SEF MENYAPA Edisi IV 2014
"ZISWAF : Wujud Ekonomi Kerakyatan Islam� ZISWAF : Sebuah Pencarian Jati Diri Bangsa Indonesia
Zakat Infak, dan Shodaqoh (ZIS) Sebagai Solusi Ketimpangan Pendapatan di Indonesia
Andai Sistem Pajak Bisa Sehebat Zakat
Dari-NYA, Untuk Mereka
Sambutan Ketua SEF UGM 2014 oleh: Novieka Kurniawan Satori Ilmu Ekonomi 2012
Assalamu'alaykum Wr Wb.
Ketua Umum Novieka Kurniawan Satori Sekretaris Jenderal Azam Akbar Hawariy Redaktur Departemen Kajian SEF UGM Achmad Masyhadul Amin Atika Winastuti Nurindah Sari Basu Gede Pangestu Muhammad Imam Adli Desain dan Layout Departemen Media SEF UGM Guratri Jinggasari Ayu Diana Ansori Kontak Telepon: +6282134098914 +6285883903135 email: sef.fe.ugm@gmail.com Website: sef.feb.ugm.ac.id Twitter: @KSEI_SEFUGM Facebook: KSEI SEF UGM Alamat Sekretariat SEF UGM Lantai 3 Sayap Barat Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Jalan Sosio Humaniora 1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281 1 sef.feb.ugm.ac.id
Dengan mengucap Alhamdulillah, marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah swt karena hanya dengan MaunahNya, SEF Menyapa Edisi ke-4 di tahun ini dapat hadir di tengahtengah penikmat ilmu sekalian. SEF Menyapa edisi ini terasa spesial karena menjadi pertanda berakhirnya kepengurusan SEF UGM 2014 di penghujung tahun ini. Namun, SEF UGM tak akan pernah lelah menyapa para intelektual muda, khususnya kalian yang selalu haus akan berita dan “cerita baru” seputar ekonomi syariah dengan adanya SEF Menyapa di edisi berikutnya. Di edisi kali ini, SEF Menyapa hadir untuk memunculkan kembali pembicaraan terkait pengelolalan ZISWAF sebagai salah satu instrumen alternatif dalam meningkatkan pemberdayaan ekonomi berbasis kerakyatan. Tema besar yang diangkat adalah ZISWAF: Wujud Ekonomi Kerakyatan Islam. ZISWAF terdiri dari empat komponen utama yaitu: zakat, infak, shodaqah, dan wakaf. Empat komponen tersebut memiliki karakterisitik yang berbeda, namun memiliki kesamaan berupa fungsi pemerataan pendapatan masyarakat. Dalam era kapitalisme saat ini, terjadi ketimpangan sosial dan ekonomi di tengah masyarakat kita. Hadirnya si kaya dan si miskin seakan menjadi qodarullah yang terjadi di muka bumi Allah ini. Namun, Allah sendiri telah menegaskan di dalam QS Al-Hasyr ayat 7 yang berbunyi “…Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu….” Maka dari itu instrumen ZISWAF merupakan solusi tepat untuk menciptakan pemerataan harta yang adil dan menenteramkan. Mengapa ZISWAF? Secara tidak langsung, ZISWAF merupakan wujud konkrit bentuk ekonomi kerakyatan yang Islami. Kerakyatan yang Islami di sini mencerminkan sebuah padanan masyarakat madani yaitu suatu masyarakat yang beradab dan memiliki penjagaan atas ruh (maqasid syariah) dalam membangun sebuah negara yang sejahtera. Oleh karena itu, menjadi impian kita bersama, warga Indonesia dengan potensi ZISWAF yang kita miliki untuk membangun sebuah bangun ekonomi kerakyatan Islami di negeri ini. Bagaimana caranya? Simak terus penjelasannya melalui artikel-artikel ilmiah yang kami rangkum di dalam SEF Menyapa Edisi ke-4 kali ini. Selamat menikmati sajian ilmu kami. Salam Ekonom Rabbani, Salam SEFmangat
photo source: random source
Opini | SEF Menyapa
ZISWAF : Sebuah Pencarian Jati Diri Bangsa Indonesia oleh: Radikal Yuda Utama Manajemen 2013
T
orehan catatan emas Indonesia sebagai salah satu pemimpin dan penggerak negara-negara Asia Afrika di tahun 40-50-an merupakan suatu kebanggaan usang yang perlu digubris kembali. Meskipun peristiwa masa lalu mungkin telah usang dan terlupakan, tetapi sejatinya nilai-nilai sejarah itu sendiri tidak akan pernah usang. Maka, menjadi keharusan bagi kita untuk kembali mereflesikan masa lalu tatkala kebingungan menghampiri di waktu kini. Mari kita ungkap kembali tahun-tahun yang telah berlalu tersebut. Kita lihat para pendiri Bangsa Indonesia telah menancapkan nilai-nilai dasar, tiang-tiang, dan pondasi dalam pembangunan negara yang berdaulat ini dengan asas 'gotong-royong'. Dalam KBBI, bergotong royong diartikan 'bersama-sama mengerjakan atau membuat sesuatu'. Gotong royong merupakan arah yang semestinya menjawab pertanyaan: bagaimana memperkuat struktur perekonomian nasional? Ketika kita mengembalikan asas gotong royong tersebut pada hakikat dasarnya, secara tidak langsung, kita akan menemukan bahwa yang dimaksudkan oleh para pencetus dari gotong royong tersebut adalah Islam. Tentang Islam pun kita bisa melihat, demi penghormatan atas ragam agama di negeri ini, sila pertama Pancasila pun terumuskan dengan kalimat “Ketuhanan yang Maha Esa”. Hal ini juga menunjukkan kepada kita, sejatinya yang dinginkan adalah munculnya karakter Islam dalam pembangunan sebuah bangsa bernama Indonesia. Eksistensi dari filosofi dasar tersebut dalam sudut pandang ekonomi pun akhirnya melahirkan istilah yang kita pahami dengan nama 'Ekonomi Kerakyatan'. Esensial Ekonomi Kerakyatan Bila kita mengintip keluar jendela nasional, apa yang dilakukan Amerika pada tahun 1973 dengan meninggalkan meninggalkan standar emas. Tampak jelas, secara sepihak, Amerika ingin menghilangkan batas-batas riil dan nominal. Ini yang kemudian lebih jauh diungkapkan oleh hukum Gresham "Uang buruk (foreign exchange) menggantikan uang bagus (dolar yang di-back-up dengan emas)". Lantas ada apa dengan Dolar tanpa back-up ini? Mari kita analisis. Dolar sebagai jantung perekonomian dunia membawa efek perekonomian yang katanya 'modern' bagi kehidupan seluruh dunia. Efeknya bagi Indonesia sendiri, asas gotong-royong menjadi hilang. Sejalan dengan gaya berekonomi barat ini, sistem bunga yang secara fisik sangat menjanjikan pun berkembang baik, dianggap elegan, mudah, dan dianggap pilar bagi kesejahteraan masyarakat. Ternyata . November 2014 2
SEF Menyapa | Opini benar, kesejahteraan pun diraih. Tapi, kue perekonomian hanya dinikmati segelintir orang namun sisanya terlukai secara masif. Mereka yang segelintir ini disebut dengan cukong-cukong kapitalis. Khususnya dalam ďŹ nancial market sebagaimana Robin Hahnel menyebutkan dalam artikelnya Capitalist Globalism in Crisis: Understanding the Global Economic Crisis (2000), mereka memperbesar jumlah kekayaannya tanpa berbuat apa-apa. Inilah yang disebut dari sudut pandang Islam dengan: meraup keuntungan tanpa iwadh (aktivitas bisnis riil, seperti perdagangan barang dan jasa riil). Ketika sistem ini mulai diterima maka yang terjadi hanyalah kerapuhan fundamental ekonomi (fundamental economic fragility). Ketika kita kembalikan pada asas gotong royong yang dalam tataran normatif seharusnya kita pertahankan, tentu saja hal ini akan membawa dampak yang baik, terlebih kegotong-royongan itu sendiri mewakili sebuah 'ketulusan' dalam cita-cita meningkatkan kesejahteraan Bangsa Indonesia secara keseluruhan. ZISWAF Sebagai Alat Kesejahteraan Sosial Seperti yang anda temukan dalam banyak tulisan, acapkali terulang-ulang kalimat yang sama betapa dahsyatnya efek samping dari potensi demograďŹ penduduk Indonesia saat ini. Namun sayang, negara dengan penduduk 248,8 juta jiwa ini, masih menjadi raksasa yang tertidur. Adapula yang mengatakan, kesempatan si raksasa untuk menunjukkan tajinya telah hilang, dan harus menunggu dekade-dekade selanjutnya. Salah satu yang perlu disoroti dari demograďŹ kependudukan tersebut adalah sekitar 206 juta jiwa-nya merupakan muslim. Yang Lebih potensial lagi adalah 102,72 juta jiwa lebih berada di posisi middle class. Bila kita boleh berguyon, seandainya penduduk lower class hanya mampu bersedekah dengan senyuman dikarenakan hidup pas-pasan, tentu saja posisi middle class ini memberikan harapan bahwa potensi aliran sedekah bukan saja senyuman, tapi juga berupa harta atau uang. Tak dapat dipungkiri potensi belum tergali zakat, infak, shodaqoh, dan wakaf (ZISWAF) di Indonesia sangatlah besar yang mencapai Rp 217 triliun lebih setiap tahunnya sebagaimana diungkapkan oleh Ketua Bazda Kabupaten Tenggamus, Akmadi Sumaryanto.1
T KA
ZA
Q
INFA
WAKA F
photo source: random source
Melihat realita ZISWAF yang terkumpul sejauh ini, maka tentu kita mengatakan tidak optimal. Jika memang benar, kita menganut asas gotong royong dalam mendorong perbaikan kesejahteraan, seharusnya kita mampu menjadi negara terdepan untuk mengoptimalisasikan potensi ZISWAF tersebut. Terlebih lagi jika kita padukan antara asas gotong-royong dengan nilainilai Islam dalam mengaktualisasikan ZISWAF, sekali lagi, tentu saja tidak ada jawaban selain performa optimal.
1 Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/12/05/ekonomi-syariah-sang-raksasa-yang-tertidursebagai-kunci-mewujudkan-komitmen-pancasila-613916.html diakses 27 oktober 2014 1.34 am
3 sef.feb.ugm.ac.id
Opini | SEF Menyapa Pembaca, mari kita rehat kembali apa yang diďŹ rmankan Allah swt “Supaya harta itu tidak beredar di kalangan o r a n g - o r a n g ka y a d i antara kamuâ€? (QS 59:7). Di tahun 1999, negara bagian Kuala Lumpur, Malaysia dengan jumlah penduduk muslim sekitar 650.000 jiwa, dana zakat yang terkumpul sebesar 105,6 miliar rupiah per kapita. Di Singapura dengan jumlah penduduk muslim 450.000 jiwa, dana zakat yang terkumpul sebesar 71,5 miliar rupiah atau 159.000 rupiahper kapita. Sementara itu Indonesia yang memiliki jumlah penduduk muslim lebih dari 191 juta (saat itu) bahkan terbesar di dunia, dana zakat hanya terkumpul sebesar 216,9 miliar atau 1.136 rupiah per kapita (dialog suplemen Republika, 27 Agustus 1999). Kini setelah lebih satu dekade berlalu (dengan jumlah muslim sekitar 206 juta jiwa), kita berharap dan berusaha agar proses aktualisasi ZISWAF semakin baik.
Bagan 1. Mengaktualisasikan potensi ZISWAF
Akhirnya, penulis berpesan Historical-Minded tentang founding father bersama seluruh jajaran rakyat yang dahulu bergotong royong rela dan ikhlas dengan nyawanya agar bangsa Indonesia bisa sejahtera, mari kita lanjutkan, sepahit-pahitnya jika tidak dengan harta, senyum yang manis harus dikeluarkan. Salam. November 2014 4
SEF Menyapa | Opini
Zakat, Infak, dan Shodaqoh (ZIS) Sebagai Solusi Ketimpangan Pendapatan di Indonesia oleh: Atika Winastuti Nurindah Sari Akuntansi 2012
I
ndonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Berdasarkan informasi yang dilansir dari mapsof world.com(2010), penduduk muslim di Indonesia berjumlah 209.120.000 jiwa atau setara dengan 13,1% dari total penduduk muslim dunia. Sementara jika dibandingkan dengan total penduduk Indonesia, prosentase penduduk muslim Indonesia adalah 88 %. Dengan informasi ini, pasti banyak yang beranggapan bahwa sistem ekonomi islam akan sangat potensial jika dikembangkan di Indonesia. Terlepas dari sistem ekonomi yang dianut Indonesia, tingkat rasio kesenjangan ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Menurut data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2013 tercatat bahwa rasio Gini Indonesia sebesar 0,413. Sementara pada tahun 2010, tercatat bahwa rasio Gini Indonesia sebesar 0,38. Itu artinya rasio Gini Indonesia memburuk, yang menandakan bahwa ketimpangan bisa dikatakan mengkhawatirkan. Namun, ketimpangan ini masih tergolong kategori sedang apabila kita mengacu pada kriteria yang ditetapkan World Bank. Menurut Doddy Zulverdy, Kepala Grup Asesmen Ekonomi Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, hal yang menyebabkan kenaikan rasio Gini di Indonesia adalah laju kenaikan pendapatan 5 sef.feb.ugm.ac.id
kelas menengah yang tidak s e i m ba n g d e n g a n l a j u p e n u r u n a n penduduk miskin.Laju kenaikan pendapatan masyarakat kelas menengah memang lebih cepat dibandingkan dengan laju penurunan penduduk miskin. Hal ini menandakan bahwa kue pertumbuhan ekonomi masih dinikmati oleh kaum menengah ke atas. Harus diakui, ketimpangan dapat mengarah ke konik sosial. Lalu apa kaitannya ekonomi islam dengan ketimpangan yang terjadi di Indonesia? Ekonomi islam menitikberatkan pada keadilan dan kebersamaan. Islam telah mengatur bahwa pada sebagian harta orang kaya, terdapat hak orang miskin. Harta harus didistribusikan secara adil dan tidak boleh beredar hanya pada satu kaum atau golongan tertentu saja. Hal ini sesuai dengan ďŹ rman Allah dalam QS al Hasyir : 7. Salah satu cara mengentaskan kemiskinan menurut Islam adalah dengan zakat, infak, dan shodaqoh (ZIS). Apabila zakat, infak , dan shodaqoh (ZIS) dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka tidak akan ada orang miskin. Hal tersebut dapat dijelaskan secara logis. Apabila kaum menengah ke atas menyisihkan pendapatannya untuk zakat, infak, atau shodaqoh, secara otomatis daya beli masyarakat miskin akan meningkat. .
Opini | SEF Menyapa Jika daya beli masyarakat miskin meningkat, maka akan meningkatkan produksi perusahaan akibat permintaan (demand) yang bertambah. Peningkatan produksi p e r u s a h a a n i n i a k a n membuatperusahaan menyerap tenaga kerja lebih banyak. Hal ini otomatis mengurangi jumlah pengangguran. Selain itu, peningkatan produksi akan berakibat meningkatnya tax payable yang harus dibayarkan perusahaan kepada pemerintah. Hasil pungutan pajak ini nantinya akan digunakan untuk membangun fasilitas publik untuk dinikmati masyarakat. Subhanallah. Ternyata efek zakat, infak , dan shodaqoh sangat luar biasa terhadap perekonomian kita jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Untuk pelaksanaan zakat yang efektif, perlu adanya amil atau petugas zakat yang ditunjuk langsung oleh pemerintah supaya tercipta program pemberantasan kemiskinan yang tepat. Sangat diharapkan supaya pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap zakat sebagai bagian dari kebijakan perekonomian nasional, apalagi mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam, tentu potensi zakat di Indonesia sangat besar. Dengan pengelolaan zakat yang tepat dan terintegrasi, pemerintah memiliki sumber dana tambahan untuk pemberdayaan masyarakat miskin dan tentu saja hal ini bisa menjadi solusi atas ketimpangan pendapatan yang terjadi di Indonesia. photo source: random source
November 2014 6
SEF Menyapa | Opini
Andai Sistem Pajak Bisa Sehebat Zakat oleh: Azam Akbar Hawariy Manajemen 2012
B
erandai-andai terkadang berawal dari sesuatu yang kurang memuaskan. Beruntunglah kita sebagai warga Indonesia yang tidak akan bisa berhenti berandai-andai ataupun bermimpi karena sering kali kita tidak terpuaskan oleh sistem yang ada di negara ini. Lalu untuk apa kita diuntungkan dengan ketidakpuasan? Penulis sangat merasa beruntung sekaligus tidak puas dengan sistem pajak terutama di Indonesia. Kita perlu untuk berupaya dalam mencapai kemapanan. Zakat, yang telah dijelaskan secara gamblang dalam Al Quran maupun hadits, merupakan wujud kemapanan dalam sistem ekonomi yang harus diterapkan. Zakat juga merupakan instrumen yang tepat dalam implementasi perekonomian yang adil sebagai upaya pengentasan kemiskinan. Hal yang menjadi sorotan di sini adalah peran pemerintah sebagai ulil amri dalam menyejahterakan rakyatnya. Potensi zakat dalam menyejahterakan hanya akan bisa terealisasi melalui pengelolaan yang baik, profesional, dan tepat sasaran melalui lembaga pengelolaan zakat yang didirikan oleh pemerintah, baik itu melalui BAZ (Badan Amil Zakat) yang dikelola oleh pemerintah langsung maupun L A Z (Lembaga Amil Zakat) yang dikelola oleh pihak swasta (yang secara legal boleh beroperasi berdasarkan pada UU No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat). Pengelolaan zakat secara langsung oleh pemerintah memiliki beberapa . 7 sef.feb.ugm.ac.id
manfaat, yaitu: terjaminnya kepastian dan kedisiplinan pembayaran zakat, terjaganya perasaan rendah diri dari para mustahiq zakat jika mereka berhadapan langsung untuk menerima haknya dari para wajib zakat (muzakki), tercapainya eďŹ siensi, efektivitas, dan sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala proritas yang ada pada suatu tempat, serta mampu memperlihatkan syi'ar Islam dalam semangat penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang islami. Muhammad Said Wahbah, dalam bukunya yang berjudul Dirasah Muqaranah ďŹ Zakat al-Maal, menjelaskan bahwa dalam membangun kesejahteraan masyarakat, zakat memiliki tujuan yang sangat mulia, yaitu: (1) menggalang jiwa dan semangat saling menunjang dan solidaritas sosial di kalangan masyarakat Islam; (2) merapatkan dan mendekatkan jarak dan kesenjangan sosial ekonomi dalam masyarakat; (3) menanggulangi pembiayaan yang mungkin timbul akibat berbagai bencana; (4) menutupi biayabiaya yang timbul akibat terjadinya konik, persengketaan, dan berbagai bentuk kekerasan dalam masyarakat; serta (5) menyediakan suatu dana taktis dan khusus untuk penanggulangan biaya hidup para gelandangan, pengangguran, dan tuna sosial lainnya, termasuk dana untuk membantu orang-orang yang hendak menikah namun, tidak memiliki dana untuk itu. Kelima tujuan tersebut didasarkan pada tujuan absolut dari zakat zakat itu sendiri .
Opini | SEF Menyapa yaitu untuk menciptakan kesejahteraan, keamanan, dan ketentraman. Zakat (hanya) diwajibkan bagi seorang muslim. Kewajiban tersebut bersifat tetap dan terus menerus. Para mustahiq telah ditentukan dalam Al Quran surat At Taubah:60, di mana secara khusus dijelaskan bahwa zakat hanya diperuntukkan bagi 8 asnaf yang ditentukan secara urut berdasarkan prioritas. Lalu bagaimana dengan pajak? Apakah dengan membayar zakat seorang muslim tidak perlu membayar pajak lagi? Apakah pajak bersifat tetap dan terus menerus? Alasan mengapa seorang muslim diharuskan menunaikan kewajiban pajak yang ditetapkan negara disamping penunaian kewajiban zakat dijelaskan dalam firman Allah SWT Surat Al Baqarah:177, dengan redaksi “…dan memberikan harta yang dicintainya…”. Selain itu juga di dalam hadits riwayat Imam Daaruqutni dari Fatimah binti Qayis, Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya dalam har ta ada kewajiban lain, di luar zakat.” Para ulama telah sepakat bahwa apabila kaum muslimin, walaupun sudah menunaikan zakat, memiliki berbagai kebutuhan dan keperluan yang harus ditanggulangi, maka wajib mengeluarkan harta untuk keperluan tersebut. Di samping itu, perintah dari ulil amri (pemerintah) wajib ditaati selama mereka menyuruh pada kebaikan serta kemaslahatan bersama. Pa j a k m e m b e r i k a n ko n t r i b u s i terbesar dalam pendapatan pemerintah, termasuk juga bagi negara-negara Islam. Hak negara-negara Islam untuk mengenakan pajak kepada rakyatnya didasarkan pada tanggung jawab pemerintahan Islam atas pemenuhan basic
needs dari rakyatnya sesuai dengan tingkat status sosial ekonominya. Pemerintahan Islam harus memastikan bahwa penarikan pajak tidak mematikan insentif kerja dari para pembayar pajak. Agar pemerintah dapat memaksimalkan pendapatannya, diperlukan berbagai penelitian atau survei mengenai tipe dan tingkat pajak yang sepatutnya dibebankan kepada para pembayar pajak secara adil dan tepat. Pajak merupakan dana kepercayaan dari masyarakat yang diberikan kepada pemerintah yang harus dimanfaatkan dalam pemenuhan kepentingan umum, seper ti perlindungan kelestarian lingkungan, perkembangan ekonomi, riset-riset ilmiah dalam peningkatan mutu pendidikan, bantuan-bantuan untuk sektor yang diprioritaskan dan dibutuhkan, serta pengeluaran untuk kebijakan stabilisasi dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, pajak harus dikelola secara baik oleh ulil amri (pemerintah) tanpa adanya penyimpangan seperti korupsi yang marak terjadi saat ini. Pada dasarnya, terdapat kesamaan dalam tujuan zakat dengan pajak, yakni sebagai sumber dana untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur dengan pendistribusian secara merata dan berkesinambungan antara kebutuhan material dan spiritual. Daftar Pustaka Hafidhuddin, Didin. 2005. Anda Bertanya tentang Zakat Infaq & Sedekah, Kami Menjawab. Jakarta: BAZNAS Jalaluddin, Abul Khair Mohd. 1991. The Role of Government in an Islamic Economy.Kuala Lumpur : A.S Noordeen Kahf, Monzer. Introduction to the study of the economics of Zakah (http://monzer.kahf.com/paper s/english/introduction_to_the_study_of_the_econ_of _zakah .pdf, diakses 5 November 2014)
November 2014 8
SEF Menyapa | Cerpen
Dari-Nya, Untuk Mereka oleh: Shela Nur Widyastuti Akuntansi 2013
Ketika cahaya senja terlihat di langit barat, seorang gadis kecil berlari tak sabar membukakan pintu untuk ayahnya. Seperti biasa, baju lusuh, bau keringat yang khas, sisa kerja kerasnya hari itu sudah menjadi pemandangan yang tidak asing lagi. Keluarga yang sederhana, tidak pernah mengenal istilah neko-neko. “Ibumu di mana, Nduk?” tanya sang ayah. Dengan manjanya gadis kecil itu menarik tangan ayahnya menuju dapur bagian dari rumah itu, terlihat seorang wanita dengan raut wajah yang sarat lebih tua jika dibandingkan dengan usianya. Ia sangat telaten meniup-niup pawon yang biasa ia gunakan untuk memasak. “Alhamdulillah, Bapak sudah pulang,” sambut wanita itu, lantas mengambil segelas air untuk suaminya. “Lho, Bu? Itu beras yang Ibu sisihkan selama ini,” ucap laki-laki itu setelah melihat sekarung beras di salah satu sudut dapur rumahnya. “Subhanallah ya Pak, nggak nyangka satu sendok yang kita sisihkan setiap harinya, sekarang sudah terkumpul sebanyak itu.” --Malam itu, bulan seolah berpendar lebih terang, keluarga kecil itu serasa sempurna dengan kebahagiaan yang melingkupinya, tak mengenal keluh dengan segala kekurangan yang ada. Di sebuah ruang kecil mereka saling melepas lelah dengan cara mereka, yang tentunya sangat sederhana. “Genduk, besok libur kan sekolahnya? Nah, mau nemenin bapak ngantar beras ke masjid? ” “Kenapa berasnya nggak kita jual aja, Pak? Terus beli tas, aku pingin tas baru, Pak...” kata gadis kecil itu yang mulai merajuk. “Lho kok gitu? Tasnya Genduk kan masih bagus,” bujuk sang ibu “Mumpung masih ada waktu untuk shodaqoh, Nduk. Misalkan ada cerita semacam ini, suatu hari Rusma bertamasya ke Jogja. Rusma membelikan oleh-oleh bakpia untuk Nanda dan Luri, sahabat Rusma. Keesokan harinya Rusma ingin memberikan bakpia yang dibelinya kemarin ke temannya tadi, tapi ketika Rusma pergi ke rumah Nanda, ternyata Nanda tidak ada di rumah. Akhirnya bakpia yang akan ia berikan untuk Nanda, ia titipkan . 9 sef.feb.ugm.ac.id
Cerpen | SEF Menyapa kepada Luri. Nah, apakah boleh Luri memakan bakpianya milik Nanda, padahal ia sendiri juga mendapat oleh-oleh bakpia dari Rusma?” nasihat sang ayah. “Enggak, Pak….” jawab gadis kecil itu dengan muka yang masih terlipat. “Lha itu Genduk paham sendiri, tapi kok masih cemberut?” balas sang ayah, lantas gadis kecil itu mengembangkan senyumnya sehingga tampak gigi kelincinya. “Jadi gini, Nduk. Semua yang kita miliki itu titipan Gusti Allah. Sebagian yang dititipkan Allah kepada kita harus kita zakatkan dan sedekahkan untuk saudara-saudara kita yang mungkin tidak seberuntung Genduk. Mungkin masih ada di luar sana temannya Genduk yang lagi memegangi perutnya karena hampir seharian belum makan,” nasihat sang ayah. “Iya, Pak, besok aku mau nemenin Bapak buat ngantar beras ke masjid,” kata gadis kecil itu. --Cerita singkat di atas mengajarkan bahwasanya kehidupan layaknya bilik-bilik yang tersusun memanjang, kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi di bilik setelahnya, karena terhalangi tembok yang bernama waktu. Kadang hanya bahagia, duka dan itu berlalu begitu saja karena kita berada di suatu tempat yang bernama dunia yang dipenuhi segala bentuk ke-fana-annya. Seperti bianglala, ada saatnya kita di atas dan di bawah. Tidak ada seorang pun yang bisa mengulangi sedetikpun waktu yang telah berlalu. Kita perlu ingat bahwa “Demi masa sesungguhnya manusia berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh”. Kita harus menggunakan kesempatan yang masih diberikan untuk kita, kesempatan sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit, dan hidup sebelum mati. Oleh karena itu, sudah saatnya kita memberikan apa yang telah menjadi hak mereka. Sebuah keluarga yang sederhana menyadari akan kedudukannya hanya sebagai hamba. Dari setiap sendok atau dua sendok beras yang selalu mereka sisihkan, terkumpullah sekarung beras. Mereka ingat bahwa masih ada hak fakir-miskin dari setiap rezeki yang Allah berikan untuk mereka. Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air. Sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar. Dan pada hartaharta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta. (QS. Ad-Dzariyat : 15-19) November 2014 10
Mushola Al-Banna, 3rd floor, West Wing, Faculty of Economics and Business UGM, Jalan Sosio Humaniora 1 Bulaksumur, Yogyakarta, 55281; Contact Person: Novieka Kurniawan S. (+6285755579517), Azam Akbar H. (+628993644788); Email: sef.fe.ugm@gmail.com; Twitter: @KSEI_SEFUGM; Website: sef.feb.ugm.ac.id