http://shariaheconomics.org
Pengaruh BMT
Terhadap Pasar di Yogyakarta
Edisi I. 2013
Publikasi Hasil Riset dan Analisis
Edisi I. 2013
Pengaruh BMT terhadap pasar di Yogyakarta. overview
A
Ketua Umum M. Andira Barmana Sekjen Nurul Wakhidah Redaktur Departemen Riset dan Pengembangan SEF UGM Zidnie Dzakya Urbayani Riki Wahyu Fauziadi Rizqa Ulfa Ikhsan Brilianto Anindita Dyah Laksmita M. Erwien Wijanoko Novieka Kurniawan Satori Markhatin Nurul Latifah M. Akbar Fadzkurrahman A Achmad Masyhadul Amin Asty Latifatul Fajriyah Amanda Aidil Fitra Nadhya Azka Aulia Alamat: Musholla Al-Banna lt. 3, Sayap Barat Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Jalan Sosio Humaniora 1 Bulaksumur, Yogyakarta
1
pa itu BMT ? Mungkin bagi sebagian orang nama BMT menjadi bahasan umum yang sudah tidak asing lagi. Namun saat ini ketika banyak sekali BMTBMT bermunculan masih banyak sekali masyarakat yang belum mengetahui apa arti dari BMT itu sebenarnya. Sebagian orang lainnya seperti pedagang kecil dan masyarakat menengah ke bawah yang seharusnya berkaitan erat dengan objektivitas BMT justru menganggap BMT sebagai versi lain dari Bank plecit yang bertebaran di masyarakat sebagai rentenir atau lintah darat. Hal ini terjadi dikarenakan kurangnya sosialisasi untuk menjelaskan apa itu BMT yang sebenarnya sehingga pemahaman masyarakat tentang BMT masih sangat minim dan beragam. BMT atau singkatan dari Baitul Maal wat Tamwil adalah sebuah lembaga keuangan mikro syariah di Indonesia yang menjalankan dua fungsi kelembagaan keuangan dari sisi sosial (non-profit) dan komersial (profit). Dari sisi sosial, BMT dijelaskan oleh fungsi Baitul Maal sebagai Lembaga Keuangan mikro yang menjadi perantara dan penyokong BAZIS dalam mengumpulkan ZIS (Zakat, Infaq, dan Shodaqoh) untuk disalurkan kembali kepada mereka yang berhak. Sedangkan dari sisi komersial, BMT dijelaskan oleh fungsinya sebagai Baitut Tamwil sebagai Lembaga Keuangan mikro yang tidak meninggalkan konsep bisnis dalam menghasilkan keuntungan dengan menjalankan berbagai kegiatan seperti simpan-pinjam dan usaha di sektor rill dengan menggunakan ketentuan yang sesuai syariat Islam. Pada akhirnya, BMT sendiri bertujuan untuk menghasilkan sebuah cita-cita yang sesuai dengan visi dan misi-nya yaitu pemberdayaan masyarakat secara mandiri dan berkesinambungan serta bukan menjadi kelembagaan rentenir ataupun lintah darat yang membebani konsumennya.
a
Publikasi Hasil Riset dan Analisis
Latar Belakang Perkembangan Perbankan Syariah yang cukup baik saat ini diikuti pula oleh perkembangan Lembaga Keuangan Syariah non-Perbankan seperti Baitul Maal wat Tamwil (BMT), Pasar Modal Syariah, Pegadaian Syariah, dan Asuransi Syariah (Takaful). Keberhasilan Lembaga Keuangan Syariah dalam perekonomian Indonesia tidak lepas dari peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti BMT. Dalam hal ini, peran BMT sangat penting sebagai motor penggerak usaha kecil menengah. Selama ini, pendanaan syariah yang berasal dari Bank Syariah kurang menjangkau seluruh usaha produktif lapisan masyarakat, terutama masyarakat kecil. Di lain pihak, BMT memiliki tangan yang lebih panjang dalam melayani pembiayaan usaha produktif sector riil masyarakat menengah ke bawah secara lebih luas, yang sebagian besar merupakan pedagang kecil. BMT menjadi harapan kesejahteraan pedagang kecil dan UKM sebagai pilar ekonomi nasional. Usaha mikro dan usaha kecil yang merupakan masyarakat menengah ke bawah, memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, pada tahun 2012, tercatat 98,79% pada usaha mikro, dan 1,11% pada usaha kecil. Usaha mikro mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 90,12% sedangkan usaha kecil mampu menyerap 4,09% dari seluruh tenaga kerja di Indonesia pada tahun 2012. Berdasarkan data tersebut, dapat kita simpulkan bahwa pembangunan ekonomi Indonesia sangat ditopang oleh usaha mikro dan kecil. Oleh karena itu, peran BMT sebagai lembaga pembiayaan dan penunjang perekonomian sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. BMT dapat melakukan pemberdayaan kepada UKM khususnya pedagang kecil dengan melakukan dua kegiatan utama, yaitu pembiayaan dan pembinaan. Pedagang kecil ataupun pengusaha mikro lainnya dalam memperoleh pembiayaan untuk mengembangkan usahanya relatif sulit, karena legalitas dan jaminan yang harus disertakan apabila melakukan peminjaman dari Perbankan. Dengan fleksibelitas
Edisi I. 2013
dan keberadaannya yang dekat dengan rakyat, BMT mampu menjangkau masyarakat menengah ke bawah untuk membantu pembiayaan dan tentunya berdasarkan prinsip syariah yang menciptakan kemaslahatan. Pelaku usaha mikro harus mempertanggungjawabkan pembiayaan dari BMT sehingga diperlukan program pembinaan kewirausahaan, pengelolaan keuangan yang baik, serta pelatihan pengelolaan usaha. Berdasarkan pemaparan tersebut, BMT merupakan alat kemajuan yang tepat bagi usaha mikro dan pedagang kecil. Akan tetapi, perkembangan BMT masih menyimpan banyak persoalan. Berbagai persoalan tersebut terkait masalah pengelolaan internal BMT sehingga melunturkan kepercayaan masyarakat terhadap BMT. Masalah lainnya adalah kurangnya pengetahuan para pelaku usaha menengah ke bawah dan pedagang kecil tentang BMT. Oleh karena itu, perkembangan BMT perlu diperhatikan. Dengan melakukan riset terhadap para pedagang kecil di pasar tradisional yang merupakan mayoritas nasabah BMT, dapat diketahui kondisi nyata perkembangan BMT dalam menjalankan perannya saat ini. Hal yang perlu diketahui diantaranya sumber modal para pedagang, pengetahuan pedagang tentang BMT, pelayanan BMT, biaya administrasi BMT, serta program pemberdayaan dari BMT untuk nasabah. Untuk mengetahui perkembangan BMT di lingkup Yogyakarta, Departemen Riset dan Pengembangan SEF UGM melakukan riset besar mengenai peran BMT terhadap usaha pedagang di pasar tradisional. Sampel riset berjumlah 97 responden diambil dari para pedagang di pasar tradisonal di daerah Kota Yogyakarta, sebagian Kabupaten Sleman, serta beberapa pasar di Kabupaten Bantul. Hasil dari riset pasar tradisional ini diharapkan akan mampu mencerminkan seberapa besar peran BMT terhadap usaha mikro kecil dan menengah di daerah Yogyakarta.
2
Publikasi Hasil Riset dan Analisis
Edisi I. 2013
Pembahasan Berdasarkan hasil riset kami membuktikan bahwa banyak pedagang pasar, di 3 kabupaten yaitu kotamadya Yogyakarta, kabupaten Sleman, dan kabupaten Bantul, sebesar 48% dari 97 responden mengandalkan modalnya sendiri untuk operasional kegiatan jual beli di pasarnya. Hal ini berarti bahwa sebagian besar pedagang tidak membutuhkan lembaga simpan pinjam, karena mampu dengan 100% modal sendiri. Namun, 11% mengatakan menggunakan dana pinjaman sebesar 100% untuk memulai usaha awalnya.
Alasan pemilihan tempat pinjam 23% responden menyatakan lainnya, rata-rata karena bank konvensional tersebut sudah terpercaya dan sudah sejak lama. Selain itu ada yang menyatakan bahwa lokasinya dekat, ada juga yang menyatakan bunga rendah serta syarat kredit nya mudah. Hal ini berarti bahwa yang diinginkan oleh demand di pasar adalah syarat kredit mudah, lokasi dekat, dan menumbuhkan kepercayaan pada konsumen.
Sedangkan 13% lainnya memang menggunakan simpan pinjam namun hanya sebesar 25% saja dari total modal yang dia gunakan untuk operasional. Sedangkan 115% lainnya menggunakan simpan pinjam sebesar 75% dari total modal yang digunakan. Persentase sebesar 13% lainnya dari 97 responden menggunakan jasa simpan pinjam di lembaga sebesar 50 % dari total modal yang dia butuhkan. Lembaga peminjaman yang mereka putuskan untuk meminjam paling banyak yaitu sebesar 43% menyatakan meminjam di bank konvensional, setelahnya disusul oleh Baitul Maal wat Tamwil sebesar 24%, hal ini karena banyak BMT sudah turun ke pasar-pasar, seperti konsep pemasaran menjemput konsumen. Sehingga konsumen pun mengetahui BMT karena mereka sendiri yang menjelaskan pada konsumen yaitu pedagang pasar.
3
Dalam pengaruh lokasi BMT pada pedagang 36% mengatakan lokasi BMT sangat mudah dijangkau, 55% mengatakan mudah dijangkau, dan 9% mengatakan bahwa BMT cukup sulit untuk dijangkau oleh para pedagang pasar. Dari hasil terseut dapat dilihat bahwa BMT mempunyai lokasi yang cukup berdekatan dengan pedagang agar para pedagang dapat dengan mudah
Publikasi Hasil Riset dan Analisis
melakukan transaksi dengan pihak BMT. Bahkan, ada BMT yang lokasinya tepat di dalam pasar.
Sebagian besar pedagang mengatakan mengetahui BMT secara langsung sebanyak 77%., ada yang mengetahui dari keluarga, tetangga, dan rekan sebanyak 14%, 1% mengetahui dari iklan dan baliho dan sisanya dari media yang lain. Dalam wawancara kami ke pedagang, mereka mengatakan para pedagang didatangi oleh pihak BMT secara langsung dan menawarkan produk-produk dari BMT tersebut.
Pinjaman yang diberikan BMT kepada para pedagang dirasa lebih menguntungkan bila dilihat dari jumlah responden yaitu sebanyak 44%. 12% mengatakan pinjaman dari BMT sangat lebih menguntungkan dibanding badan pinjaman yang lain. Namun, tidak sedikit juga yang mengatakan bahwa BMT kurang menguntungkan bagi
Edisi I. 2013
pedagang yaitu sebanyak 32%. Bahkan, 9% dari responden mengatakan pinjaman dari BMT lebih merugikan dan 3% mengatakan sangat merugikan. Dalam beberapa kasus ditemukan beberapa BMT yang menggunakan sistem bunga dan bunga yang ditawarkan pun ternyata cukup tinggi. Beberapa pedagang juga mengeluhkan bahwa ada BMT yang tidak dapat megelola dana dengan baik sehingga simpanan dari pedagang tidak jelas keberadaannya. A. Pengetahuan Pedagang tentang BMT Modal finansial atau pembiayaan menjadi salah satu faktor penting dalam mendukung kelancaran dan kesuksesan usaha dagang. Untuk memenuhi kebutuhan finansial tersebut, banyak berbagai pilihan yang dapat diambil oleh seorang pedagang di pasar tradisional. Jika dipilah, maka terdiri dari konvensional dan syariah. Perkembangan instrumen pembiayaan konvensional dikenal lebih dahulu daripada syariah. BMT yang tergolong dalam instrumen pembiayaan syariah masih dianggap baru di kalangan masyarakat secara umum, terutama para pedagang pasar tradisional yang notabene sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Akan tetapi, penelitian yang telah dilakukan di beberapa pasar tradisional di Yogyakarta menepis pesimisme tersebut. Seperti yang ditunjukkan dalam diagram berikut.
Sebanyak 41 % pedagang di pasar tradisional mengenal dan mengetahui tentang BMT.
4
Publikasi Hasil Riset dan Analisis
Meskipun, untuk kategori sangat tahun masih 15 %. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi BMT telah berhasil menyentuh kalangan pedagang. Akan tetapi, jika melihat porsi pedagang yang sangat tahu hanya 15 %, pengetahuan pedagang tentang BMT belum terlalu komprehensif. Masih banyak pedagang yang masih bias dalam membedakan antara “lintah darat� dengan petugas BMT keliling. Seperti yang diungkapkan Prawiro (69), ia mengatakan BMT menerapkan bunga yang sangat tinggi, tak terstruktur keorganisasiannya, dan memaksa ketika menagih pinjamannya. Kasus ini membuktikan bahwa BMT memang belum secara utuh dipahami oleh pedagang di pasar tradisional. Adanya kesalahan pemahaman dan persepsi tentang BMT tersebut, maka hal ini menunjukkan bahwa presentase 41 % pada kategori tahu tidak secara utuh merepresentasikan pengetahuan pedagang tentang BMT. Kemudian, presentasi kategori tahu yang paling besar di antara kategori lainnya memberikan peluang untuk dimanfaatkan sebagai momen penyosialisasian. Sehingga, pondasi citra BMT di kalangan pedagang benar. Karena pada dasarnya pedagang tahu, tetapi belum secara utuh. B. Syarat Kredit BMT
Setiap instrumen pembiayaan memiliki karakteristik persyaratan kredit yang berbedabeda. Dalam benak pedagang pun beraneka ragam opini terkembang terkait persyaratan kredit. Apabila pandangan tersebut disandingkan, maka akan tecermin perbandingan prosesntasi kategori persyaratan kredit berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.
5
Edisi I. 2013
Dapat dilihat pada diagram di atas sebanyak 26 % dari responden menyatakan bahwa persyaratan kredit di BMT sangat mudah, jumlah prosentase paling besar dibandingkan kategori lainnya. Namun, 23 % dari responden menyatakan tidak tahu dengan prosentase yang relatif tinggi. Dari hal ini dapat ditarik sebuah pemikiran logis bahwa 23 % responden yang tidak tahu menunjukkan bahwa masih minimnya pemahaman tentang BMT. Menurut salah seorang pedagang, BMT telah menyelamatkan hidupnya. Atas kemudahan syarat-syaratnya ia sekarang dapat menjalankan bisnis dengan lancar dan menyekolahkan anaknya hingga lulus kuliah. Dari hal ini ditunjukkan bahwa BMT telah dimanfaatkan secara baik oleh pedagang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga, keberadaan BMT memberikan manfaaat yang luas bagi kehidupan masyarakat, khususnya pedagang, tetapi belum banyak yang tahu. C. Pelayanan BMT Untuk bisa bersaing menarik minat mitra usaha, BMT harus memberikan karakteristik yang tidak bisa didapatkan di instrumen pembiayaan konvensional. Salah satu hal yang menjadi unggulan adalah pelayanan. Sifat hubungan antara BMT dan peminjam dana adalah sebagai mitra bukan hubungan antara kreditur dan debitur. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan berikut diagram pelayanan BMT menurut para pedagang Pasar Tradisional di Yogyakarta.
Memang, secara umum peminjam uang
Publikasi Hasil Riset dan Analisis
terlihat sebagai pihak yang tidak berkuasa. Sementara itu, bank atau pemberi pinjaman sebagai pihak yang berkuasa dan sah-sah saja jika memaksa untuk sewenang-wenang. Akan tetapi, hal itulah yang dikoreksi oleh BMT. Hal ini jelas dampaknya bahwa sebanyak 78 % responden menganggap pelayanan BMT adalah baik. Dan 13 % responden menganggap sangat baik. Tentu respon ini bukan tanpa alasan. Sisi inilah yang menjadi andalan BMT dalam menarik para peminjam dana untuk bermitra dengan BMT. Meskipun demikian, setiap orang memiliki preferensi masing-masing dalam memilih. Satu pengalaman buruk dengan BMT akan merusak citra BMT. Selain itu, terkadang setiap badan BMT memiliki standar pelayanan yang berbeda-beda. Sehingga, jika ingin meningkatkan jangkauan BMT di kalangan masyarakat, maka harus mempertahankan dan meningkatkan sisi keunggulan ini. Pemberdayaan pedagang yang telah dilaksanakan oleh BMT. Pemberdayaan yang kami maksud adalah segala macam bentuk peningkatan kualitas pedagang yang diberikan oleh BMT, mulai dari pelatihan pengelolaan usaha, pelatihan pembukuan, pembinaan kewirausahaan, konsultasi usaha, dan lain-lain. Berdasarkan survey yang kami lakukan kami mendapatkan hasil bahwa sebagian besar BMT (88%) belum melakukan pemberdayaan terhadap para pedagang yang telah menjadi konsumennya. Hal tersebut sungguh disayangkan melihat tidak sedikitnya pedagang yang telah percaya pada BMT. Di sisi lain terdapat bagian kecil BMT (12%) yang memiliki kesadaran untuk meningkatkan kualitas pedagang. Alangkah baiknya jika sebagian kecil BMT ini menjadi contoh dari BMT yang lain. Hampir separuh pedagang yang menerima pemberdayaan ini menyatakan bahwa pemberdayaan tersebut memberikan manfaat, separuh yang lain menyatakan bahwa pemberdayaan ini sangat bermanfaat. D. BMT di mata pedagang pasar Sejatinya saat ini,telah banyak yang menggunakan jasa BMT untuk mendukung kegiatan jual-beli pedagang pasar di beberapa kota dan kabupaten di propinsi Yogyakarta. Selama ini pedagang pasar tradisional tersebut sebatas memanfaatkan jasa menabung di BMT.
Edisi I. 2013
Banyak dari mereka yang tahu BMT karena BMT telah mengadakan program turun langsung ke pasar untuk menarik konsumennya. Turun langsung ke pasar ini berimbas baik, dimana BMT dapat langsung mensosialisasikan syiar bagaimana ekonomi syariah. Mulai dari timbangan yang tidak boleh dikurangi, bagaimana cara menghitung laba, dan lain sebagiannya. Hanya saja, banyak dari pedagang pasar yang tidak menggunakan jasa kredit BMT untuk mengembangkan usaha mereka. Dengan alasan, bunganya lebih tinggi. Ironis bukan? Ketika seharusnya BMT yang berbasis ekonomi syariah malah menggunakan bunga malah lebih besar dari bank konvensional. Menurut analisa kami, banyak pedagang yang belum paham betul bagaimana nisbah pengembalian atas kredit mereka. Selain itu mengapa banyak pedagang pasar tradisional di kota dan kabupaten di Yogyakarta belum menggunakan jasa kredit di BMT adalah adanya kompetitor yaitu Bank Konvensional yang berada di pasar. Selain alasan dekat, pedagang juga merasa telah memiliki ikatan historis dengan bank tersebut, karena sejak dahulu telah menggunakannya. BMT kedepannya E. Harapan dan Saran Harapan dari pedagang pasar responden kami kepada BMT adalah: 1. S y a r a t p e m i n j a m a n d i m u d a h k a n . Beberapa pedagang merasa bahwa meminjam di rentenir jauh lebih mudah daripada meminjam di BMT. Meski mereka tahu bahwa rentenir akan merugikan mereka, namun karena syarat yang lebih mudah, membuat beberapa pedagang pasar memilih meminjam kepada rentenir. 2. SDM yang lebih ramah. Banyak dari responden kami yang menyatakan bahwa karyawan dari BMT tidak ramah, dan kurang komunikatif, sehingga mereka sering enggan dan pekewuh untuk ngobrol atau sekedar menyapa. Sehingga saran kami kedepannya bagi BMT adalah: 1. Memberikan opsi untuk menawar nisbah juga memudahkan tentang penyampaian bagaimana sistem kerja nisbah di BMT. Banyak dari pedagang pasar yang belum
6
Publikasi Hasil Riset dan Analisis
tahu sistem kerja dari nisbah BMT, sehingga opini mereka bahwa bunga BMT lebih tinggi itu terbentuk. Diharapkan dengan adanya penjelasan dengan lebih mudah, dan ada kesempatan untuk menawar sehingga lebih adil dan menyenangkan bagi dua pihak. 2.Kerjasama dengan pihak pasar tradisional. Kami tahu bahwa salah satu treat bagi BMT adalah susahnya birokrasi untuk masuk ke pasar tersebut oleh dinas terkait. Maka menurut kami, jika BMT ingin lebih mudah, maka dapat bekerjasama dengan pihak pasar tradisional yang terkait. Penutup Kita telah tahu bagaimana fungsi dari BMT untuk membantu kesejahteraan umat, khususnya ekonomi menengah ke bawah. Terbukti sudah
7
Edisi I. 2013
sebanyak 24% yang menggunakan BMT, untuk mendukung perdagangan mereka. Hanya saja, ternyata masih banyak opini yang berkembang bahwa BMT bunganya lebih besar dari bank konvensional. Loyalitas pedagang terhadap sebuah bank tertentu dan kepercayan mereka terhadapnya dapat dipatahkan jika pedagang tahu bagaimana indahnya ekonomi syariah dan bagaimana tujuan dan fungsi BMT untuk memberikan kemudahan bagi perkembangan ekonomi. Kami menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan, tetapi kami berharap bahwa tulisan ini tetap dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh BMT terhadap ekonomi menengah kebawah dilihat dari realita. Bagi BMT, kami berharap tulisan ini dapat menjadi pembanding sekaigus saran dan masukan demi perbaikan BMT di masa depan agar bisa lebih baik