3 minute read

Resensi Buku

Next Article
Esai

Esai

Kelahiran Spesies Pembunuh

Judul Buku : Sapiens, Riwayat Singkat Umat Manusia

Advertisement

Penulis: Yuval Noah Harari

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia

Tahun terbit: 2017

Halaman: 520 halaman

Resentator: Fatimah Azzahrok

Dalam kurun waktu 3,8 miliar tahun lalu, terjadi peristiwa maha dahsyat yang melanda alam raya. Sebuah ledakan besar telah menciptakan kehidupan ruang dan waktu, energi, molekul dan zat lain yang menjadi penanda lahirnya sebuah organisme atau makhluk hidup.

Homo Neandertal, Erectus, Denisova, Rudolfensis, Soloensis, dan Florensis adalah organisme yang lebih dulu tercipta (sebelum Sapiens) akibat ledakan tersebut. Ketika Sapiens pertama kali lahir di dunia, jumlah mereka hanya diperkirakan mencapai angka 1 juta jiwa. Mereka tidak istimewa, tidak punya kekuasaan bahkan tidak cukup kuat untuk bergulat dengan binatang lainnya.

Baru sekitar 70.000 tahun silam, terjadilah revolusi kognitif yang menjadi awal dari sejarah perjalanan ‘gelap’ Sapiens. Mereka berkelana menuju Semenanjung Arab lalu, menyebar di wilayah Eropa yang sudah dihuni lebih dahulu oleh spesies lain berupa Homo Neandertal, Denisova dan spesies lain.

Ketika antar spesies yang belum saling mengenal bertemu dalam satu wilayah, tentu akan menimbulkan sedikit pertanyaan. Bagaimana kisah yang terjadi ketika Sapiens bertemu dengan mereka? Apakah mereka akan melakukan perkawinan layaknya manusia saat ini, atau malah saling membunuh demi berebut kekuasaan?

Yuval Noah Harari kemudian menganalisis kehidupan mereka dalam dua teori besar. Pertama, teori perkawinan campur (interbreeding theory) dan yang kedua berupa teori penggantian (replacement theory).

takan, kedua spesies tersebut melakukan perkawinan dan mengembangkan keturunan mereka. Hal itu dapat dibuktikan dengan fakta yang mengatakan bahwa, 1-4 persen DNA Sapiens yang mendiami daerah Timur Tengah dan Eropa merupakan DNA Neandertal serta, 6 persen DNA manusia Denisova dalam DNA orangorang Melanesia dan pribumi Australia masa kini.

Namun, pandangan berbeda justru terdapat di teori kedua. Teori penggantian mengemukakan bahwa Sapiens dan spesies lain kurang memilki rasa ketertarikan seksual antar spesies. Dalam teori ini juga dijelaskan bagaimana kemudian Sapiens melakukan genosida terhadap spesies lain.

Yuval Noah Harari sendiri memberikan penjelasan sederhana pada buku ini. Awalnya, Sapiens hanyalah makhluk terbelakang dibanding Neandertal yang memiliki otak lebih besar, otot lebih kuat, serta kemampuan beradaptasi terhadap cuaca dingin dengan lebih efektif. Sementara, Sapiens merupakan makhluk yang suka hidup dalam gua.

Namun, semua berubah ketika revolusi kognitif melanda Sapiens yang terjadi sekitar 30.000-70.000 tahun silam. Sejak saat itu, mereka memiliki kemampuan berburu yang lebih baik. Mereka juga menjadi lebih cerdas, mampu berpikir, dan menciptakan bahasa untuk berkomunikasi satu sama lain dibanding Neandertal dan spesies lain, yang menyebabkan Neandertal semakin terpojok dan mengalami kesulitan mendapatkan makanan. Hal inilah yang kemudian diduga menjadi penyebab kepunahan mereka.

'Pembunuh diri sendiri dan masa depan’

Tak dapat dipungkiri, revolusi kognitif telah membuat Homo Sapiens mengubah pola hidup dan kebutuhannya. Mengalahkan semua spesies dan meluncur cepat di jalur bebas hambatan.

Namun, ada hal lain yang membuat Sapiens menjadi makhluk revolusioner. Revolusi sains membantu Sapiens menemukan jawaban atas ketidaktahuan yang selama ini dialami manusia. Menembus batas cakrawala dan membuat mereka menjadi makhluk yang tidak bisa lagi dibayangkan.

Sejalan dengan itu disadari atau tidak, adanya revolusi sains secara perlahan akan membunuh Sapiens dan masa depan mereka sendiri.

Ketika sains dikuasai, maka akan muncul kekuatan pendampingnya. Kapitalisme, sebuah gagasan yang awalnya bersifat ekonomi namun, dalam perjalanannya berubah menjadi karakter menyeramkan yang menjalar ke segala segmen.

The Wealth Nations karangan Adam Smith adalah tesis revolusioner yang mengubah pandangan manusia terhadap uang/laba dan kemakmuran. Secara jahat, tesis ini akan memberikan pemahaman bahwa "kita boleh tamak karena itu akan meningkatkan ekonomi kolektif"

Akibatnya, berbagai cara akan dilakukan demi persaingan memperebutkan ekonomi yang semakin sengit. Belum lagi proyek sains modern di bidang robotik, rekayasa genetik, dan nuklir sebagai babak baru proyek Gilgamesh yang saat ini sedang gencar dilakukan berbagai negara.

Jika mereka masih menerapkan pola yang seperti itu, bukan tidak mungkin Sapiens akan terbunuh dengan sendirinya.n

This article is from: