ini bagi Hakim tidak terlalu ampuh, karena seringkali ia hanya memperoleh informasi terbaru dan berjarak dekat, sesuai dengan demografi pelanggan di kedai kopi tersebut.
2022
Hakim percaya, dari ruang tengah tersebut banyak sekali informasi dan ingatan yang bisa diceritakan. Contoh yang paling menarik—meski hingga sekarang tidak ada bukti fisiknya—namun semua orang di Kalisat yang tumbuh sekitar 1930-1940-an memiliki kesaksian mengenai perjalanan Presiden Sukarno dari Surabaya ke arah Panarukan melewati Stasiun Kalisat pada tahun 1952. Pada hari itu, stasiun kelas satu Kalisat tiba-tiba dikerumuni banyak orang dari berbagai desa, kampung, dan bahkan dari kecamatan tetangga, hanya karena mendengar desas-desus bahwa kereta api yang sebentar lagi lewat itu membawa Presiden Sukarno. Saat itu penduduk di Kalisat dan sekitarnya ingin melihat lebih dekat sosok Presiden Sukarno karena selama ini mereka hanya bisa mendengar suaranya yang lantang dari radio atau menjumpainya melalui pemberitaan di koran-koran. Pada saat itu Stasiun Kalisat benar-benar oleh banyak orang. Ketika rangkaian kereta api yang
KALISAT
Kedalaman dalam menggali informasi justru Ia peroleh ketika berkenalan dengan seseorang. Hakim mencontohkan, misalnya ia berkenalan dengan seseorang, mereka berbagi obrolan, kemudian ia diundang untuk bertamu ke rumah, dipersilahkan duduk di ruang tamu, hingga muncul perbincanganperbincangan yang lebih dalam dari situ. Setelah beberapa kali bertamu, kepercayaan mulai tumbuh dan sudah tidak dianggap orang asing, ia bisa bisa beranjak masuk ke ruang tengah. Ruang tengah biasanya adalah ruang santai keluarga, ruang yang menghubungkan antara ruang tamu menuju dapur, di dalamnya terdapat pesawat televisi, kursi, lemari penyimpanan, dan sebagainya.
Menurut pengalaman Hakim, bagi masyarakat Bali, Jawa, Osing atau Madura terdapat nilai yang sama bahwa ruang tengah dapat menjadi penanda penerimaan dan akrab-tidaknya seorang tamu. Meski demikian, untuk saat-saat tertentu ketika membahas masalah keluarga, warisan, atau anak yang akan melangsungkan pernikahan tidak semua orang bisa menembus ruang tengah.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
menembus obrolan keseharian seperti itu dan pengamatannya akan terbatas pada berita dan unggahan yang muncul di media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, atau TikTok.
34
Untuk menggali ingatan warga secara mendalam, Hakim mengatakan bahwa seorang peneliti harus mengenal dengan baik orang-orang yang ditemui, tidak dengan maksud apapun hanya niat ingin berteman dan menjalin persaudaraan. Sebagian informasi penting bahkan ia dapatkan secara tidak sengaja atau perbincangan santai tanpa arah ketika warga mulai bertanya kepada Hakim apakah ia peduduk asli atau pendatang? Ngontrak rumah atau beli tanah di mana? Dari pertanyaanpertanyaan kecil itulah perbincangan dan informasi yang ia dapatkan semakin dalam.
2022
Hakim mengatakan berbagai penelusuran sejarah dan ingatan yang ia lakukan bermodalkan rasa ingin tahu, suka, lalu melakukannya dengan riang gembira dan selesai sampai di sana. Ia yakin di masing-masing wilayah entah di Surabaya, di Banyuwangi, di Tangerang, di Lumajang, atau di manapun pasti masing-masing memiliki isu sensitif sendiri, punya model nongkrong sendiri, punya aturan main sendiri, juga punya kartu sendiri. Begitu juga dengan Kalisat, yang tampak memiliki ikatan sosial yang kuat, tidak pernah ada pertikaian etnis
KALISAT
Hakim mendapatkan sebuah informasi bahwa seseorang memotret peristiwa itu menggunakan kamera analog yang ia beli di Surabaya. Ia adalah Haji Bajuri, seorang tokoh salah satu partai yang berdarah Banjar dan tinggal di Kalisat. Saat itu ia memiliki akses untuk naik dan mengabadikan sosok Sukarno saat menyapa warga Kalisat. Namun foto yang konon disimpan oleh generasi kedua Haji Bajuri itu tak pernah benar-benar ditemukan. Hakim mengaku mencari foto tersebut sejak tahun 2015. Bagi Hakim, ini menjadi pengalaman menarik karena ia selalu mendengar kesaksian yang sama berulang kali berdasarkan ingatan warga, namun tidak memiliki bukti secara fotografis. Akhirnya ia pun hanya bisa mencatat bukti-bukti tersier yang sangat lemah seperti
ingatan orang-orang Kalisat tentang warna dan jumlah kancing baju Sukarno, apakah saat itu ia mengenakan peci atau tidak, gestur dan posisi berdiri Sang Presiden dan ingataningatan kecil visual lainnya.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
ditunggu datang, kerumunan orang mulai menghadang lokomotifnya. Entah bagaimana caranya massa rakyat memaksa kereta tidak lekas jalan. Melihat hal tersebut, Presiden Sukarno melongokkan badan melalui salah satu pintu gerbong kereta. Ia tidak turun. Hanya berkatakata dan menyapa massa rakyat. Sebenarnya orang-orang tidak mendengar jelas apa yang dikatakan oleh Sukarno, bagi yang berdiri paling jauh dari pusat kerumunan mereka hanya mendengar dengung seperti lebah. Tapi mereka tidak peduli, mereka hanya ingin melihat sosok presiden mereka dari dekat.
35
Seiring waktu berlalu, intensitas ngobrol dengan orang-orang itu menjadi semakin dekat. Tidak harus ngobrol serius setiap hari, perlu diberikan jeda untuk mengobrol tentang hal lain, tentang anak-anaknya atau tentang hal baru lainnya, hingga tiba-tiba mereka spontan bercerita tentang sesuatu yang selama ini dipendam. Ketika mereka menceritakan ingatan masa lalu atau bahkan ingatan yang bersifat traumatis, artinya kehadiran kita diterima.
2022
Mas Yon, yang menemani Hakim bercerita akhirnya menyebut bahwa mendekat adalah cara terbaik untuk berkomunikasi atau mempengaruhi. Ia buruburu menambahkan bahwa pengaruh yang ia katakan dalam arti baik yaitu mempengaruhi orang lain agar menghargai keberadaan kita. Untuk menggali ingatan atas sesuatu kita harus melakukan komunikasi atau berbincang dengan lingkungan sekitar. Misalnya, mengawalinya dengan bertamu ke rumah tetangga. Dari ruang tamu inilah banyak hal yang bisa diperbincangkan. Ruang tamu tak ubahnya seperti museum kecil, di mana biasanya banyak sekali benda-benda yang dipajang dan menjadi perpanjangan identitas si pemilik rumah. Dengan cara bertamu dari satu rumah tetangga ke rumah tetangga yang lain, kita dapat memahami identitas kolektif atau latar
KALISAT
Pernah ada sebuah kesempatan di mana Hakim mendapatkan cerita dari seseorang mengenai dampak kebijakan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 1959 tentang “larangan bagi usaha perdagangan ketjil dan etjeran jang bersifat asing diluar ibukota Daerah Swatantra tingkat I dan II serta Karesidenan”. Seseorang bercerita pada Hakim bahwa peraturan itu menimbulkan dampak sosial yang serius di Kalisat. “Wah, kacau Kalisat saat itu, punya sekolah, punya banyak hal, namun ketika PP No. 10 Tahun 1959 dikeluarkan, semuanya dihancurkan. Itu juga berdampak pada keluarga Om Aziz, leluhurnya dari Yaman, ruang gerak mereka untuk berniaga jadi dibatasi.” Kisah semacam
itu adalah lapisan ingatan yang sulit, karena bagi sebagian orang bersifat traumatis, sehingga membutuhkan waktu pendekatan lebih lama sebelum akhirnya mereka mulai bercerita. Biasanya untuk menimpali percakapan tersebut, apa yang mereka ingat dapat disandingkan dengan peristiwa sezaman yang terjadi di saat itu. Bagi Hakim apa yang ditulis dalam buku sejarah belum tentu sama dengan apa yang diingat oleh warga. Kadang hanya bergeser sedikit, kadang juga dihilangkan berlebihan, bahkan kadang juga dipalsukan.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
dan rasisme, namun setelah ditelusuri lebih dalam tragedi semacam itu pernah terjadi di masa lalu. Bahkan terjadi dua kali. Itu contoh hal-hal yang tidak mau diceritakan, atau bahkan ingin dilupakan secara kolektif.
36
Meskipun pada praktiknya kita dapat berkomunikasi dengan warga menggunakan Bahasa Indonesia, tetapi secara personal penggunaan bahasa setempat ini menjadi kode untuk percakapan yang lebih mendalam. Ada semacam perasaan tegang atau tidak nyaman ketika warga yang sehari-hari terbiasa bertutur dengan bahasa daerah harus bercerita menggunakan Bahasa Indonesia untuk menceritakan peristiwa 1965 di Kalisat. Penggunaan Bahasa Indonesia secara psikologis akan menciptakan jarak antara kita dengan warga setempat. Suasana menjadi lebih formal dan serius. Itu mengapa Hakim menekankan betapa pentingnya kita menaklukkan bahasa warga, di mana pun kita berada. Jika kita mampu menguasai bahasa
2022
Bagi Hakim, ketika terjadi perubahan pada tata ruang tamu semacam itu, museum kecil sebuah keluarga bergeser ke ranah yang lebih privat seperti di ruang tengah atau bahkan di halaman belakang yang lebih sulit ditembus kecuali kita bisa melihatnya saat sedang melaju di atas kereta api. Ia percaya tetap ada ruang-ruang pengganti dari apa yang kita sebut sebagai “museum kecil” keluarga. Misalnya album foto pemilik rumah saat melangsungkan pernikahan, upacara selamatan, album perkembangan anak atau bahkan “museum kecil
Dalam aktivitas menggali ingatan, terdapat hal mendasar yang harus menjadi perhatian yaitu bahasa. Hakim mengatakan bahwa orang berpikir dengan bahasa, menyampaikan gagasan dengan bahasa, bahkan ketika gagasan itu bentuknya dalam puisi, lirik lagu, naskah teater dan sebagainya mereka butuh instrumen ekspresi berupa bahasa. Bagaimana mungkin kita menggali ingatan warga Mengwi, Kabupaten Badung, ketika kita tidak memahami bahasa setempat.
KALISAT
Hakim menambahkan bahwa saat ini sebuah tantangan baru muncul karena di wilayahwilayah pemukiman bagian pinggiran kota penduduknya sudah mulai mengenal konsep tata ruang minimalis. Di ruang tamu mereka hanya ada meja, kursi tamu, vas bunga dan lukisan-lukisan abstrak dekoratif. Tidak banyak benda-benda yang dipajang, tidak banyak foto yang dipasang. Sebagian ruang tamu warga Kalisat pun sudah berubah seperti itu, ruang tamu dengan sedikit ornamen namun bersih, lengkap dengan keramik atau gelaran karpet.
keluarga” itu sudah bergeser ke album foto digital yang terdapat di media sosial.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
budaya dari sekelompok masyarakat. Kegiatan bertamu ini mungkin tanpa kita sadari adalah kegiatan yang penting. Oleh karena itu perhatian atas hal-hal kecil jangan sampai terlewatkan.
37
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
setempat maka percakapan yang terjadi juga lebih luwes dan tidak terbatas. Selain bahasa, satu hal lagi yang ditekankan Hakim, sesuatu yang ia pelajari dari kegiatan pencinta alam, adalah mengikuti kebiasaan yang berlaku pada satu kelompok masyarakat. Misalnya seperti cara berpakaian, cara bersosialisasi, atau nilai yang dipercayai. Kita dapat beradaptasi dengan warga melalui bahasa ataupun kebiasaan yang mereka gunakan sehari-hari.
KALISAT 2022 38
M. Fals Witoyo
Wildan memulai pembahasan dengan mengenalkan segitiga analisis formal, latar pembuat dan interpretasi. Bagi setiap orang yang ingin membaca sebuah foto, maka ketiga hal tersebut perlu menjadi pertimbangan. Pertama,
analisis formal di mana seluruh elemen formal yang tampak dalam sebuah foto—mulai dari subyek, obyek, ekspresi, teknik, hingga komposisi—dapat dilihat sebagai teks yang dapat dideskripsikan. Kedua, latar sosial dari seorang fotografer juga bisa menjadi pertimbangan lain dalam membaca selembar foto, misalnya adalah biografi, pendekatan, keterangan foto yang disematkan oleh pembuat, semua itu mampu menjelaskan sudut pandang dan kecenderungan tatapan (gaze) dari sebuah foto. Ketiga, sebagai pembaca foto kita dapat melakukan interpretasi yang berjarak
2022
iang di hari ketiga, kami mendapatkan materi berjudul Memilah dan Memilih Arsip Warga. Materi ini disampaikan oleh Ayos Purwoaji dengan pembuka materi mengenai literasi visual yang disampaikan oleh Wildan. Sebagai seorang alumni jurusan Fotografi ISI Yogyakarta, Wildan sudah memiliki pengetahuan dasar mengenai cara pembacaan visual, terutama untuk membaca karya dan arsip foto.
KALISAT
S
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Memilih dan Memilah Arsip Warga
39
Ayos menjelaskan beberapa alasan di balik fungsi seleksi dari seorang kurator. Pertama, karena ruang pamer biasanya terbatas. Sehingga tidak memungkinkan untuk menampilkan keseluruhan materi arsip yang ditemukan. Kedua, obyek yang dipilih biasanya menyesuaikan dengan narasi yang ingin ditonjolkan dalam sebuah pameran. Semakin spesifik narasi yang diangkat, materi yang dipilih biasanya semakin terbatas. Pengolahan narasi ini juga biasanya terjadi dalam bentuk penyusunan obyek dalam
2022
Melengkapi presentasi Wildan mengenai literasi visual, Ayos menunjukkan hubungan antara sebuah foto dengan teks yang mendampinginya. Tanpa teks, selembar foto akan memiliki potensi multiinterpretasi karena sifatnya yang tunggal, dikarenakan kita tidak dapat melihat kejadian sebelum dan sesudah atau peristiwa yang sedang terjadi di sekitar foto tersebut. Maka, dalam kesempatan tertentu, teks pendamping menjadi dibutuhkan untuk
Literasi visual dan semiotika menjadi perangkat penting bagi seorang kurator yang sering bekerja untuk memilah dan memilih arsip foto. Namun, untuk mengembangkannya menjadi sebuah pameran, kurator juga memerlukan perangkat pengetahuan lainnya, antara lain, sejarah seni rupa, ilmu penataan ruang (skenografi), komunikasi visual, hingga ilmu sosial seperti antropologi atau sosiologi. Berbagai perangkat itu membantu untuk menajamkan pilihan seorang kurator atas obyek-obyek yang akan dipamerkan. Mengapa dari sekian ribu arsip foto yang tersedia hanya dipilih sebagian untuk dipamerkan? Mengapa seorang kurator harus memilih?
KALISAT
Obrolan pun kemudian berkembang, Wildan memberikan contoh sebuah foto milik Kevin Carter berjudul “The vulture and the little girl” (1993) yang memenangkan penghargaan Pulitzer Prize setahun setelahnya. Kami mencoba bersama-sama “membaca” dan membahas foto itu. Kemudian Ayos juga memberikan dua contoh foto lain milik fotojurnalis Julian Sihombing tentang seorang demonstran Reformasi ‘98 yang terkapar di jalanan dan foto pertemuan Presiden Soeharto dengan Direktur IMF Michael Camdessus.
menjembatani pesan dari sebuah foto dengan persepsi yang timbul di benak penonton.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
dengan mempertimbangkan berbagai simbol yang nampak dengan subyektifitas personal kita. Bagi Wildan, untuk melakukan interpretasi ini seorang pembaca foto perlu memiliki perangkat pengetahuan lainnya seperti ilmu semiotika.
40
2022
Meski demikian, seorang kurator juga bisa melakukan apa yang oleh Ayos disebut sebagai “pelipatan dan pemengslean” di
KALISAT
Bagi Ayos, memilih juga berarti melakukan pemihakan, sehingga sebuah pilihan adalah sebuah keputusan politik. Itu mengapa Ayos juga menekankan bahwa dalam memilih, seorang kurator perlu melandasinya dengan nalar yang baik berdasarkan perangkat pengetahuan yang dimilikinya. Nalar ini menjadi penting untuk menjelaskan alasan-alasan pemilihan obyek di ruang pamer yang sering harus dipertanggung jawabkan di depan publik. Rentang waktu dan pengalaman seorang kurator akan menajamkan nalar pilihannya.
dalam ruang pamer. Seringkali seorang kurator terjebak untuk membuat pameran yang deskriptif dan menjelaskan segala sesuatu di dalam ruang pamer apa adanya. Usaha untuk melakukan pelipatan saat menyusun obyek, intervensi artistik, dan menghubungkan antara apa yang ada di ruang pamer dengan konteks yang lebih luas (intertekstualitas) dalam menimbulkan kejutan bagi penonton pameran. Sehingga sebuah pameran tidak hanya menampilkan satu lapisan narasi saja, tetapi juga memunculkan lapisan narasi dan memperkaya perspektif. Bagi Ayos inilah yang disebut sebagai pemengslean, atau pembelokan, karena arsip tidak hanya bersifat sintagmatik di mana arsip berdiri atas dirinya sendiri, sebagai sebuah artefak untuk mengingat. Arsip juga dapat dilihat sebagai medium yang bersifat paradigmatik, yang dapat memantik cerita, dapat dibaca secara kontekstual dan mampu membicarakan berbagai fenomena sosial secara luas.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
bentuk montase di ruang pamer. Montase adalah sebuah usaha menyusun beberapa foto atau gambar menjadi sebuah narasi baru. Sebuah foto ketika dipasangkan dengan rangkaian foto lainnya dapat membentuk sebuah pola atau cerita yang dapat dibayangkan oleh penonton. Maka Ayos mengatakan bahwa seleksi menentukan narasi. Ketiga, adalah perihal subyektifitas kurator. Setiap kurator memiliki preferensi yang unik, sehingga seringkali pilihan yang ditampilkan juga mengikuti apa yang disukai oleh kurator yang bersangkutan. Di hadapan tumpukan material arsip foto yang sama, pilihan dua orang kurator bisa sangat berbeda.
41
Muhammad Iqbal
arsip mahal, kami sering mencari arsip foto di pasar loak,” kata Arif.
KALISAT
Dari perburuan di pasar loak ternyata ia banyak menemukan album foto warga, kebanyakan dibuat selama periode pemerintahan Orde Baru (1966-1998). Foto-foto tersebut merekam cerita-cerita kecil yang tidak tertulis dalam buku sejarah. Dari situlah mereka mendapat gagasan untuk menyebut inisiatif pengumpulan arsip foto warga ini sebagai “unhistoried”.
2022
“
Orang akan memotret apa yang ingin mereka ingat,” ucap Arif Furqan dari Unhistoried dalam diskusi virtual dengan judul Mengumpulkan Arsip Foto. Sebelumnya Arif memperkenalkan inisiatif Unhistoried yang saat ini ia kelola bersama Reza Kutjh adalah sebuah komunitas yang mengumpulkan arsip-arsip foto keluarga. Arsip yang mereka koleksi didapatkan dari pasar loak dan donasi dari orang yang mereka kenal. Dari keduanya ia membuat dua kategori: (1) arsip donasi yaitu foto-foto yang dapat ditelusuri pemiliknya dan (2) arsip yatim piatu (orphan archives) yaitu foto-foto temuan yang didapatkan di pasar loak dan tidak dapat ditelusuri identitas pemiliknya. “Karena
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Unhistoried: Membaca Foto Temuan
Dari Potret ke Pembangunan Saat ini ada ribuan lembar foto yang menjadi koleksi dari Unhistoried. Dari koleksi tersebut
42
2022
Arsip-arsip foto yang dikumpulkan oleh Unhistoried juga banyak merekam peran militer dalam pembangunan masa itu. Militer hampir selalu hadir dalam setiap kegiatan pembangunan. Seperti upacara peresmian gedung, program
Memberikan Narasi pada Foto Arsip-arsip foto yang didapat dari perburuan di pasar loak tentu banyak yang tidak disertai keterangan. Jangankan latar cerita, tempat dan waktu, bahkan nama pemilik foto saja seringkali tidak ditemukan. Untuk itu, Arif mengatakan perlu siasat lebih jauh agar arsip foto yatim piatu itu tidak menjadi sekadar arsip
KALISAT
Bagi Arif, terdapat berbagai citra yang ditanamkan dalam sebuah foto potret. Seperti misalnya citra seorang bapak dalam sebuah potret biasanya disajikan dalam balutan baju yang rapi, formal, dan profesional. Hal tersebut terangkum dalam foto-foto bertema bapak yang tampil dalam balutan seragam, menghadiri kunjungan kerja, mengikuti seremoni dan sebagainya. Sementara citra foto anak kebanyakan hadir dalam foto bayi atau saat bermain. Untuk citra ibu biasanya digambarkan dalam foto-foto saat melakukan pekerjaan domestik atau acara berkumpul bersama. Ibu pada masa Orde Baru sering mengadopsi imajinasi gaya Kartini, mulai dari pakaian hingga gaya rambut. Melalui penelitian yang dilakukan Arief, foto-foto itu kebanyakan diambil oleh laki-laki, sehingga dari situ dapat dilihat bagaimana perspektif lelaki memandang dunia dan lingkungan di sekitarnya.
pertanian, pembukaan klinik gigi, bahkan hingga program pelatihan menjahit. Dalam album-album foto milik keluarga militer juga banyak tersimpan foto potret dengan seragam. Foto pesta berseragam, foto liburan berseragam, dan sebagainya. Sehingga terasa narasi militer dalam keluarga sangat dominan, seolah ada intruksi dan intervensi militer dalam urusan domestik keluarga tersebut. Dengan dominasi militer pada masa itu yang sangat besar bukan berarti tidak ada keterlibatan warga dalam pembangunan. Unhistoried juga memiliki arsip-arsip foto yang menampilkan inisiatif pembangunan skala kecil yang dikerjakan oleh warga, atau keterlibatan orang-orang biasa dalam pembangunan infrastruktur publik, atau seseorang yang sedang melakukan studi pembangunan di luar negeri. Dari contoh-contoh yang diberikan oleh Arief, dapat dilihat bagaimana militerisme dan pembangunanisme menjadi tema-tema yang cukup mengemuka dalam arsip-arsip foto keluarga di masa Orde Baru.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
sebagian besar menampilkan acara-acara keluarga seperti dokumentasi pernikahan, potret keluarga, foto wisata, bahkan kolase foto yang dibuat secara manual.
43
KALISAT 2022
Langkah berikutnya yang dilakukan Unhistoried adalah membaca pola visual yang tersebar dalam arsip foto yang tersedia. Misalnya foto-foto potret seseorang dengan kendaraan, foto-foto sosok berseragam, atau foto seremonial. Foto-foto tersebut kemudian dikelompokan sesuai pola visualnya. Ini semacam kerja untuk meletakkan arsip ke dalam sebuah definisi kategorial. Setelah itu, Unhistoried akan merefleksikan pola-pola visual yang tampak itu dengan masa sekarang, seperti obsesi orang berfoto dengan kendaraan atau benda-benda favorit mereka, yang sampai saat ini sebetulnya masih sering kita lihat bertebaran di sosial media. Pembacaan atas pola visual tersebut kemudian dipertajam dengan menggunakan teoriteori sosial yang relevan untuk dihubungkan dengan segala hal yang tampak dari arsip-arsip foto keluarga.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
tanpa narasi. Menghadapi arsip foto semacam itu Unhistoried biasanya memulainya dengan melakukan pembacaan atas foto, apa saja yang bisa diidentifikasi dari foto tersebut, misalnya jenis pekerjaan, benda-benda yang spesifik, plat nomor dan jenis kendaraan, status sosial dan sebagainya.
44
Qurrotul Ayun & Danny Hartanto
2022
Mengelola sebuah kelompok seniman memiliki tantangan
sendiri. Gintani bercerita bahwa Ace House Collective mulai menyewa sebuah rumah yang digunakan sebagai studio bersama dan ruang pamer pada tahun 2013. Saat itu mereka hanya memiliki modal delapan juta, sisa dana dari keikutsertaan Ace House Collective dalam pagelaran Jakarta Biennale 2013. "Jadi untuk menambah biaya sewa rumah kami masih perlu urunan lagi," kata Gintani. Rumah tersebut hingga saat ini masih digunakan sebagai ruang bersama. Meski demikian anggota aktif Ace House Collective semakin lama semakin menyusut. Dari semula berjumlah 21 orang, saat ini anggota yang aktif hanya sepuluh orang. Gintani
KALISAT
P
ada malam keempat, kami menggelar sebuah diskusi bersama Gintani Swastika. Ia bercerita mengenai perjalanan dalam dunia kesenian dan pengalamannya mengelola berbagai kegiatan seni di Yogyakarta. Saat ini Gintani menjabat sebagai Direktur Biennale Jogja XVI, sebelumnya ia sempat menjabat sebagai salah satu Direktur Kreatif Festival Kebudayaan Yogyakarta 2019-2020. "Tapi saya mengawali karir di dunia seni justru sebagai seniman," kata Gintani. Ia adalah lulusan Institut Seni Indonesia yang bersama beberapa kawan membentuk kelompok seniman Ace House Collective.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Gintani Swastika: Manajemen Seni dan Siasat Kecil Lainnya
45
Gintani juga mengungkapkan bahwa berbagai lembaga kebudayaan asing di Indonesia juga menyediakan berbagai skema bantuan untuk aktifitas seni, misalnya Goethe-Institut (Jerman), Institut Français Indonesia (Perancis), Japan Foundation (Jepang), atau Erasmus Huis (Belanda). Tentu saja dana hibah yang diberikan akan disesuaikan dengan agenda dan kepentingan politis yang dimiliki oleh setiap lembaga kebudayaan asing tersebut. Secara pribadi, Gintani juga menanggapi bahwa kehadiran pendonor asing (foreign funding) perlu dipetakan resikonya, karena yang sebagaimana ia perhatikan, setelah tahun 1998
2022
Selain itu, Ace House Collective juga melakukan berbagai model pengumpulan dana (fundraising) dengan cara merayu pihak swasta seperti Hurley, Anggur Orang Tua, atau perusahaan cat semprot untuk mendukung kegiatan mereka; menjual bundling box yang berisi karya dari seniman-seniman Ace House Collective untuk para kolektor seni; membuat usaha kuliner; membuat pameran lukisan yang bersifat komersial; hingga menjual merchandise. Dana yang dihasilkan selain untuk memperpanjang sewa rumah juga digunakan untuk menjalankan berbagai kegiatan yang mereka rancang. Gintani
Di sisi lain Gintani juga mengakui bahwa seniman di Yogyakarta diuntungkan dengan adanya Dana Istimewa Kebudayaan yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan D.I.Y. Dana tersebut dapat diakses untuk menyelenggarakan berbagai pameran seni dan festival budaya. Dana hibah semacam ini rasanya belum dimiliki oleh daerah selain Yogyakarta.
KALISAT
Hampir semua kegiatan seni yang digagas oleh Ace House Collective didanai secara mandiri. Gintani bercerita bahwa mereka selalu menemukan berbagai cara untuk mendapatkan uang. Misalnya mereka masih mempraktikkan sebuah siasat urunan yang disebut "susu tante" yang merupakan singkatan dari "sumbangan sukarela tanpa tekanan". Pola urunan ini adalah hal yang sangat umum bagi seniman di Yogyakarta. Dalam kehidupan sehari-hari pun masyarakat Yogyakarta masih melakukan jimpitan, atau urunan uang kecil secara rutin sebagai tabungan warga yang dikelola orang pemerintah kampung.
menambahkan, meski penjualan merchandise menghasilkan keuntungan, namun ia selalu menganggap pembuatan merchandise sebagai bagian dari usaha untuk promosi, sehingga keuntungan yang dihasilkan tidak pernah dimasukkan ke sebagai penambahan dalam neraca modal.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
melihatnya sebagai sebuah dinamika yang wajar dalam sebuah kelompok seniman.
46
2022
Terakhir Gintani berpesan bahwa manajemen perlu dilakukan secara transparan, dibicarakan oleh setiap panitia atau stakeholder yang terlibat. Bekerja dengan terbuka memunculkan kepercayaan dan komitmen bersama.
KALISAT
Gintani menyebut bahwa secara umum jadwal kerja (timeline) dan rencana anggaran (budgeting) adalah dua pegangan utama bagi seorang manajer kesenian. Melalui dua perangkat tersebut—waktu dan uang— seorang manajer seni dapat mengukur batas ekspektasi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan kegiatan. Manajemen adalah sebuah kerja strategi untuk mencapai tujuan, sehingga setiap pengambilan keputusan harus dilakukan secara terukur. Seorang manajer juga perlu melakukan pemetaan dukungan dan jeli dalam melihat peluang. Meski tidak semua sponsorship dapat berupa uang segar, tapi setiap dukungan adalah aset yang berharga.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
begitu banyak institusi seni di Yogyakarta yang mendapatkan pendanaan asing hingga cenderung menciptakan ketergantungan dan mungkin kehilangan kemandirian.
47
Naula Qanita
2022
Arief menunjukkan tiga tahap pekerjaan yang harus dilalui oleh manajer produksi setiap mengerjakan sebuah pameran arsip. Pertama, disebut Arief sebagai tahap pengumpulan data. Pada tahap ini seorang manajer produksi akan berbagi informasi dan data dengan kurator terkait venue pameran, seniman yang akan terlibat, dan sifat karya yang akan ditampilkan. Arief menekankan bahwa tahap observasi ruang pameran menjadi sangat penting untuk mengetahui luas ruangan, batasan pemajangan, perijinan, titik listrik, hingga titik sirkulasi pengunjung. Kurator juga perlu menjembatani komunikasi antara seniman dan manajer produksi untuk mendapat
KALISAT
S
alah satu pemateri yang diundang dalam Lokakarya Kurator: Sejarah, Arsip dan Ingatan Warga adalah Arief Rachman, seorang manajer produksi yang tergabung dalam kolektif seni Serrum. Malam itu Arief berbagi cerita dan pengalamannya dalam merencanakan beberapa pameran arsip. Beberapa pameran yang ia jadikan contoh adalah “Segar Bugar: The Story of Conservation in Jakarta 1920–present” (2019), “DesasDesus Proklamasi” (2021), dan “27 Tahun AJI” (2021). Dari ketiga pameran tersebut Arief dapat menunjukkan berbagai tantangan dan kerumitan dari persiapan penyelenggaraan pameran arsip.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Arief Rachman: Merencanakan dan Menyiapkan Ruang Pamer
48
Tahapan kedua adalah manajemen, dimana seorang manajer produksi membuat penjadwalan kerja, menentukan durasi, dan membuat komitmen dengan pihak-pihak yang dilibatkan. Penjadwalan kerja biasanya dihitung mundur dari jadwal pembukaan pameran, lantas dari durasi waktu yang tersedia kemudian mulai dipikirkan pihak-pihak yang diajak bekerjasama, mulai dari perancang pameran (exhibition designer), perancang grafis (graphic designer), art handler, hingga tukang.
2022
Arief berpendapat bahwa manajemen produksi merupakan bagian dari perencanaan dan pengaturan dalam memproduksi sebuah pameran agar berjalan secara efektif dan efisien. Seorang manajer produksi perlu mempelajari perangkat pengetahuan dan keterampilan yang kompleks mulai dari desain interior, pemahaman atas material, teknik pencahayaan, kemampuan negosiasi dan
Pertanyaan berikutnya datang dari Wildan, mengenai apa perbedaan antara tukang dan art handler. Bagi Arief, kedua profesi itu memiliki perangkat kemampuan dan tugas yang berbeda. Dalam persiapan pameran, tukang dapat ditugaskan untuk membuat pendukung obyek pameran, sementara art handler akan berfokus pada langkah-langkah prosedural untuk menampilkan obyek seni dalam ruang pamer. Tukang berkoordinasi langsung dengan manajer produksi, sedangkan art handler bekerja di bawah pengawasan kurator pameran.
KALISAT
Tahapan terakhir disebut Arief sebagai konfirmasi, yaitu ketika manajer produksi bekerja dengan perancang pameran membuat simulasi ruang pamer dan dikomunikasikan dengan seniman dan kurator. Saat dicapai kata sepakat, maka manajer produksi akan segera mengeksekusi rancangan tersebut ke dalam ruang pamer.
komunikasi, hingga pemahaman tentang alur kas dan keuangan. Pertanyaan datang dari Iqbal, mengenai solusi untuk mengadakan pameran arsip di dalam bangunan bersejarah yang temboknya tidak boleh dipaku. Arief kemudian bercerita tentang beberapa pengalamannya ketika membuat pameran-pameran di bangunan serupa, sehingga pamerannya perlu dirancang sedemikian rupa sehingga tidak perlu melubangi tembok bangunan tersebut. “Obyek-obyek arsipnya dapat ditempatkan di atas meja, digantung di langit-langit, atau diberi kotak tumpuan. Bisa juga dengan membuat struktur panel kayu yang melapisi dinding, sehingga benda yang dipamerkan tidak langsung menyentuh permukaan tembok,” jelas Arief.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
kesepakatan karya semacam apa yang dapat ditampilkan.
49
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Terakhir, Arief melontarkan anekdot bahwa manajer produksi sebetulnya memiliki banyak persamaan dengan wedding organizer: membantu menyiapkan hajatan penting milik orang lain, mulai dari merancang dekorasi, memasang kursi pelaminan, mengatur pencahayaan, menyiapkan sajian, hingga memikirkan alur pengunjung agar hajatan tersebut menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi tamu yang datang. Maka sebagaimana wedding organizer, “seorang kurator juga penting untuk melibatkan manajer produksi sejak awal perencanaan pameran, sehingga perencanaan kerja dapat diatur dengan lebih baik” kata Arief.
KALISAT 2022 50
PAMERAN KELOMPOK
Kurator: Bangkit Mandela, Cahaya Novalinda, Chellsa Sevia C., Hasanudin Haqi, Hamdan Tamimi
ari perbincangan dengan warga Desa Kalisat Barat, kami belajar bahwa arsip tak melulu hal yang eksotis, mewah, ataupun berupa dokumen langka. Mudahnya, arsip adalah ingatan yang telah mengambil wujud fisik.
Pameran “Sudut Lain Kalisat” mengangkat tema kekerabatan. Kerabat bermakna “yang dekat”, atau masih sedarah daging. Konon, saudara juga mengandung makna yang sejalan dengan tema ini, yakni satu udara. Berangkat
2022
Misalnya, kami menemukan vespa tua yang masih bisa meraung sebagai penampung ingatan masa muda Cak Har. Begitu juga ketika tak sengaja membuka buku pelajaran milik Catryne, anak Cak Har, saat duduk di kelas 5 SD. Melalui catatannya kami menemukan serpihan pengetahuan yang masih berkaitan dengan keseharian di sudut lain Kalisat. Maka kami membiarkan Catryne kecil menyisipkan dirinya dalam catatan kaki.
Ketika tidak menemukan arsip yang diharapkan seperti foto-foto tua (karena di masa itu tustel merupakan barang langka), foto KTP dan cerita warga telah cukup mengisi kekosongan narasi. Ada pula benda koleksi warisan yang bernyawa, seperti celurit yang ditarik Cak Har pada sepasang batu karang di daerah Pulau Nusa Barong atau tombak pemandu angin warisan ayahnya.
KALISAT
D
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Sudut Lain Kalisat Jauh di Mata, Dekat di Rumah
59
Sehingga, jika kami hendak mengangkat ruang tamu dan ingatannya, maka kami perlu melihat Desa Kalisat Barat sebagai sebuah kesatuan. Lantas kami memutuskan untuk mblusuk ke rumah-rumah lainnya, yang sebetulnya lebih mirip kamar kakak-adik yang disatukan oleh halaman depan sebagai ruang tamunya.
Tak polanah benyak tak polanah sakonik elmo sekonco’an ghunong keng tak manfaat percoma
Arsip dan artefak yang dipajang berupaya mengumpulkan ingatan panjang sejak Ki Marada membabat lahan tinggal keturunannya. Ada benda-benda yang jauh asalnya, ada yang
Tidak melulu tentang banyak atau sedikit, ilmu setinggi gunung tapi tak bermanfaat akan percuma.
2022
Kembali pada tema kekerabatan, arsip yang dipamerkan terdiri dari lima objek: foto para sepuh yang diambil setelah mengobrol bersama; motor vespa yang masih menunggu dihidupkan kembali; koleksi perangko dan amplop sebagai artefak berkomunikasi; koleksi uang yang menyimbolkan kemakmuran yang dibagi pada keluarga; serta hubungan antargenerasi yang disatukan dengan foto dan warisan.
Supaya utuh, baiknya kami menutup pengantar ini dengan pesan titipan dari salah satu sesepuh bernama Misnari, sebagai pengingat dan pengikat.
KALISAT
ditemukan dekat setiap hari, tetapi semua berfungsi untuk menyimpan kenangan. Tentang masa yang lewat, kegembiraan hari ini, atau hal-hal yang ingin dicapai.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
dari ruang tamu Cak Har, kami melihat bahwa seluruh penduduk Desa Kalisat Barat, di bawah naungan Gumuk Meradeh, masih bersaudara dan berasal dari Madura. Dalam filosofi pola pemukiman yang dianut masyarakat Madura, taneyan lanjhang adalah suatu pemukiman yang terikat oleh taneyan, atau halaman panjang di pelataran rumah.
60
Misnari (yang menunjuk foto), sesepuh keturunan ketiga dari Ki Marada, menyaksikan foto-fotonya ditampilkan di ruang tamu Cak Har.
(Atas) Koleksi barang personal Cak Har: amplop, surat, uang tua, akar tumbuhan, kepala rusa, dan topi. (Bawah) Hamdan Tamimi, Hasanudin Haqi, Bangkit Mandela dan Cahaya Novalinda mempresentasikan narasi pameran mereka di depan rumah Cak Har.
(Atas) Keris warisan ayah Cak Har yang disusun berdasarkan ukuran. Benda paling kiri adalah mandau. (Bawah) Foto mesin giling biji kopi milik Cak Har, beserta buku sejarah kopi dan biji kopi pilihan yang diolah sendiri untuk dijual pada masyarakat sekitar.
Kurator: M. Iqbal, Annassyafa Laeda U., M. Fals Witoyo, Wildan Ariyanto
K
Berangkat dari ketertarikan mendengarkan mitos-mitos atau folklor yang berkembang di sekitar Kalisat, kami mencoba
2022
isah dongeng atau folklor sepertinya sangat melekat dengan warga kalisat dilihat dari banyaknya cerita-cerita mitos yang tersebar di sekitar warga, salah satunya adalah folklor tentang Gumuk Mandireh yang berada di selatan Kalisat, meskipun folklor keasliannya susah untuk dibuktikan namun folklor punya tempat khusus di masyarakat untuk mengetahui sejarah sekitar ataupun hanya untuk hiburan semata.
menciptakan folklor sendiri dengan memanfaatkan sebuah arsip menarik yang dimiliki oleh keluarga Krisna Kurniawan. Arsip ini diolah dan dikaitkan dengan era saat ini. Benang merah simbolisasi ditarik dari kisah memelihara macan yang dilakukan kakek Krisna Kurniawan sampai ketertarikan keluarga mengoleksi motor Honda Tiger 2000. Dua objek ini dilepas dari makna sebenarnya, dilepas dari realitasnya dan disatukan dalam sebuah cerita pendek tentang perjalanan menembus waktu dari masa 1930-an ke tahun 2000-an yang dilakukan Karjodimoelyo, leluhur dari keluarga Krisna Kurniawan. Cerita pendek ini diperkuat dengan beberapa bukti arsip yang tentu saja
KALISAT
“Myth is neither a lie nor a confession: it is an inflexion” —Roland Barthes
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
MAraCANsapa
67
Melalui pameran dan performans ini kami berusaha untuk mengintimidasi ruang pikiran setiap penonton ataupun pembaca dengan tujuan bahwa segala hal yang didengar dan dibaca sejatinya tidaklah mewakili sebuah realitas objektif. Dunia hari penuh dengan berbagai kemungkinan manipulatif dan realitas palsu. Bisa saja folklor yang kami buat jika tersebar dan dipercaya akan menjadi kebenaran kolektif suatu hari nanti.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
sudah direkayasa untuk tujuan semakin mempersempit ruang interpretasi dari para pembaca dan penonton pameran.
KALISAT 2022 68
Motor Honda Tiger 2000 koleksi keluarga Krisna Kurniawan.
Hasil penyuntingan atas arsip foto macan peliharaan milik kakek dari Krisna Kurniawan.
Pembacaan cerita sejarah fiksi “Menguak Misteri Time Travelers di Kalisat” di teras depan rumah keluarga Krisna Kurniawan oleh Annassyafa Laeda U.
Para kurator menyambut penonton yang datang secara performatif, meniru pola kebiasaan warga setempat.
Kurator: Faiq Nur Fikri , Fikri Fadli, M. Amien Rais, Ivan Ardiyansyah, Qurratul Ayun
Hal tersebut bisa dilihat dari lahirnya organisasi yang beranggotakan istri Pegawai Negeri Sipil bernama Dharma Wanita. Organisasi tersebut
diprakarsai oleh Ibu Negara Tien Soeharto. Meskipun organisasi tersebut berideologi dan berasas Pancasila serta Undang-Undang Dasar Negara, beberapa pengamat justru menilai organisasi tersebut sebenarnya lahir dari gabungan pemikiran ideologi borjuasi Belanda dan feodalisme Jawa. Organisasi yang lahir pada 1974 tersebut semakin melanggengkan konsep perempuan sebagai konco wingking dan menjauhkan para puan dari hal-hal yang bersifat politik. Selama Orde Baru, wanita diproyeksikan untuk mendukung tugas para suami sebagai aparatur dan abdi masyarakat yang membaktikan hidupnya bagi negara. Di saat para suami bekerja untuk partai penguasa,
2022
ameran ini tak hanya mengisahkan cerita kehidupan Mbah Minarti, lebih dari itu pameran ini juga mengajak kita semua untuk melihat ke belakang bagaimana naluri berfikir kritis para wanita di Indonesia— khususnya istri para pegawai pemerintahan—dijinakkan oleh Negara. Jika pada masa pergerakan Nasional, banyak perempuan menyuarakan pandangan pemikiran dan menghimpun gerakan-gerakan revolusioner, beda halnya di masa Orde Baru di mana daya pikir mereka sedikit demi sedikit dikuasai oleh Negara.
KALISAT
P
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Jalan Minarti
73
2022
Jabatan sang suami sebagai staf Kecamatan Bangsalsari memaksa
Ketika Suwito meninggal pada tahun 1980-an, Minarti bersama sembilan orang anaknya kembali pindah ke kampung halamannya di Desa Ajung, Kalisat. Untuk menghidupi anak-anaknya, selain menggantungkan hidupnya pada uang pensiunan, di selasela waktu senggangnya Minarti berjualan baju bekas berkeliling ke desa-desa. Hal ini ia lakukan karena kebutuhan hidup semakin meningkat. Di masa senjanya, Ia menghabiskan waktu dengan bertetangga dan merawat cucucucunya.
KALISAT
Lahir pada tahun 1943, Minarti Ningsih adalah sosok kembang desa berparas cantik. Ia disukai oleh banyak jejaka di desanya. Mulai dari pemuda biasa hingga yang berkecukupan. Mbah Mi, panggilan akrabnya, menuturkan kepada kami bahwa beliau menikah muda lantaran dipaksa oleh keadaan. Ia dinikahkan oleh orang tuanya pada umur 14 tahun dengan seorang pria berusia 22 tahun bernama Suwito. Kala itu, Suwito merupakan seorang pemuda beruntung karena sudah diangkat menjadi pegawai di kecamatan. Meski jarak usia keduanya cukup jauh, mereka menjalani hidup dengan cukup romantis. Minarti dan Suwito kemudian dikaruniai sembilan anak. Layaknya keluarga pada umumnya, mereka berdua mengurus anak dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Bedanya, setiap bulan Minarti harus menyempatkan waktu untuk menghadiri pertemuan bersama dengan ibu-ibu istri pegawai pemerintah di kantor kecamatan.
dirinya harus terlibat aktif dalam organisasi Dharma Wanita yang di dalamnya beranggotakan istri para pegawai pemerintah. Beliau menuturkan jika awalnya keberatan dengan permintaan sang suami untuk bergabung di organisasi Dharma Wanita tersebut. Selain karena usianya masih cukup belia, ia merasa minder berkumpul dengan ibu-ibu yang punya jabatan lebih tinggi. Namun seiring berjalannya waktu, beliau merasa nyaman berada di organisasi tersebut. Minarti muda kemudian aktif rutin terlibat semua acara, tak terkecuali ikut Penataran Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Dalam penuturannya kepada kami, materi-materi yang disampaikan saat itu banyak terkait dengan hal-hal yang menyangkut peran wanita dalam rumah tangga. Negara menginginkan para wanita untuk selalu setia dan mendukung pekerjaan suami mereka.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
para istri sengaja diposisikan untuk mengelola rumah tangga dan anak-anak. Hal ini demi mendukung konsep pembangunan nasional menyeluruh a la pemerintah, baik dalam jargon maupun kenyataannya di lapangan. Organisasi ini tak hanya sukses menyuburkan praktik domestifikasi perempuan, namun juga menghantam gerakan perempuan yang memiliki visi berbeda.
74
Rekonstruksi arsip visual untuk menarasikan kisah hidup Minarti. (Atas) Metafora visual hubungan antara kehidupan Minarti dengan posisi wanita di era Orde Baru. (Bawah) Sosok suami Minarti yang diganti dengan keripik, karena tidak ada arsip satu pun tentangnya.
Bermain bulu tangkis adalah hobi Minarti dan kata-kata mutiara. Di bawahnya terputar lagu-lagu Keroncong.
Kurator: Ahmad Hafid H.R., Alfi Hidayati, Danny Hartanto K., M. B. Zidan Fadlan, Naula Qanita
Jati diri Lek Jumali tidak tercermin dari seberapa “megah dan terang” tempat tinggalnya, namun lahir dari respon dirinya terhadap ruang yang ia miliki. Misalnya, jika warga lain membangun pagar agar terasa nyaman, Lek Jumali
justru dengan tenang tinggal di rumah yang berdiri terbuka di atas tanah kuburan. Di sana ia merasa nyaman dan aman berbekal kenangan. Pameran ini mencoba bercerita tentang sosok Lek Jumali, tentang cara Lek Jumlai merespon segala kenangan di rumahnya, dari yang bersifat traumatis maupun utopis. Kami berharap pameran ini dapat menjadi refleksi bagi kita untuk belajar menerima rumah dan segala kenangan di dalamnya dengan damai, sebagaimana yang dilakukan oleh Lek Jumali.
2022
alisat merupakan salah satu kecamatan di Jember dengan jumlah penduduk 74.962 jiwa yang sebagian besar beretnis Madura. Bagi kebanyakan warga Kalisat, rumah menjadi perwujudan karakter diri beserta segala pencapaian mereka. Anggapan tersebut tidak berlaku bagi Lek Jumali, seorang pria supel berusia 58 tahun yang juga tinggal di Kalisat. Lek Jumali menghuni sebuah rumah yang sangat sederhana, kontras dibandingkan dengan rumah-rumah sekitarnya yang menonjolkan identitas serta jati diri pemiliknya.
KALISAT
K
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
Roma dan Jumali
I. MEMBANGUN DAN MENGHIDUPI Sehari-hari Lek Jumali bekerja sebagai tukang bangunan. Ia membangun, memperbaiki, dan mempercantik rumah-rumah
79
Meski begitu, Lek Jumali begitu nyaman dengan kondisi rumah yang ia tinggali. Ia begitu mencintai apa yang ia punya. Tak pernah sekalipun mengeluh atas kondisinya, ia tetap bertahan di pijakannya. Ia juga tak menghiraukan desas-desus warga di sekitarnya. Ia tetap setia dengan pilihan yang ia ambil untuk menetap di ruang penuh kenangan ini. II. OMONG KOSONG
Pada suatu sore, Lek Jumali memergoki istrinya selingkuh. Entah di mana. Namun saat itu
Di samping banyak beban yang ia emban untuk kelangsungan hidupnya, ia tetap bisa berdiri kokoh melanjutkan hari-harinya. Dalam kondisi traumatis, ia masih bisa bersantai di antara hiruk pikuk lika-liku hidupnya. IV. MENGGALI TRAGEDI Bagaimana semua kenangan tersimpan di sudut rumah kecil ini? Bagaimana usaha penuh tenaga diperlukan untuk mengurai jalinan rumit di balik balutan kesederhanaan hidup Lek Jumali di salah satu sudut ruang di Kalisat? Kisah-kisah traumatis serta bumbu-bumbu fantasi yang menjalar di sekitar kehidupan Lek Jumali, membuat sebuah kesederhanaan yang tampak menjadi sedikit lebih rumit dan penuh teka-teki.
2022
III. EMBER DALAM SUMUR
Tak lama setelah itu, istrinya melarikan diri. Meninggalkan suami serta Jon, anak mereka satu-satunya yang berusia tujuh tahun. Sejak saat itu, Lek Jumali harus berperan menjadi ayah maupun ibu bagi anaknya. Dari memasak, mencuci pakaian, hingga menafkahi hidup, semua ia lakukan seorang diri. Entah apa yang menjadi dorongan sehingga ia terus bertahan. Meski begitu banyak luka menghantui hariharinya.
KALISAT
Semua berlalu begitu saja. Waktu melangkah dengan sombong mengabaikan sosok pria paruh baya melewati hari-hari beratnya. Beruntung Lek Jumali tak pernah putus asa. Lek Jumali memiliki impian masa kecil yang ia pegang teguh dalam menghadapi segala hal yang tak pasti baik dalam benak maupun lingkungannya. Menjadi tentara. Lek Jumali selalu bermimpi menjadi tentara. Meski kini segala cita-cita itu tampak seperti omong kosong belaka, namun impian itu tetap terpatri dan membara dalam diri Lek Jumali. Ia selalu berharap kisah perjalanan hidupnya akan menghadapi hari baru.
ia tidak langsung menegurnya. Ia ingin memberikan kesempatan bagi istrinya. Lambat laun hubungan terlarang itu semakin menjadi. Sebelum puncaknya, Lek Jumali sempat memburu selingkuhan istrinya hingga ke desa sebelah.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
tetangga di desanya. Sebaliknya, Lek Jumali justru cenderung abai pada kondisi rumahnya sendiri. Semua benda tampak tergeletak berantakan. Apa yang ia dapat dari bekerja hanya mampu untuk menghidupi dirinya sendiri.
80
(Atas) Lek Jumali menyambut pengunjung pameran arsip di beranda rumahnya. (Bawah) Performance “Ember dalam Sumur” oleh M. B. Zidan Fadlan.
(Atas) Alfi Hidayati. (Tengah) Danny Hartanto K. (Bawah) Ahmad Hafid H.R. Masing-masing berbagi peran menjelaskan karya yang dipresentasikan di pekarangan dan beranda rumah Lek Jumali.
(Atas) Naula Qanita sedang mempresentasikan serial foto berjudul “Omong Kosong”. (Bawah) Para penonton menyaksikan presentasi kelompok kurator di pekarangan rumah Lek Jumali. Mereka berdiri tepat di atas makam tua yang tertimbun bebatuan.
Serial foto berjudul “Omong Kosong”, bercerita tentang cita-cita masa kecil Lek Jumali yang ingin menjadi tentara.
Ber kasbukl eti nidapatdi sebar l uaskansecar a bebas mel al uil i sensiCr eat i ve CommonsAt t r i but i onNonCommer ci al Shar eAl i ke 4. 0I nt er nat i onal ( CC BYNCSA 4. 0)