Edisi III. 2013
SEF MENYAPA “LOAN SHARK VS ISLAMIC MICROFINANCE� Membangun Ketahanan Finansial Secara Inklusif dengan Islamic Microfinance
CALL FOR CONTRIBUTOR Tema: The Future of Islamic Economics
Format: Opini 500 kata (2-3 opini terpilih yang dimuat per edisi). Kami juga menerima karya bebas 250 kata seperti prosa, puisi, dsb yang relevan dengan tema (hanya 1 karya terpilih yang dimuat per edisi). Format file .doc dikirim email ke kajiansefugm@gmail.com Deadline: 12 September 2013 pukul 23.59 Wajib menyertakan nama lengkap, asal instansi, jurusan, angkatan, dan foto diri formal dalam format .jpg.
SEBUAH PENGANTAR, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah bentuk usaha yang potensial di Indonesia melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat yang didominasi oleh kalangan menengah ke bawah. UMKM menjadi alterna f bisnis yang saat ini tengah menjamur. Menurut sensus ekonomi yang dilakukan BPS tahun 2006 di Indonesia, badan usaha terdiri dari 83,27% usaha mikro, 15,81% kecil, dan sisanya adalah usaha besar serta bisnis lainnya.
Ketua Umum Andira Barmana Sekretaris Jendral Nurul Wakhidah
Potensi usaha mikro ini sayangnya belum op mal. Hal ini terbuk dari rendahnya ngkat ekspor dari jenis usaha mikro yang mendominasi Indonesia. Berdasarkan data BPS, hanya 11,8 persen dari
Redaktur Departemen Kajian SEF UGM Shufi Al Ichsanu Brata Nilawati Nur Isnaini Masyithoh M. Ibnu Thoriqul Aziz Nur Mutiara Sholihah Lailul Marom Desain dan Layout Departemen Media SEF UGM Ristiani Puji Lestari Rofiqi Kurnia Alamat Redaksi Sekretariat Shariah Economics Forum Universitas Gadjah Mada, email: kajiansefugm@gmail.com
total UMKM yang memperoleh pembiayaan dari bank. Selain itu, lebih dari 51 persen dari UMKM dak memiliki badan hukum yang jelas. Perha an akan pen ngnya peran pembiayaan mikro sebagai salah satu komponen utama dalam usaha mikro semakin meningkat seiring munculnya inisiasi Millenium Development Goals yang tujuan pertamanya adalah eradicate extreme poverty and hunger. Oleh karena itu, microfinance menjadi perha an utama dari perkembangan sosio‐ ekonomi masyarakat dak hanya di Indoensia tetapi juga dunia. Obaidullah (2008) dalam ar kelnya, “Islamic Microfinance Development Challenges and Ini a ves”, menyebutkan persamaan antara microfinance dan Islamic finance terletak pada nilai‐nilai Islam seper e ka, moral, sosial, dan spiritual yang juga menjadi faktor‐faktor yang relevan dalam mendorong terwujudnya kesetaraan dan keadilan. Keduanya mendukung pen ngnya financial inclusion melalui entrepreneurship dan risk‐sharing melalui partnership finance dengan melibatkan golongan miskin untuk turut berperan dalam ak vitas ekonomi.
1 SEF MENYAPA Edisi III. 2013
REPORTASE MILAD SEF UGM DAN JMME
Dalam rangka milad SEF UGM ke‐13 dan JMME ke‐17, SEF dan JMME mengadakan sarasehan keluarga besar SEF dan JMME yang juga dihadiri oleh alumni lintas angkatan pada Sabtu, 25 Mei 2013 di selasar FEB UGM. Acara dimulai ba'da isya dengan bacaan lawah yang dilanjutkan dengan sambutan oleh masing‐masing Ketua JMME‐Ihwan Addin Mufaqih dan Ketua SEF UGM‐Muhammad Andira Barmana. JMME dan SEF di usianya kini diharapkan akan terus saat ini S1 FEB UGM belum memiliki Jurusan Ekonomi berkarya dan mengembangkan dakwah serta Islam sehingga cita‐cita tersebut menjadi harapan keilmuan khususnya di Fakultas Ekonomika dan Bisnis. bersama mengingat pen ngnya pengembangan SEF yang jauh masih belia diharapkan terus belajar, ekonomi syariah secara keilmuan. menggali pengalaman, dan memperbaiki diri ke
Selepas sharing, hadirin disuguhi special
depan. Keeratan yang terjalin antara SEF dan JMME ini performance dari pengurus harian SEF dan JMME yang pun dak dapat terlepas dari nilai historis lahirnya SEF menampilkan musikalisasi puisi serta drama teatrikal. dari sebuah divisi di JMME yang kini telah tumbuh Sorak sorai, gelak tawa, maupun keseriusan menyimak berkembang sebagai organisasi dan kelompok studi penampilan turut mewarnai selama pertunjukan yang berdiri sendiri. Meskipun demikian, diharapkan berlangsung. Suasana ini menambah kehangatan sinergi antara SEF dan JMME dapat terus berlanjut.
keluarga besar SEF dan JMME dalam acara malam
Acara in sarasehan berupa sharing alumni sarasehan. yang diisi oleh mbak Azizi serta dimoderatori oleh
Sarasehan menginjak acara puncak yang
Hafizh Asri. Diskusi berfokus pada kehidupan dan ditunggu‐tunggu se ap tahun, yakni tumpengan dan kontribusi mahasiswa pasca kuliah. Di sinilah mbak makan bersama. Baki‐baki besar berisi tumpeng nasi Azizi menantang peserta sarasehan untuk berbagi kuning dengan lauk pauk serta sayur gudangan lengkap mimpi dan cita‐cita kelak setelah keluar dari SEF dan pun habis disantap bersama. Suasana kekeluargaan yang perguruan
nggi untuk tetap berkontribusi. Salah amat kental pun terasa. Sarasehan SEF JMME ini
s e o r a n g p e s e r t a d e n g a n p e n u h s e m a n g a t diharapkan
akan terus menjadi sebuah refleksi
menyampaikan impiannya menjadi dosen/akademisi perjalanan keluarga yang terus berkarya menapaki dalam bidang Ekonomi Syariah di FEB UGM mengingat usianya. (kajian)
2
Oleh: Akbar Yusuf Ridwanto, Akuntansi 2012
Islamic Microfinance:
Two
Missions in
One
Package
Berbicara mengenai ekonomi, maka kita akan membahas cara mencapai kesejahteraan dan mengentaskan kemiskinan. Terutama kemiskinan, hal ini menjadi bahasan yang tidak ada habisnya. Kesenjangan antara orang miskin dan orang kaya semakin terlihat jelas. Hal ini berkaitan erat dengan sistem keuangan yang digunakan yaitu keuangan konvensional yang berbasis hanya pada golongan konglomerat. Menyadari adanya kekurangan pada sistem yang digunakan, pertengahan abad ke-20 atau sekitar tahun 1970-an mulai dikembangkan sistem keuangan mikro (microfinance). Microfinance didefinisikan sebagai suatu upaya untuk memberikan jasa keuangan dengan sasaran segmen masyarakat mikro sebagai objek pelayanannya. Hal ini bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan. Namun, microfinance konvensional seperti ini justru memiliki kelemahan, yaitu masalah pengembalian dana dari debitur yang notabene adalah orang miskin. Jika usaha mereka gagal, bunga yang mereka tanggung akan semakin membengkak sehingga menyebabkan keterpurukan.
Pencerahan pun datang. Tahun 1990-an mulai diperkenalkan sistem Islamic microfinance yang berlandaskan pada prinsipprinsip syariah Islam seperti BMT (Baitul Mal wat tamwil), koperasi syariah, dan asuransi syariah. Sistem ini memiliki konsep bentuk pembiayaan yang disertai tanggung jawab sosial. Dengan demikian, Islamic microfinance memiliki dua misi sekaligus dalam satu kemasan, misi sosial (dunia) yaitu mengentaskan kemiskinan dan misi spiritual (akhirat), menegakkan syariat Islam.
3
Dipandang dari misi sosial, keuangan mikro Islam mempunyai tujuan untuk mengentaskan kemiskinan dengan sebenar-benarnya. Hal ini terlihat dari pembiayaan pinjaman yang tidak mengenakan sistem bunga sehingga debitur tidak mengalami kesulitan mengembalikan dana. Pengenaan tambahan biasanya disepakati terlebih dahulu dimuka agar adil bagi kedua pihak baik kreditur maupun debitur. Tambahan ini juga semata-mata untuk kelangsungan usaha kreditur serta biaya administrasi. Kegiatan atau proyek yang dilaksanakan merupakan kegiatan yang halal seperti pinjaman kegiatan produktif dan pengumpulan dana zakat.
Ada pula qardul hasan yaitu perpanjangan jangka waktu pembayaran pinjaman oleh kreditur berdasar niat baik. Selain itu, dalam akad ini debitur hanya membayar sejumlah yang dia pinjam tanpa tambahan apapun. Inilah letak tanggung jawab sosial dimana kreditur yang bermaksud membantu debitur mengatasi permasalahan keuangan atau kemiskinan tidak membebaninya dengan bunga yang justru memperparah keadaan si peminjam. Di sisi spiritual, Islamic microfinance membuka jalan bagi umat untuk melakukan kegiatan ekonominya sesuai syariat islam. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 72 persen masyarakat di negara mayoritas muslim enggan melakukan pinjaman karena alasan agama walaupun tersedia banyak jasa keuangan (Honohon, 2007). Hal inilah yang menghambat pengentasan kemiskinan juga perkembangan sektor ekonomi mikro, kecil, dan menengah. Tetapi, dengan hadirnya solusi Islamic microfinance, seorang muslim akan yakin dengan apa yang dipilih sebagai pembiayaan usaha yang halal dan thoyib terutama masyarakat miskin.
Keberadaan keuangan mikro Islam sendiri telah mendapat perhatian dari P B B . Ta h u n 2 0 0 5 ditetapkan sebagai permulaan Islamic microfinance. Bahkan, PBB juga menyatakan hal ini sebagai komponen penting untuk m e n g e n t a s k a n kemiskinan. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk tidak mengembangkan Islamic microfinance di Indonesia, seiring dengan perkembangan industri kecil dan menengah saat ini.
Mainstreaming Islamic Microfinance Setelah menelaah tentang Islamic microfinance, didapatkan kesimpulan bahwa peran keuangan mikro Islam begitu besar mencakup misi dunia dan akhirat. Akan tetapi, sektor ini masih menjadi pilihan kedua atau alternatif. Untuk itu, digagas pemikiran mengenai m ains tream ing Islamic microfinance, yaitu suatu gerakan menjadikannya sebagai mainstream, sistem keuangan mikro dibanding microfinance konvensional.
dua dalam satu kemasan, sekaligus
misi
misi
sosial
yaitu mengentaskan
(dunia)
dan
misi
kemiskinan
spiritual
menegakkan
syariat
(akhirat)
Islam.
4
Dalam melaksanakan berbagai kegiatan, masjid menghimpun dan mengelola dana ziswaf (zakat, infaq, shodaqoh, dan wakaf) dari masyarakat. Pemanfaatan dan pengelolaan dana masyarakat tersebut menjadi penting untuk dikaji dalam rangka mengembalikan peran masjid yang lebih besar di masyarakat. Dari hasil riset yang dilaksanakan oleh Departemen Riset SEF UGM, terhadap sampel sebanyak 33 masjid yang berada di sekitar kampus UGM (Âą 3 km), memberikan hasil sebagai berikut: Pemanfaatan dana masjid sebagian besar terserap pada kegiatan operasional yaitu 37 persen. Kemudian, sebanyak 29 persen masjid memanfaatkan dana untuk kegiatan lain-lain yang didominasi oleh renovasi dan pembangunan masjid, santunan, dana membayar penjaga masjid Permasalahan lain yang ditemukan adalah banyaknya dana ZISWAF yang terkumpul di masjid tidak dipergunakan atau dibiarkan menganggur. Hal ini sangatlah disayangkan melihat keadaan negara Indonesia yang masih memiliki banyak rakyat menengah ke bawah di berbagai bagian negara. Uang yang mengangggur tersebut seharusnya bisa digunakan untuk kegiatan kesejahteraan ummat ataupun kegiatan produktif.
Oleh: M.Andira Barmana
Pengembangan
Islamic MicroďŹ nance Melalui
Pengelolaan Dana
5
ZISWAF
Masjid
Dana masjid yang menganggur dan tidak
Islamic Microfinance
termanfaatkan dengan baik serta Islamic microfinance yang
I s l a m i c m i c ro fi n a n c e
memiliki potensi besar dalam mengembangkan UMKM
adalah lembaga keuangan mikro
akan tetapi memiliki kendala dalam pemerolehan dana.
syariah yang dapat berbentuk
Menjadi permasahalan yang harus dibahas dan diselsaikan
BMT (Baitul Maal wat Tamwil)
demi tercapainya akselerasi perkembangan lembaga
ataupun KJKS (Koperasi Jasa
keuangan syariah. Dalam menyalurkan dana ZISWAF,
Keungan Syariah) yang dalam hal
Islamic microfinance juga harus berhati-hati dalam memilih
ini merupakan lembaga yang
pengelola dana atau pengguna dana. UMKM menjadi target
memiliki potensi besar untuk
utama bagi Islamic microfnance dalam melakukan
berkembang, akan tetapi masih
pembiayaan, hal ini disebabkan UMKM merupakan usaha
memiliki masalah dalam berbagai
yang bergerak dalam sektor riil, dan usaha yang dapat
hal, terutama masalah pendanaan.
mensejahterakan masyarakat luas. UMKM memiliki peran Islamic Microfinance
strategis dalam mempercepat pendistribusian kekayaan, hal ini dapat dilihat dari jumlah UMKM yang terdapat di Indonesia yang mengisi 93 persen sektor riil, serta dibuktikan dengan kemampuan UMKM untuk mempertahankan perekonomian Indonesia terutama pada saat terjadi krisis global.
Shadaqah Infaq Zakat Maal Wakaf uang
Pengelolaan dana Penyaluran dana
masjid Usaha mikro Usaha Kecil Usaha menengah
Sektor riil
Dalam kondisi banyakanya dana menganggur pada masjid-masjid yang ada, Islamic microfinance menghadapi kendala jumlah dana kelolaan untuk pembiayaan yang kecil. Hal ini karena, masyarakat cenderung memilih menabung di perbankan yang aman karena ada penjaminan, tetapi ketika mereka mengajukan pembiayaan, mereka akan menuju Islamic microfinance non-bank. Terjadi mismatch, permintaan pembiayaan lebih tinggi sedangkan DPK yg terhimpun relatif kecil. Selain itu banyak yang tidak mencapai skala ekonomi (economic of scale), sehingga pendapatan tidak menutupoperational cost. Jika kita analisis secara lebih mendalam, ketika Islamic microfinance menyalurkan dananya kepada UMKM, UMKM tersebut akan tumbuh dan berkembang. Tenaga kerja yang dibutuhkan oleh UMKM juga semakin meningkat sehingga lapangan kerja bertambah dan pengagguran berkurang.
6
Pihak Islamic microfinance merupakan pihak yang mengalami kekurangan dana (defisit) sementara masjid selaku pengelola dana ZISWAF merupakan pihak yang kelebihan dana (surplus), maka untuk menciptakan adanya keseimbangan dan pemerataan kesejahteraan, kedua pihak tersebut perlu dipertemukan dan disinergikan. Islamic Microfinance dalam pengelolaan ZISWAF Selama ini, banyak yang menganggap bahwa dana ZISWAF yang terdapat di masjid tidak boleh dipergunakan selain kegiatan operasional masjid, untuk itu mindset dan pemikiran masyarakat akan hal ini seharusnya diubah, sehingga dana ZISWAF dapat dipergunakan untuk kegiatan produktif. Islamic microfinance akan bertindak sebagai pengelola dana dan pihak Masjid akan berperan sebagai penyalur dana. Adapun akad yang digunakan oleh Islamic microfinance dalam mengelola dana tersebut sebagai berikut: 1. Microfinanace dalam bentuk koperasi
2. Islamic microfinance akan bertidak
memiliki peran strategis dalam perluasan
sebagai Nazir dalam mengelola dana
lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan.
wakaf. Nazir adalah pihak yang
Bentuk konkrit tercemin pada
menerima harta benda wakaf dari
pengembangaan Baitul Maal dengan
wakif untuk dikelola dan
memanfaatkan optimalisasi zakat, infaq,
dikembangkan sesuai dengan
sedeqah dan waqaf (ZISWAF) yang akan
peruntukkannya. Dalam
bermuara kepada pengurangan jumlah
pengelolaan wakaf, harta benda
penduduk miskin dan mendorong mereka
wakaf tidak dapat berkurang untuk
melakukan kegiatan usaha produktif yang
itu pengelola harus profesional
berkesinambungan. Disini nilai Islamic
sehingga Islamic microfinance yang
microfinance dapat berperan sebagai agent of
akan menjadi Nazir harus
asset distribution untuk memberdayakan
profesional, Akuntabel dan
ekonomi ummat.
terpercaya.
Yang menjadi perhatian dalam melaksanakan pengelolaan dana ZISWAF tersebut adalah bagaimana Islamic microfinance dapat menggunakan dana tersebut untuk kegiatan produktif, sehingga memiliki efek multiplier kesejahteraan bagi masyarakat. Dana ZISWAF yang terkumpul di masjid sejatinya adalah dana masyarakat yang harus dikembalikan untuk kesejahteraan ummat, sehingga dengan menyalurkaan kekayaan ummat tersebut terhadap sektor produktif distribusi kekayaan dan aset antar
7
masyarakat akan semakin merata.
REPORTASE Selasa, 7 Mei 2013, Kajian Kontemporer SEF UGM kembali digelar di selasar FEB UGM pada pukul 16.00-18.00. Tema yang diangkat adalah The Loan Shark vs. Islamic Microfinance: Membangun Ketahanan Finansial Secara Inklusif. Kajian tersebut menghadirkan dua pembicara, yaitu Mohammad Bekti Hendrie Anto, S.E, M.Sc. (dosen dan peneliti di P3EI UII) dan Dr. Mamduh M. Hanafi, M.B.A., Ph.D. (dosen FEB UGM), serta moderator oleh M. Ibnu Thorikul Aziz dari Ilmu Ekonomi 2012
Pada dasarnya, keuangan mikro itu ada untuk melayani pihak-pihak yang tidak terlayani dari pihak konvensional. Mikro Islam ada berdasarkan prinsip-prinsip keutamaan Islam. Lalu, mengapa dibutuhkan Mikro Islam? 1. Pertimbangan Agama 2. Alasan sosial dan ekonomi dengan fokus utamanya adalah usaha mikro kecil-menengah dan kemiskinan
Muncul beberapa permasalahan di antaranya lack of collateral, lack of good management and performance, and small scale bussiness. Hal-hal inilah yang menjerat UMK pada loan shark atau yang lebih familiar disebut rentenir. Saat ini muncul trend yakni bank besar masuk ke microfinance dengan membentuk koperasi di desa-desa. Islamic Microfinance, pelaku utamanya adalah BMT. BMT merupakan sebuah lembaga yang unik. Di masa Rasulullah sudah ada baitul maal untuk menghimpun zakat dan baitul taam untuk mengorganisasi kegiatan bisnis. Segala bentuk kegiatan muamalah yang tidak dilarang, diperbolehkan. BMT ini merupakan bentuk usaha semacam koperasi dengan adanya persamaan value koperasi terhadap value dalam Islam. Efektivitas pengelolaan BMT menarik untuk dikaji. Dalam rangka menghadapi rentenir, BMT normatifnya adalah lembaga yang never become loan shark , high spirit and motivation, plenty of strategy, and huge potential of funding. Solusi dari bagaimana BMT menjadi sebuah badan produktif adalah dengan membuat bankable secara alamiah dengan beberapa cara yakni memperbanyak alternatif bentuk pembayaan, mengurangi resiko, dan mengurangi asimetri informasi. Potensi dana terbesar adalah waqaf, sadaqa, zakat, dan IDB fund. Sedangkan, hambatanhambatan yang mungkin ada dalam berjalannya kegiatan BMT:
Legal dan regulatory framework Wholesaler of microfinance Capacity and inatitutional building Management GCG (tata kelola yang lemah) Visi dan misi yang tidak sejalan dengan debitur
Kajian Kontemporer: Loan Shark vs Islamic Microfinance
Dari segala bentuk hambatan ini, perlu perhatian dan perbaikan yang berkelanjutan dengan membangun integrasi bersama, menyatukan tekad, dan membuktikan kepada dunia bahwa mikro Islam adalah rahmatan lil alamain-rahmat bagi semesta alam. (intan-kajian)
8
atau
Keuangan
BBM Langsung Bantuan
Tunai
Wacana kenikan harga BBM selalu menuai pro kontra. Salah satu permasalahan dari kebijakan ini adalah penyaluran subsidi pemerintah. Dengan adanya penghematan yang dilakukan melalui pengurangan subsidi BBM, pemerintah menyalurkan program pro rakyat dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Namun, BLT dipandang dapat menimbulkan tingginya sikap konsumtif dan ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah jika BLT diberikan secara terus-menerus. Hal inilah yang memicu lahirnya Bantuan Langsung Sementara (BLSM). Akan tetapi, efektif atau tidak BLSM masih dipertanyakan berbagai pihak. Apabila kita melihat dari beragam produk keuangan syariah ada yang lebih bermanfaat dari BLT yaitu, Keuangan Mikro
Naik:
yang hanya berkutat pada pinjaman untuk rakyat
Akuntansi 2011
Oleh: Dhokiy Mustofa Akbar
Islam (KMI). KMI berbeda dengan kredit mikro
miskin. KMI meliputi tabungan, asuransi, pinjaman, dan produk keuangan syariah lainnya yang ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Pasar keuangan mikro syariah di Amerika Serikat saat ini diprediksi mencapai 1 miliar dolar AS. Dengan kredit limit berdasarkan keuangan mikro BMT yang sebesar 0-5 juta rupiah tentunya lebih besar dari besar dana BLT yang hanya sebesar Rp 100.000,00-Rp 150.000,00 per keluarga yang dibagikan per bulan. KMI pada persyaratannya tidak ada pengecualian bagi rakyat miskin yang akan meminjam, terkait pada kemampuan peminjam
9
untuk mengembalikan uang pinjaman.
Mikro
H a l ya n g d i ka t a ka n sebagai memelihara
Islam?
Dalam hal asuransi, ada banyak produk asuransi yang dapat ditawarkan oleh pemerintah kepada rakyat miskin. Beberapa jenis asuransi yang cukup dibutuhkan bagi rakyat miskin adalah asuransi kesehatan, asuransi jiwa, dan asuransi properti bagi mereka yang memiliki rumah di daerah rawan kebakaran. Hampir setengah dari kemiskinan dunia terjadi di negara-negara muslim. Salah satu alasannya adalah penolakan mereka pada bunga berbasis pinjaman. Tentunya hal itu juga berlaku disini, tidak hanya dilihat dari segi riba saja, melainkan sifatnya yang memberatkan karena pada bunga berbasis pinjaman akan membuat jumlah uang yang
rakyat miskin bukan berar
“memanjakan�,
tetapi lebih kepada memberdayakan. Bangsa Indonesia
dak
akan berkembang apabila rakyatnya hanya bermental pengemis, seharusnya yang lebih dibudayakan adalah mental untuk produk f.
harus dikembalikan menjadi lebih besar dari pinjaman di awal. KMI dalam sifat pengeloalaan dananya juga lebih jelas. Dalam pelaksanaanya, KMI diawasi oleh pemerintah melalui lembaga-lembaga milik pemerintah yang mengelola dana. Lain halnya dengan BLT yang tidak jelas hilirnya, karena uang tunai diberikan begitu saja kepada masyarakat dan terkadang tidak jelas status penerimanya. Pangsa pasar keuangan mikro syariah atau KMI, 80 persennya dikuasai oleh pembiayaan murabahah. Hal ini diharapkan dapat membuktikan bahwa KMI mampu memberikan manfaat, karena membuat rakyat miskin menjadi lebih produktif apabila barang-barang yang digunakan dalam transaksi murabahah adalah barang-barang untuk keperluan usaha, bukan hanya sekadar untuk dikonsumsi. Untuk lebih meningkatkan perilaku produktif ketimbang konsumtif terkait murabahah dapat diguanakn suatu aturan yang hanya memperbolehkan barang-barang untuk tujuan usaha. Sehingga, diharapkan tidak ada penyalahgunaan pada layanan KMI yang disediakan oleh pemerintah nantinya. Oleh karena itu, sudah saatnya bagi pemerintah untuk memikirkan penerapan KMI untuk rakyat miskin. Sebab jika dilihat dari segi manfaat, KMI memiliki keunggulan dalam sistemperputaran dana yang lebih jelas. Sehingga, bantuan yang diberikan pemerintah tidak “hilang� begitu saja, tetapi juga memberikan kontribusi bagi masyarakat dan negara.
10
In This Wilderness Life seems like a wide ocean that you have to look beyond single thing to understand Life is that wild sea over the wild waves the tides that call the tides that fall asleep, the tides keep dreaming of every eye, every heart, to see its deepest side as if, the deepest way of life Look, those little fishes one you may give a name, Nemo as this little fellow's trying to strive for life across the wide wild world in the water looking for the truth of life At the end little Nemo learns no difference between friends or foe when all you know is how to satisfy the hunger of the greeds then, go ahead, little fish change yourself into a loan shark eat your own fellow all but for the sake of your own Are human beings the wild shark and shall we kill each other or shall we fill each other may the questions remain still in this wilderness of life *** Najma, Nurisma