4 minute read

Laporan Pendukung

Next Article
Esai

Esai

Dominasi Orang Dalam di Food Court

Siapapun boleh mendaftarkan diri untuk mempunyai lahan di Food Court. Namun pihak kampus juga berhak memilih, siapa yang pantas diterima dan ditolak.

Advertisement

Pembangunan Food Court dinilai menjadi angin segar bagi berbagai pihak. Tentunya bagi mereka yang ingin meyalurkan usaha di bidang kuliner.

Selain itu, pembangunan gedung Food Court juga bersamaan dengan informasi yang berhembus tentang dibukanya pendaftaran bagi calon penjual di Food Court. Akhirnya beberapa orang mencoba mendaftarkan diri.

Sebut saja Dinda (bukan nama sebenarnya), melihat informasi pendaftaran yang tersebar di stori WhatsApp, ia lantas bergegas pergi ke Kantor Pusat Pengembangan Bisnis (PPB). Hal itu dilakukannya untuk menanyakan kebenaran info dan tata cara mendaftar. Akhirnya setelah mendapat jawaban, Dinda berkeinginan mendaftarkan diri. Bermodal nekat, ia penuhi semua berkas persyaratan yang ditangguhkan. Segera ia kumpulkan berkas yang telah dipersiapkan ke Kantor PPB.

>> Tiga pembeli sedang membayar makanan yang mereka pesan ke kasir Food Court UIN Walisongo.

Pengumuman tiba, Dinda dinyatakan lolos dan berhak melanjutkan pada tahap seleksi berikutnya, yakni tes wawancara. Keberuntungan tetap pada diri Dinda, ia dinyatakan lolos bersama 15 peserta lain, salah satu diantaranya adalah teman Dinda. Dinda mengaku kala itu dirinya mendaftar dengan mengumpulkan dua berkas, dengan nama yang berbeda. “Satu pakai nama saya sendiri, yang satunya pakai nama tante saya dengan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) nya, nah yang lolos itu yang pakai nama tante saya,” ujarnya saat diwawancarai Amanat, Jumat (23/08/2019) Perjuangan Dinda belum berakhir, tahap selanjutnya adalah Beauty Contest. Dalam tahap tersebut peserta diberi waktu 20 menit untuk menghidangkan dua menu makanan. Menu pertama, makanan atau minuman utama, kedua, makanan unggulan yang sesuai dengan proposal yang diajukan. Kemudian peserta mempresentasikannya. Ada sembilan indikator penilaian oleh juri. Diantaranya kehalalan makanan, variasi menu, harga terjangkau, rasa makanan, higienis, keamanan makanan, komitmen terhadap peraturan UIN Walisongo dan prospek serta pengalaman usaha. Namun saat hari Beauty Contest tiba, pikiran Dinda dibuat bingung. Temannya tidak datang, meskipun dinyatakan lolos. Kemudian setelah acara (Beauty Contest) selesai, Dinda berupaya menanyakan alasan temannya tidak datang. Sebab secara tidak langsung, peserta yang tidak datang mengikuti tahap seleksi,

Jadi terus terang, “ otomatis dianggap mengun durkan diri. Teka-teki temannya yang tidak datang pun termemang kalau bisa orang jawab. Dinda mendapadalam tapi kan kenyataannya tkan jawaban dari seperti itu. Memang dia (Dinda) temannya. mendapat nilai tinggi sekali itu, “Sudah malas karetinggi sekali itu! Sehingga na isinya orang dalam bagaimanapun itu kita semua,” kata Dinda memenangkan nirukan jawaban temannya. Dinda kaget, dan baru menyadarinya. Bahwa pada saat Rahman El junusi Beauty Contest, beberapa Mantan Kepala PPB peserta saling mengenal. “Beberapa peserta adalah dari dosen, saya mengenalnya,” terang Dinda yang saat ini juga masih berstatus mahasiswa. Dua pekan setelah Beauty Contest, kembali Dinda dinyatakan lolos saat pengumuman, Rabu (03/10/2018). Peserta yang diterima berjumlah delapan. Dinda sebagai salah satu peserta yang lolos, dengan perolehan nilai tertinggi. Delapan orang tersebut berhak berjualan di Food Court Kampus III.

Teka-teki bisnis orang dalam

Berdasarkan penelusuran Amanat, pemilik kedai

di Food Court berjumlah delapan orang. Dua orang berstatus sebagai Dosen di UIN Walisongo. Tiga orang berstatus pegawai di UIN Walisongo. Dua orang adalah pedagang kantin lama. Serta satu orang yakni Dinda sebagai orang luar.

Menanggapi isu keberpihakan orang dalam, mantan Kepala PPB Rahman El junusi, membantah. Menurutnya dalam penilaian sudah fair dan terbuka.

“Kita fair mas, semua transparan, kalau kita berpihak pada orang dalam, percuma kita umumkan, jelas percuma. Apalagi diumumin di web begini percuma. Wong kita diumumkan ke luar,” sanggah Rahman, Kamis (23/01/2020).

Meski demikian, Rahman tidak menutup kemungkinan lebih mengutamakan orang dalam. Sebab memudahkan dalam hal komunikasi. Hal itu didasarkan pada pengalaman beberapa tahun silam. Tentang pedagang yang memindahkan kepemilikan kedainya, tanpa sepengetahuan pihak kampus. Orang dalam salah satu solusi supaya kasus tersebut tidak terjadi lagi.

Untuk memudahkan komunikasi dan ada keterikatan dengan jabatan di dalam UIN Walisongo.

Tim penilaian, kata Rahman, sudah bekerja sesuai prosedur. Dengan mengacu indikator penilaian yang ada, sehingga memudahkan juri untuk menilai.

“Jadi terus terang, memang kalau bisa orang dalam tapi kan kenyataannya seperti itu. Memang dia (Dinda) mendapat nilai tinggi sekali itu, tinggi sekali itu! Sehingga bagaimanapun itu kita menangkan,” jelas Rahman yang sekarang juga menjabat sebagai dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) tersebut.

Kepala Badan Pelayanan Umum (BLU) Priyono, turut menanggapi. Priyono memaklumi, sebab menurutnya komunikasi itu penting.

“Pertama memang kalau jenengan nyewa, kemudian keluar disewakan orang lain, tanpa konfirmasi itu jelas salah, makanya saya agak memaklumi,” jelasnya, mencontohkan.

Meskipun begitu, lanjut Priyono, sebuah kompetisi harus dilaksankan dengan cara profesional dan proporsional. Di lain sisi juga bukan hanya berbicara normatif, melainkan juga kemanusiaan.

“Saya tidak bisa memungkiri apabila ada yang memiliki nilai sama, orang luar dapat nilai 10, kemudian orang dalam 10 itu kita cenderung orang dalam. Namun apabila jaraknya jauh, orang luar 10, orang dalam lima ya enggak bisa, karena kita harus berorientasi terhadap pelayanan,” katanya, saat ditemui di Kantornya pada kamis, (23/01/2020).

Namun menurutnya, dalam kompetisi tersebut, pihak kampus tidak membatasi peserta untuk ikut berpartisipasi. Semua diberi kesempatan, baik itu mahasiswa, dosen, pegawai ataupun orang luar.

“Pegawai yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan golongan IV tidak boleh mendaftar, seperti Kepala Bagian (Kabag) keatas,” pungkasnya. n

M. Syamsul Maarif

This article is from: