1 minute read

Cerpen 30

Next Article
Esai

Esai

panjang keluar dari mulut Pak Putra.Ia menceritakan semua kejadian yang menekannya selama beberapa tahun terkahir. Cerita yang sebenarnya Sebagian telah diketahui oleh istrinya. Namun bagamana dengan, Lisa? Benar-benar cerita yang baru baginya. Begitu terkejutnya Lisa saat itu, mengetahui kenyataan bahwa ayahnya menjadi korban bullying di kantor tempatnya bekerja. Berawal kesalahan kecil yang dibuat dan bumbu-bumbu kedengkian salah satu rekan kerja membuat ia selalu ditekan oleh seisi kantor. Semakin lama, hari-hari yang dijalaninya di kantor semakin berat. Namun Pak Putra harus tetap bertahan untuk menghidupi keluarga kecilnya. Ia begitu mencintai mereka.

Tekanan yang ia terima di kator menumpuk setiap harinya. Pada akhirnya pecah. tak lagi ia mampu membendung kebencian yang bertambah-tambah. Sejak saat itu, rumah tempat ia pulang, menjadi pelampiasan yang sempurna setelah seharian berada di tempat seperti neraka. Pertikaian seringkali pecah di rumah itu. Lisa, gadis yang baru beranjak remaja tak pernah tau mengapa semua itu terjadi. Menyaksikan ibunya tercinta dibentak, dimaki, bahkan dipukul seorang yang ia panggil ayah. Suara yang keluar dari makian ayah dan tangisan ibu selalu menusuk batinnya. Tetapi ia hanya bisa diam, entah kenapa. Dan terjadilah, kejadian sore itu. Ayahnya dipecat setelah terjadi pertengkaran besar di kantornya. Kemarahan itu seperti biasa terbawa ke rumah, menghantam batin dan fisik ibunya hingga kondisinya menjadi seperti sekarang. ***

Advertisement

Malam di hari berikutnya, ketika Lisa, Ibu dan Ayahnya sedang terlelap, dua orang bertopeng dan berpaikan serba hitam menyelinap masuk. Kedua orang tersebut menyeggol gelas hingga membangunkan seisi rumah. Pak Putra membangunkan istrinya dan segera keluar kamar ke ruang tengah. Begitupun Lisa. Dua orang bertopeng dan berpakaian hitam itu lantas menyerang Pak Putra. Tiga tikaman pisau menusuk di bawah dada dan perutnya. Kedua orang itu langsung kabur meninggalkan ruang tengah. Istrinya hanya menyaksikan dengan tatapan kosong.

Dicabutnya pisau yang tertancap diperut, tanpa sedikitpun rasa ngeri. Namun ketika pisau itu tercabut, sontak ia menjerit begitu keras. Sekujur tubuhnya melemas dan ia jatuh pinsan. Lisa yang melihat kejadian itu, hanya menjerit kesetanan. Ia hampiri tubuh penuh darah tersebut. Ketika sudah ramai warga yang datang, ia telah kehilangan suaranya.

This article is from: